Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

“PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL (INSTAGRAM) DALAM SOSIALISASI

E -TILANG PADA SATLANTAS DI POLRES KOTA KENDARI”

OLEH:

HARISMAN

C1D319052

PRODI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2022
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang................................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah............................................................................................ 6
c. Tujuan Penelitian............................................................................................. 6
d. Manfaat Penelitian........................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Sosialisasi....................................................................................... 9
2.2 Sosialisasi dan Komunikasi........................................................................... 12
2.3 Pengertian Lalu Lintas................................................................................... 14
2.4 E-tilang (Tilang Elektronik)........................................................................... 17
2.5 Konsep media Sosial(Instagram) dan Polres dalam proses e-tilang………... 20
2.6 Teori Spiral Of Silence……………………………………………………. .. 23
2.7 Penelitian Terdahulu………………………………………………………... 23
2.8 Kerangka berpikir.......................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu Penelitian.......................................................................... 28
3.2 Subyek dan Informan..................................................................................... 28
3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................................... 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 30
3.5 Teknik Analisis Data...................................................................................... 32
3.6 Desain Operasinal Penelitian......................................................................... 33
3.7 Konseptualisasi.............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 35
LAMPIRAN........................................................................................................ 35
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan kota dan pertambahan penduduk adalah dua hal yang saling

berhubungan satu sama lain. Perkembangan penduduk di kota menyebabkan

perluasan pergerakan di jalan tol. Hal ini sangat konsisten mengingat insting

manusia masyarakat yang bergerak total untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Perkembangan ini akan membuat pemisahan individu dari satu tempat ke tempat

lain. Bertambahnya kepadatan penduduk sebagai pengendara kendaraan yang

menggunakan jalan tol menyebabkan arus lalu lintas semakin padat bahkan

terkadang menyebabkan kemacetan. Akibatnya, penting untuk memiliki kantor

jaringan jalan dan kerangka transportasi yang memadai di wilayah metropolitan

untuk membantu pelaksanaan transportasi jalan di wilayah metropolitan itu

sendiri. Pengemudi, kendaraan, pejalan kaki dan jalan merupakan empat

komponen fundamental dalam transportasi jalan (Ditjen Hubdat, 2023).

Perkembangan penduduk metropolitan juga terjadi dengan cepat di Kota

Kendari. Dengan luas wilayah 267,37 km², jumlah penduduk Kota Kendari pada

tahun 2014 sesuai informasi BPS Kota Kendari bertambah menjadi 335.889 jiwa

atau dengan perkembangan setiap tahun sebesar 3,51% dari tahun 2013). Dengan

jumlah penduduk yang sangat besar tersebut, Kota Kendari masih dalam

klasifikasi kota menengah yang membutuhkan administrasi jaringan jalan yang

sangat baik untuk menjaga kerahasiaan warganya. Saat ini Kota Kendari sebagai

4
kota berkembang sudah mulai terlihat padatnya lalu lintas di beberapa tempat,

salah satunya di titik perlintasan Pasar Baru, Kawasan Wua - Wua, Kota Kendari,

Wilayah Sulawesi Tenggara. Kemajuan landasan lalu lintas dan angkutan jalan di

Kota Kendari yang saat ini sedang digarap oleh pemerintahan Jokowi, khususnya

di beberapa daerah yang telah dipisahkan, berperan penting dalam mendukung

kegiatan keuangan daerah setempat. Dengan membaiknya perekonomian daerah

setempat, transportasi menjadi kebutuhan mendasar untuk menunjang kegiatan

sehari-hari. Namun, di sisi lain, meningkatnya kekuatan aktivitas lokal di

antarnegara bagian telah menimbulkan berbagai masalah terkait keamanan,

kesejahteraan, kecelakaan, dan kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas).

Konsekuensi dari masalah ini termasuk pelanggaran peraturan transit,

kecelakaan mobil, pengguna jalan yang tidak dapat diprediksi, dan kemacetan di

jalan. Untuk mencegah hal tersebut di atas, penting bagi kepolisian memiliki

kewenangan dan kewajiban terkait Keamanan dan Permintaan Negara, khususnya

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) sebagai perangkat pemolisian

negara, pembela dan pekerja masyarakat sebagaimana dinyatakan dalam

kewajiban pokoknya, khususnya Pasal 13. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

(Ditjen Hubdat) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama dengan

Korlantas Polri dan Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat telah menandatangani Keputusan Bersama Nomor: KP-DRJD

2616 Tahun 2023, SKB/48/IV/2023, 05/PKS/Db/2023 tentang Pengaturan Lalu

Lintas Jalan Raya. Satuan Lalu Lintas (Satlantas) adalah unsur pelaksana Polres

yang dalam kewenangannya bertugas melaksanakan perintah kepolisian bidang

5
lalu lintas yang merupakan penjabaran dari keahlian khusus yang meliputi

pembinaan, pengawasan, pengamanan, pengawasan, pembinaan wilayah setempat

dan perancangan lalu lintas, pendaftaran dan kapasitas pengemudi atau kendaraan

bermotor, pemeriksaan tabrak mobil dan penertiban bidang lalu lintas, untuk

menjaga keamanan, kesempurnaan dan kelancaran lalu lintas.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh oknum Satuan Lalu Lintas Polri dalam

menyelesaikan pekerjaannya adalah penyiapan lalu lintas jalan, sebagai tindakan

preventif untuk mencegah gangguan dan keamanan dalam berkendara, salah satu

contoh perlengkapan yang harus ada saat berkendara adalah SNI Head Protector

(Bahasa Indonesia). Norma Publik). Selain itu, pengemudi wajib membawa bukti

kelengkapan dan keterampilan mengemudi berupa surat izin mengemudi serta

dokumen administrasi kendaraan. Pelanggaran lalu lintas akan diberikan kepada

pengendara yang tidak memenuhi syarat keselamatan berkendara dan tidak

membawa perlengkapan yang diperlukan saat berkendara (Ditjen Hubdat, 2023).

Satuan Lalu Lintas kemudian akan menindak pelanggaran tersebut.

Menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah No. 1, pelanggaran lalu

lintas dilakukan secara mendidik dan secara hukum oleh aparat kepolisian.

Penyidik lalu lintas dan angkutan pegawai negeri Republik Indonesia atau

pegawai negeri sipil untuk pelanggaran lalu lintas dan angkutan. Pengguna jalan

yang melanggar aturan dikenakan denda yang dikenal sebagai Bukti Pelanggaran

atau disingkat Tilang dari kepolisian. Diharapkan bahwa tiket akan dapat

menangani masalah lalu lintas. Tiket melayani tiga tujuan utama, yaitu: 1).

Sebagai permohonan kepada Pengadilan Negeri; ( 2). sebagai biaya pembayaran

6
denda Bank/Panitera; dan (3). sebagai tanda bahwa bukti yang ada, seperti SIM,

STNK, atau kendaraan, telah diambil Sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan

pada tanggal 13 Juli 2016, oleh Kapolri Jenderal Polisi Prof. Drs. H M Tito

Karnavian MA, PhD, menganjurkan pembangunan Polri yang lebih profesional,

mutakhir, dan dapat diandalkan. Sebab, peningkatan pelayanan publik harus

berbasis teknologi informasi (TI). Kemajuan teknologi di era globalisasi ini akan

membantu penegakan hukum khususnya dalam menyelesaikan persoalan

pelanggaran

Digitalisasi prosedur ticketing melalui pemanfaatan teknologi informasi

ini dikenal dengan electronic ticketing atau E-ticketing. Menurut Setiyanto,

Gunarto, & Wahyuningsih (2017), sistem E-ticket hanya mewajibkan pelanggar

untuk membayar denda pasal yang bersangkutan melalui rekening bank milik

pelanggar. Pelanggar dapat langsung menunjukkan kepada petugas bahwa mereka

telah membayar dendanya setelah menerima pemberitahuan, setelah itu mereka

dapat mengambil barang yang telah disita dan melanjutkan perjalanannya. Akibat

selanjutnya dari pemilihan tilang pendahuluan sehubungan dengan denda yang

harus dibayar oleh pelanggar mengantisipasi pelaksanaan pendahuluan. Menurut

Junef (2014), pelanggar akan mendapatkan notifikasi berupa pemberitahuan dan

pengembalian denda yang telah dibayarkan oleh pelanggar melalui rekening bank

pelanggar ketika putusan telah ditetapkan oleh pengadilan mengenai nominal

denda tilang.

7
Polri telah mengambil langkah positif untuk menjadikan pelayanan publik

lebih akuntabel, transparan, efektif, dan efisien dengan mengimplementasikan e-

tiket melalui media sosial. Mengutamakan pelayanan profesional guna

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum dan kepercayaan

masyarakat terhadap instansi kepolisian, khususnya dalam penindakan

pelanggaran lalu lintas dimana masyarakat menjadi subjek hukum pelanggaran di

jalan raya. Meskipun e-tiket memudahkan pelanggar untuk menyelesaikan

masalah hukum yang dihadapinya dengan reformasi birokrasi yang efektif dan

kepastian hukum untuk denda, penggunaan Aplikasi E-tiket di Wilayah Hukum

Polres Kendari masih relatif minim dibandingkan dengan penggunaan tiket

manual. didapat oleh pihak yang bersalah. Karena setiap pelanggar akan

dikenakan denda sesuai nominal berdasarkan Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri

melalui surat telegram (ST) bernomor ST/1044/V/HUK.6.2/2023 tertanggal 16

Mei 2023, maka kepastian hukum menjadi faktor yang paling menjadi sorotan.

dalam penuntutan pelanggaran hukum.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan fokus penelitian

yang akan di lakukan oleh penulis dengan penelitian yang sudah ada. Penelitian

ini sama-sama bertemakan e-tilang, namun penulis lebih menekankan indicator-

indikator penghambat penggunaan media sosial dalam sosialisasi e –tilang pada

satlantas di Polres Kota Kendari, sehigga membuat pembahasan mengenai e-tilang

ini menjadi selalu penting dan aktual untuk dilakukan pengkajian lanjut.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

8
Penggunaan Media Sosial Dalam Sosialisasi E -Tilang Pada Satlantas Di

Polres Kota Kendari.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan uraian diatas adalah Bagaimana

efektivitas penggunaan media social (Instagram) dalam sosialisasi e –tilang pada

satlantas di Polres Kota Kendari ?

1.3. TujuanPenelitian

Tujuan Penelitian ini adalah Untuk Mengetahui efektivitas penggunaan

media social (Instagram) dalam sosialisasi e –tilang pada satlantas di Polres Kota

Kendari

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1.4.1 Manfaaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat di jadikan referensi bagi penulis selanjutnya

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat menambah

wawasan bagi pembaca mengenai penggunaan media sosial (Instagram) dalam

sosialisasi e –tilang pada satlantas di Polres Kota Kendari.

1.4.2.Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini sebaga iberikut:

a. Bagi Peneliti

9
Pengembangan kemampuan Akademik Peneliti dibidang fungsi Lalu

Lintas sehingga dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai penggunaan

media sosial dalam sosialisasi e –tilang pada satlantas di Polres Kota Kendari.

b. Bagi Instansi Terkait

Polres Kendari khususnya Satuan Lalu Lintas memberikan sumber

pemikiran tentang bagaimana penggunaan media sosial (Instagram) dalam

sosialisasi e –tilang pada satlantas di Polres Kota Kendari.

c. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui tentang bagaimana penggunaan media sosial

(Instagram) dalam sosialisasi e –tilang pada satlantas di Polres Kota Kendari.

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN yang berisi latang belakang, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA yang mendeskripsikan mengenai teori, konsep,

dan bagan karangka pikir

BAB III METODE PENELITIAN menjelaskan ojek penelitian, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, desain operasional

penelitian, serta konseptualisasi.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sosialisasi

Menurut Maclever sosialisasi adalah proses mempelajari aturan, nilai, dan

peran yang diperlukan untuk partisipasi sosial yang efektif (2013: 175). Ada dua

tahap manfaat sosialisasi dalam masyarakat. Individu belajar mengenali dan

beradaptasi dengan lingkungannya, yang meliputi nilai, norma, dan struktur sosial

komunitasnya, melalui sosialisasi. Sosialisasi merupakan cara masyarakat untuk

menjaga, menyebarluaskan, dan mewariskan nilai, norma, dan kepercayaan yang

berlaku dalam masyarakat. proses dimana individu belajar tentang lingkungan

sosial dan fisik mereka.

Sebaliknya, konsep sosialisasi yang luas mengacu pada interaksi dan

pembelajaran yang dialami seseorang sepanjang hidupnya dalam masyarakat

budaya. Melalui interaksi sosialisasi, seorang individu dapat memahami dan

melakukan hak-hak istimewa dan komitmennya mengingat status pekerjaan

masing-masing sesuai dengan cara hidup masyarakat. Dengan kata lain,

kematangan diri adalah proses dimana individu belajar dan mengembangkan pola

perilaku sosial. Dengan demikian, kualitas, standar, dan keyakinan ini dapat

dipertahankan oleh semua warga negara.

11
Ada beberapa tahapan dalam sosialisasi menurut Robert MZ Lawang (2013:

107), yang meliputi:

2.1.1 Sosialisasi penting

Sosialisasi esensial adalah proses sosialisasi utama yang dilakukan oleh

orang-orang sejak mereka masih kecil. Ini adalah langkah pertama yang harus

diambil oleh setiap orang di komunitas untuk menjadi anggota kelompok

komunitas. Individu memulai sosialisasi primer ini dalam keluarga, di mana dia

mulai belajar bagaimana membedakan dirinya dari orang-orang di sekitarnya.

Anggota keluarga setiap orang memainkan peran penting pada saat ini. Seseorang

belajar tentang budaya keluarga, termasuk agama, aturan, dan sebagainya, di sini.

2.1.2 Sosialisasi Sekunder

Individu melakukan sosialisasi sekunder sebagai pelajaran selanjutnya.

Pada titik ini, seseorang belajar mengenal lingkungan luarnya, termasuk nilai dan

norma masyarakat. Tujuan dari proses sosialisasi sekunder ini adalah untuk

membantu orang menerima nilai dan norma yang ada. Secara umum, sosialisasi

opsional ini menentukan disposisi individu karena ia telah menyesuaikan diri

dengan kondisi sosial yang berbeda.

2.2. Sosialisasi dan Komunikasi

Sosialisasi adalah sebuah siklus yang membantu individu-individu lokal

untuk belajar dan menyesuaikan diri dengan cara hidup dan berpikir dalam

kelompoknya, sehingga mereka dapat mengambil bagian dan kemampuan dalam

12
kelompok tersebut. Sosialisasi adalah proses mendasar dalam sistem sosial.

Singkatnya, sosialisasi adalah proses dimana seseorang menjadi anggota

masyarakat dan menyerap warisan sosial dan budaya mereka. Melalui sosialisasi,

seseorang akan menjadi anggota kelompoknya. Semua komponen dari berbagai

sistem digunakan dalam interaksi untuk membangun narasi sosialisasi sebagai

proses utama.

Melalui sosialisasi, orang menjadi sadar bagaimana bertindak di mata

publik, untuk membawa diri mereka ke dalam masyarakat yang tercerahkan.

Seseorang akan berpikir dan diwarnai. Berikut ini adalah tujuan khusus sosialisasi

masyarakat:

1. Agar setiap bagian daerah mengetahui kualitas dan standar yang ada pada suatu

pertemuan daerah.

2. Agar individu dapat melakukan kontrol yang tepat atas fungsi organik melalui

pelatihan kesadaran diri.

3. Dengan tujuan agar setiap warga negara memahami suatu iklim sosial dan

sosial, baik iklim tempat tinggal seseorang maupun iklim lain.

4. Agar masyarakat dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya, seperti

kemampuan membaca dan menulis, antara lain.

5. untuk mendidik individu tentang keterampilan dan pengetahuan kehidupan

sosial.

6. sehingga nilai dan keyakinan inti individu tertanam dalam masyarakat.

13
Sosialisasi dilakukan secara konsisten oleh daerah setempat, dalam

mengarahkan sosialisasi melalui proses korespondensi yang serius. Faktor yang

paling menentukan berhasil atau tidaknya proses komunikasi yang merupakan

tujuan utama adalah tersampaikannya pesan dari komunikator kepada komunikan.

Jika siklus ini berhasil secara positif, hasil yang dihasilkan oleh komunikator juga

akan benar.

Proses korespondensi yang tidak berdasar ini kemudian, pada saat itu,

menyebabkan salah menilai atau salah mengartikan. Biasanya, ini karena interaksi

korespondensi adalah cara yang mengintervensi pengiriman data. Jika jalan rusak

atau rusak, hasilnya akan kacau balau. Devito (2015:53) mengatakan siklus

korespondensi merupakan interaksi data perdagangan dimana setiap bagian saling

terhubung satu sama lain. Dengan kata lain, komunikator, yang terdiri dari lebih

dari dua orang, bertindak dan menanggapi satu sama lain untuk membentuk

lingkaran yang disebut sebagai "percakapan" selama proses ini. Tujuan utamanya

adalah untuk mengubah sikap atau perilaku penerima..

2.3. Pengertian Lalu Lintas

Lalu lintas memiliki keunggulan dan karakteristik tersendiri yang perlu

dikembangkan dan dimanfaatkan agar dapat terintegrasi dengan moda transportasi

lainnya dan menjangkau seluruh wilayah daratan dengan mobilitas yang tinggi.

Lalu lintas diselenggarakan dalam suatu sistem transportasi nasional yang

terintegrasi karena menyadari pentingnya transportasi. Diharapkan mampu

mewujudkan tersedianya pelayanan transportasi yang proporsional dengan tingkat

14
kebutuhan lalu lintas dan teratur, aman, nyaman, cepat, teratur, lancar, dan dengan

biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

Dengan memadukan dan menguasai unsur-unsur jaringan angkutan jalan

kendaraan serta pengaturan, aturan, dan tata cara pengemudi sedemikian rupa

sehingga tercipta suatu totalitas yang utuh, efektif, dan berhasil guna,

pengembangan lalu lintas yang ditata sedemikian rupa dalam dilakukan satu

kesatuan sistem. dengan memperhatikan kepentingan umum dan kebutuhan

masyarakat, kelestarian lingkungan hidup, koordinasi antara otoritas pusat dan

daerah serta unsur-unsur instansi sektoral, unsur-unsur yang saling terkait, serta

terciptanya keamanan dan dukungan masyarakat dalam kaitannya dengan lalu

lintas dan angkutan jalan, lalu lintas angkutan dan angkutan harus dilakukan

secara berkesinambungan satu sama lain dan terus ditingkatkan agar cakupan

menjadi lebih luas dan pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih baik.

Menurut (Korlantas) Polri melalui surat telegram (ST) bernomor

ST/1044/V/HUK.6.2/2023 tertanggal 16 Mei 2023 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, lalu lintas diartikan sebagai pergerakan kendaraan dan orang di

ruang lalu lintas jalan sebagai prasarana berupa jalan dan sarana pendukung

pergerakan kendaraan, orang, dan/atau barang. Muhammad Ali menegaskan

bahwa lalu lintas adalah berjalan, berbelok, dan berjalan di jalan. Ramdlon

Naning juga memahami konsep lalu lintas, yaitu perkembangan orang yang

bergerak terlepas dari cara kecepatan mulai dari satu titik ke titik berikutnya.

Sementara menurut Poerwodarminto1 lalu lintas adalah:

1. Pergi ke sana kemari

15
2. Mengenai bepergian dengan mobil dan sarana lainnya 3. Antarmuka antara

suatu tempat

Mencermati pengertian dan definisi di atas, dapat diartikan bahwa lalu

lintas adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lalu lintas kantor jalan

umum sebagai sarana utama untuk mencapai tujuan. Lalu lintas juga dapat dilihat

sebagai hubungan antara orang-orang yang menggunakan jalan sebagai ruang

gerak untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, baik yang memiliki sarana

untuk berpindah.

2.3.1. Pelanggaran Lalu Lintas

Ramdlon Naning menjelaskan, pengertian lalu lintas dalam kaitannya

dengan lalu lintas jalan, pelanggaran lalu lintas jalan adalah perbuatan atau

perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan lalu lintas.

Menurut (Korlantas) Polri bernomor ST/1044/V/HUK.6.2/2023 yang mengatur

tentang pelanggaran tersebut berbunyi sebagai berikut:

1. Menjaga perilaku dan/atau

2. Mencegah tindakan yang berpotensi merusak jalan atau menghambat atau

membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.

Perlu diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai pelanggaran itu

sendiri agar dapat memahami pelanggaran lalu lintas secara lebih detail. Dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) demonstrasi pidana dipisahkan

menjadi perbuatan salah (misdrijve) dan pelanggaran (overtredingen). Mengenai

perbuatan salah itu sendiri dalam Kitab Undang-undang Hukum diatur dalam

Buku II yaitu tentang perbuatan salah. Sementara pelanggaran diatur dalam Buku

16
III. Distribusi tindak pidana dan pelanggaran dapat dikendalikan dengan dua cara

dalam hukum pidana: secara kualitatif dan kuantitatif.

Menurut perspektif kualitatif, didefinisikan bahwa suatu perbuatan

dilakukan sebagai kejahatan setelah ada undang-undang yang mengaturnya

sebagai kejahatan. Ramdlon Naning, 1983, Pembinaan Kesadaran Hukum

Masyarakat dan Disiplin Penegakan Hukum di Lalu Lintas, Surabaya,

Perkembangan Ilmu Pengetahuan, hal. 57 Sebaliknya, istilah "kejahatan" adalah

"recht delicten", yang mengacu pada segala sesuatu yang dianggap sebagai

pelanggaran keadilan terlepas dari apakah perbuatan itu dapat dihukum oleh

undang-undang. Perspektif kualitatif menegaskan bahwa ada ancaman pidana

yang kurang serius dibandingkan dengan kejahatan. Dalam bukunya “Handen

Leer Boek Van Het Nederlandse Strafrecht”, JM Van Bemmelen mengatakan

bahwa yang membedakan kedua kategori kejahatan ini (kejahatan dan

pelanggaran) hanyalah pembunuhan; yaitu, kejahatan umumnya membawa

hukuman yang lebih keras daripada pelanggaran. dan tampaknya ini didasarkan

pada sifat kejahatan yang lebih parah.

Menurut Wirjono Prodjodikoro, pengertian pelanggaran adalah

“overtredingen” atau pelanggaran mengandung makna demonstrasi yang tidak

mengindahkan sesuatu dan berhubungan dengan hukum, tidak lain adalah

demonstrasi yang melawan hukum. Sementara itu, Bambang Poernomo

menegaskan bahwa pelanggaran adalah pelanggaran politik dan kejahatan adalah

pelanggaran kejahatan. Suatu perbuatan yang tidak mengikuti aturan atau larangan

17
yang ditetapkan oleh otoritas negara disebut "politis-on recht". Sebaliknya,

crimeneel-on-recht merupakan pelanggaran hukum.

Unsur-unsur pelanggaran dapat disimpulkan dari pengertian pelanggaran

di atas sebagai berikut:

1. Adanya sesuatu yang bertentangan dengan hukum

2. Menimbulkan akibat hukum Menurut pengertian-pengertian di atas,

pelanggaran adalah perbuatan atau perbuatan yang melanggar peraturan dan

undang-undang.

Demonstrasi atau kegiatan yang bertentangan dengan pengaturan peraturan

ini biasanya merupakan demonstrasi yang sesuai dengan hasil yang sah dapat

dikenakan sanksi sebagai persetujuan peraturan, denda atau kendala. Berdasarkan

pengertian pelanggaran dan pengertian lalu lintas di atas, cenderung dapat

diartikan bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana lalu lintas adalah kegiatan

atau perbuatan yang dilakukan oleh orang yang mengemudikan kendaraan umum

atau kendaraan bermotor maupun orang yang sedang kaki yang bertentangan

dengan peraturan dan pedoman. bahan lalu lintas

Ketertiban lalu lintas merupakan wujud disiplin kebangsaan dan cerminan

budaya bangsa; karenanya, setiap orang harus berkontribusi pada pendiriannya.

Sebagai anggota generasi muda, sudah selayaknya kita memberikan contoh

dengan mematuhi peraturan pemerintah sampai tuntas. Untuk menjauhi tindak

pidana lalu lintas, masyarakat pada umumnya diharapkan untuk mengetahui dan

melaksanakan serta mematuhi peraturan dan pedoman terkait.

18
2.3.2. Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas Menurut Soedjono

Soekamto, faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran lalu lintas adalah

sebagai berikut:

1. Faktor Manusia Sebagian besar pengguna jalan, termasuk pengemudi, pemilik

kendaraan, pejalan kaki, dan mereka yang menafkahi keluarganya

(pengemudi), disalahkan karena faktor manusia. Pelanggaran lalu lintas

mengabaikan peraturan lalu lintas yang berlaku karena perilaku sebagian

pengemudi yang tidak takut melakukan pelanggaran karena ada faktor yang

menjaminnya, seperti diselesaikan dengan jalan yang “damai”.

2. Faktor Fasilitas Jalan Keberadaan pipa galian merupakan salah satu faktor

yang berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas

di jalan. Garis-garis penggalian ini dapat menyerupai penggalian saluran

listrik, pipa air minum, dll, yang semuanya dapat menyebabkan hal ini terjadi

kemacetan. Selain keberadaan pipa galian, salah satu kantor jalan yang lebih

diperhatikan adalah adanya jalan yang rusak dan menimbulkan genangan air

saat hujan deras. Genangan ini sering mengakibatkan kemacetan lalu lintas

dan tabrakan antar pengendara.

3. Variabel Kendaraan sebagai salah satu variabel penyebab tindak pidana lalu

lintas sangat erat kaitannya dengan pesatnya perkembangan jenis kendaraan

seiring dengan kemajuan teknologi pembuatan kendaraan, sehingga berbagai

jenis dan jumlah kendaraan dapat dikirimkan dalam waktu yang relatif

singkat. Jika peningkatan kendaraan yang cepat ini tidak diimbangi dengan

pembangunan kantor jalan yang memadai, dapat menyebabkan kemacetan.

19
Arus lalu lintas yang padat dapat memicu terjadinya pelanggaran seperti

perampokan, perampokan, pencopetan, dll. Tindak pidana pelanggaran lalu

lintas yang sering terjadi karena faktor kendaraan antara lain ban sepeda

pecah, lampu peringatan dini yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dll.

4. Unsur Keadaan Biasa Tindak pidana lalu lintas yang disebabkan oleh faktor

biasa atau ekologis biasanya terjadi dalam kondisi yang mencengangkan. Pada

saat hujan, secara umum semua kendaraan akan melaju kencang sehingga

kemungkinan besar akan terjadi tindak pidana lalu lintas. Misalnya seorang

pengendara sepeda motor yang takut terkena hujan, maka ia menempuh jalan

yang mudah baik dengan tidak mengindahkan rambu-rambu lalu lintas

maupun dengan mengindahkan pedoman yang ada.

2.3.4. Macam-Macam Tindak Pidana Lalu Lintas

Sebagai hukum dan ketertiban, tentunya setiap penduduk Indonesia harus

tunduk dan sependapat dengan peraturan dan pedoman yang ada dan terikat

sebagai keputusan yang harus dipatuhi selamanya. Dalam hal ini, jika pedoman

tidak diikuti, dapat diartikan bahwa yang bersangkutan telah melakukan

pelanggaran. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis tindak pidana lalu lintas

yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Melibatkan jalanan dengan cara yang dapat merusak dan membahayakan

pengguna jalan lainnya

2. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya kemampuan rambu

lalu lintas, marka dan lain-lain (Pasal 275 Peraturan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan)

20
3. Mengendarai kendaraan bermotor umum tanpa henti di terminal (Pasal 276

Peraturan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan)

4. Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dilengkapi dengan peralatan

dalam rangka ban tambahan, perawatan darurat pada kecelakaan dan lain-lain

(Pasal 278 Peraturan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan)

5. Mengemudikan kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan perangkat keras

yang dapat mengganggu keamanan lalu lintas (Pasal 279 Peraturan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan)

6. Mengemudikan kendaraan bermotor tanpa nomor yang ditetapkan oleh

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pasal 280 Peraturan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan)

Pelanggaran-pelanggaran yang telah disinggung dan digambarkan di atas

adalah pelanggaran yang tidak sulit dibuktikan dan sulit dibantah oleh

pelanggarnya sehingga akan mudah diselesaikan melalui pengadilan yang

sederhana dan cepat. Peradilan yang lugas dan cepat memang tepat untuk tindak

pidana lalu lintas karena pada saat terjadi tindak pidana ringan, baik pelanggar,

barang bukti, maupun ahli (polisi) sudah berada di lokasi perkara, sehingga

pemeriksa (polisi) dapat segera memaksa sanksi sesuai pasal pelanggaran pelaku.

telah ditentukan dalam peraturan dan pedoman.

Tindak pidana lalu lintas yang dilakukan dengan sengaja atau karena

kecerobohan, diharapkan dapat dipertanggung jawabkan atas kegiatannya

mengingat demonstrasi dengan sengaja atau kecerobohan termasuk unsur

kesalahan, yang tertuang dalam Pasal 31 ayat (1) UU Jalan. Peraturan Lalu Lintas

21
dan Angkutan. Dalam pasal 316 ayat (1) Peraturan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan terdapat pasal yang mengatur kegiatan yang diatur sebagai tindak pidana

lalu lintas. Pelanggaran tersebut di atas masih mengacu pada Pedoman

Pelaksanaan Peraturan No. 14 Tahun 1992 mengingat pengaturan akhir Pasal 324

Peraturan No. 22 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Pedoman Pelaksana ini.

Pedoman pelaksanaan yang dimaksud adalah:

1. Hal-hal dalam Undang-undang Tidak Resmi Nomor 41 Tahun 1993 tentang

Angkutan Jalan.

2. Hal-hal dalam Undang-Undang Tidak Resmi Nomor 42 Tahun 1993 tentang

Penilaian Kendaraan Mekanik Keluar dan Sekitar.

3. Hal-hal dalam Undang-undang Tidak Resmi Nomor 43 Tahun 1993 Tentang

Rangka Jalan dan Lalu Lintas.

4. Hal-hal dalam Undang-Undang Tidak Resmi Nomor 44 Tahun 1993 tentang

Kendaraan dan Pengemudi.

Dalam tindak pidana lalu lintas, penyelesaian perkara diselesaikan dengan

susunan yang terdiri dari lima lembar, yaitu:

1. Lembaran merah bagi pelanggar

2. Lembar varietas putih untuk pengadilan

3. Lembar Varietas Hijau untuk Jaksa Penuntut Umum

4. Lembar biru untuk pengaturan lalu lintas polisin.

2.4. Pengertian E-tilang (TilangElektronik)

Bukti pelanggarandisingkattilang adalah denda yang diberikan oleh polisi

kepada pengendara yang melanggar peraturan di jalan raya. Sebelum polisi

22
mengeluarkan tilang elektronik, para pelanggar dihentikan dengan santun dan

dijelaskan kesalahannya. Pelanggar diberi tilang dan akan diproses di pengadilan,

kemudian pada saat itu pelanggar akan membayar denda di pengadilan.

Akibatnya, pemrosesan tiket memakan waktu lama. Menggunakan teknologi, E-

Tilang—disebut juga electronic ticketing—mendigitalkan proses ticketing. Hal ini

diharapkan dapat membuat seluruh proses menjadi lebih efektif dan efisien, serta

membantu polisi dalam manajemen administrasi.

Aplikasi terintegrasi ke dalam kepolisian dan kejaksaan, dua pengguna

pertama. Di pihak kepolisian, sistem akan berjalan di komputer tablet yang

menjalankan sistem operasi Android, sedangkan di pihak kejaksaan akan berjalan

di website sebagai eksekutor melakukan hal-hal seperti memihak secara manual.

Aplikasi E-Tilang hanya mengirimkan reminder berupa ID tiket yang menyimpan

semua data atau catatan kepolisian terkait kronologis denda yang akan diberikan

kepada pengadilan atau kejaksaan yang memiliki website dengan integrasi

database yang sama. Alhasil, aplikasi ini hanya mendigitalkan ticketing pada

fungsi nomor dua. Berdasarkan ketiga fungsi utama tersebut, aplikasi E-Tilang

tidak menerapkan fungsi sebagai pengantar membayar denda kepada Bank karena

mekanismenya melibatkan formulir tiket atau kertas. Polisi sudah melakukan e-

ticket atau web based tagging. Dengan aturan baru ini, diharapkan sistem

penandaan yang selama ini dianggap membingungkan dan memakan banyak

waktu setelah selesai, tidak akan pernah ada lagi. Prosedur ticketing yang harus

dicatat secara manual di selembar kertas kosong tidak diperlukan lagi karena

tersedianya tiket elektronik. karena pengendara yang melanggar hukum akan

23
merekam aksinya langsung menggunakan aplikasi milik polisi. Denda maksimum

untuk pengemudi yang menerima tilang ditentukan oleh pelanggaran hukum.

Dalam hal pengemudi yang telah di-tag telah menyelesaikan denda sepenuhnya,

polisi yang telah di-tag akan mendapatkan peringatan di ponselnya. Pelanggar

selanjutnya dapat mengambil surat tersebut di tempat yang tertera dalam surat

pemberitahuan atau segera mengembalikannya dengan memberikan bukti

pembayaran. Pengadilan dan kejaksaan diintegrasikan ke dalam aplikasi e-tiket

ini.

Dalam kebanyakan kasus, putusan akan dijatuhkan oleh hakim dan

dilaksanakan oleh jaksa dalam waktu seminggu sampai dua minggu. Cara Paling

Ampuh Menangani Cicilan E-tiket Dalam menjalankan kerangka kerja penandaan

elektronik atau E-tagging, Korlantas Polri meminta seluruh wilayah setempat

untuk terlebih dahulu mengunduh aplikasi E-tiket di ponsel berbasis kerangka

kerja Android. Setelah aplikasi diunduh dan efektif diperkenalkan, nantinya

petugas yang mengeluarkan tiket akan memberikan nomor ID tiket kepada

pengemudi yang telah didenda. Bagi masyarakat yang tidak memiliki ponsel

berbasis android juga bisa melakukan pembayaran secara fisik melalui petugas

bank yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk membayar denda tersebut, polisi

telah mengutus sebuah bank, yakni Bank BRI.

2.4.1. Keuntungan dari E-tiket

E-tiket memberikan keuntungan bagi masyarakat umum, namun juga bagi

polisi. Negara-negara yang hampir sepenuhnya dibuat telah menerapkan sistem

penandaan elektronik dan tidak perlu pergi ke uji coba. Di negara lain tilang

24
adalah denda manajerial, bukan denda pelanggar hukum, sedangkan di Indonesia

tilang adalah denda penjahat. Selain itu, akan ada satu lagi sisi pasti dari E-ticket.

Misalnya untuk mengurangi aksi unjuk rasa yang biasanya dilakukan oleh pihak

kepolisian yang tidak bertanggung jawab terhadap pelanggar.

E-tiket ini memiliki keunggulan utama, khususnya memudahkan untuk

wilayah setempat. Karena masyarakat tidak perlu lagi pergi ke pengadilan yang

sangat membosankan. Sistem berkelanjutan yang ada pada e-tiket ini

memungkinkan pihak kepolisian untuk secara langsung memeriksa informasi

cicilan. Nantinya, framework ini juga akan dikoordinasikan dengan server SIM

dan STNK. Sehingga jika ada pelanggar yang belum menunaikan kewajibannya,

tidak bisa memperpanjang surat menyurat kendaraan.

2.4.2. Kerugian E-tiket

Saat ini, E-tiket sebenarnya memiliki batasan. Karena bantuan baru ini

dapat melayani slip tiket biru. Sebagai data, tiket biru selama ini harus bisa

dilakukan dengan menitipkan uang kepada petugas. Dalam membatasi terjadinya

pemerasan, berlaku E-tiket ini. Karena dengan kerangka ini, tidak ada lagi

pertukaran uang antara pelanggar dan pejabat. Setelah terekam, driver dalam

waktu singkat akan mendapatkan peringatan berupa kode yang isinya sama

dengan tiket, digabung dengan kode untuk melakukan cicilan halus melalui BRI.

E-tiket membuka pintu bagi pelanggar untuk menyetor denda secara langsung di

pengelola rekening dengan kantor yang dimilikinya, baik melalui e-banking,

ATM, maupun dengan datang langsung ke teller. Pengemudi diharapkan

membayar denda terbesar sesuai pasal yang diabaikan. Jika sudah lunas, petugas

25
penandaan juga akan mendapat notifikasi di ponselnya. Pelanggar dapat

mengklaim kembali surat-surat yang disita secara langsung dengan hanya

mengirimkan bukti pembayaran, atau mendapatkan tempat yang disebutkan dalam

pemberitahuan.

2.5. Konsep media Sosial(Instagram) dan Polres dalam proses e-tilang

2.5.1. Konsep media Sosial (Instagram)

Media sosial terdiri dari dua kata, yaitu media dan sosial. Media

adalah alat, sarana komunikasi, perantara, atau penghubung. Sosial

artinya berkenaan dengan masyarakat atau suka memperhatikan

kepentingan umum (suka menolong, menderma, dsb). Dari sisi bahasa

tersebut, media sosial dimaknai sebagai sarana berkomunikasi dan

berbagi.

Media sosial adalah sebuah media online dengan para

penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan

menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial dan wiki merupakan

bentuk media sosial yang paling sering digunakan oleh masyarakat di

seluruh dunia. Media sosial ialah fitur berbasis website yang dapat

membentuk jaringan serta memungkinkan orang untuk berinteraksi

dalam sebuah komunitas. Pada media sosial kita dapat melakukan

berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling berkenalan dalam

bentuk tulisan visual maupun audiovisual. Contohnya seperti twitter,

facebook, instagram, dan youtube.

26
Berikut beberapa pengertian media sosial menurut beberapa ahli

menurutMandibergh media sosial adalah media yang mewadahi kerja

sama di antara pengguna yang mengasilkan konten. Sedangakn

menurut Shirky media sosial merupakan alat untuk meningkatkan

kemampuan pengguna untuk berbagi, bekerja sama diantara pengguna

dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar

kerangka instusional maupun organisasi.Selanjutnya menurut Boyd

media sosial dijelaskan sebagai kumpulanperangkat lunak yang

memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul,

berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu salingberkolaborasi

atau bermain.

Kemudian menurut Van Dijk media sosial adalah platform media

yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi

mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media

sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang

menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah

ikatan sosial. Mike dan Young juga mengartikan media sosial sebagai

konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi

di antara individu dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja

tanpa ada kekhususan individu. Dari pengertian-pengertian di atas,

penulis menyimpulkan bahwa mediasosial adalah media yang

memungkinkan penggunanya untuk saling melakukan aktivitas sosial

melalui jaringan internet tanpa dibatasi jarak, ruang, dan waktu.

27
Berbagai alasan mengapa seseorang membuat sebuah akun pada

media sosial, diantaranya untuk tetap terhubung dengan keluarga dan

teman memperoleh informasi dan kabar melalui news feed yang

disediakan oleh media sosial, hinga menunjukkan eksistensi diri.

Dalam sebuah penelitian dinyatakan, media sosial berhubungan

dengan kepribadian introvert. Semakin introvert seseorang maka dia

akan semakin aktif di media sosial sebagai pelampiasan. Maraknya

dan membludaknya pengguna media sosial di kalangan mahasiswa,

akhir-akhir ini mulai muncul anggapan semakin aktif seorang di

media sosial maka mereka semakin dianggap keren dan gaul. Namun

kalangan mahasiswa yang tidak mempunyai media sosial biasanya

dianggap kuno, ketinggalan jaman, dan kurang bergaul. Pada akhirnya

anggapan ini akan membentuk kesan krisis eksistensi diri. Tidak

jarang mahasiswa–mahasiswa yang menggunakan media sosial ini

menjadi dramatis dan terus membuat pencitraan atas dirinya.

Instagram merupakan berbagai aplikasi layanan berbagi foto yang

memungkinkanpengguna untuk berfoto dan memberi filter lalu

menyebarluaskannya dimedia sosial seperti facebook, twitter, dan

lainnya.Semenjak kemunculannya Instagram pada tanggal 6 oktober

2010 di Apple Store aplikasi ini langsung diburu oleh pengguna

Apple.Berdiri pada tahun 2010 perusahaan Burbn Inc, merupakan

sebuah teknologi startup yang hanya berfokus kepada pengembangan

aplikasi untuk telepon genggam.Terbukti pada akhir desember 2010

28
pengguna instagram telah mencapai 1 juta pengguna dan pada juni

2011 telah mencapat 5 juta pengguna dengan total 150 juta photo pada

bulan agustus 2011. Pada tanggal 9 April 2012, diumumkan bahwa

Facebook setujumengambil alih Instagram dengan nilai hampir $1

miliar dalam bentuk tunai dan saham. Pada tanggal 11 Mei 2016,

Instagram memperkenalkan tampilan baru sekaligus ikon baru dan

desain aplikasi baru. Terinspirasi oleh ikon aplikasi sebelumnya, ikon

baru merupakan kamera sederhana dan pelangi hidup dalam bentuk

gradien (Aning,2021).

2.5.2. Kepolisian Resor (POLRES)

Menurut Pasal 1 angka 5 Peraturan Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort dan

Kepolisian Sektor adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di

wilayah kabupaten/kota yang berada dibawah Kapolda. Selanjutnya

pada Pasal 1 angka 20 disebutkan bahwa Satuan Lalu Lintas

(SATLANTAS) adalah unsur pelaksana tugas pokok fungsi lalu lintas

pada tingkat Polres yang berada di bawah KAPOLRES. Pasal 59

Peraturan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2010, menjelaskan bahwa Satlantas bertugas

melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas

(Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan

bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan

29
penegakan hukum di bidang lalu lintas. Dalam melaksanakan tugas

tersebut, SATLANTAS POLRES menyelenggarakan fungsi :

1) Pembinaan lalu lintas kepolisian

2) Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas

sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu

lintas

3) Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban,

kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas)

4) Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan

bermotor serta pengemudi.

5) Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta

penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum,

serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya

6) Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan

7) Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

2.6.Teori Spiral Of Silence

Teori Spiral Of Silince diapresiasi sebagai salah satu bentuk teori yang

dapat menjelaskan terbentuknya pendapat umum atau opini publik. Elizabeth

Noelle-Neuman pada tahun 1970 mengemukakan, teori Spiral Of Silince

menjelaskan bahwa opini publik terbangun dari suatu proses saling memengaruhi

antara persepsi individu atau pendapat pribadi kaitannya dengan pendapat orang

lain dalam konteks sosial dan opini yang ada di media massa. Teori ini dibagun

30
Elizabeth Noelle-Neumann pasca Perang Dunia II di Jerman. Teori ini berangkat

dari pendekatan psikologi sosial bagaimana persepsi individu akan bertemu

dengan persepsi sosial. Individu senantiasa melihat lingkungan sekitar, apakah

pandangannya sama dengan pandagan masyarakat pada umumnya (yang

dominan) atau tergolong pendapat minoritas. Apakah individu pada akhirnya tetap

pada persepsinya dengan resiko akan diisolasi dari kehidupan sosial atau

mengikuti persepsi sosial upaya diterima di lingkungan sosial di tempat ia berada.

Berangkat dari asumsi-asumsi Spiral of silince threat of isolation, fear of

isolation, quasi-statistical sense yang dikemukakan Noelle-Neumann tersebut,

Spiral of Silince selanjutnya menjelaskan bahwa individu pada umumnya

berusaha untuk menghindari isolasi dari lingkungan sosialnya. Individu akan

mengamati lingkungannya untuk mempelajari pendangan-pandangan mana yang

bertahan dalam rentang waktu tertentu dan mendapatkan dukungan atau dominan,

dan mana pendapat-pendapat yang tidak mendapatkan dukungan.

Jika individu merasakan bahwa pandagannya termasuk di antara yang tidak

dominan atau tidak populer, individu cenderung kurang berani

mengekspresikannya pandangannya secara terbuka pada orang lain karena adanya

ketakutan akan isoalsi dari orang-orang yang secara sosial memiliki hubungan

dengannya ( Rahman, 2019)

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian terdahulu yang

membahas oleh Ahmad Fadli (2020) tentang Efektivitas Penerapan Sanksi Denda

E-Tilang Bagi Pelanggar Lalu Lintas. Berdasarkan undang-undang nomor 22

31
Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (Studi di Polres Rembang)

dengan hasil penelitian suatu penerapan e-tilang akan berjalan lancar, cepat dan

mudah apabila didukung oleh fasilitas sistem informasi yang berbasis jaringan

atau website sehingga menjadi cepat dan mudah serta keterbukaan pelaksanaan

proses e-tilang menjadi transparan di masyarakat. Dalam upaya pecegahan praktik

pungutan liar yang belum mengacu pada prinsip-prinsip pelayanan yang meliputi

kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, dan kelengkapan sarana dan

prasarana. Disamping itu dalam memberikan pelayanan kurang dapat memelihara

hubungan kerja serta menciptakan kepuasan kepada masyarakat yang dilayani.

Menyikapi fenomena yang ada aparat harus memahami betul tugas pokok

dan fungsinya terutama yang bertugas di ruang pelayanan E-Tilang. Peningkatan

pengetahuan dan keterampilan senantiasa perlu ditingkatkan, agar penilaian

masyarakat yang kurang puas terhadap citra dan kualitas pelayanan kepolisian

yang diberikan aparat kepolisian dapat diminimalisir sekecil mungkin.

Penelitian Afrisa Cutrima Ayu Hartina (2019.) Persepsi Masyarakat tentang

Penerapan Tilang Elektronik (Studi Di Wilayah Kota Makassar). Skripsi. Fakultas

Ilmu Sosial. Universitas Negeri Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk : (1)

mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tehadap penerapan e-tilang di Kota

Makassar, (2) untuk mengetahui apakah faktor penghambat dalam penerapan e-

tilang di Kota Makassar, (3) untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan oleh

pemerintah untuk menanggulangi hambatan yang terjadi dalam penerapan e-

tilang di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persepsi

masyarakat terhadap penerapan tilang elektronik di Kota Makassar belum

32
sepenuhnya setuju. Sebagian masyarakat menganggap bahwa tilang elektronik

hanya merupakan wacana pemerintah. (2) Faktor penghambat dari penerapan

tilang elektronik di Kota Makassar ada beberapa : 1) Ruas jalan yang tidak

memadai, 2) kurangnya pengawasan dari pihak petugas kepolisian, 3)

kepadapatan kendaraan, 4) jam kerja petugas yang bertugas memantau CCTV, 5)

kurangnya Sosialisasi pemerintah dan pihak kepolisian Kota Makassar, 6)

prosedur penyelesaian yang pelanggaran yang panjang dan tidak dipahami oleh

masyarakat Kota Makassar. (3) upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah

dalam menanggulangi hambatan yang terjadi dalam penerapan tilang elektronik di

Kota Makassar yaitu 1) memperbanyak pemasangan CCTV di Kota Makassar, 2)

menertipkan kendaraan-kendaraan illegal, 3) memperluas

sosialisasi tentang tilang elektronik, 4) mengurangi biaya balik nama kendaraan,

dan lain-lain.

2.8. Kerangka Berpikir

Penerapan aplikasi E-tilang dalam proses penegakan hukum pelanggaran

lalulintas di Polres Kendari dengan kondisi awal dimana pelanggaran lalu lintas

masih sangat tinggi kemudian dibuat dalam pelaksanaan tindak pidana

pelanggaran lalu lintas dengan memanfaatkan E-tiket. Upaya penertiban tindak

pidana lalu lintas merupakan upaya penanggulangan yang biasa dilakukan dalam

penanganan masalah lalu lintas. Aplikasi E-tiket yang diterapkan dapat menjadi

alat bantu untuk pendakwaan tindak pidana pelanggaran lalu lintas sehingga

pelanggar mengetahui pelanggaran yang dilakukannya. Akibatnya dapat

menimbulkan dampak hambatan bagi pihak yang bersalah dan tidak melakukan

33
pelanggaran lebih lanjut. Pelaksanaan pelanggaran ini merupakan kegiatan berat

yang dilakukan oleh satuan lalu lintas Polres Kendari.. Adapun kerangka berpikir

penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir

Tingginya Tingkat Pelanggaran


Lalu Lintas

Penggunaan Media DalamSosialisasi E -Tilang


Pada Satlantas Di Polres Kota Kendari.

Berkurangnya Tingkat
Pelanggaran Lalu Lintas

34
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan Penulis melakukan penelitian

di Provinsi Sulawesi Tenggara tepatnya di Polres Kendari mengenai

Penggunaan Media sosial (Instagram) Dalam Sosialisasi E -Tilang Pada Satlantas

di Polres Kota Kendari. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut, karena peneliti

ingin mengetahui efektivitas penggunaan media sosial (Instagram) dalam

sosialisasi e -tilang pada satlantas di Polres Kota Kendari.

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai

November 2023. Selama itu, peneliti melakukan pengecekan ulang (re-chek)

terkait data yang di ambil.

3.2 Subjek dan Informan

3.2.1 Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah Masyarakat yang melanggar

di lingkungan Kantor Polrestabes Kota Kendari.

3.2.2 Informan Penelitian

35
Informan diambil dari lingkungan Kantor Polrestabes Kota Kendari.

Informan dipilih berdasarkan karakteristik kesesuaian dengan data yang

diperlukan yakni, polisi lalu lintas outsourcing. Informan yakni ditentukan tidak

berdasarkan jumlah yang dibutuhkan, namun berdasarkan pertimbangan fungsi

para informan sesuai batas penelitian (porposive).

3.3 Teknik Penentuan Informan

Penentuan Informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling (menunjuk langsung) yaitu peneliti dengan sengaja menentukan

informan berdasarkan tujuan dan kebutuhan informan. Pemilihan informan ini

didasarkan pada pertimbagan bahwa informan yang dipilih mampu memberikan

data dan informasi yang akurat mengenai efektivitas penggunaan media sosial

(Instagram) dalam sosialisasi e -tilang pada satlantas di Polres Kota Kendari.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yakni Data

Primer dan Data Skunder.

1. Data Primer

Data Primer berupa data yang didapatkan dari sumbernya langsung

mengenai pendapat responden terhadap suatu permasalahan yang diajukan dalam

penelitian.

2. Data Sekunder

36
Data Sekunder berupa data yang didapatkan dari lembaga atau instansi

yang berhubungan mengenai data pada penelitian untuk memecahkan masalah

berupa lokasi penelitian, dokumen dan data dari internet.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamataan

langsung terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan objek yang akan

diteliti

Wawancara penulis akan membuatkan daftar pertanyaan yang terperinci

sebagai angket untuk responden dengan memberikan penjelasan terhadap

pertanyaan yang diberikan serta wawancara langsung agar informan yang

dibutuhkan terkait efektivitas penggunaan media sosial (Instagram) dalam

sosialisasi e -tilang pada satlantas di Polres Kota Kendari.

2. Dokumentasi merupakan pengumpulan dokumen-dokumen pendukung berupa

data yang telah dipublikasikan.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain (A.Fadli,2020).

3.6 Desain Operasional Penelitian

37
Definis operasional menurut Arikunto (2010) merupakan suatu rangkaian

variabel yang akan diteliti agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul

penelitian ini, maka perlu memberikan batasan mengenai istilah-istilah yang

tergandung didalam judul penelitian yang akan di angkat (A.Fadli,2020)

Desain operasional penelitian ini efektivitas penggunaan media sosial

(Instagram) dalam sosialisasi e -tilang pada satlantas di Polres Kota Kendari

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Operasional

Unit Analisis Kerangka Analisis Teknik Pengumpulan Data

Kepercayaan Observasi
Efektivitas Nilai Wawancara
Pengharapan Dokumentasi

3.7 Konseptualisasi

1. Kepercayaan dalam penelitian ini terhadap efektivitas penggunaan media sosial

(Instagram) dalam sosialisasi e -tilang pada satlantas di Polres Kota Kendari.

mampu menyediakan informasi dan transparan untuk membangun kepercayaan

kepada publik khususnya mahasiswa hukum

2. Nilai dalam penelitian ini mahasiswa memahami penggunaan Media sosial

(Instagram) Dalam Sosialisasi E -Tilang Pada Satlantas Di Polres Kota Kendari

yang terpercaya dan fakta atau bukti untuk memastikan nilai informasi yang

didapatkan.

38
3. Pengharapan dalam penelitian ini diharapkan mampu memahami penggunaan

Media sosial (Instagram) Dalam Sosialisasi E -Tilang Pada Satlantas Di Polres

Kota Kendari yang memiliki keadilan dan kebenaran mengenai efektivitas

penggunaan media sosial (Instagram) dalam sosialisasi e -tilang pada satlantas

di Polres Kota Kendari.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Suteki, dan Taufani, G. (2018). Strategi Eksplorasi Halal (Penalaran, Hipotesis
dan Praktek). Depok: PT. Tuan Grafindo Persada.
Buku harian:
Chusminah, S., Haryati, R.A., dan Kristiani, D. (2018). Kecukupan
Pelaksanaan E-Ticket Kendaraan Mekanik Dalam Rangka Menangani
Pedoman Korlantas Polri. WIDYA CIPTA: Buku Harian Sekretaris dan
Pengurus, Vol.2 No.2, hal. 217-224.
Junef, M. (2014). Perilaku PUBLIK TERHADAP Kegiatan Pembuktian
Pelanggaran (FIKSI) PADA Jam Sibuk Kemacetan. WIDYA Yustisia E-
Diary, Vol. 1 No. 1, hlm. 52-60.
Rakhmadani, S. (2017). Kajian Pemanfaatan E-Tilang Dalam Mensyukuri
Administrasi Hebat di Indonesia. Buku Harian Sosial, Keuangan dan
Kemanusiaan, Vol.7 No.3, hal. 663-671.
Salsabila, F. (2018). Pengembangan Sistem Penandaan Elektronik (E-Tilang)
dalam Pengerjaan Administrasi Terbuka di Kepolisian Resor
(POLRES) Kediri. Publica, Vol.6 No.2, hal.1-7.
Setiyanto, Gunarto, dan Wahyuningsih, S.E. (2017). Kecukupan Pelaksanaan
Denda E-Ticket Bagi Pelanggar Lalu Lintas Ditinjau dari Peraturan
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi
di Polres Rembang). Buku Harian Regulasi Khaira Ummah, Vol.12
No.4, hal. 742-766.

Prihadi, M.D. 2020. Pengenalan dasar Manajemen Publik Relasi. Jawa Timur:
KBM Indonesia.

Rahman, A. 2019. Komunikasi Persuasi Politik. Yogyakarta: Andi (Anggota


IKAPI)

39
Ramli, M. 2012. Media dan Teknologi Pembelajaran. Kalimantan Selatan: IAIN
Antasari Press.

Rannu, A dan Kunni, J. 2019. Teknik Mencari & Menulis Berita. Gowa: Jariah
Publishing Intermedia

Ronda, A.M. 2019. Komunikasi Sosial dan Demokrasi Warung Kopi. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Pasca Tiga Belas Sahid Sudirman Center 11Th Floor
A. Jl. Jendral Sudirman Kav. 86 Jakarta 10220

Sari, A.A. 2017. Dasar-Dasar Public Relations Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Grub Penerbit CV Budi Utama.

Sariati, T. Lutfie, M. dan Kurniadi, B. 2019. Komunikasi Politik, Media Massa,


dan Opini Publik. Jakarta: PT Kajagrafindo Persada

Sugiono, 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung : PT. Alfabet

Supranto, T. 2010. Politik Redaksi Berita. Jakarta: Pustaka Kaisawaran Imprint


Dari Bayumedia Publishing P.O. BOX 49 Ml 65101

Wahyudi,D. 2017. Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya. Yogyakarta:


Lintang Sari Aksara Books

Zhuri. S, Fajria. N, Wibowo. RTH, Prakoso. AAD, Indriani. RO, Windari. AT,
Thomas. C, Auliya. AZ, Annisa. M, Yusuf. M, Yulianto. A, Sadaika. S,
Pramesti. WD, Isma. MRA, Trinanda. PA.A, Asrih. MA, Raenafisal. H,
Primayuda. RA, Pradana. AW, Permatasari. BN, Asri. GM, Cahyo. YA,
Febrianta. MI, Arsy. AN, Putri. VVP, Kamila. RK, Albitasyah. YZ,
Maudy. S, Sa’adah. NSM, Purnama. MD, Pratama. SD, Yogia KY. 2020.
Teori Komunikasi Massa dan Perubahan Masyarakat. Malang: Prodi Ilmu
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

Zulmiyetri, Nurhastuti dan Safaruddin. 2019. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta.


Kencana
Jurnal:
Pertiwi, J. E., & Junaidi, A. 2023. Analisis Penayangan Berita Ferdy Sambo di
Akun Instagram Kompas TV Berdasarkan Penerapan Kode Etik
Jurnalistik. Koneksi, 7(1), 120-127.

Pratama, M. R., & Yanuar, F. (2023). Persepsi Mahasiswa Fikom Usahid Atas
Polri Terkait Kasus Ferdy Sambo. Seminar Nasional Pariwisata dan
Kewirausahaan (SNPK) (Vol. 2. 570-579).

Purba, A.E. 2022. Studi Kasus Pembunuhan Brigadir Yosua di Youtube Kompas
TV. Journal of Communication. 1(1). 1-7.

40
Rosmala dan Thoyyibah, I. 2022. Analisis Pelanggaran Kode Etik Humas Polri
(Studi Kasus Ferdy Sambo). Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
Communique, 5(2), 161-172.

Sulistyo, E. 2014. Opini Pemilihan Pemula Mengenai Iklan Politik “Kuis


Kebangsaan WIN-HT” Partai Hanura di RCTI. Jurnal E-Komunikasi.
2(3).

Syarief, F. 2017. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Proses Pembentukan Opini


Publik (Analisis Wacana Twitter SBY). Jurnal Network Media. 2(1). 1-16.

Wildan, M. 2023. Sentimen negatif netizen dalam kolom komentar detik. com
terhadap pemberitaan kasus Ferdy Sambo. LITERA, 22(1).

Zukarnaim, 2022. Pengaruh Terpaan Berita Media Massa Tentang Kasus Sambo
Terhadap Citra Polri Di Mata Mahasiswa. Jurnal KomUtama. 12(2). 1-15.

Peraturan:
Undang-undang tidak resmi Nomor 43 Tahun 1993 Pasal 93 Ayat 1 Tentang
Tabrakan Kendaraan.
Undang-undang tidak resmi Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Peninjauan Kendaraan Mekanik Keluar Jalan dan Persyaratan
Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Nomor Pesanan 23 Tahun 2010.
Perma Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara
Tindak Pidana Lalu Lintas.
Permintaan Kapolri Nomor: sprin/1376/VII/2016 Tanggal 1 Juli 2016
perihal Kelompok Penggerak Program Kebutuhan Kapolri.
Surat Pesan Kapolri Nomor: st/2581/X/2016 tanggal 22 Oktober 2016
tentang Penyiapan Aplikasi Framework Tagging Berbasis Web.
Peraturan Nomor 11 Tahun 2008 tentang Data dan Pertukaran Elektronik.
Peraturan No. 22 Tahun 2009 Pasal 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.

Peraturan Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 264 s/d Pasal 272 tentang
Persyaratan Tindak Pidana Lalu Lintas.

41

Anda mungkin juga menyukai