Anda di halaman 1dari 62

BAB IV

PERENCANAAN STRUKTUR

4.1 Perencanaan Struktur Atap


Atap merupakan bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh
ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin atau untuk
keperluan perlindungan. Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan
pemilihan tipe atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak yang
dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia. Konstruksi rangka atap yang digunakan
adalah rangka atap kuda-kuda. Rangka atap kuda-kuda adalah suatu susunan rangka batang
yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus
memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian
batang yang membentuk segitiga, dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan
penutup atap, maka konstruksi kuda-kuda akan berbeda satu sama lain. Setiap susunan
rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya
mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa mengalami perubahan. Beban-beban
tersebut antara lain beban hidup yang berasal dari berat pekerja, beban mati yang berasal
dari berat kuda-kuda dan beban angin. Struktur rangka atap kuda-kuda direncanakan
menggunakan baja profil doubel siku, gording direncanakan menggunakan baja profil light
lip channels, usuk dan reng direncanakan menggunakan kayu kelas kuat I dan genteng
direncanakan menggunakan genteng beton. Berikut adalah gambar denah rencana atap dan
detail kuda kuda.

44
150 150 150 150 150

1798 100 Nok

Kuda - Kuda 2L 70.70.7


Listplank 2/10

Jurai 2L 70.70.7

Gording C 125.50

1/2 Kuda - Kuda 2L 60.60.6

1700

Gambar 4.1. Denah Rencana Rangka Atap

150 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 150

165
Genteng
173
Reng 2/3
173
Usuk 5/7
445
173 Gording C 125.50
173 Kuda - Kuda 2L 70.70.7

Listplank 2/20
1500

Gambar 4.2. Detail Kuda-kuda

45
4.1.1 Data Teknis Perencanaan Struktur Atap
Bentang kuda-kuda (L) : 15.00 m

Tinggi kuda-kuda (h) : 4.45 m

Jarak kuda-kuda (Jk) : 1,00 m

Jarak gording (Jg) : 1,73 m

Jarak usuk (Ju) : 50 cm

Jarak reng (Jr) : 25 cm

Kemiringan atap (α) : 30o

Penutup atap : genteng beton

Berat genteng beton (Wgb) : 50 kg/m2

Mutu baja profil : Bj 37

Tegangan baja (σ) : 1600 kg/cm2

Modulus elastisitas baja (E) : 2,10 x 106 kg/cm2

Spesifikasi kuda-kuda

o Kuda-kuda : 2L.70.70.7 dan 2L.60.60.6

Profil baja 2L.70.70.7

o Berat (Wkk) : 7,38 kg/m

o Wx = Wy : 8,43 cm3

o Ix = Iy : 42,4 cm4

o ix = iy : 2,12 cm

Profil baja 2l.60.60.6

o Berat (Wkk) : 8,69 kg/m

o Wx = Wy : 8,41 cm3

o Ix = Iy : 34,9 cm4

46
o ix = iy : 1,78 cm

Spesifikasi Gording

Gording : C 125.50.20.4,5

Berat (Wgd) : 8,32 kg/m

Wx : 38,0 cm3

Wy : 10,1 cm3

Ix : 238 cm4

Iy : 33,5 cm4

ix : 4,74 cm

iy : 1,78 cm

Reng dan usuk : kayu kelas kuat I

Tegangan lentur kayu (σlt) : 150 kg/cm2 (kayu kelas kuat I)

Modulus kenyal kayu (E) : 125.000 kg/cm2 (kayu kelas kuat I)

Beban pekerja (P) : 100 kg

Tekanan angin pegunungan (Wang) : 25 kg/m2

Berat plafon & penggantung (Wpf) : 18 kg/m2

47
Gambar 4.3. Rencana Kuda-Kuda

4.1.2 Perencanaan Reng


1. Pembebanan reng

Berat genteng beton (Wgb) : 50 kg/m2

Jarak reng (Jr) : 25 cm

Jarak usuk (Ju) : 50 cm

Kemiringan atap (α) : 30o

Beban pada reng (qr) = Wgb . Jr

= 50 . 0,25

= 12,5 kg/m

= 12,5 x 10-2 kg/cm

2. Momen yang terjadi pada reng

 Mx = 1/8 . qr . cosα . (Ju)2

= 1/8 . 12,5 . cos 30o . 0,52

= 0,338 kgm

= 33,8 kgcm

48
 My = 1/8 . qr . sinα . (Ju)2

= 1/8 . 12,5 . sin 30o . 0,52

= 0,195 kgm

= 19,5 kgcm

3. Pendimensian reng

Dimensi reng dimisalkan b = 2/3h

b = lebar reng (cm)

h = tinggi reng (cm)

 Wx = 1/6 . b . h2

= 1/6 . 2/3h . h2

= 1/9 h3

 Wy = 1/6 . b2 . h

= 1/6 . (2/3h)2 . h

= 1/6 . 4/9 h2. h

= 2/27h3

 σlt =

150 = +

150 = +

150 =

h3 =

h3 = 3,78

h = 1,56 cm

h ≈ 3 cm

49
jadi tinggi reng (h) dipakai kayu ukuran 3 cm, maka:

b = 2/3h

b = 2/3 . 3

b = 2 cm

jadi dipakai reng dengan dimensi 2/3 cm

4. Kontrol lendutan pada reng

 fijin = 1/200 . Ju

= 1/200 . 50

= 0,25 cm

 Ix = 1/12 . b . h3

= 1/12 . 2 . 33

= 4,5 cm4

 Iy = 1/12 . b3 . h

= 1/12 . 23 . 3

= 2 cm4

 fx =

= 0,016 cm

 fy =

= 0,020 cm

 fmax =

= 0,026 cm
50
Syarat fmax ≤ fijin

0,026 cm ≤ 0,25 cm (OK)

5. Kontrol tegangan pada reng

σytb = +

= +

= +

= 11,27 + 9,75

= 21,02 kg/cm2

Syarat σytb ≤ σlt

21,02 kg/cm2 ≤ 150 kg/cm2 (OK)

Jadi reng kayu dengan dimensi 2/3 cm aman dipakai

4.1.3 Perencanaan Usuk


1. Pembebanan usuk

Berat genteng beton (Wgb) : 50 kg/m2

Jarak usuk (Ju) : 50 cm

Jarak gording (Jg) : 1,73 m

Beban pekerja (P) : 100 kg

Tekanan angin pegunungan (Wang) : 25 kg/m2

Kemiringan atap (α) : 30o

Beban pada usuk (qu) = Wgb . Ju

= 50 . 0,5

= 25 kg/m

= 25 x 10-2 kg/cm

51
qx = qu . cosα

= 25 . cos 30o

= 21,65 kg/m

= 21,65 x 10-2 kg/cm

qy = qu . sinα

= 25 . sin 30o

= 12,5 kg/m

= 12,5 x 10-2 kg/cm

Px = P . cosα

= 100 . cos 30o

= 86,602 kg

Py = P . sinα

= 100 . sin 30o

= 50 kg

2. Momen yang terjadi pada usuk

1) Momen akibat beban mati

 MxDL = 1/8 . qu . cosα . (Jg)2

= 1/8 . 25 . cos 30o . (1,73)2

= 8,09 kgm = 809 kgcm

 MyDL = 1/8 . qu . sinα . (Jg)2

= 1/8 . 25 . sin 30o . (1,73)2

= 4,68 kgm

= 468 kgcm

2) Momen akibat beban hidup karena beban pekerja

52
 MxLL = ¼ . P . cosα . Jg

= ¼ . 100 . cos 30o . 1,73

= 37,46 kgm

= 3746 kgcm

 MyLL = ¼ . P . sinα . Jg

= ¼ . 100 . sin 30o . 1,73

= 21.63 kgm

= 2163 kgcm

3) Momen akibat beban angin


Menurut PMI 1970 pasal 4.3.b koefisien angin tekan = (+0,02α – 0,4), dimana

α = 30o

 Watkn = (+0,02α – 0,4) . Wang . Ju

= ((+0,02 . 30o) – 0,4) . 25. 0,5

= + 2,5 kgm

Momen yang terjadi akibat beban angin tekan:

Matkn = 1/8 . Watkn . (Jg)2

= 1/8 . (+2,5) . (1,73)2

= +0,94 kgm

Menurut PMI 1970 pasal 4.3.b koefisien angin hisap pada sudut kemiringan α

< 65o = (-0,4)

 Wahsp = (-0,4) . Wang . Ju

= (-0,4) . 25. 0,5

= -5 kgm

Momen yang terjadi akibat beban angin hisap:

53
Mahsp = 1/8 . Wahsp . (Jg)2

= 1/8 . (-5) . (1,73)2

= -1,87 kgm

Tabel 4.1. Kombinasi Momen yang Terjadi pada Usuk

Momen Momen Momen


Momen Momen Momen
Beban Beban Sementara
Momen Beban Beban Tetap
Angin Angin (MDL+
(M) Mati Hidup (MDL+
Tekan Hisap MLL)
(MDL) (MLL) MLL)
(Matkn) (Mahsp) +Matkn
Mx
8,09 37,46 0,94 -1,87 45,55 46,49
(kgm)
My
4,68 21,63 0 0 26,31 26,31
(kgm)

3. Pendimensian usuk

Dimensi usuk dimisalkan b = 2/3h

b = lebar usuk (cm)

h = tinggi usuk (cm)

 Wx = 1/6 . b . h2

= 1/6 . 2/3h . h2

= 1/9 h3

 Wy = 1/6 . b2 . h

= 1/6 . (2/3h)2 . h

= 1/6 . 4/9 h2. h

= 2/27h3
54
 σlt = +

150 =

h = 8,01 cm

h ≈ 12 cm

jadi tinggi reng (h) dipakai kayu ukuran 12 cm, maka:

b = 2/3h

b = 2/3 . 12

b = 8 cm

b ≈ 8 cm

jadi dipakai reng dengan dimensi 8/12 cm

4. Kontrol lendutan pada usuk

 fijin = 1/200 . Jg

= 1/200 . 173

= 0,865 cm

 Ix = 1/12 . b . h3

= 1/12 . 8 . 123

= 864 cm4

 Iy = 1/12 . b3 . h

= 1/12 . 83 . 12

= 216 cm4

 fx = +

= 0,068 cm

55
 fy = +

= 0,040 cm

 fmax =

= 0,079 cm

Syarat fmax ≤ fijin

0,079 cm ≤ 0,865 cm (OK)

5. Kontrol tegangan pada usuk

σytb = +

= 44,768 kg/cm2

Syarat σytb ≤ σlt

44,768 kg/cm2 ≤ 150 kg/cm2 (OK)

Jadi usuk kayu dengan dimensi 8/12 cm aman dipakai

4.1.4 Perencanaan Gording


Pembebanan gording

 Berat genteng beton (Wgb) : 50 kg/m2

 Jarak kuda-kuda (Jk) : 1,00 m

 Jarak gording (Jg) : 1,73 m

 Kemiringan atap (α) : 30o

56
Spesifikasi Gording

 Gording : C 125.50.20.4,5

 Berat (Wgd) : 8,32 kg/m

 Wx : 38,0 cm3

 Wy : 10,1 cm3

 Ix : 238 cm4

 Iy : 33,5 cm4

 ix : 4,74 cm

 iy : 1,78 cm

Gambar 4.4. Perencanaan Gording

o Beban pada gording (qg1) = Wgb . Jg

= 50 . 1,73

= 86,5 kg/m

= 86,5 x 10-2 kg/cm

o Beban pada gording (qg) = Wgd + qg1

= 8,32 + 86,5

= 94,82 kg/m
57
= 94,82 x 10-2 kg/cm

o Beban braching (qb) = 10% . qg

= 10% . 94,82

= 9,482 kg/m

= 9,482 x 10-2 kg/cm

o Beban total pada gording (qgtot) = qg + qb

= 94,82 + 9,482

= 104,302 kg/m

= 104,302 x 10-2 kg/cm

o qx = qgtot. cosα

= 104,302 . cos 30o

= 90,328 kg/m

= 90,328 x 10-2 kg/cm

o qy = qgtot . sinα

= 104,302 . sin 30o

= 52,151 kg/m

= 52,151 x 10-2 kg/cm

o Px = P . cosα

= 100 . cos 30o

= 86,602 kg

o Py = P . sinα

= 100 . sin 30o

= 50 kg

58
1. Momen yang terjadi pada gording

1) Momen akibat beban mati

 MxDL = 1/8 . qgtot . cosα . (Jk)2

= 1/8 . 104,302 . cos 30o . (1,00)2

= 11,291 kgm

= 1129,1 kgcm

 MyDL = 1/8 . qgtot . sinα . (Jk/2)2

= 1/8 . 104,302 . sin 30o . (1,00/2)2

= 6,519 kgm = 6518,8 kgcm

2) Momen akibat beban hidup karena beban pekerja

 MxLL = ¼ . P . cosα . Jk

= ¼ . 100 . cos 30o . 1,00

= 21,651 kgm

= 2165,1 kgcm

 MyLL = ¼ . P . sinα . Jk/2

= ¼ . 100 . sin 30o . 1,00/2

= 6,25 kgm

= 625 kgcm

3) Momen akibat beban angin

Menurut PMI 1970 pasal 4.3.b koefisien angin tekan = (+0,02α – 0,4), dimana

α = 30o

 Watkn = (+0,02α – 0,4) . Wang . Jg

= ((+0,02 . 30o) – 0,4) . 25. 1,73

= + 8,65 kgm
59
Momen yang terjadi akibat beban angin tekan:

Matkn = 1/8 . Watkn . (Jk)2

= 1/8 . (+8,65) . (1,00)2

= + 1,081 kgm

Menurut PMI 1970 pasal 4.3.b koefisien angin hisap pada sudut kemiringan α

< 65o = (-0,4)

 Wahsp = (-0,4) . Wang . Jg

= (-0,4) . 25. 1,73

= - 17,3 kgm

Momen yang terjadi akibat beban angin hisap:

 Mahsp = 1/8 . Wahsp . (Jk)2

= 1/8 . (-17,3) . (1,00)2

= - 2,163 kgm

Tabel 4.2. Kombinasi Momen yang Terjadi pada Gording


Momen Momen Momen
Momen Momen Momen
Beban Beban Sementara
Momen Beban Beban Tetap
Angin Angin (MDL+
(M) Mati Hidup (MDL+
Tekan Hisap MLL)
(MDL) (MLL) MLL)
(Matkn) (Mahsp) +Matkn
Mx
11,291 21,651 +1,081 -2,163 32,942 34,023
(kgm)

My
6,519 6,25 0 0 11,769 11,769
(kgm)

60
Kontrol tegangan pada gording

σytb = +

= 206,059 kg/cm2

Syarat σytb ≤ σtkn

206,059 kg/cm2 ≤ 1600 kg/cm2 (OK)

Kontrol lendutan pada gording dengan syarat-syarat lendutan maksimum


berdasarkan PPBBGI 1987 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Syarat-Syarat Lendutan
No
Kondisi Pembebanan Lendutan max
1
DL+ LL Jk/250
2
LL Jk/500
3
25 mm

a. Check terhadap syarat 1

 fijin = Jk/250

= 100/250

= 0,4 cm

 fx = +

= 0,018 cm

 fy = +

= 0,043 cm

61
 fmax =

= 0,047 cm

Syarat fmax ≤ fijin

0,047 cm ≤ 0.4 cm (OK)

b. Check terhadap syarat 2

 δijin = Jk/500

= 100/500

= 0,2 cm

 δx =

= 0,0019 cm

 δy =

= 0,0036 cm

 δmax =

= 0,0041 cm

Syarat δmax ≤ δijin

0,0041 cm ≤ 0,2 cm (OK)

c. Check terhadap syarat 3

δmax =

= 0,004 cm
62
= 0,04 mm

Syarat δmax ≤ 25 mm

0,04 mm ≤ 25 mm (OK)

Jadi baja profil light lip channels 125.50.20.4,5 memenuhi syarat tegangan dan
lendutan maka baja profil light lip channels 125.50.20.4,5 dapat digunakan sebagai
gording.

4.1.5 Perencanaan Pembebanan pada Kuda-Kuda


1. Analisa pembebanan akibat beban mati (DL) pada titik buhul

 Beban atap (qa) = Jg . Wgb . Jk

= 1,73 . 50 . 1,00

= 86,5 kg

 Beban gording (qg) = Wgd . Jk

= 8,32 . 1,00

= 8,32 kg

 Berat kuda-kuda asumsi (qk) = Jk . bentang kuda – kuda . 2Wkk

= 1,00 . 15,00 . 2 .7,38

= 221,40 kgm

 Berat plafond & penggantung (qpf) = Wpf . Jk

= 18 . 1,00

= 18 kgm

 qtot = qa + qg + qk + qpf

= 86,5 + 8,32 + 221,40 + 18

= 334,22 kg

63
 Berat braching (qb) = 10% . qtot

= 10% . 334,22

= 33,422 kg

 Beban Mati (DL) = qtot + qb

= 334,22 + 33,422

= 367,642 kg

2. Analisa pembebanan akibat beban hidup (LL) pada atap


Menurut PMI pasal 3.2.(3) beban hidup pada atap adalah 100 kg
Beban hidup (LL) = 100 kg
= 1 KN
3. Analisa pembebanan akibat tekanan angin (W)
Tekanan angin gunung (Wang) = 25 kg/m2, menurut PMI 1970 pasal 4.3.b
koefisien angin tekan dengan sudut kemiringan α < 65o = (+0,02α – 0,4),
dimana α = 30o

 Koefisien tekanan angin tekan (c1) = (+0,02α – 0,4)


= ((+0,02 . 30o) – 0,4)
= 0,2
 Angin tekan (Wtkn) = Wang . c1 . Jg . Jk
= 25 . 0,2 . 1,73 . 1,00
= 8,65 kg
Proyeksi beban angin tekan (untuk data input SAP pada sudut 30o) sebagai
berikut:
 Arah x = Wtkn . cosα
= 8,65 . cos 30o
= 7,49 kg
 Arah z = Wtkn . sinα
= 8,65 . sin 30o
= 4,33 kg

64
menurut PMI 1970 pasal 4.3.b koefisien angin hisap dengan sudut kemiringan α
< 65o = (-0,4), dimana α = 30o
 Koefisien anginhisap (c2) = -0,4
 Angin hisap (Whsp) = Wang . c2 . Jg . Jk
= 25 . (-0,4) . 1,73 . 1,00
= -17,3 kg
Proyeksi beban angin tekan (untuk data input SAP pada sudut 30o) sebagai
berikut:
 Arah x = Whsp . cosα
= (-17,3) . cos 30o
= -14,98 kg
 Arah z = Whsp . sinα
= (-17,3) . sin 30o
= -8,65 kg

4.1.6 Perhitungan Mekanika


Perhitungan mekanika dilakukan untuk mengetahu reaksi pembebanan yang terjadi
pada kuda-kuda. Setelah mengetahui berat beban mati, beban hidup dan beban angin
langkah selanjutnya adalah menganalisis pembebanan melalui program SAP 2000 v15
(Structur Analysis Program), agar dapat mengetahui reaksi pembebanan yang terjadi di
kuda-kuda, serta dapat mengetahui besarnya gaya batang. Hasil analisis perhitungan
mekanika melalui SAP 2000 v10 (Structur Analysis Program) dapat dilihat dilampiran
Tugas Akhir ini. Kombinasi pembebanan yang digunakan sebagai berikut:
a. DL + LL
b. 1,2 DL + 1,4 LL
c. 1,2 DL + 1,4 LL + 0,8 W
Berikut ini disajikan gambar hasil dari program SAP 2000 v15 pembebanan yang
terjadi pada kuda-kuda setelah di run.

65
Gambar 4.5. Hasil Analysis Run
Hasil reaksi pembebanan yang terjadi pada kuda-kuda ditunjukkan pada gambar hasil dari
program SAP 2000 v15 di bawah ini.

Gambar 4.6. Reaksi Pembebanan yang Terjadi di Ra dan Rb


Perhitungan reaksi yang terjadi pada masing-masing tumpuan sebagai berikut:
Ra =

= 690 kg
Beban mati (DL) pada perhitungan didapat beban mati sebesar 115 kg pada input
SAP 2000 v15.

66
4.1.7 Perhitungan Profil dan Sambungan
1. Cek penampang profil 2L 70.70.7
7 10 7

Gambar 4.7. Profil Baja 2L 70.70.7

 P batang tarik : +4835 kg


 lk batang tarik : 145.34 cm
 Mutu baja : Bj 37
2. Pendimensian batang tarik dipakai profil siku siku sama kaki 2L.70.70.7 dengan:
 An : 18,80 cm2 ( luas bersih )
 ix = iy : 1,78 cm

λ =
145,34
= ≤ 240
1,78
= 81,65 ≤ 240 (OK)

Kontrol tegangan terhadap sumbu x dan y

≤ 75% σ

≤ 75% . 1600 kg/cm2

128.59 kg/cm2 ≤ 1200 kg/cm2 (OK)

4. Pendimensian batang tekan dipakai profil siku siku sama kaki 2L.70.70.7 dengan:
 P batang tekan : 4246.66 kg
 lk batang tekan : 125 cm

67
 ix = iy : 1,78 cm
 λg : 111
imin =

= 125
111
= 1,13 cm

λ =
125
=
1,13
= 110,6

Syarat λ < λg
110,6 < 111 (OK)
 Kontrol tegangan terhadap sumbu x dan sumbu y
λ = 110,6 maka ω = 1,822 (faktor tekuk (ω) untuk mutu baja 37 buku
pedoman perencanaan bangunan baja untuk gedung).
Syarat:
ω. <σ

1,822 . 4246,66 < 1600 kg/cm2


2 . 18,8
205,75 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 (OK)

4. Cek penampang profil 2L 60.60.6


6 10 6

60

60 60

Gambar 4.8. Profil Baja 2L 60.60.6

68
 P batang tarik : +3195.47 kg
 lk batang tarik : 125 cm
 Mutu baja : Bj 37
5. Pendimensian batang tarik dipakai profil siku siku sama kaki 2L.60.60.6 dengan:
 An : 6,91 cm2 ( luas bersih )
 ix = iy : 1,78 cm

λ =
125
= ≤ 240
1,78
= 70,22 ≤ 240 (OK)

Kontrol tegangan terhadap sumbu x dan y

≤ 75% σ
3195,47
≤ 75% . 1600 kg/cm2
2 . 6,91
231,22 kg/cm2 ≤ 1200 kg/cm2 (OK)
6. Hitung sambungan baut
Diambil pada contoh pada batang 16 dengan gaya batang maksimum 4835 kg.
baut akan di atur dalam 2 baris
Diketahui :
 Tebal plat = 10 mm
 Diameter baut = 16 mm
1) Menghitung kekuatan plat tengah
Ag = 10 x 150 = 1500
An = [ 150 – 2 . ( 16 + 3,2 )] . 10 = 1116 mm
Ae = An
Leleh = .Tn =  . fy . Ag = 0,9 . 240 . 1500 = 324000 Nmm
Fraktur = .Tn =  . fu . An = 0,75 . 370 . 1116 = 309690 Nmm
2) Tahanan geser baut
r1 = 0,5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
f = 0,75
M = jumlah bidang geser = 2

69
= tegangan tarik putus baut = 825 MPa

Rn = 0,75 x 0,5 x 825 x 0,25 x 3,14 x 162 x 2 = 124344 N = 12434,4 kg

3) Tahanan tumpu baut

Rn = 2,4 x 0,75 x 16 x 10 x 370 = 106560 N = 10656 kg


4) Menentukan jumlah baut
Tahanan nominal baut dipilih yang ter kecil diantara tahanan geser dan
tahanan tumpu baut Rn = 106560 N
Jumlah baut ( n ) = 309690 / 106560 = 2,91 = 3 baut

4.2 Perhitungan Pelat


Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai
tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Pelat lantai didukung
oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan pelat lantai
ditentukan oleh:
1. Besar lendutan yang diinginkan.
2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
3. Bahan material konstruksi dan pelat lantai.
Pelat lantai harus direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpass (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring). Berikut adalah denah plat lantai :

70
1 2 3 4 5 6 7

200 200 200 300 200 400

A
150 150

B
200 200

C
200 200

400 400

E 1950
VOID

400 400

400 400

G
200 200

H
400 200 300 200 400

1500

Gambar 4.9 Denah Plat Lantai 1-5 (Typikal)

4.2.1 Data Teknis


 Mutu beton (fc’) = 25 Mpa
 Mutu baja (fy) = 240 Mpa
 Tebal pelat = 12 cm
 Beban hidup = 250 kg/m2
 Berat finishing = 150 kg/m2
 Berat satuan beton bertulang = 2400 kg/m2
4.2.2 Perhitungan Beban Pelat
1. Beban mati (DL)
-
Berat pelat itu sendiri = 0,12 x 2400 = 288 kg/m2

71
-
Berat finishing = 150 kg/m2
-
Total (DL) = 438 kg/m2
2. Beban hidup (LL)
Beban hidup sebesar 250 kg/m2 untuk bangunan perkantoran.
Kombinasi beban
Kombinasi beban untuk beban mati (DL) dan beban hidup (LL), yaitu 1,2
DL+1,6LL.
3. Beban Gempa (EQL)
1) Prosedur Analisis Beban Seismik SNI Gempa 1726:2012 pada
Bangunan Gedung
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah.
Struktur atas adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di atas
muka tanah. Struktur bawah adalah bagian dari struktur bangunan gedung
yang terletak di bawah muka tanah, yang dapat terdiri dari struktur besmen,
dan/atau struktur fondasinya. Struktur bangunan gedung harus memiliki
sistem penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap, yang mampu
memberikan kekuatan, kekakuan, dan kapasitas disipasi energi yang cukup
untuk menahan gerak tanah desain dalam batasan-batasan kebutuhan
deformasi dan kekuatan yang disyaratkan. Berikut ini penjelasan langkah-
langkah analisis beban seismik berdasarkan SNI Gempa 1726:2012 untuk
bangunan gedung.
2) Menentukan Kategori Resiko Struktur Bangunan (I-IV) dan faktor
keutamaan (Ie)
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non
gedung sesuai Tabel 4.4 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 4.5.

72
Tabel 4.4. Kategori Risiko Bangunan Gedung Dan Non Gedung Untuk Beban Gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap I
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain :
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam II
kategori resiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara
lain :
- Perumahan ; rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/rumah rusun
- Pusat perbelanjaan/mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa III
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain :
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara

73
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung tidak termasuk kedalam kategori IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar
dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-
hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk,
antara lain :
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung tidak termasuk kedalam kategori rseiko
IV, (termasuk, tapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur,
proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat
pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya,
limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang
mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang IV
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk, anatara lain :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadaman kebakaran, ambulans, dan kantor polisi,
serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas
lainnya untuk tanggap darurat

74
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau
struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam
kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lain yang masuk kedalam kategori resiko
IV.

Tabel 4.5. Faktor Keutamaan Gempa (Ie)


Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa Ie
I dan II 1,0
III 1,25
IV 1,50

Berdasarkan dari Tabel 4.4. untuk Gedung Perkantoran 5 lantai di Kota


Semarang dapat diketahui termasuk kategori resiko bangunan gedung dan
non gedung untuk gempa pada kategori II dan untuk faktor keutamaan gempa
dilihat di Tabel 4.5. untuk Kategori resiko II memiliki faktor keutamaan
gempa Ie = 1,0.
4. Pemilihan sistem struktur dan parameter sistem (R, Cd, Ω0 )
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi
salah satu tipe yang ditunjukkan dalam Tabel 4.6. Pembagian setiap tipe
berdasarkan pada elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya
gempa lateral. Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan
sistem struktur dan batasan ketinggian struktur yang ditunjukkan dalam Tabel
4.6. Koefisien modifikasi respons yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ω0,
dan koefisien amplifikasi defleksi, Cd , sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel
4.6. harus digunakan dalam penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan
75
simpangan antarlantai tingkat desain. Setiap sistem penahan gaya gempa yang
dipilih harus dirancang dan didetailkan sesuai dengan persyaratan khusus
bagi sistem tersebut yang ditetapkan dalam dokumen acuan yang berlaku
seperti terdaftar dalam Tabel 4.6. dan persyaratan tambahan yang ditetapkan
dalam pasal 7.14 (Persyaratan perancangan dan pendetailan bahan).

Tabel 4.6. Faktor R, Cd, Dan Ω0 Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa (Contoh Untuk
Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen )

Batasan sistem struktur dan


Faktor
Faktor batasan Tinggi struktur hn(m)c
Sistem Koefisien pembesa
kuatlebi
penahan-gaya modifikasi ran
h sistem, Kategori desain seismik
seismik respons, R defleksi,
Ω0
Cdb
B C Dd Ed Fd

C.Sistem rangka
pemikul momen

(C.5). Rangka
TB TB TB TB TB
beton bertulang
8 3 5½
pemikul momen
khusus

(C.6). Rangka
beton bertulang
5 3 4½ TB TB TI TI TI
pemikul momen
menengah

(C.7). Rangka
beton bertulang
3 3 2½ TB TI TI TI TI
pemikul momen
biasa

76
5) Jenis Tanah Dasar
Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak, apabila
untuk lapisan setebal maksimum 30 m paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum
dalam tabel dibawah.
Tabel 4.7. Jenis-Jenis Tanah
Jenis tanah
Kuat geser
Kecepatan Nilai hasil Test
niralir
rambat Penetrasi
Jenis tanah rata-rata
gelombang geser Standar rata-rata
u(kPa)
rata-rata, s

(m/det)
Tanah Keras s ≥ 350 ≥ 50 u ≥ 100
Tanah Sedang 175 ≤ s< 350 15 ≤ < 50 50 ≤ u< 100

s< 175 < 15 u< 50


atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih
Tanah Lunak
dari 3 m
dengan PI > 20, wn ≥ 40 % dan Su< 25 kPa
Tanah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

Pada hasil penyelidikan tanah, lima titik sondir hingga kedalaman ± 20 m tidak
terdapat tanah keras dan daya dukung tanah ke lima titik sondir hampir sama. Dari ke lima
titik sondir nilai < 15, data kelima sondir dilampirkan pada lampiran. Namun pada hasil
nilai spektra pada kota semarang berada pada tanah sedang.
Dengan hasil perhitungan pada tanah tersebut dapat diketahui jenis tanah apa yang
terdapat pada lokasi tersebut. Klasifikasi situs tanah harus dilakukan dengan menggunakan
dua dari tiga parameter , , dan . Klasifikasi situs tanah dapat dilihat dari Tabel 4.7.
Klasifikasi Situs dari SNI 1726:2012 dibawah ini.

77
Tabel 4.8. Klasifikasi Situs
Kelas Situs s (m/detik) atau ch u (kPa)

SA (batuan keras) >1500 N/A N/A


SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras,
sangat padat dan 350 sampai 750 >50 ≥100
batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) <175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3m tanah
dengan karakteristik sebagai berikut:
Indeks plastisitas, PI >20
Kadar air, w ≥ 40%
Kuat geser niralir u< 25 kPa
SF (tanah khusus, Setiap lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari
yang membutuhkan karakteristik berikut:
investigasi - Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban
geoteknik spesifik gempa seperti mudah likuifasi, lempung sangat sensitif,
dan analisis respon tanah tersementasi lemah
spesifik-situs yang - Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H>3
mengikuti pasal m)
6.10.1) - Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H>7,5 m
dengan Indeks Plastisitas, IP >75
- Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan
H>35 m dengan u< 50 kPa
Untuk menentukan spektrum respon desain untuk lokasi proyek, data yang
diperlukan adalah:
Ss (percepatan batuan dasar pada perioda pendek) = 1,015 g
S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) = 0,340 g
Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa)
Fa = 1,094

78
Faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (Fv)
Fv = 1,460
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS)
SMS = Fa x Ss
= 1,094 x 1,015
= 1,110 g
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda 1 detik (SM1)
SM1 = Fv x Ss
= 1,460 x 1,015
= 0,496 g
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek (SDS)
SDS =

= 0,740 g
Parameter percepatan spektral desain untuk perioda 1 detik (SD1)
SD1 =

= 0,331 g
Pembuatan kurva spektrum respons desain:
T0 = 0,2 x
= 0,2 x
= 0,089 detik

Ts =

= 0,447 detik

79
Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain, Sa =
SDS (0,4 + 0,6 ); Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa= SDS; Untuk perioda lebih
besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa = SD1/T.
Tabel 4.9. Respon Spektrum Gedung Perkantoran 5 lantai di Kota Semarang
T T
SA (g)
(detik) (detik)
0 0 0,296
T0 0,089 0,740
TS 0,447 0,740
TS+0,1 0,547 0,605
TS+0,2 0,647 0,511
TS+0,3 0,747 0,443
TS+0,4 0,847 0,391
TS+0,5 0,947 0,349
TS+0,6 1,047 0,316
TS+0,7 1,147 0,289
TS+0,8 1,247 0,265
TS+0,9 1,347 0,246
TS+1 1,447 0,229
TS+1,1 1,547 0,214
TS+1,2 1,647 0,201
TS+1,3 1,747 0,189
TS+1,4 1,847 0,179
TS+1,5 1,947 0,170
TS+1,6 2,047 0,162
TS+1,7 2,147 0,154
TS+1,8 2,247 0,147
TS+1,9 2,347 0,141
TS+2 2,447 0,135
TS+2,1 2,547 0,130

80
TS+2,2 2,647 0,125
TS+2,3 2,747 0,120
TS+2,4 2,847 0,116
TS+2,5 2,947 0,112
TS+2,6 3,047 0,109
TS+2,7 3,147 0,105
TS+2,8 3,247 0,102
TS+2,9 3,347 0,099
4 4 0,083

Proyek pembangunan Gedung Perkantoran 5 lantai di Kota Semarang,


termasuk dalam kategori resiko II untuk beban gempa dan faktor keutamaan (Ie) =
1,00 dengan koefisien modifikasi respons (R) = 8 dan kategori desian seismik D.

Gambar 4.100. Spektum Respon Desain Untuk Gedung Perkantoran 5 lantai di Kota
Semarang.
6) Batasan Perioda fundamental struktur (T)
Perioda fundamental struktur (T) , tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk
batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dari Tabel 3.7 dan perioda
fundamental pendekatan, ( Ta). Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis

81
untuk menentukan perioda fundamental struktur, (T), diijinkan secara langsung

menggunakan perioda bangunan pendekatan, ( Ta).


Perioda fundamental pendekatan ( Ta), dalam detik, harus ditentukan dari
persamaan berikut :
Ta = C t .

dengan, hn adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat
tertinggi struktur, dan koefisien Ct dan x ditentukan dari Tabel 3.8.
Tabel 4.10. Koefisien Untuk Batas Atas Pada Period Yang Dihitung
Parameter percepatan respon spektral
Koefisien Cu
desain pada 1 detik, SD1
≥0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤0,1 1,7

Tabel 4.11. Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct Dan X


Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa
yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang
lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa :
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75

Dari hasil analisis beban gempa di SAP 2000 v.15.0.0 diperoleh hasil Periode
Fundamental atau Time Periode ragam adalah T = 0.709943. Sementara itu, kalau
menggunakan rumus dengan persamaan :

82
Ta = Ct .

= 0,0466 x 180,9
= 0,628
Tmax = Ta x Cu
= 0,628 x 1,4
= 0,879
Syarat Tmax > T
0,879 > 0.709943 (Ok, memenuhi)
Jadi, hasil Periode Fundamental pada bangunan struktur memenuhi syarat.

7) Perbandingan Geser Dasar Statis dan Geser Dasar Dinamis


Bila periode fundamental yang dihitung melebihi Cu Tu, maka Cu Tu harus
digunakan sebagai pengganti dari T dalam arah itu. Kombinasi respons untuk geser
dasar ragam (Vt) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung (V)
menggunakan prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan

Dimana :
V = geser dasar prosedur gaya lateral akivalen.
Vt = geser dasar dari kombinasi ragam yang disyaratkan.
Geser dasar dirumuskan dengan VD > 85% VS. Bila hal tersebut tidak terpenuhi maka
perlu diberikan skala gaya.
Analisa Geser Statis dan Dinamis
Defleksi yang terjadi dari hasil analisis SAP 2000 v.15.0.0 :
Geser dasar statis arah X
Kolom globalfx Vsx = 9994,97 kg
Geser dasar dinamis arah X
Kolom globalfx VDx = 9773,56 kg
Cek geser dasar struktur
0,85 x VSX < VDX
0,85 X 9994,97 kg < 9773,56 kg
8495,7245 kg < 9773,56 kg (OK)
83
Geser dasar statis arah Y
Kolom globalfy Vsy = 9993,94 kg
Geser dasar dinamis arah Y
Kolom globalfy VDY = 9708,55 kg
Cek geser dasar struktur
0,85 x VSY < VDY
0,85 X 9993,94 kg < 9708,55 kg
8494,849 kg < 9773,56 kg (OK)

8) Pemeriksaan Simpangan Antar Lantai


Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan
defleksi pada pusat massa ditingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Apabila pusat
massa tidak tidak terletak segaris dalam arah vertical, diijinkan untuk menghitung defleksi
didasar tingkat berdasarkan proyeksi vertical dari pusat massa tingkat diatasnya. Jika
desain tegangan ijin digunakan, ∆ harus dihitung menggunakan gaya gempa tingkat
kekuatan yang ditetapkan dalam 7,8 tanpa reduksi untuk design tegangan ijin.
Bagi struktur yang dirancang untuk kategori desain seismi C, D, E atau F yang
memiliki ketidakberaturan horizontal, simpangan antar lantai desain, ∆, harus dihitung
sebagai selisih terbesar dari defleksi titik – titik diatas dan dibawah tingkat yang
diperhatikan letaknya segaris secara vertical, disepanjang salah satu bagian tepi struktur.

Analisa Simpangan Antar Lantai


Defleksi yang terjadi dari hasil analisis SAP 2000 v.15.0.0 :
Lantai 1
⸹2 = 3,077 mm
⸹1 = 0 mm
Simpangan antar lantai maximal
∆a = 0,025 x hx
= 0,025 x 4000
= 100 mm
Syarat simpangan antar lantai yang terjadi

84
∆ = < ∆a

= < 100 mm
= 16,923 mm < 100 mm (OK, memenuhi syarat)

Lantai 2
⸹2 = 2,692 mm
⸹1 = 3,077 mm
Simpangan antar lantai maximal
∆a = 0,025 x hx
= 0,025 x 3500
= 87,5 mm
Syarat simpangan antar lantai yang terjadi

∆ = < ∆a

= < 87,5 mm
= - 14,232 mm < 87,5 mm (OK, memenuhi syarat)

Lantai 3
⸹2 = 2,692 mm
⸹1 = 2,692 mm
Syarat simpangan antar lantai yang terjadi

∆ = < ∆a

= < 87,5 mm
= 5,5 mm < 87,5 mm (OK, memenuhi syarat)

Lantai 4
⸹2 = 2,692 mm
⸹1 = 2,692 mm
Syarat simpangan antar lantai yang terjadi

∆ = < ∆a

85
= < 87,5 mm
= 5,5 mm < 87,5 mm (OK, memenuhi syarat)

Lantai 5
⸹2 = 2,692 mm
⸹1 = 2,692 mm
Syarat simpangan antar lantai yang terjadi

∆ = < ∆a

= < 87,5 mm
= 5,5 mm < 87,5 mm (OK, memenuhi syarat)

4. Kombinasi Pembebanan Bangunan


Kombinasi pembebanan yang ditinjau dalam analisis program SAP 2000 v15 sebagai
berikut:
Kombinasi pembebanan tetap :
U = 1,2 DL + 1,6LL
U = 1,2 DL + 0,5LL + EQx + 0,3 EQy
U = 1,2 DL + 0,5LL + 0,3 EQx + EQy
Keterangan:
- DL : beban mati
- LL : beban hidup
- EQx : beban gempa arah x
- EQy : beban gempa arah y

86
4.2.3 Permodelan Pelat

M22

M11
Gambar 4.11. Momen Arah 1-1 Dan 2-2 Pada Pelat Lantai
1. Analisis Pelat
Momen dari hasil analisis SAP 2000 v.15.0.0 :
1) Tulangan arah 1-1
87
Momen arah 1-1 maksimum = 5,48 kNm
Momen arah 1-1 minimum = 4,48 kNm
2) Tulangan arah 2-2
Momen arah 2-2 maksimum = 6,20 kNm
Momen arah 2-2 minimum = 4,34 kNm
Sesuai perhitungan diatas direncanakan tulangan diameter 10 mm dengan jarak
150 mm (Ø10-150).
Luas tulangan
As = 8Ø10 = 628,32 mm2
Tinggi blok regangan

a =
150796,8
=
21250
= 7,09 mm

Momen nominal
Mn = As × fy × (d-( )) × 10-6
= 628,32 x 240 x (100 – (7,09/2)) x 10-6
= 14,545 kNm
Syarat ϕMn ˃ Mu
0,8 × 14,545 ˃ 6,20
11,636 ˃ 6,20 (OK)
Jadi digunakan tulangan berdiameter 10 mm dengan jarak 150 mm (D10-150).

88
Gambar 4.12. Denah Penulangan Plat Lantai 1-5 ( Typical )

4.3 Perencanaan Kolom


Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting
dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total
(total collapse) seluruh struktur. Pendimensian kolom gedung Perkantoran direncanakan
sesuai dengan SNI 2013 Standar Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung:

89
Dimensi kolom sebagai berikut:
Tabel 4.12. Dimensi Kolom
Lebar balok (b) Tinggi balok(h)
No Nama Kolom
Cm cm
1 K1 40 40

Untuk memudahkan perhitungan, dalam mencari kebutuhan tulangan kolom dibantu


program SAP 2000 v15 sebagai berikut:
1. Kolom K1.40.40
Hasil analisis SAP 2000 v15 didapatkan kebutuhan tulangan sebagai berikut:
1) Longitudinal reinforcement (tulangan pokok) = 1600 mm2
Maka tulangan yang dipakai 10 buah tulangan deform diameter 16 mm. (10 D16)
dengan luas 2011 mm2
2) Major shear reinforcement (tulangan geser sumbu kuat) = 354 mm2/mm. Maka
tulangan yang dipakai tulangan polos diameter 10 mm dengan spasi antar sengkang
150 mm (D10-150) dengan luas 785,4 mm2/mm
3) Minor shear reinforcement (tulangan geser sumbu lemah) = 354 mm2/mm. Maka
tulangan yang dipakai tulangan polos diameter 10 mm dengan spasi antar sengkang
150 mm (D10-150) dengan luasan 785,4 mm2/mm .

90
200 200 200 300 200 400

K1 40X40 KP K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40


200 200

KP KP KP KP KP

200 200

K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40

400 400

K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40


1800

400 400

K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40

400 400

K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40 K1 40X40


200 200

400 200 300 200 400

1500

Gambar 4.13. Denah Kolom Lt 1-5 ( Typekal )

4.4 Perencanaan Balok


Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan
pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan
akan beban-beban. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai bagian dari sistem yang
menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan tarik tersebut karena
tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, di dekat serat terbawah, maka
secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan baja tarik saja. Pendimensian balok
gedung perkantoran direncanakan sesuai dengan SNI 2013 Standar Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Berikut adalah gambar denah
balok.

91
1 2 3 4 5 6 7

200 200 200 300 200 400

TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35


A

TB.20.35

TB.20.35
200
TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35
TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35
B 400

TB.20.35

TB.20.35
200

TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35


C
TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35
400 400

TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35


D 1600
TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35
400 400

TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35


E
TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35

TB.20.35
400 400

TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35 TB.20.35


F
400 200 300 200 400

Gambar 4.14. Denah Balok Tie Beam

92
1 2 3 4 5 6 7

200 200 200 300 200 400

A B2.20.30 B2.20.30 B2.20.30 B2.20.30 B2.20.30

B2.20.30
B2.20.30

B2.20.30

B2.20.30

B2.20.30

B2.20.30
150 150
B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40
B

B1.20.40

B1.20.40
200 200
B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40
B.20.30 B.20.30
C
B1.20.40

B1.20.40
200 200

B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40


D
B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40
400 400

B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40


E 1950
VOID
B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40
400 B.20.30 400

B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40


F
B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40
400 400

B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40


G
B2.20.30

B2.20.30

200 200

B2.20.30
H
400 200 300 200 400

1500

Gambar 4.15. Denah Balok Lantai 2

93
1 2 3 4 5 6 7

200 200 200 300 200 400

A B2.20.30 B2.20.30 B2.20.30 B2.20.30 B2.20.30

B2.20.30
B2.20.30

B2.20.30

B2.20.30

B2.20.30

B2.20.30
150 150
B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40
B

B1.20.40

B1.20.40
200
B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40
B.20.30 B.20.30
C B1.20.40
400

B1.20.40
200

B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40


D
B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40
400 400

1750
B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40
E
VOID
B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40
400 B.20.30 400

B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40


F
B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

B1.20.40

400 400

B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40 B1.20.40


G
400 200 300 200 400

Gambar 4.16. Denah Balok Lantai 3 - 4

94
1 2 3 4 5 6 7

200 200 200 300 200 400

B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25


A

B3.15.25

B3.15.25
200
B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25
B3.15.25 B3.15.25
B 400

B3.15.25
200

B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25


C
B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25
400 400

B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25


D 1600
B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25
400 400

B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25


E
B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25

B3.15.25
400 400

B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25 B3.15.25


F
400 200 300 200 400

Gambar 4.17. Denah Balok Lantai 5

95
Tabel 4.13. Dimensi Balok
LebarBalok (b) Tinggi Balok
No Nama Balok
Cm (h) Cm
1 B1.20.40 20 40
2 B2.20.30 20 50
3 B3.15.25 15 25
4 TB.20.35 20 35

Untuk memudahkan perhitungan, dalam mencari kebutuhan tulangan balok dibantu


program SAP 2000 v15 dengan luas tulangan sebagai berikut:
1. Balok B1.20.40

a. Tulangan pada tumpuan

 FTopArea = 680,86 mm2 ( dari SAP 2000)

Luas = jumlah tulangan . . (diameter tulangan)2

=6. . 132

= 795,99 mm2

Maka digunakan tulanagan 6 D 13 dengan luasan 795,99 mm2

 FBot Area = 322,87 mm2 ( dari analisa struktur )

Luas = jumlah tulangan . . (diameter tulangan)2

=3. . 132

= 397,99 mm2

Maka digunakan tulanagan 3 D 13 dengan luasan 397,99 mm2

b. Tulangan pada lapangan

 FTopArea = 155,01 mm2 ( dari analisa struktur )

Luas = jumlah tulangan . . (diameter tulangan)2

=3. . 132 = 397,995 mm2

96
Maka digunakan tulanagan 3 D 13 dengan luasan 397,995 mm2

 FBot Area = 432,12 mm2 ( dari analisa struktur )

Luas = jumlah tulangan . . (diameter tulangan)2

=6. . 132

= 795,99 mm2

Maka digunakan tulanagan 6 D 13 dengan luasan 795,99 mm2

c. Tulangan sengkang

 Sengkang pada tumpuan dan lapanagn = 0,0869 cm2

Maka digunakan sengkang = Ø10 – 150

 Tulangan Peminggang =2D8

2. Balok B2.20.30

 Tulangan Tumpuan

Tul atas (momen negatif) = 2,8168 cm2. = 3 D 12

Tul bawah (momen negatif) = 1,8249 cm2. = 2 D 12

 Tulangan Lapangan

Tul atas (momen positif) = 1,8249 cm2. = 2 D 12

Tul bawah (momen postif) = 2,8168 cm2. = 3 D 12

 Tulangan Sengkang

Tul sengkang max = 0.0757 cm2/cm. = Ø8 – 150

3. Balok B3.15.25

 Tulangan Tumpuan

Tul atas (momen negatif) = 0,999 cm2. = 2 D 10

Tul bawah (momen negatif) = 0,4935 cm2. = 2 D 10

 Tulangan Lapangan
97
Tul atas (momen positif) = 0,022 cm2. = 2 D 10

Tul bawah (momen postif) = 0,9797 cm2. = 2 D 10

 Tulangan Sengkang

Tul sengkang max = 0,0221 cm2/cm = Ø8 – 175

4. Balok TB.20.35

 Tulangan Tumpuan

Tul atas (momen negatif) = 2,2275 cm2. = 3 D 12

Tul bawah (momen negatif) = 1,2624 cm2. = 2 D 12

 Tulangan Lapangan

Tul atas (momen positif) = 0,6264 cm2. = 2 D 12

Tul bawah (momen postif) = 1,2624 cm2. = 3 D 12

 Tulangan Sengkang

Tul sengkang max = 0,1364 cm2/cm. = Ø 8– 150

4.5 Desain Pondasi Minipile


Pondasi harus didesain untuk menahan gaya yang dihasilkan dan mengakomodasi
pergerakan yang disalurkan ke struktur oleh gerak tanah desain. Sifat dinamis gaya, gerak
tanah yang diharapkan, dasar desain untuk kekuatan dan kapasitas disipasi energi struktur,
dan properti dinamis tanah harus disertakan dalam penentuan kriteria desain pondasi.
Apabila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, struktur atas dan struktur bawah
dari suatu struktur gedug dapat dianalisis terhadap pengaruh gempa rencana secara terpisah,
di mana struktur atas dapat dianggap terjepit lateral.
Struktur bawah bangunan terdiri dari pondasi dan tanah pendukung pondasi. Pondasi
berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan beban bangunan
tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu system pondasi harus mampu mendukung
beban bangunan diatasnya, termasuk gaya-gaya luar seperti gaya angina, gempa, dan lain-
lain. Untuk itu pondasi haruslah kuat dan kaku agar tidak mengalami penurunan, tidak

98
mengalami patah, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu system pondasi. Selain itu
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain struktur pondasi yaitu
kapasitas dukung tiang yang mampu menahan beban. Oleh karena itu perlunya pengujian
tanah dan pengujian tiang untuk untuk mendapatkan kapasitas dukung tiang sesuai dengan
persyaratan. Pengujian tiang berfungsi sebagai pengecekkan kapasitas dukung tiang yang
sudah direncanakan tetapi hanya dipilih beberapa titik pondasi saja, sehingga perlu
pengecekkan kapasitas dukung tiang berdasarkan pengujian tanah.
Struktur bawah tidak boleh gagal dari struktur atas. Desain detail kekuatan (strength)
struktur bawah harus memenuhi persyaratan beban gempa rencana berdasarkan Kombinasi
beban untuk metoda ultimit.
Analisis deformasi dan analisis lain seperti likuifaksi, rambatan gelombang,
penurunan total dan diferensial, tekanan tanah lateral, deformasi tanah lateral, reduksi kuat
geser, reduksi daya dukung akibat deformasi, reduksi daya dukung aksial dan lateral
pondasi tiang, pengapungan (flotation) struktur bawah tanah, dan lain-lain, dapat dilakukan
sesuai dengan persyaratan beban kerja (working stress) yang besarnya minimum sesuai
dengan Kombinasi beban untuk metoda tegangan ijin.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain struktur pondasi adalah :
1. Ekonomis
2. Kapasitas dukung tanah
3. Penurunan tanah.
4. Perubahan musim
5. Permasalahan konstruksi
6. Dampak lingkungan
Untuk memenuhi persyaratan kapasitas dukung tanah dan penurunan tanah, maka
perlu dilihat terlebih dahulu seberapa besar beban yang akan didukung oleh tanah. Jika
tanah pendukung sangat kompresible dan terlalu lemah mendukung struktur atas, maka
penggunaan pondasi tiang sangat disarankan.
Selain itu faktor ekonomis, kemudahan pelaksanaan, dan dampak lingkungan
merupakan bahan pertimbangan untuk pemilihan beberapa sistem pondasi yang masih
memenuhi persyaratan kapasitas dukung tanah dan penurunan tanah.
Berikut adalah hasil penyelidikan tanah :

99
Gambar 4.18. Hasil Penyelidikan Tanah

4.5.1 Perhitungan pondasi tiang pancang


Pondasi untuk gedung perkantoran 5 lantai ini direncanakan menggunakan tiang
pancang, karena tanah keras yang didapat terdapat pada kedalaman 7,80 meter.
Permodelan untuk pondasi dibedakan sesuai dengan besar beban aksial (P) perkolom yang
didapat pada SAP2000 v15, permodelan pondasi gedung dibagi menjadi 3:
1. Model 1 untuk beban 2200 – 1500 kN
2. Model 2 untuk beban 1500 – 700 kN
3. Model 3 untuk beban 700 – 0 Kn

100
Data yang diperoleh dari SAP2000 v15 :
1. Beban aksial kolom (P) = 2130 kN
2. Momen memutar sumbu x (Mx) = 10 kNm
3. Momen memutar sumbu y (My) = 8.9 kNm
Desain pondasi tiang pancang menggunakan data CPT dengan mutu beton yang digunakan
K-400 dan tulangan digunakan BJTD39.

1. Prediksi kapasitas dukung tiang menggunakan CPT (Cone Penetration Test)


Qijin = (qc . Aujung)/3 + (Tf . O)/5
= Qujung + Qfriksi
Keterangan:
Qijin = kapasitas ijin pondasi tiang tunggal (kg)
qc = perlawanan ujung sondir (kg/cm2)
Tf = total friction sondir (kg/cm’)
Aujung= luas permukaan ujung tiang (cm2)
O = keliling tiang (cm)

Ukuran tiang (D) = 30 cm


Luas ujung tiang (A) = 900 cm2
Keliling tiang (O) = 94,2 cm
Kedalaman tanah keras 7,80 m
qc = 150 kg/cm2
Tf = 730 kg/cm
Qijin = (qc . Aujung)/3 + (Tf . O)/5
= (150 . 900)/3 + (730 .94,2)/5
= 58753 kg = 587,53 kN

2. Check terhadap kekuatan bahan tiang pancang


Bahan diambil dari spesifikasi 20 x 20 PB Ex – Tonggak Ampuh K-500 dengan Qijin
bahan = 121.5 ton = 1215 kN. Sehingga kapasitas tiang tunggal (Qijin) diambil 587,53 kN
(diambil dari yang terkecil antara prediksi CPT , Qijin, dan Qijin bahan).
101
3. Jumlah tiang yang dibutuhkan dalam desain
Jumlah tiang yang dibutuhkan dalam satu kolom dengan beban:
Beban aksial kolom (P) = 2130 kN
Momen memutar sumbu x (Mx) = 10 kNm
Momen memutar sumbu y (My) = 8.9 kNm
Jarak tiang yang diambil 3D = 3(30) = 90 cm
Jumlah tiang rencana (n) =4
Jumlah baris rencana (m) =3
Dengan jarak tiang 3D nilai efisiensi tiang kelompok (Eff)
   n  1 m   m  1 n 
= 1 
D   mxn  

= 1  1890, 43   4  1 33 x 4 3  1 4 
 
 

= 1,126

Jumlah tiang yang dibutuhkan (n) = P/(Qijin. Eff)


= 2130 / (587,53 . 1,126)
= 3,219 buah = 4 buah
Jadi jumlah tiang yang dipasang 4 buah.

4. Distribusi beban kolom ke masing-masing tiang


Distribusi beban kolom ke masing-masing tiang dalam pile cap adalah:
Qi = P/n ± My.x/(Ʃx2) ±Mx.y/(Ʃy2)
Ʃx2 = 4 . (0,9 / 2)2 = 0,81 m2
Ʃy2 = 4 . (0,9 / 2)2 = 0,81 m2
n = 4 buah
Qi = 2130/4 +8.9.(3,05) / 0,81 + 10.(45) / 0,81
= 603,667 kN ˂ Qijin.Eff = 661,558 kN (OK)

102
5. Menghitung Tinggi Pile Cap dan Penulangannya
Data yang diperlukan unutk menghitung besarnya momen, geser satu arah dan geser
pons, yaitu:
Dimensi kolom = 40 cm
Beban aksial kolom (P) = 2130 kN
Mutu bahan yang digunakan:
Mutu beton = K-400 (f’c = 33,2 MPa)
Mutu tulangan baja fy = 390 Mpa

1) Beban kolom ultimate:


Pu = 1,4P
= 1,4 . 2130 = 2982 kN
2) Beban per pile ultimate:
Qu1 =Qu2 =Qu3 = Qu4 = 1,4Qi
= 1,4 . 603,667 = 845,134 kN
3) Check terhadap geser pons:
Besarnya tinggi efektif (d) pile cap = 700 mm
Vu pons = Pu
= 2982 kN
Keliling bidang kritis geser pons (bo):
bo = 2 (b+d) + 2 (h+d)
= 2 (400 + 700) + 2 (400 + 700)
= 4400 mm
Φ Vc pons = 0,6 . 0,3. . bo. d
= 0,6 . 0,3 . . 4400 . 700
= 3193344 Mpa
= 3193,344 kN
Vu pons ˂ Φ Vc pons (OK)

4) Check terhadap Geser Lentur


Vu geser lentur = total Qu tiang diluar bidang geser yang terbentuk
= 845,134 kN
103
Φ Vc geser lentur = 0,6 . 0,17. . bo . d
= 0,6 . 0,17 . . 4400 . 700
= 180956,2 Mpa
= 180,956 kN
Vu geser lentur ˃ Φ Vc geser lentur (OK)

5) Perhitungan Tulangan Pile Cap


Momen terhadap titik berat kolom
Mu = (Qu . jrk tiang/2) . 2
= (845,134 . 0,9/2) . 2
= 760,62 kNm
= 7606206 kgcm
B = 180 cm
d = 70 cm
f’c = 33,2 Mpa = 400 kg/cm2
fy = 390 Mpa = 3237 kg/cm2

a. mencari nilai β1:


jika f’c ≤ 300 kg/cm2 maka β1 = 0,85
f’c ˃ 300 kg/cm2 maka β1 = 0,85 – 0,0008 (f’c – 300)
jika β1 ˂ 0,65 maka β1 = 0,65
untuk f’c = 400 kg/cm2 maka nilai β1= 0,80
Mn = Mu/0,80
= 9507758 kgcm
Mn 9507758
K = B . (d)2 . 0,85 . fc =
180 . (70)2 . 0,85 . 400
= 0,03
F =1- = 0,03
Fmax = = 0,3737
F ≤ Fmax → Tulangan tunggal
F ˃ Fmax → Tulangan rangkap
Karena F ˂ Fmax maka digunakan perhitungan untuk tulangan tunggal
0,03 . 180 . 70. 0,85 . 332
As = = 3900
104
= 42,35 cm2
ρmin = 0,0025 (untuk plat)
As min = ρmin . B . d
= 0,0025 . 180 . 70
= 31,5 cm2
Digunakan As ˃As min dipasang D25 dengan jumlah tulangan

AD25 = 0,25 . π 2,52


= 4,91 cm2
42,35
Jumlah tulangan (As) = 4,91 = 8,62 (10D25)
Untuk tulangan atas (As’) = 0,15% . B . d = 18,9 cm2 (19D19)
18,9
Jumlah tulangan (As’) = = 16,70 (17D12)
1,13

Tabel 4.14. Rekap Pondasi Minipile


jarak
D tiang n tiang Jumlah
Type P (KN) tiang B (cm) As As'
(cm) (buah) baris
(cm)
1 2200 - 1500 30 90 4 2 180 10D25 17D12
2 1500 - 700 28 84 3 2 180 9D25 17D12
3 700 - 0 28 82 2 1 180 10D25 17D12

105

Anda mungkin juga menyukai