Anda di halaman 1dari 7

YURISDIKSI HUKUM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam

Dosen Pengampu : Rusdi Sulaiman, S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Aziah Nafisah 12212061

Selvia Nurul Hakiki 12212066

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSITUT AGAMA ISLAM PONTIANAK

PONTIANAK

2023
PEMBAHASAN
A. Pengertian Yurisdiksi Hukum Islam
Yurisdiksi hukum Islam merujuk pada wilayah atau lingkup di mana hukum Islam
berlaku dan memiliki kekuatan hukum. Ini mencakup otoritas dan batas keberlakuan hukum
Islam dalam suatu tempat atau dalam konteks tertentu. Pengertian yurisdiksi hukum Islam
mencakup beberapa aspek:

1. Otoritas Hukum: Yurisdiksi hukum Islam menunjukkan bahwa suatu wilayah atau
lembaga memiliki kekuasaan atau kewenangan untuk menerapkan hukum Islam.
Otoritas ini dapat dimiliki oleh negara atau lembaga-lembaga hukum Islam di
tingkat lokal.
2. Cakupan Hukum: Yurisdiksi juga mencakup cakupan atau lingkup hukum Islam,
yaitu bidang-bidang kehidupan atau kategori hukum tertentu di mana prinsip-
prinsip hukum Islam diterapkan. Misalnya, hukum keluarga, hukum pidana, dan
hukum ekonomi Islam dapat menjadi bagian dari yurisdiksi hukum Islam.
3. Sumber Hukum: Yurisdiksi hukum Islam didasarkan pada sumber-sumber hukum
Islam utama, seperti Al-Qur'an, Hadis, ijtihad (pendapat hukum), qiyas (analogi),
dan ijma (konsensus). Wilayah atau lembaga yang berada dalam yurisdiksi hukum
Islam mengakui dan mendasarkan keputusan hukumnya pada sumber-sumber ini.
4. Sistem Peradilan: Yurisdiksi hukum Islam dapat mencakup sistem peradilan
khusus yang menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan hukum Islam.
Pengadilan Islam atau lembaga-lembaga peradilan lainnya dalam yurisdiksi ini
bertugas menerapkan dan menginterpretasikan hukum Islam dalam menyelesaikan
perselisihan atau kasus hukum.
5. Penerapan Hukum Islam di Tingkat Nasional: Yurisdiksi hukum Islam dapat
mencakup penerapan hukum Islam di tingkat nasional, di mana hukum Islam
diakui sebagai sumber atau dasar hukum nasional. Ini bisa terjadi dalam bentuk
konstitusi yang mengakui Syariah sebagai sumber hukum, atau adopsi hukum
Islam dalam sistem hukum nasional.

Penting untuk diingat bahwa yurisdiksi hukum Islam dapat bervariasi di antara
negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim, dan pendekatan terhadap
penerapan hukum Islam dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, politik, dan
sejarah.

B. Konsep dan Asas-Asas Yurisdiksi


Yurisdiksi hukum Islam merujuk pada otoritas dan cakupan hukum Islam dalam
mengatur kehidupan individu dan masyarakat Muslim. Konsep ini mencakup prinsip-prinsip
hukum Islam yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk hukum
keluarga, hukum pidana, hukum perdata, dan lain sebagainya. Berikut adalah beberapa aspek
konsep yurisdiksi hukum Islam:

1. Sumber Hukum: Yurisdiksi hukum Islam berakar pada sumber-sumber hukum Islam,
yang utama di antaranya adalah Al-Qur'an dan Hadis (tradisi Nabi Muhammad).
Sumber-sumber lainnya meliputi ijtihad (pendapat hukum) ulama, qiyas (analogi),
dan ijma (konsensus).
2. Hukum Keluarga: Salah satu aspek penting dari yurisdiksi hukum Islam adalah
pengaturan masalah-masalah keluarga, seperti perkawinan, perceraian, warisan, dan
hak-hak keluarga. Hukum Islam memberikan pedoman terperinci tentang bagaimana
masalah-masalah ini harus diatur.
3. Hukum Pidana: Yurisdiksi hukum Islam mencakup hukum pidana yang mengatur
pelanggaran hukum dan sanksi yang diberikan. Hukuman-hukuman dalam hukum
Islam dapat mencakup hukuman fisik, denda, atau hukuman lainnya sesuai dengan
sifat pelanggaran.
4. Hukum Ekonomi dan Keuangan: Hukum Islam juga mencakup prinsip-prinsip tentang
keadilan ekonomi dan keuangan. Misalnya, sistem keuangan Islam melarang riba
(bunga) dan mendorong prinsip keadilan distributif.
5. Pengadilan Islam: Dalam beberapa negara atau wilayah dengan mayoritas penduduk
Muslim, terdapat sistem pengadilan yang khusus menangani kasus-kasus yang
berkaitan dengan hukum Islam. Pengadilan-pengadilan ini bertugas
menginterpretasikan dan menerapkan hukum Islam dalam kasus-kasus tertentu.
6. Penerapan Hukum Islam di Tingkat Nasional: Beberapa negara dengan mayoritas
penduduk Muslim telah mengadopsi hukum Islam sebagai hukum negara atau
mengintegrasikannya ke dalam sistem hukum nasional. Sementara itu, negara lain
mungkin hanya menerapkan hukum Islam dalam ranah tertentu.

Penting untuk diingat bahwa interpretasi dan penerapan hukum Islam dapat bervariasi di
antara negara-negara, dan terdapat berbagai sekolah hukum Islam yang memiliki pendekatan
yang berbeda terhadap interpretasi dan aplikasi hukum Islam.

Asas-asas yurisdiksi hukum Islam mencakup prinsip-prinsip dasar yang menjadi dasar bagi
keberlakuan dan pelaksanaan hukum Islam dalam suatu wilayah atau konteks tertentu.
Berikut adalah beberapa asas yurisdiksi hukum Islam:
1. Asas Kepentingan Umum (Maslahah): Asas ini menekankan perlunya menjaga
kepentingan umum dan kesejahteraan masyarakat. Hukum Islam dapat diterapkan jika
dianggap memberikan manfaat atau melindungi kepentingan umum.
2. Asas Keadilan (Adl): Prinsip keadilan merupakan salah satu pijakan utama dalam
yurisdiksi hukum Islam. Hukum Islam menekankan perlunya menegakkan keadilan
dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam proses peradilan dan penegakan
hukum.
3. Asas Keshalihan (Al-Ihsan): Asas ini menekankan pada konsep melakukan kebaikan
dan berlaku adil dalam berbagai situasi. Hal ini mencakup perlakuan baik terhadap
sesama, kepatuhan terhadap hukum, dan keselarasan antara tindakan hukum dengan
nilai-nilai moral.
4. Asas Keterbukaan (Al-Imamah): Keterbukaan dan keterlibatan masyarakat dalam
proses perundangan dan pengambilan keputusan hukum ditekankan dalam yurisdiksi
hukum Islam. Keterlibatan masyarakat diharapkan dapat mencerminkan kehendak dan
aspirasi masyarakat.
5. Asas Keterpaduan (Tawhid): Prinsip tawhid atau keesaan Allah menekankan bahwa
hukum Islam harus mencerminkan kesatuan dan kohesi dalam kehidupan masyarakat.
Tidak boleh ada ketidaksesuaian antara hukum Islam dengan prinsip-prinsip
keimanan dan ketaatan kepada Allah.
6. Asas Kemerdekaan Individu (Huriyah): Prinsip ini menegaskan hak-hak individu
dalam hukum Islam, termasuk hak atas kebebasan dan martabat. Hukum Islam
diharapkan memberikan perlindungan terhadap hak-hak individu serta menjamin
kebebasan individu selama sesuai dengan norma-norma agama.
7. Asas Keseimbangan (Mizan): Keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta antara
individu dan masyarakat, merupakan prinsip yang ditekankan dalam yurisdiksi hukum
Islam. Hukum Islam bertujuan menciptakan harmoni dan keseimbangan dalam
kehidupan sosial.
8. Asas Keberlanjutan (Wasathiyah): Prinsip keterbukaan dan toleransi dalam menerima
berbagai pandangan dan pendapat ditekankan untuk mencapai keberlanjutan dan
stabilitas dalam hukum Islam.

C. Islam Sebagai Agama Yurisdiksi


Islam sebagai agama memiliki dimensi yurisdiksi yang mencakup aspek hukum dan tata
aturan untuk mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Konsep ini dikenal sebagai
Syariah atau hukum Islam. Berikut adalah beberapa aspek utama dari Islam sebagai agama
yurisdiksi:
1. Al-Qur'an dan Hadis sebagai Sumber Hukum: Hukum Islam bersumber utama dari
Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, dan Hadis, tradisi atau perkataan Nabi Muhammad.
Kedua sumber ini memberikan pedoman dan aturan yang mencakup berbagai aspek
kehidupan, termasuk hukum keluarga, hukum pidana, dan etika sosial.
2. Bidang Hukum yang Luas: Hukum Islam mencakup berbagai bidang kehidupan,
seperti hukum keluarga (nikah, perceraian, warisan), hukum pidana (hukuman atas
pelanggaran hukum), hukum perdata (kontrak, hutang-piutang), hukum ekonomi
(melarang riba), dan hukum moral dan etika.
3. Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Islam: Hukum Islam didasarkan pada prinsip-
prinsip seperti keadilan, keseimbangan, kebebasan, dan kemaslahatan umum. Prinsip-
prinsip ini memberikan dasar bagi pembentukan aturan-aturan hukum yang
mencerminkan nilai-nilai Islam.
4. Pengadilan Syariah: Di beberapa negara dengan mayoritas penduduk Muslim,
terdapat pengadilan syariah atau lembaga-lembaga hukum Islam yang memiliki
yurisdiksi untuk menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan hukum Islam.
Pengadilan-pengadilan ini bertugas menerapkan hukum Islam dalam penyelesaian
perselisihan atau kasus hukum.
5. Pengakuan dan Penerapan Hukum Islam di Tingkat Nasional: Beberapa negara yang
mayoritas penduduknya Muslim mengakui dan menerapkan hukum Islam dalam
sistem hukum nasional mereka. Ini dapat mencakup pengakuan Syariah sebagai
sumber hukum dalam konstitusi atau pengadopsian hukum Islam dalam beberapa
sektor hukum tertentu.
6. Ijtihad dan Fleksibilitas: Konsep ijtihad, yaitu penafsiran hukum Islam oleh ulama
untuk memecahkan masalah-masalah baru, memberikan fleksibilitas dalam penerapan
hukum Islam. Ijtihad memungkinkan adaptasi terhadap perubahan kondisi sosial dan
perkembangan masyarakat.

D. Yurisdiksi Islam Dalam Sejarah


Yurisdiksi Islam dalam sejarah memiliki perjalanan yang panjang dan kompleks,
mengikuti perkembangan sejarah umat Islam dari awal hingga saat ini. Berikut adalah
beberapa titik penting dalam sejarah yurisdiksi Islam:
1. Era Kekhalifahan: Pada awal sejarah Islam, yurisdiksi Islam diwujudkan dalam
bentuk kekhalifahan yang memimpin komunitas Muslim. Khalifah sebagai pemimpin
tertinggi berperan dalam menerapkan hukum Islam dan menyelesaikan perselisihan
dengan berpegang pada ajaran Al-Qur'an dan Hadis.
2. Era Dinasti-Dinasti Islam: Selama masa kekhalifahan Abbasiyah, Umayyah, dan
dinasti-dinasti lainnya, penerapan hukum Islam diperluas dan diperdalam. Munculnya
kitab-kitab hukum dan karya-karya fiqih (ilmu hukum Islam) memberikan landasan
untuk pengembangan yurisdiksi Islam.
3. Perkembangan Empat Madzhab Fiqih: Abad ke-9 hingga ke-10 menyaksikan
munculnya empat madzhab fiqih utama (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali).
Madzhab-madzhab ini memberikan kerangka kerja interpretatif untuk hukum Islam
dan membantu dalam pengembangan yurisdiksi Islam yang lebih rinci.
4. Era Kesultanan dan Kekaisaran Islam: Seiring berkembangnya kerajaan dan
kekaisaran Islam, yurisdiksi Islam terus diperluas. Sistem hukum Islam diterapkan
dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pemerintahan, ekonomi, dan sosial.
5. Pusat Pembelajaran Islam: Pusat-pusat pembelajaran seperti Cordoba di Spanyol
Islam, Kairo di Mesir, dan Baghdad di Irak menjadi tempat-tempat penting bagi
pengembangan ilmu hukum Islam. Ulama di pusat-pusat ini berkontribusi pada
perluasan dan pengembangan yurisdiksi Islam.
6. Pengaruh Hukum Islam di Dunia Muslim dan Luar Negeri: Di beberapa wilayah
dengan mayoritas Muslim, seperti Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika Utara,
hukum Islam menjadi dasar hukum nasional. Pengaruh hukum Islam juga meluas ke
beberapa wilayah di luar dunia Muslim, terutama selama masa kekuasaan
kekhalifahan dan ekspansi Islam.
7. Masa Kolonialisme dan Modernisasi: Selama era kolonialisme, banyak negara
Muslim mengalami transformasi besar dalam sistem hukum mereka. Proses
modernisasi di berbagai negara juga melibatkan reformasi hukum, dan pengaruh
hukum Barat mulai memainkan peran yang lebih besar.
8. Pengadopsian Konstitusi dan Hukum Modern: Seiring dengan berdirinya negara-
negara Muslim modern, banyak di antaranya mengadopsi konstitusi yang mencakup
hukum Islam sebagai sumber hukum, baik secara langsung maupun sebagai hukum
sampingan.

E. Dua Teori Yurisdiksi Hukum Islam


Dalam pemahaman yurisdiksi hukum Islam, terdapat beberapa teori yang dikemukakan
oleh cendekiawan dan ahli hukum Islam. Dua teori yang cukup dikenal dan memberikan
pandangan berbeda dalam melihat yurisdiksi hukum Islam adalah:
1. Teori Dualisme dan Pluralisme Hukum (Dualism and Pluralism of Legal Systems):
 Dualisme: Teori ini menyatakan bahwa hukum Islam dan hukum sekuler (non-
Islam) beroperasi secara terpisah dalam dua domain yang berbeda. Keduanya
memiliki yurisdiksi dan sistem hukum masing-masing. Pengikut teori ini
berpendapat bahwa hukum Islam berlaku dalam ranah ibadah (peribadatan)
dan etika, sementara hukum sekuler mengatur ranah kemasyarakatan,
ekonomi, dan politik. Kedua sistem ini dianggap dapat koeksisit di bawah satu
negara, dan pengadilan Islam beroperasi secara terpisah dari pengadilan
sekuler.
 Pluralisme: Teori ini mirip dengan dualisme, tetapi mengakui kemungkinan
adanya lebih dari dua sistem hukum yang beroperasi secara bersamaan dalam
satu negara. Selain hukum Islam dan hukum sekuler, sistem hukum adat atau
hukum adat setempat juga dapat diakui. Setiap sistem hukum memiliki
yurisdiksi dan beroperasi dalam bidang tertentu sesuai dengan norma dan nilai
yang dianut.
2. Teori Integrasi Hukum (Integration of Legal Systems):
 Teori ini menyatakan bahwa hukum Islam dapat diintegrasikan dengan sistem
hukum sekuler dalam satu kerangka yang koheren. Integrasi dilakukan dengan
cara menemukan nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip yang dapat diakui
oleh kedua sistem hukum. Pendukung teori ini berpendapat bahwa hukum
Islam dapat memberikan panduan moral dan etika dalam hukum sekuler,
sehingga menciptakan harmoni antara hukum Islam dan hukum positif.
 Integrasi ini dapat terjadi melalui proses legislasi atau penafsiran hukum yang
menggabungkan nilai-nilai Islam ke dalam hukum nasional. Namun, tantangan
dalam teori ini adalah mencapai keseimbangan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip hukum Islam tanpa mengabaikan nilai-nilai sekuler dan hak asasi
manusia.
Kedua teori ini mencerminkan berbagai pendekatan terhadap hubungan antara hukum
Islam dan hukum sekuler dalam suatu masyarakat. Pemahaman terhadap yurisdiksi hukum
Islam masih menjadi perdebatan di kalangan cendekiawan, dan penerapan teori-teori ini dapat
bervariasi tergantung pada konteks sosial, politik, dan kultural suatu negara atau masyarakat.

F. Contoh-Contohnya Dalam Hukum Keluarga Islam


Yurisdiksi hukum Islam dalam hukum keluarga mencakup berbagai aspek regulasi
kehidupan keluarga dan pernikahan sesuai dengan ajaran Islam. Berikut adalah beberapa
contoh yurisdiksi hukum Islam dalam hukum keluarga Islam:
1. Perkawinan (Nikah):
 Syarat-syarat Nikah: Yurisdiksi hukum Islam mengatur syarat-syarat sahnya
perkawinan menurut hukum Islam, seperti persetujuan kedua belah pihak, wali
yang sah, serta kehadiran saksi-saksi yang memenuhi kriteria tertentu.
 Mahar (Mas Kawin): Hukum Islam menentukan kewajiban membayar mahar
(mas kawin) sebagai salah satu elemen dalam akad nikah.
2. Perceraian (Talaq):
 Prosedur Talaq: Yurisdiksi hukum Islam mengatur prosedur talaq (perceraian)
sesuai dengan aturan dan tahapan yang ditetapkan, termasuk ketentuan-
ketentuan terkait peran hakim atau pihak berwenang dalam mengelola proses
perceraian.
 Iddah (Waktu Tunggu): Setelah perceraian, perempuan harus menjalani iddah,
yaitu masa tunggu yang ditetapkan untuk memastikan tidak ada kehamilan dan
memberikan waktu untuk rekonsiliasi.
3. Hak dan Kewajiban Suami-Istri:
 Kewajiban Suami: Yurisdiksi hukum Islam menetapkan kewajiban suami
terhadap istri, termasuk memberikan nafkah, tempat tinggal yang layak, dan
perlakuan yang adil.
 Kewajiban Istri: Hukum Islam juga menetapkan kewajiban istri, seperti taat
kepada suami, menjaga kehormatan keluarga, dan melakukan peran-peran
tertentu dalam keluarga.
4. Warisan (Pewarisan):
 Pembagian Warisan: Hukum Islam memberikan aturan-aturan khusus
mengenai pembagian warisan di antara ahli waris sesuai dengan hukum waris
Islam, yang memperhitungkan hubungan keluarga dan proporsi bagi setiap
ahli waris.
5. Pengadilan Keluarga Islam:
 Pengadilan Keluarga: Dalam beberapa yurisdiksi, terdapat pengadilan
keluarga yang memiliki yurisdiksi khusus dalam menangani kasus-kasus yang
berkaitan dengan hukum keluarga Islam, seperti perkawinan, perceraian, dan
hak asuh anak.
6. Adopsi dan Perwalian Anak:
 Perwalian dan Hak Asuh Anak: Yurisdiksi hukum Islam mengatur perwalian
anak dan hak asuh anak, termasuk kewajiban-kewajiban orang tua terhadap
anak dan prosedur-prosedur hukum terkait.

Anda mungkin juga menyukai