1. Wakaf merupakan kegiatan yang dianjurkan oleh Allah SWT kepada umat muslim agar memisahkan
sebagian harta digunakan untuk kepentingan ibadah. Sumber utama dan pertama dari wakaf adalah Al-
Quran, diantaranya QS. Ali Imran ayat 93 dan QS. Al-Hajj ayat 7. Jelaskan dengan menggunakan
bagan bagaimana tata cara Wakaf dan disertai keterangan alur tata cara tersebut di bawahnya!
Jawab :
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Dasar hukum
wakaf adalah UU Wakaf dan diatur lebih terperinci di dalam peraturan pelaksananya yaitu PP Wakaf
berikut aturan perubahannya. Tata cara wakaf: (1) Pewakaf bertemu nazhir atau penerima yang
disaksikan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) yang ditunjuk Kementrian Agama, (2)
mendatangi KUA untuk mewakafkan harta, jika harta berupa tanah maka perlu mendatangi BPN (badan
pertahanan nasional) untuk melakukan pendaftaran tanah wakaf, (3) harta yang akan diwakafkan perlu
diverifikasi terlebih dahulu untuk itu wakif perlu membawa surat-surat tanda kepemilikan terhadap harta
yang akan diwakafkan; (4) Ikrar wakaf diucapkan oleh wakif kepada nazhir di hadapan PPAIW. Nantinya
ikrar yang sudah diucapkan akan dituliskan kembali oleh PPAIW dalam Akta Ikrar Wakaf; (5) pihak
PPAIW akan menyampaikan akta tersebut kepada Kementerian Agama dan Badan Wakaf Indonesia.
Akta tersebut akan dimuat dalam register umum oleh Badan Wakaf Indonesia.
2. Bank Syariah tentunya berbeda dengan Bank Konvensional, baik kewenangan mengadili maupun
syarat-syarat untuk mendirikan bank syariah tersebut. Apa yang menjadi pembeda utama antara Bank
Syariah dan Konvensional? Bagaimana penyelesaian sengketa perbankan syariah antara nasabah
yang muslim dan non muslim, jelaskan jawaban anda!
Jawab :
Penyelesaian sengketa perbankan syariah antara nasabah yang muslim dan non muslim
Sebagai konsekuensi dari sifat inklusif, siapa saja berpeluang terlibat dalam bank
syariah, tidak ada pembedaan atas dasar agama yang dianutnya dan pembedaan
lainnya. Yang membuat perbedaan nasabah muslim dan non muslim adalah tata cara
pelaksanaan dari akad dan pembiayaan. Namun prosedur yang dilaksanakan tetap
menghormati kebebasan beragama dan berkeyakinan, misalnya pengucapan salam,
basmalah, dan ikrar akad yang boleh jadi melibatkan hal-hal yang sifatnya agamawi.
Dengan demikian, jika pihak non Islam terlibat sengketa ekonomi syariah harus
diterima oleh Pengadilan Agama sebab penyelesaian sengketa ekonomi syariah
berada dalam kompetensi absolut pengadilan agama. Ini disebut dengan konsep
penundukan diri seseorang dalam sistem hukum tertentu, seperti yang ditegaskan
dalam bunyi Penjelasan Pasal 49 UU 3/2006, yaitu:
Yang dimaksud dengan "antara orang-orang yang beragama Islam” adalah termasuk
orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan diri dengan sukarela
kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama.
3. Sari dan Bondan adalah sepasang suami isteri yang menikah secara hukum Islam dicatatkan di Kantor
Urusan Agama. Dari pernikahan tersebut, mereka telah dikaruniai seorang anak perempuan berusia 6
tahun. Pada tahun ke 8 perkawinan, Bondan menggugat cerai Sari ke Pengadilan Agama, dengan
dasar gugatan Sari memiliki kelaianan seksual mempunyai kekasih perempuan lainnya. Pengadilan
Agama memutuskan pengasuhan anak kepada Bondan selaku ayahnya, padahal anak yang mumayiz
(di bawah umur) hak asuh jatuh kepada ibunya. Setujukah anda kepada putusan Pengadilan Agama
tersebut, jelaskan jawaban anda beserta dasar hukumnya!
Dalam kasus ini, jika Pengadilan Agama memutuskan untuk memberikan hak asuh anak kepada
Bondan sebagai ayahnya, padahal anak masih berusia di bawah mumayiz (usia dewasa menurut
hukum Islam), keputusan tersebut mungkin bertentangan dengan prinsip hukum Islam. Namun,
tentunya pengadilan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kepentingan terbaik untuk anak.
Hadhanah ibu gugur. Dasar hukum hadhanah telah dijelaskan dalam al-Qur’an dan hadist yaitu firman
Allah dalam surah at-Tahrim ayat 6. Pengasuhan dilarang bagi ibu yang tidak memenuhi syarat seperti
gila, kelainan jiwa, budak, kafir, fasik, tidak dipercayai, dan menikah dengan pria lain, terkecuali ia
menikah dengan pria yang berhak untuk mengasuh anak tersebut. Menurut fatwa MUI Nomor 57 Tahun
2014 yaitu tentang Lesbian, Gay, Sodomi, dan Pencabulan. Fatwa ini dinyatakan bahwa homoseksual,
baik lesbian maupun gay dan sodomi hukumnya adalah haram. Dasar hukum diberikannya hak asuh
pada ayah dibandingkan pada ibu saat anak masih di bawah umur yaitu Putusan Mahkamah Agung RI
No.102 K/Sip/1973. Keputusan ini di antaranya menyatakan bahwa perwalian anak akan jatuh ke ibu,
kecuali jika terbukti bahwa ibu tersebut tak wajar dalam memelihara anaknya.