Anda di halaman 1dari 13

TUGAS BAHASA INDONESIA

PENTERTIBAN LALU LINTAS DENGAN SENSOR PLAT


NOMOR YANG TERINTEGRASI DENGAN E-TILANG

Nama : Badaruddin Luthfi


NIM : A12.2018.05934
Kelompok : A12.6302
Progdi : Sistem Informasi

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
I Tema
Sistem Informasi
II Topik
Penertiban Lalu Lintas
III Judul
Pentertiban Lalu Lintas Dengan Sensor Plat Nomer Yang
Terintegrasi Dengan E-Tilang
IV Latar Belakang

Dewasa ini, masyarakat lebih memilih untuk membeli kendaraan


pribadi sebagai sarana transportasi. Pernyataan tersebut apabila dilihat dari
sisi sosial budaya, keinginan seseorang untuk memiliki kendaraan pribadi
banyak dipengaruhi adanya pandangan bahwa memiliki kendaraan bermotor
mencerminkan status sosial di masyarakat (Sadono, 2017). Namun tidak
diimbangi dengan kesadaran tertib berlalu lintas untuk setiap pengguna yang
memiliki kendaran transportasi tersebut.

Ada beberapa hal yang menyebabkan masyarakat kurang sadar akan


pentingnya berlalu lintas diantaranya adalah kepentingan yang mendesak.
Perilaku ketidak disiplinan masyarakat dalam berlalu-lintas seperti
mengendarai kendaraan melebihi batas kecepatan yang ditentukan,
menerobos lampu lalu lintas, melewati marka pembatas jalan, tidak
melengkapi alat keselamatan seperti halnya tidak menggunakan helm, spion,
lampu-lampu kendaraan, ketidaklengkapan surat-surat kendaraan bermotor,
tidak taat membayar pajak, menggunakan kendaraan tidak layak pakai, dan
pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi yaitu “menerabas antrian
kendaraan, berkendara zigzag dengan kecepatan tinggi, beberapa kali
menerabas lampu lalu lintas, dan melanggar rambu yang dilarang menikung”
(Sadono, 2017).

Adapun pengendara yang mematuhi lampu lintas namun tetap saja


melanggar batas marka yang telah ditentukan untuk batas berhenti untuk
kendaraan bermotor, hal itu biasanya disebabkan kendaraan yang telat
mengerem kendaraan yang menyebabkan kendaraan melewati batas marka.
Adapun jika kendaraan memang benar-benar patuh hanya pada saat lampu
lalu lintas berada di sebelah pos polisi, hal ini menyebabkan pengendara patuh
pada aturan berlalu lintas berkendara dan situasi tersebut akan hanya dipatuhi
bila berada di dareah yang sama seperti itu.

Untuk daerah-daerah yang tidak terpantau pos polisi khususnya di


daerah pegunungan yang memiliki aturan marka jalan yang sangat penting
untuk bantuan pengendara agar lebih tertib dan selamat. Dengan keadaan
seperti ini masih banyak pengendara melalaikan aturan tersebut karena
minimnya pengawasan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yaitu
adalah Polisi. Karena keterbatasan jam kerja anggota Polisi, banyak
pengendara lebih sering melanggar aturan tersebut pada saat malah hari, hal
itu diperparah dengan kurang jelasnya mata manusia pada saat malam hari
dan kecelakaan pun juga sering terjadi pada waktu malam hari. Hal itu
membuat masalah tersebut tak kunjung bisa diminimalisir karena kurangnya
cepat tanggapnya aparat Kepolisian menegakan hukum bagi pelanggar
kendaraan berlalu lintas. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak Kepolisian
sekarang telah menggunakan fasilitas E-tilang. E-tilang adalah digitalisasi
proses tilang, dengan memanfaatkan teknologi, diharapkan seluruh proses
tilang akan lebih efisien dan efektif juga membantu pihak kepolisian dalam
manajemen administrasi(Muhammad, 2018).

E-tilang menjadi terobosan bagi pihak kepolisian untuk sebuah


pendataan yang lebih rapi dan tertata untuk proses pencatatan pelanggaran
yang nantinya para pelanggar lebih mudah untuk membayar denda yang dapat
dilakukan dengan mobile Banking atau biasa disebut m-Banking dan juga di
anjungan tunai mandiri atau ATM. Hal ini yang membuat kepolisian
dimudahkan dengan adanya E-tilang. Namun tetap saja pihak kepolisian
harus perlu mencatat pelanggar dengan manual dan hal tersebut bisa dibilang
tidak efektif untuk penegakan hukum di jalan raya.

Kegiatan operasi lalu lintas yang dilakukan oleh pihak kepolisian


membuat jalan menjadi padat dan menimbullkan kemacetan karena
pengecekkan kelengkapan kendaraan bisa memakan waktu yang sedikit lama,
belum lagi bila ada pengendara yang tidak mematuhi aturan, pihak kepolisian
harus mencatat laporan pelanggaran tersebut di buku tilang dan juga menyita
surat kendaraan bermotornya, yang nantinya baru dimasukkan di sistem E-
tilang. Proses tersebut sangatlah panjang jika dibandingkan dengan proses
pembayaran denda E-tilang. Memang betul apabila jika pelanggar masih
harus melakukan beberapa tahap lagi jika ingin surat surat kendaraannya
dikembalikan kepada pengendara, yaitu perlu mengikuti sidang dipengadilan
untuk pengambilan surat kendaraan jika sudah membayar denda yang tertera
di E-tilang.

Tahapan tersebut menambah panjangnya proses penertiban berlalu


lintas, karena tahapan yang cukup lama dalam tahapan penegakan hukum
berlalu lintas adalah tahap sidang, karena biasanya para pelanggar dari
berbagai daerah yang ditilang dan dihari yang sama dikumpulkan untuk
mengikuti sidang secara bergantian dan dikali berapa banyaknya pelanggar
yang datang pada hari itu.

V Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas ditemukan rumusan masalah yang terjadi


adalah penegakan hukum berlalu lintas yang kurang efektif serta efisien dan
juga kurangnya pengawasan dari pihak kepolisian di daerah yang kurang
terpantau lebih banyak terjadi pelanggaran berlalu lintas yang merugikan
pengendara lain.

VI Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk masyarakat lebih bisa teratur dan
juga menegakkan peraturan berlalu lintas bagi masyarakat sehingga lalu lintas
lintas lebih tertib karena kesadaran pengendara akan pentingnya keselamatan
berlalu lintas, karena ditegakkan dengan cara yang efektif dan efisien karena
jika melanggar aturan berlalu lintas sedikit pun akan langsung tercatat di E-
tilang.
VII Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberi manfaat untuk lebih meningktkan kesadaran


berlalu lintas, adapun manfaat lain dari penelitian ini :

1. Bagi Penulis
Dapat menciptakan sistem yang nantinya bisa berguna bagi
Kepolisian untuk memudahkan penertiban lalu lintas, karena akan
otomatis terdaftar di sistem E-tilang bagi pelanggar marka jalan.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat lebih sadar akan keselamatan berlalu lintas bagi
dirinya sendiri, karena kebiasaan untuk membayar denda pelanggaran
berlalu lintas, sehingga masyarakat lebih berhati hati untuk menghindai
denda. Dan meminimalisir pelanggaran lalu lintas di daerah yang tidak
terpantau oleh kepolisian.
VIII Landasan Teori
1. Penelitian Terdahulu
1.1 Strategi Meningkatkan Ketertiban Berlalu Lintas Pada Kalangan
Pelajar Remaja

Ghozie Gholib Izadi (2017), Remaja yang dimaksud disini


adalah seorang yang belum berusia 17 tahun dan belum memiliki SIM
untuk berkendara belum mampu mengontrol emosinya di jalan, kurang
matangnya dalam berkendara, kesadaran terhadap tanggungjawab yang
rendah dan kurangnya pemahaman pentingnya keselamatan pengguna
jalan dan diri sendiri. Oleh karena itu tindakan kenakalan yang dilakukan
remaja perlu kajian dan perhatian serius, sehingga pemberian sanksi
tidak meninggalkan aspek pembinaan dan di sisi lainnya tidak melanggar
tentang pelindungan hak-hak asasi anak. Kenakalan yang dilakukan oleh
anak-anak dan remaja disebabkan karena tahap perkembangan pikiran
mereka atau nalar mereka umumnya masih rendah.

1.2 Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Satuan Lalu


Lintas Polres Bukitinggi Terhadap Pelajar

Anny Yurselina (2017), Upaya yang dilakukan oleh Polisi


lalu lintas dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas yang
dilakukan oleh pelajar dapat dilakukan dengan cara: Preventif/upaya
pencegahan secara Moralitas, dan Secara abolisionistik,
Represif/penegakan hukum. Faktor-faktor yang menjadi hambatan
dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
pelajar yaitu: Masalah kesadaran hukum dan kepatuhan hukum
berlalu lintas dikalangan pelajar masih kurang. Dikalangan pelajar
masih banyak yang belum mengetahui dan mengerti tentang peraturan
berlalu lintas, mengenai pengetahuan berlalu lintas masih belum ada
di dalam kurikulum sekolah, masih kurangnya kesadaran hukum
masyarakat Bukittinggi, adanya kesempatan pelajar untuk tetap
membawa sepeda motornya ke sekolah dengan menitipkan sepeda
motornya ke warung-warung yang berada diluar sekitar sekolahnya,
masih kurangnya kepedulian pihak sekolah terhadap pelajar yang
mengendarai sepeda motor ke sekolah, masih kurang optimalnya
pihak Kepolisian memberikan edukasi mengenai lalu lintas ke
sekolah-sekolah.

1.3 Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Pengendara


Sepeda Motor Di Kota Semarang

Eko Rismawan (2009), Aparat Polantas dalam menjalankan


tugasnya sering melibatkan berbagai pihak. kerjasama antar berbagai
pihak sangat diperlukan. Menurut Satrio wibowo, hal yang
mendorong adanya kerjasama Polantas dengan pihak-pihak terkait
(DLLAJ) adalah suatu kewajiban. "Ya, itu memang suatu kewajiban
bagi kami selaku apparat Polantas untuk menangani pelanggaran lalu
lintas. Demikian juga anggota DLLAJR, Saya rasa DLLAJR
mempunyai kewajiban yang sama untuk menertibkan lalu lintas". Hal
ini juga dikemukakan oleh Joko Susilo Kanit Polantas
POLWILTABES Semarang mengatakan bahwa: "Menangani
pelanggaran lalu lintas memang sudah kewajiban apparat Kepolisian.
Dan menangani pelanggaran lalu lintas sudah ditempuh dengan jalur
hukum" (wawancara 29 Mei 2009).

1.4 Rancangan Bangun Pendeteksi Pelanggaran Pada Traffic Light


Berbasis Mikrokontroler

Halim Wongsokuncoro (2016), Agar deteksi pelanggaran


tersebut mendapatkan hasil yang diinginkan. Tampilan visual deteksi
pelanggaran ini dapat menggunakan software image processing.
Dengan menggunakan sistem image processing tampilan visual akan
bekerja secara real time. Pengendalian webcame secara real time
tersebut akan memaksimalkan hasil potret ketika terjadinya suatu
pelanggaran lalu lintas. Maka dari itu, perlu untuk merencanakan dan
mengimplementasikan prototipe pendeteksian pelanggaran lalu lintas
secara visual dengan mengintegrasikan pengaturan lalu lintas dan
sistem pendeteksi pelanggaran tersebut.

1.5 Efektivitas Penggunaan E–Tilang Terhadap Pelanggaran Lalu


Lintas Di Polres Magelang

Lutfina Zunia Apriliana dan Nyoman Serikat Putra Jaya


(2019), Efektivitas aplikasi e-tilang dalam pembayaran denda
pelanggaran lalu lintas di Polres Magelang terlihat belum efektif.
Hasil penelitian yang berdasarkan temuan data di Kabupaten
Magelang, aplikasi e- tilang di Polres Magelang belum memenuhi
kelima indikator efektivitas suatu program sebagaimana dikemukakan
oleh Stees dimana kelima indikator tersebut merupakan indikator
produktivitas, kemampuan adaptasi kerja, kepuasan kerja,
kemampuan berlaba dan pencarian sumber daya.

2. Sistem Informasi
Terdapat berbagai macam pengertian sistem informasi
menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut :
a. Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi
yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian
yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat
manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk
dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-
laporan yang diperlukan. (Sutabri, 2012:20).
b. Sistem informasi adalah ”Sistem dapat didefinisikan dengan
mengumpulkan, memperoses, menyimpan, menganalisis,
menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu. Seperti sistem
lainnya, sebuah sistem informasi terdiri atas input (data, instruksi)
dan output (laporan, kalkulasi). (Sutarman, 2012:13).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
merupakan gabungan dari manusia, hardware, software, jaringan
komunikasi dan datayang saling berinteraksi untuk menyimpan,
mengumpulkan, memproses, dan mendistribusikan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.
3. E-Tilang

E-tilang adalah digitalisasi proses tilang, dengan memanfaatkan


teknologi, diharapkan seluruh proses tilang akan lebih efisien dan efektif
juga membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi. Untuk
mencapai sebuah proses tilang yang relevan maka perlu adanya sebuah
sistem informasi yang didukung oleh sebuah perangkat lunak berbasis
jaringan atau website yang memungkinkan penyebaran informasi sepada
setiap anggota kepolisian secara realtime.

4. Image Processing

Dengan mengikuti perkembangan zaman, tentunya teknologi


juga semakin berkembang. Semakin banyak penemuan-penemuan
baru dan juga pengembangan dari teknologi yang sudah pernah ada
sebelumnya yang memberikan berbagai dampak positif bagi
kehidupan manusia. Salah satunya adalah dalam hal image
processing. Kata image yang berarti gambar, memiliki banyak
kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Gambar memberikan suatu
informasi, interpretasi, ilustrasi, evaluasi, komunikasi dan hiburan
bagi kita. Image Processing adalah suatu bentuk pengolahan atau
pemrosesan sinyal dengan input berupa gambar (image) dan
ditransformasikan menjadi gambar lain sebagai keluarannya dengan
teknik tertentu. Image processing dilakukan untuk memperbaiki
kesalahan data sinyal gambar yang terjadi akibat transmisi dan selama
akuisisi sinyal, serta untuk meningkatkan kualitas penampakan
gambar agar lebih mudah diinterpretasi oleh sistem penglihatan
manusia baik dengan melakukan manipulasi dan juga penganalisisan
terhadap gambar. Operasi image processing dapat dikelompokkan
berdasarkan dari tujuan transformasinya, yaitu:
1. Image Enhancement (peningkatan kualitas gambar)
Tahap ini seringkali dikenal dengan pre-processing.
Operasi peningkatan kualitas gambar berfungsi untuk
meningkatkan fitur tertentu pada citra sehingga tingkat
keberhasilan dalam pengolahan gambar berikutnya menjadi
tinggi. Operasi ini lebih banyak berhubungan dengan penajaman
dari fitur tertentu pada gambar. Peningkatan kualitas gambar ini
dapat dilakukan “secara manual”, dengan menggunakan program
lukis atau dengan pertolongan rutin software. Metoda untuk
memperluas gambar grafis antara lain memperbaiki kontras
diantara bidang-bidang yang terang dan yang gelap;
menambahkan warna, menyaring ketidak seragaman sinyal
kiriman yang membawa gambar, menghaluskan garis-garis yang
bergerigi sehingga tampak lebih bersih; mempertajam sudut-sudut
yang kabur dan mengkoreksi distorsi yang disebabkan alat optis
atau tampilan.
2. Image Restoration (pemulihan gambar)
Operasi pemulihan gambar bertujuan untuk
mengembalikan kondisi gambar yang telah rusak atau cacat
(merekonstruksi gambar) yang sebelumnya telah diketahui
menjadi gambar seperti pada kondisi awal, karena adanya
gangguan yang menyebabkan penurunan kualitas gambar,
misalnya mengalami suatu degradasi. Degradasi dalam hal ini
maksudnya, gambar menjadi agak kabur (blur) sehingga
menurunkan kualitas gambar. Blur dapat terjadi karena banyak
faktor. Bisa karena misalnya pergerakan selama pengambilan
gambar oleh alat optik seperti kamera, penggunaan alat optik yang
tidak fokus, pengguanaan lensa dengan sudut yang lebar,
gangguan atmosfir, pencahayaan yang singkat sehingga
mengurangi jumlah foton yang ditangkap oleh alat optik, dan
sebagainya. Citra yang tertangkap oleh alat-alat optik seperti mata,
kamera, dan sebagainya sebenarnya merupakan citra yang sudah
mengalami degradasi.
3. Image Compression (kompresi gambar)
Kompresi gambar bertujuan untuk meminimalkan jumlah
bit yang diperlukan untuk merepresentasikan citra. Hal ini sangat
berguna apabila anda ingin mengirimkan gambar berukuran besar.
Gambar yang berukuran besar akan berpengaruh pada lamanya
waktu pengiriman. Maka dari itu kompresi gambar akan
memadatkan ukuran gambar menjadi lebih kecil dari ukuran asli
sehingga waktu yang diperlukan untuk transfer data juga akan
lebih cepat. Ada dua tipe utama kompresi data, yaitu kompresi tipe
lossless dan kompresi tipe lossy. Kompresi tipe lossy adalah
kompresi dimana terdapat data yang hilang selama proses
kompresi. Akibatnya kualitas data yang dihasilkan jauh lebih
rendah daripada kualitas data asli. Sementara itu, kompresi tipe
lossless tidak menghilangkan informasi setelah proses kompresi
terjadi, akibatnya kualitas citra hasil kompresi juga tidak
berkurang.
4. Image Refresention & Modelling (representasi dan permodelan
gambar)
Representasi mengacu pada data konversi dari hasil
segmentasi ke bentuk yang lebih sesuai untuk proses pengolahan
pada komputer. Keputusan pertama yang harus sudah dihasilkan
pada tahap ini adalah data yang akan diproses dalam batasan-
batasan atau daerah yang lengkap. Batas representasi digunakan
ketika penekanannya pada karakteristik bentuk luar, dan area
representasi digunakan ketika penekanannya pada karakteristik
dalam, sebagai contoh tekstur. Setelah data telah
direpresentasikan ke bentuk tipe yang lebih sesuai, tahap
selanjutnya adalah menguraikan data.
5. Sensor

Sensor adalah perangkat yang digunakan untuk mendeteksi


perubahan besaran fisik seperti tekanan, gaya, besaran listrik, cahaya,
gerakan, kelembaban, suhu, kecepatan dan fenomena-fenomena
lingkungan lainnya. Setelah mengamati terjadinya perubahan, Input
yang terdeteksi tersebut akan dikonversi mejadi Output yang dapat
dimengerti oleh manusia baik melalui perangkat sensor itu sendiri
ataupun ditransmisikan secara elektronik melalui jaringan untuk
ditampilkan atau diolah menjadi informasi yang bermanfaat bagi
penggunanya. Sensor pada dasarnya dapat digolong sebagai
Transduser Input karena dapat mengubah energi fisik seperti cahaya,
tekanan, gerakan, suhu atau energi fisik lainnya menjadi sinyal listrik
ataupun resistansi (yang kemudian dikonversikan lagi ke tegangan
atau sinyal listrik).

6. Marka Jalan

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan


jalan atau di atas jalan yang meliputi peralatan atau tanda garis
membujur, melintang, garis serong, serta lambang lainnya yang
berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas yang membatasi daerah
kepentingan lalu lintas. Untuk memudahkan, marka adalah tanda
garis, lambang, atau tulisan yang ada di permukaan jalan, untuk
memberi petunjuk kepada pengguna jalan.

7. Tanda Nomor Kendaraan Bermotor

Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (disingkat TNKB) atau


sering disebut plat nomor atau nomor polisi (disingkat nopol) adalah
plat alumunium tanda kendaraan bermotor di Indonesia yang telah
didaftarkan pada Kantor Bersama Samsat. Plat nomor adalah salah
satu jenis identifikasi kendaraan bermotor. Plat nomor juga disebut
plat registrasi kendaraan, atau di Amerika Serikat dikenal sebagai
plat izin (license plate). Bentuknya berupa potongan plat logam atau
plastik yang dipasang pada kendaraan bermotor sebagai identifikasi
resmi. Biasanya plat nomor jumlahnya sepasang, untuk dipasang di
depan dan belakang kendaraan.Namun ada jurisdiksi tertentu atau
jenis kendaraan tertentu yang hanya membutuhkan satu plat nomor,
biasanya untuk dipasang di bagian belakang.

Plat nomor memiliki nomor seri yakni susunan huruf dan


angka yang dikhususkan bagi kendaraan tersebut. Nomor ini di
Indonesia disebut nomor polisi, dan biasa dipadukan dengan
informasi lain mengenai kendaraan bersangkutan, seperti warna,
merk, model, tahun pembuatan, nomor identifikasi kendaraan atau
VIN dan tentu saja nama dan alamat pemilikinya. Semua data ini
juga tertera dalam Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau
STNK yang merupakan surat bukti bahwa nomor polisi itu memang
ditetapkan bagi kendaraan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai