Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANALISIS ALTERNATIF KEBIJAKAN E-TILANG DI INDONESIA

Kebijakan Publik

Dosen pengampu : Muhammad Imanuddin Kandias Saraan, S.Sos, M.A.P

Disusun Oleh:

Yohana Monika Br Tarigan

210903038

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya
makalah yang berjudul “Analisis Alternatif E-Tilang di Indonesia” ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Adapun makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan
Publik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Imanuddin Kandias Saraan,


S.Sos, M.A.P selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang telah mendukung pengerjaan makalah
ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan
saran membangun saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Medan, 12 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................................... 5
C. TUJUAN ................................................................................................................................... 5
D. METODE PENELITIAN .......................................................................................................... 5
KAJIAN TEORI ................................................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................................................. 7
A. FAKTOR PENDUKUNG E-TILANG...................................................................................... 7
B. ETLE SEBAGAI KEBIJAKAN PUBLIK ................................................................................ 8
C. ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM PENGOPTIMALAN ETLE ...................................... 8
BAB III ............................................................................................................................................... 10
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 10
B. SARAN ................................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak ke empat di dunia. Hal ini
berdampak pada banyak hal termasuk mobilitas penduduk sehari-hari. Hampir setiap
ruas jalan di indonesia dilewati oleh para pengendara mulai dari sepeda motor sampai
kendaaraan besar seperti truk dan bus. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun
2020 tercatat sebanyak 2,3 persen penduduk Indonesia merupakan pekerja sekuler.

Laki-laki Perempuan
Kota 1 246 358 75 879
Desa 975 398 59 338
Kota&desa 2 221 756 135 217

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2021

Pergerakan ini tentu harus disandingkan dengan adanya fasilitas jalan dan rambu yang
memadai, serta pengawasan bagi pelanggar tata lalu lintas. Menurut (Nur, 2021)
“…lalu lintas adalah hal ikhwal yang berhubungan dengan sarana jalan sebagai sarana
untuk mencapai tujuan” Sebab pelanggaran lalu lintas dapat berpotensi berujung
kepada kecelakaan. Maka dari itu, pengawasan dan penegakan hukum lalu lintas
harus ditegakkan dan dipatuhi oleh setiap pengguna jalan.
Pengawasan lalu lintas di Indonesia selama ini dilakukan secara konvensional oleh
petugas kepolisian. Sistem yang digunakan cenderung berpotensi menimbulkan
adanya kecurangan maupun pungutan liar. Hal ini kerap dikeluhkan masyarakat dan
menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap petugas.
Oleh karena itu, pemerintah memberikan solusi baru akan permasalahan ini.
Penggunaan teknologi informasi digaungkan kembali dalam kehidupan termasuk
dalam kebijakan penerapan ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) yang akan
bekerja selama 24 jam mengawasi pelanggaran lalu lintas berdasarkan Pasal 287 ayat
5 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Adapun ETLE menandai para pelanggar lalu lintas dijalan untuk dikenai denda
maupun sanksi administrasi maupun kurungan. Penulisan makalah ini akan berkaitan
dengan permasalahan yang menyebabkan urgensi akan tilang elektronik, juga akan
membahas mengenai tilang elektronik dari segi kebijakan publik dan alternatif
tambahan dari sudut pandang penulis untuk kebijakan ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini akan membahas mengenai permasalahan
yang menyebabkan urgensi terhadap tilang elektronik, tilang elektronik sebagai
kebijakan publik serta alternatif kebijakan yang memiliki kekuatan hukum.

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor pendukung
diterbitkannya aturan E-Tilang, mengetahui E-Tilang sebagai kebijakan publik dari
segi agenda kebijakan, serta menganalisis alternatif yang dapat mengoptimalkan
jalannya kebijakan E-Tilang di Indonesia.

D. METODE PENELITIAN
Adapun penulisan makalah ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
merupakan metode penelitian dengan mengembangkan teori secara deskriptif.
KAJIAN TEORI

Menurut (Sutojo, 2015) “Pada hakekatnya penyelenggaraan pelayanan publik


merupakan amanat yang diberikan rakyat kepada penyelenggara negara (ekskutif dan
legislatif) untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.” Oleh karena itu, pelayanan
publik haruslah diprioritaskan untuk masyarakat.
Lebih lanjut untuk menyediakan pelayanan yang baik untuk publik pemerintah
merumuskan sebuah kebijakan yang mana menurut Anderson kebijakan adalah “Arah
tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah
aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu permasalahan”.
Kebijakan tentulah memiliki tujuan yakni “Tujuan suatu kebijakan seringkali
kompleks, luas dan implementasinya melibatkan lintas sektoral” (Henriyani, 2015)
Tujuan utama dari sebuah pelayanan publik adalah kesejahteraan bagi masyarakat,
dari berbagai sektor. Sektor perhubungan tidak luput pula dalam upaya ini. Maka
kebijakan ETLE atau biasa disebut tilang elektronik di implementasikan guna
mencegah pelanggaran dan tidak pungutan liar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. FAKTOR PENDUKUNG E-TILANG


Peraturan lalu lintas tertulis dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 mengenai Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Peraturan ini berlaku bagi setiap pengemudi, pengguna
jalan dan kendaraan. Dalam implementasinya, petugas dikerahkan ke jalan-jalan yang
dan kerap mendirikan pos jaga untuk menjaga ketertiban dan menindak pelanggar.
Polisi sebagai petugas haruslah memberikan citra dan contoh yang baik kepada
masyarakat yang diayomi. Namun seringkali dalam implementasi kebijakan ini
dijumpai pelanggaran dari yang ringan sampai berat. Pelanggaran ini dikhawatirkan
akan berujung pada terjadinya kecelakaan lalu lintas yang akan membahayakan
banyak pihak. “ETLE adalah upaya pengimplementasian teknologi untuk mencatat
pelanggaran dalam lalu lintas secara elektronik untuk mendukung keamanan,
keselamatan dan ketertiban.” (Saputra, 2021)
Pembuatan kebijakan tilang eletronik dilandaskan terhadap permasalahan krusial yang
menyangkut keselamatan di jalan. Adapun permasalahan yang memicu urgensi
diterapkannya tilang elektronik ialah kurangnya efektivitas tilang konvensional
ditinjau dari beberapa aspek yakni:
- Tilang konvensional cenderung rawan akan penilaian yang subjektif. Tindakan
yang dimaksud adalah adanya ketidakrataan penerapan hukum dikarenakan
adanya hubungan antar petugas dan pengguna jalan. Contoh : hubungan suku,
keluarga maupun pekerjaan
- Kesadaran akan hukum lalu lintas yang masih rendah membuat pelanggaran relatif
sering terjadi
- Adanya fenomena tindak pungutan liar ataupun pemerasan dari oknum yang dapat
mengakibatkan jatuhnya kepercayaan masyarakat terhadap petugas.

Maka dari itu ETLE tahap pertama diluncurkan 23Maret 2021 sebagai upaya
pengentasan berbagai hal diatas, serta sebagai upaya memajukan pelayanan publik
berbasis teknologi di Indonesia. Pelanggar yang terdata oleh sistem tilang elektronik
akan dikenai denda yang akan dikirimkan ke tagihan pajak pelanggar. Sanksi yang
dikenakan pun dapat berbeda pada setiap jenis pelanggaran. Namun system ini dilihat
masih memiliki beberapa celah kekurangan yakni besarnya biaya yang diperlukan
demi meratanya fasilitas ini di setiap titik-titik jalan di seluruh Indonesia. Yang mana
perlu diingat fasilitas ini banyak menggunakan prasarana dalam jumlah banyak untuk
disebarkan di seluruh Indonesia. Selain itu, pelaksanaan hukum haruslah disertai pula
dengan respon yang juga baik dari masyarakat yang menjalankannya. Maka dari itu,
kendala lainnya adalah cara menanamkan nilai taat hukum lalu lintas serta
mensosialisasikan ETLE kepada seluruh masyarakat.

B. ETLE SEBAGAI KEBIJAKAN PUBLIK


Kebijakan publik merupakan sebuah upaya pemerintah dalam menghadapi kebutuhan
dan perubahan ditengah-tengah masyarakat berupa putusan yang diterapkan untuk
ditaati oleh seluruh masyarakat. Menurut Anderson (dalam Sutojo, 2015) kebijakan
publik adalah “Arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang
aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu permasalahan”.
ETLE merupakan salah satu produk kebijakan publik di bidang perhubungan.
Pelayanan publik berbasis elektronik ini timbul dari kebutuhan dan desakan rakyat
terhadap pemerintah yang dituangkan kedalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan
merupakan sebuah susunan tuntutan maupun permasalahan yang perlu ditinjau lebih
lanjut untuk disusun dan dibahas menjadi sebuah solusi ataupun tindakan tertentu.
Setelah penyusunan agenda kebijakan, terdapat beberapa tahapan lagi sebelum sebuah
kebijakan publik lahir. Tahapan tersebut mencakup formulasi kebijakan, legitimasi
kebijakan, implementasi dan evaluasi. Setelah sebuah kebijakan lahir, maka kebijakan
tersebut akan di implementasikan. Implementasi kebijakan memerlukan tidak hanya
ketanggapan dari pemerintah, namun juga tanggapan yang responsif dari masyarakat.
Menurut (Sutojo, 2015) implementasi adalah “…suatu proses atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pelaksanaan kebijakan dengan melibatkan sumber daya yang ada,
sarana dan prasarana untuk diterapkan kepada masyarakat guna mencapai tujuan yang
diinginkan oleh pembuat kebijakan”. Adapun tujuan dari implementasi ETLE adalah
untuk menanamkan taat hukum lalu lintas kepada masyarakat tanpa harus ada petugas
yang berpatroli dan demi memberantas pungutan liar dalam tilang.

C. ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM PENGOPTIMALAN ETLE


Setelah tahapan agenda kebijakan sampai implementasi, tahap berikutnya merupakan
evaluasi atas kebijakan yang sudah dijalankan. Evaluasi merupakan kegiatan
peninjauan keseluruhan kegiatan untuk dilihat keberhasilan maupun kekurangannya.
Begitu pula pada kebijakan E-Tilang. Melansir media, keberadaan ETLE
mendapatkan respon positif dari masyarakat. ETLE dinilai dapat membantu
mengubah perilaku berkendara masyarakat. Bahkan di beberapa daerah seperti DKI
Jakarta mengalami penurunan pelanggaran muatan, dan ruas tol Sumatera dan Jawa-
Jawa Tengah telah mengalami penurunan pelanggaran kecepatan (detiknews, 2022).
Namun dibalik keberhasilan yang berhasil diraih ETLE, masih ada hal yang perlu
ditingkatkan kedepannya, yakni kemerataan fasilitas ETLE di lebih banyak ruas jalan,
seperti di beberapa titik lampu lalu lintas di Kota Medan yang masih belum memiliki
kamera ETLE. Juga perlunya menggencarkan sosialisasi tilang elektronik kepada
seluruh lapisan masyarakat melalui berbagai media baik cetak, audio dan audio visual.
Perlunya iklan layanan masyarakat di televisi dan radio mengenai program-program
maupun kebijakan yang akan diterapkan yang akan memberikan masyarakat
informasi dan menghindari kepanikan maupun ketidaktahuan ditengah masyarakat.
Maka alternatif yang dapat diberikan penulis dalam pengoptimalan kebijakan tilang
elektronik adalah tambahan penggiatan sosialisasi dengan memanfaatkan media
seperti koran, radio, televisi maupun media lainnya. Agar masyarakat tidak hanya tau
keberadaan tilang elektronik namun juga mengatahui tata cara menjalani sanksi pasca
tilang.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
ETLE merupakan sebuah kebijakan yang hadir sebagai respon terhadap tilang
konvensional yang masih banyak mengalami kekurangan. Tilang ini memiliki telah
hadir di Indonesia semenjak tahun 2021 kemarin. Kebijakan ini mendapatkan respon
dan hasil yang baik dari masyarakat, namun juga tidak terlepas dari permasalahan dan
kekurangan. Maka dari itu ETLE sebagai kebijakan bersifat dapat dikembangkan
demi implementasi yang lebih optimal. Berangkat dari sifat ETLE sebagai kebijakan,
maka penulis mengevaluasi ETLE dan memberikan saran alternatif dengan
menggiatkan sosialisasi dari tilang elektronik.

B. SARAN
Pengenalan tilang elektronik lebih lanjut di Indonesia diharapkan dapat lebih gencar.
Maka dari itu,untuk menjangkau setiap lapisan masyarakat hendaknya melibatkan
tenaga anak muda dalam menuangkan kreativitas untuk bekerja sama dengan
pemerintah untuk mempromosikan kegiatan maupun kebijakan, tidak hanya ETLE
namun juga kebijakan lain kedepannya.
Daftar Pustaka
Kharisma, A. (2022, April 4). Evaluasi ETLE di Tol, Kakorlantas: Ubah Budaya Berkendaraan
Masyarakat. Retrieved June 14, 2022, from detiknews: https://news.detik.com/berita/d-
6016540/evaluasi-etle-di-tol-kakorlantas-ubah-budaya-berkendaraan-masyarakat

Nur, N. C. (2021). Penerapan Aplikasi E-Tilang dalam Penyelesaian Perkara Lalu Lintas Jalan. AMSIR
Law Jurnal, 22.

Saputra, N. P. (2021). Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) dan Permasalahannya. Bidang
Hukum : Info Singkat, 1-2.

Statistik, B. P. (2021, December 21). Badan Pusat Statistik. Retrieved June 13, 2022, from Statistik
Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja 2021:
https://www.bps.go.id/publication/2021/12/21/a15176a0d458bc8f297d3ee7/statistik-
mobilitas-penduduk-dan-tenaga-kerja-2021.html

Sutojo, A. (2015). PENGARUH PELAKSANAAN KEBIJAKAN ATAU ATURAN TERHADAP PELAYANAN


SEKTOR PUBLIK DI KABUPATEN BENGKULU UTARA. MIMBAR JURNAL PENELITIAN SOSIAL
DAN POLITIK, 3-6.

Anda mungkin juga menyukai