Anda di halaman 1dari 6

Contoh-Contoh Ijtihad Kontemporer

Pendahuluan

Di Era Modern dan Globalisasi ini, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
tidakhanya memberikan dampak positif terhadap masyarakat kita melainkan memunculkan
pulaberbagai problematika dalam kehidupan umat manusia dalam pelbagai dimensinya. Hal
inidapat kita lihat bersama di Negara Indonesia diantaranya ialah menyebarnya aliran-
aliranbaru yang ada di Indonesia yang dianggap sesat, penggantian jenis kelamin, skandal
BankCentury dan lainnya. Situasi dan kondisi umat muslim pada saat ini bisa dianggap
sangatlah berbeda dengan zaman Nabi, sahabat maupun zaman imam madzhab terdahulu.

Dalam Jurnal H. Mohd. Yunus menyatakan bahwa persoalan-persoalan baru


inidiperlukan penyelesaian melalui hukum, disamping perlunya memberikan pemahaman
baruterhadap formulasi hukum yng dihasilkan oleh ulama-ulama terdahulu, dalam
memenuhikebutuhan masyarakat di zaman modern sekarang. Adapun sebagian ulama kecil
yangmampu keluar dari kebekuan seperti Al-Syatibi yang pemikirannya tertuang dalam buku
“Al- Muwafaqaf ” dari pemikiran ini Ia telah menunjuk kan sesuatu yang baru dalam kajian
hukum.Ialah dengan cara menawarkan metodologinya sendiri. Ia berpendapat bahwa hukum
agamasebagai warisan masa lalu diperlukan peninjauan kembali agar dapat dibentuk
sebuahformulasi hukum yang dapat dipakai untuk perbaikan terhadap kondisi yang berbeda

Dengan memandang banyaknya masalah-masalah baru dalam kehidupan yangberbeda


jauh dari masa lalu, maka seperti yang jelaskan sebelumnya ijtihad sangatlahdiperlukan pada
zaman sekarang untuk menghadapi masalah yang baru muncul dan tidakterbayangkan
sebelumnya. Beberapa contoh masalah ialah seperti : bayi tabung, pemindahan janin,
pemindahan organ tubuh, transfusi darah dan hal-hal baru dalam komunikasiinternasional.
Dari sinilah salah satu ulama yakni Yusuf Al-Qardhawi memandang bahwa umat islam
memiliki kekayaan fiqh yang bermacam-macam. Dalam menghadapi segalapermasalahan
yang ada dihadapan kita ulama muslim tidak hanya dituntut untuk mengatakan “Ulama ini
berpendapat demikian..... ulama pula berkata demikian” tetapi bagaimana sikap mereka
menghadapi pendapat yang beraneka ragam itu, yang terkadang kontradiksi dalam hal
tersebut

Perkembangan teknologi membuat negara yang besar seakan-akan dilihat


seperinegara kecil saja, dan belum tergambar hukumnya akan realita-realita baru itu, karena
itubelum pernah terjadi pada zaman lampau sehingga memerlukan ketetapan
hukumnnya.Kemudian lebih dari itu, permasalahan lama bisa pula datang kembai pada
kondisi tertentuyang dapat merubah tabiat, bentuk dan pengaruhnya sehingga tidak cocok lagi
hukum danfatwa yang telah ditetapkan oleh ulama-ulama terdahulu. Hal inilah yang inilah
yang menyababkan perlunya untuk merumuskan kembali ijtihad kontemporer.

Pembahasan

a. Makna Hukum Ijtihad Kontemporer

Secara sederhana, makna hukum Islam kontemporer adalah hukum Islam pada masa kini
atau dewasa ini . Sedangkan yang dimaksud dengan hukum Islam dalam konteks ini adalah
fiqih. Jadi hukum Islam kontemporer adalah perkembangan pemikiran fiqh (hukum Islam)
dewasa ini. Dalam fiqih, penyebutan kontemporer bermakna pola pemahaman fiqh abad XIX
dan seterusnya (hingga sekarang) lawan dari klasik (fiqih klasik), yaitu pola pemahaman fiqh
abad VII-XII. Terkait fase Fiqh Klasik dan Fiqh Kontemporer ini berdasarkan pembagian
zaman tentang ciri pemikiran Islam oleh Harun Nasution, yaitu zaman klasik (rasional) abad
VIIXII, zaman pertengahan (tradisional) abad XIII-XVIII dan zaman modern (kontemporer)
abad XIX dan seterusnya. Adapun Istilah hukum Islam kontemporer merupakan persamaan
dari masail fiqhiyah, yaitu kajian fiqih atas isu-isu kontemporer. Hal ini, misalnya, dapat
dilihat dari berbagai buku yang secara khusus diberi judul masail fiqhiyah atau problematika
hukum Islam kontemporer.

Sehingga dapat dipahami bahwa bahwa yang dimaksud dengan hukum Islam
kontemporer adalah perspektif hukum Islam terhadap masalah-masalah kekinian, hal itu
melihat pada tema-tema yang diangkat. Berapa banyak kasus baru atau problematika kekinian
yang belum pernah muncul sebelumnya dipaparkan dan diulas. Oleh sebab itu, sangat logis
jika pengertian hukum Islam kontemporer seperti itu terkesan bersifat responsif. Maksudnya
adalah fiqih dewasa ini mecoba merespons persoalan-persoalan baru yang meminta
penjelasan dari aspek status hukum (halal-haram)nya. Pada prinsipnya hukum Islam
kontemporer juga mencoba untuk melihat perubahanperubahan signifikan hukum Islam dari
masa ke masa. Perubahan-perubahan signifikan itu muncul sebagai akibat, antara lain yang
paling menonjol adalah perkembangan zaman yang selalu meminta etika dan pemikiran baru.

b. Contoh-contoh produk itjihad kontemporer

Dilihat dari tema dalam buku-buku masail fiqhiyah dan fatwa-fatwa kontemporer, maka
kajian hukum Islam kontemporer dapat dikategorikan ke beberapa aspek :
1. Aspek Hukum Keluarga; seluruh yang terkait dengan al-ahwal al-syakhshiyah antara
lain meliputi: pembagian harta waris, aqad nikah via telepon, perwakafan, nikah
hamil, KB, dan lain-lain.
2. Aspek Ekonomi; terkait dengan penafsiran terhadap persoalan riba dan pengelolaan
zakat modern. Yang disorot masalah sistem bunga bank, zakat mal dan perpajakan,
kredit dan arisan, zakat profesi, zakat produktif dan konsumtif, asuransi dan lain-lain.
3. Aspek Pidana; pembahasannya tentang isu-isu HAM dan humanisme agama. Hukum
Islam kontemporer mencoba memberikan tafsiran baru terhadap masalah qishash,
potong tangan, hukum Islam dalam sistem hukum nasional dan seterusnya
4. Aspek Kewanitaan; bahasannya tentang peran serta kalangan wanita dalam
aktivitasaktivitas yang dahulu dianggap sebagai “wilayah laki”. Hukum Islam
kontemporer membahas masalah busana muslimah, wanita karir, kepemimpinan
wanita dan lainnya.
5. Aspek Medis; perkembangan dalam ilmu kedokteran yang sangat pesat mendapat
perhatian besar dalam kajian-kajian hukum Islam kontemporer, antara lain:
pencangkokan organ tubuh, donor darah, bedah mayat, alat-alat kontrasepsi, operasi
ganti kelamin, pemilihan jenis kelamin janin, cloning, bayi tabung, bank air susu,
bank darah, bank sperma, dan sebagainya
6. Aspek Teknologi; perkembangan teknologi yang menciptakan berbagai kemudahan
juga menjadi sorotan hukum Islam kontemporer, antara lain menyembelih binatang
secara mekanis, seruan adzan melalui kaset, makmum kepada radio atau televisi,
memberi salam dengan bel, dan sebagainya.
7. Aspek Ibadah; tidak kalah menarik adalah wacana yang berkembang di sekitar kita
soal ibadah, seperti; tabungan haji, tayamum dengan selain tanah (debu), ibadah
kurban dengan uang, menahan haid demi ibadah haji dan lain-lain.
8. Aspek Politik; beberapa kasus menarik adalah perdebatan tentang istilah negara
Islam, proses pemilihan pemimpin, loyalitas kepada penguasa dan seterusnya.

c. Maqasid Syari’ah sebagai Metode Itjihad Kontemporer

Penguasaan terhadap Maqaṣid Syari’ah mutlaq diperlukan dalam upaya melakukan


istinbaṭh al-aḥkam, hal ini dikarenakan seorang mujtahid dituntut menguasai seperangkat
undang-undang yang telah diatur sebagai metode istinbaṭ. sebagian ulama seperti Imam
alSyaṭibi menempatkan penguasaan mujtahid terhadap Maqaṣid Syari’ah sebagai syarat
pertama di antara sejumlah syarat-syarat ijtihad. Maqaṣid Syari’ah ini akan mempermudah
para mujtahid dalam menentukan kedhabitan aturan-aturan hukum serta maṣlaḥah dan
mafsadah. Pentingnya bagi mujtahid dengan mengedepankan fiqh al-Maqasidi karena
menempatkan kemaslahatan sebagai pertimbangan hukum. Dengan demikian konsep
Maqasid Syari’ah adalah sebuah keharusan demi terwujudnya eksistensi fiqh yang humanis,
elastis dan egaliter. Dalam upaya mengembangkan pemikiran hukum Islam, terutama dalam
memberikan pemahaman dan kejelasan terhadap berbagai persoalan hukum kontemporer,
seorang mujtahid wajib mengetahui tujuan pensyari’atan hukum Islam. Selain itu, tujuan
hukum perlu diketahui dalam rangka memastikan, apakah suatu ketentuan hukum masih
dapat diterapkan terhadap suatu kasus tertentu atau karena adanya perubahan struktur sosial,
maka hukum tersebut tidak dapat lagi dipertahankan. Dengan demikan, pengetahuan tentang
Maqaṣid Syari’ah menjadi kunci keberhasilan bagi mujtahid dalam ijtihadnya .

d. Pintu Itjihad Dibuka Kembali

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada abad modern ini, menuntut
para pemikir Islam untuk mengadakan upaya rekonstruksi terhadap khazanah pengetahuan
Islam secara kreatif dan inovatif. Termasuk yang cukup urgen adalah upaya para pemikir
tersebut untuk secara terus-menerus melakukan ijtihad secara benar dan dapat
dipertanggungjawabkan terutama tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman para
ulama pada masa lalu. Kajian tentang ijtihad akan selalu aktual mangingat kedudukan dan
fungsi ijtihad dalam yurisprudensi Islam tidak bisa dipisahkan dengan produk-produk fiqh,
baik sebagai purifikasi maupun reaktualisasi. Pentingnya ijtihad, sebagaimana hal itu
dikatakan oleh Wahbah al-Zuhaili bahwa ijtihad adalah nafas hukum Islam, kalau ijtihad ini
terhenti, maka hukum Islam pun akan terhenti perkembangannya dan akan terus tertinggal
oleh dinamika kemajuan masyarakat. Adapun konsep ijtihad pada era kontemporer ini, kita
dapat berpedoman pada pendapat ijtihad menurut Yusuf Qardlawi, yaitu ijtihad Intiqa’i dan
ijtihad Insya’i. Ijtihad intiqa’i adalah memilih satu pendapat dari beberapa pendapat terkuat
yang terdapat pada warisan fiqh Islam, yang penuh dengan fatwa dan keputusan hukum.
Caranya dengan mengadakan studi komparatif terhadap pendapat itu dan meneliti kembali
dalil-dalil nash atau dalil-dalil ijtihad yang dijadikan sandaran pendapat tersebut, sehingga
kita dapat memilih yang terkuat dalil dan alasannya sesuai dengan kaidah tarjih, di antaranya;
hendaknya pendapat itu mencerminkan kelemah-lembutan dan kasih sayang kepada manusia;
hendaknya pendapat itu lebih mendekati kemudahan yang ditetapkan oleh hukum Islam;
hendaknya pendapat itu lebih memprioritaskan untuk merealisasikan maksud-maksud syara’,
kemashlahatan manusia dan menolak marabahaya dari mereka. Adapun ijtihad Insya’i adalah
pengambilan konklusi hukum baru dari suatu persoalan, yang persoalan itu belum pernah
dikemukakan oleh ulamaulama terdahulu. Baik itu persoalan lama atau baru.

Kesimpulan

Dalam kesimpulan ini, penulis menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan, yaitu :

1. Makna hukum Islam kontemporer adalah hukum Islam (fiqh) pada masa kini atau
dewasa ini. Jadi hukum Islam kontemporer adalah perkembangan pemikiran fiqh
(hukum Islam) dewasa ini. Sedangkan Istilah hukum Islam kontemporer merupakan
persamaan dari masail fiqhiyah, yaitu kajian fiqih atas isu-isu kontemporer.
2. Contoh-contoh kajian hukum Itjihad kontemporer dapat dikategorikan ke beberapa
aspek; Aspek Hukum Keluarga, Aspek Ekonomi, Aspek Pidana, Aspek Kewanitaan,
Aspek Medis, Aspek Teknologi, Aspek Ibadah, dan Aspek Politik.
3. Maqaṣid Syari’ah sebagai metode ijtihad kontemporer, hal ini akan mempermudah
para mujtahid dalam menentukan kedhabitan aturan-aturan hukum serta maṣlaḥah dan
mafsadah. Sebab Maqashid al syari’ah mempunyai relevansi dengan beberapa metode
ijtihad yang digunakan dalam upaya pengembangan hukum Islam, antara lain, qiyas,
maslahat al-mursalah, istihsan, dan sadd al-dzari’ah. Pentingnya bagi mujtahid dengan
mengedepankan fiqh al-Maqasidi karena menempatkan kemaslahatan sebagai
pertimbangan hukum. Dengan demikian konsep Maqasid Syari’ah adalah sebuah
keharusan demi terwujudnya eksistensi fiqh yang humanis, elastis, dan egaliter.
4. Pintu ijtihad dibuka kembali mengingat urgensinya sebagai nafas hukum Islam, kalau
ijtihad ini terhenti, maka hukum Islam pun akan terhenti perkembangannya dan akan
terus tertinggal oleh dinamika kemajuan masyarakat.

Daftar Pustaka

Muhammad Ruwwas Qal’ah Jay, Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Muyassarah, Mujallad al-


Awwal, Cet. I; Beirut: Dar al-Nafais, 2000.

Subhi Mahmashani, dikutip oleh Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, cet. II, 1999.

Ahmad Syukri Saleh, Pengembangan Metodologi Ke Arah Ijtihad Kontemporer, materi mata
kuliah Metode Ijtihad Kontemporer, Program Doktor Ilmu Syariah UIN Sutha Jambi,
semester I, 2020.
Huzaemah T. Yanggo, “Kajian Islam tentang Berbagai Masalah Kontemporer”, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan “Yang Hangat dan Kontroversial dalam Fiqh”, karya Ja’far
Subhani dan lain sebagainya.

Muhammad Azhar, Fiqh Kontemporer dalam Pandangan Neomodernisme Islam, TT.

Muhammad Azhar, Fiqh Kontemporer, Makalah Seminar Nasional Ukhuwah Islamiyah,


IAIN Sumut, 1990.

Anda mungkin juga menyukai