Anda di halaman 1dari 10

SARGA : JOURNAL OF ARCHITECTURE AND URBANISM

VOLUME X NO X MONTH YEAR


P-ISSN: 0853-4748 E-ISSN: 2961-7030
Journal Home Page: https://jurnal2.untagsmg.ac.id/index.php/sarga

ANALISA MASALAH PERANCANGAN JALUR PEDESTRIAN DAN RAMP DI SEPANJANG


JALAN IMAM BONJOL
Analysis Of Problems In Design Of Design Roads And Ramps Along Imam Bonjol Road

| Received May 16th 2016 | Accepted June 17th 2016 | Available online June 30th 2016 |
| DOI http://dx.doi.org/10.18860/jia.v4i1.3466 |

Susmita Eka Mukti (211003232010510)


Azis Maulana (21100323201050)
Ronaldus Kurniawan (211003232010510)
Dannu Setyawan (211003232010510)

ABSTRAK
Jalan Imam Bonjol yang berlaku jalur satu arah merupakan jalan dengan tingkat pejalan kaki yang relatif besar.
Disebabkan karena Jalan Imam Bonjol terletak ditengah kota dan terdapat banyak fasilitas publik seperti
perkantoran,universitas,minimarket dan lain-lain. Berdasarkan Permen PU no 03/PRT/M/2014, dimensi jalur
pedestrian di Jalan Imam Bonjol baik koridor kanan maupun kiri sudah memenuhi persyaratan untuk jalur
pergerakan pejalan kaki dan memenuhi kebutuhan lebar bagi pengguna berkebutuhan khusus Jalur pedestrian
di bagian sebelah kanan juga dilengkapi dengan sitting group untuk memberi kesempatan pejalan kaki
beristirahat. Selanjutnya diperlukan juga upaya pemeliharaan secara berkala untuk mempertahankan kualitas
jalur pedestrian di Jalan Imam Bonjol agar memberi kenyamanan untuk para pengguna Jalur Pedestrian. Hal
itu dikarenakan adanya beberapa faktor diantaranya yaitu jalur Pedestrian masih dipergunakan untuk tempat
parkir sepeda motor, gerobak pedagang, dan fasilitas sepeda listrik / beam rover Dan jalur Pedestrian yang
seharusnya untuk pejalan kaki, saat jalan raya sedang macet, para pengguna sepeda motor memasuki trotoar
untuk jalan alternatif agar lekas terlepas dari kemacetan.

Kata kunci: Fasilitas, Publik, Pedestrian, Trotoar, Ramp

ABSTRCT
Imam Bonjol Street, which applies one-way lanes, is a road with a relatively large pedestrian level. This is
because Jalan Imam Bonjol is located in the middle of the city and there are many public facilities such as
offices, universities, minimarkets and others. Based on Permen PU no 03/PRT/M/2014, the dimensions of the
pedestrian path on Jalan Imam Bonjol both right and left corridors have met the requirements for pedestrian
movement paths and meet the width requirements for users with special needs The pedestrian path on the
right is also equipped with a sitting group to provide opportunities for pedestrians to rest. Furthermore, periodic
maintenance efforts are also needed to maintain the quality of the pedestrian path on Jalan Imam Bonjol to
provide comfort for users of the Pedestrian Path. This is due to several factors including that the pedestrian
path is still used for motorcycle parking lots, merchant carts, and electric bicycle facilities / beam rover And the
pedestrian path that should be for pedestrians, when the highway is congested, motorcycle users enter the
sidewalk for alternative roads to quickly escape the congestion.

Keywords: Facilities, Public, Pedestrian, Sidewalk, Ramp


Susmita Eka, Azis Maulana, Ronaldus, Dannu

PENDAHULUAN
Jalur Pedestrian atau trotoar merupakan salah satu elemen insfrastruktur penting yang dibuat untuk
memenuhi hak para pejalan kaki. Jalur Pedestrian yang memiliki aksesibilitas yang baik dapat
meningkatkan kenyamanan penggunanya. Dalam hal ini diharapkan bisa membantu penyandang
disabilitas dan berkebutuhan khusus agar dapat mandiri.

Jalur pedestrian pada dasarnya merupakan suatu area atau tempat untuk ruang kegiatan pejalan
kaki untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan lainnya dan dapat berfungsi sebagai ruang
sirkulasi bagi pejalan kaki yang terpisah dari sirkulasi kendaraan lainnya, baik kendaraan bermotor
atau tidak, serta dapat memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan
kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki (syaiful 2016:1).

Jalur pedestrian yang kondisinya baik dan mudah diakses meningkatkan kenyamanan
penggunanya sekaligus membantu masyarakat penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus
agar dapat mandiri.Desain perkotaan direncanakan mudah untuk diakses seluruh lapisan
masyarakat tanpa terkecuali, termasuk juga bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus maupun
bagi masyarakat penyandang disabilitas. Menurut Peraturan Menteri PUPR no.14/PRT/M tahun 2017,
aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua orang guna mewujudkan kesamaan
kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka
mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari
manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dan arus kendaraan
bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksebilitas dengan
pembangunan trotoar. Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan oleh volume para pejalan kaki
yang berjalan dijalan, tingkat kecelakaan antara kendaraan dengan pejalan kaki dan
pengaduan/permintaan masyarakat.

Peningkatan arus lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di atas prasarana transportasi pada
suatu kota seperti prasarana jalan raya perkotaan sangat tergantung pada pesatnya pertumbuhan
ekonomi suatu daerah atau wilayah kota. Ini dapat dengan mudah dipahami karena transportasi
sendiri merupakan kebutuhan turunan (derived demand). Peningkatan jumlah pergerakan ditandai
dengan meningkatnya volume lalu lintas kendaraan maupun volume pejalan kaki pada suatu ruas
jalan perkotaan. Pada kenyataannya, peningkatan volume lalu lintas ini mendapat perhatian hanya
pada prasarana lalu lintas kendaraan saja seperti seringnya dilakukan pelebaran jalur lalu lintas,
perbaikan struktur perkerasan jalan. Sementara kebutuhan prasarana pejalan kaki seperti fasilitas
penyeberangan pedestrian, trotoar bagi pejalan kaki sangat minim mendapat perhatian.

Jalan Imam Bonjol yang berlaku jalur satu arah merupakan jalan dengan tingkat pejalan kaki yang
relatif besar. Disebabkan karena Jalan Imam Bonjol terletak ditengah kota dan terdapat banyak
fasilitas publik seperti perkantoran,universitas,minimarket dan lain-lain. Dengan demikian salah satu

2 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


Masalah Perancangan Jalur Pedestrian Dan Ramp Di Sepanjang Jalan Imam Bonjol

dukungan yang paling prioritas diperlukan dalam proses penjangkauan antara satu tempat dengan
tempat yang lain adalah adanya sarana dan prasarana yang memadai. Lalu apakah di Jalan Imam
Bontol ini sudah memiliki sarana dan prasaran yang memadai? Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sarana dan prasaran yang ada di Pedestrian Jalan Imam Bonjol terutama pada Ramp
yang ada di Pedestrian.

REVIEW LITERATUR
Pedestrian adalah Pedestrian adalah pergerakan atau sirkulasi atau perpindahan orang atau
manusia dari satu tempat ke titik asal (origin) ke tempat lain sebagai tujuan (destination) dengan
berjalan kaki (Rubenstein, 1992).

Jalur Pedestrian adalah ruas pejalan kaki, baik yang terintegrasi maupun terpisah dengan jalan,
yang diperuntukkan untuk prasarana dan sarana pejalan kaki serta menghubungkan pusat-pusat
kegiatan dan/atau fasilitas pergantian moda.

Ramp berasal dari Bahasa Inggris yang diterjemahkan sebagai lereng, tanah landai, jalur atau jalan
yang melandai. Dalam pembahasan kali ini, akan banyak ditekankan pada bidang miring yang
mempermudah jalannya suatu kegiatan. Ramp sendiri yang diartikan sebagai bidang miring
merupakan suatu permukaan datar yang memiliki sudut terhadap permukaan horizontal. Bidang
miring/ ramp ini mengatasi hambatan yang cukup besar dengan penerapan gaya yang relatif kecil
yang dibuat dengan jarak yang lebih jauh. Seperti contohnya adalah pengangkatan benda yang
cukup berat yang sebelumnya memerlukan tenaga empat orang lebih menjadi hanya satu orang
karena menggunakan ramp pada pengamplikasiannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jalan Imam Bonjol merupakan salah satu koridor jalan yang menjadi penunjang kehidupan sosial
dan ekonomi Kota Semarang. Letak jalan yang berada di tengah Kota Semarang dan terdapat
beberapa sektor penunjang, ada sektor pendidikan, pemerintahan, kesehatan dan juga yang
pastinya terdapat sektor ekonomi, membuat aktivitas pada koridor ini cukup tinggi. Dalam
melakukan analisa, kami memilih objek analisa pada jalur pedestrian di Jalan Imam Bonjol yang
berlaku jalur satu arah, yaitu dari kawasan Tugu Muda sampai persimpangan Jalan Indraprasta –
Jalan Pierre Tendean (lihat gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Jalan Imam Bonjol


Sumber: Google Maps, 2022

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 3


Susmita Eka, Azis Maulana, Ronaldus, Dannu

A. Jalur Pedestrian (Didepan Indomart Imam Bonjol)

Gambar 3. Jalur Koridor


Pedestrian Sebelah Kanan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 2. Master Plan Lokasi Analisa
Sumber: Google Maps, 2022

Gambar 4. Denah dan Potongan Koridor


Jalur Pedestrian beserta Ramp di Jalan
Imam Bonjol

Kondisi jalur pedestrian di sebelah kanan memiliki lebar 2.25 meter. Berdasarkan Permen PU no
03/PRT/M/2014, dimensi jalur pedestrian ini memenuhi persyaratan untuk jalur pergerakan
pejalan kaki sampai maksimal dua orang (lihat gambar 5), dan memenuhi kebutuhan lebar bagi
pengguna berkebutuhan khusus (lihat gambar 6)

4 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


Masalah Perancangan Jalur Pedestrian Dan Ramp Di Sepanjang Jalan Imam Bonjol

Gambar 5. Kebutuhan ruang per orang, Gambar 6. Kebutuhan ruang gerak


membawa barang, dan kegiatan berjalan minimum bagi pengguna Pedestrian
bersama berkebutuhan khusus
Sumber: Lampiran Permen PU no Sumber: Lampiran Permen PU no
03/PRT/M/2014 03/PRT/M/2014

B. Fasilitas pada Jalur Pedestrian sebelah kanan

Jalur pedestrian di bagian sebelah kanan juga dilengkapi dengan sitting group untuk
memberi kesempatan pejalan kaki beristirahat (lihat gambar 7). Keberadaan sitting group
mempersempit lebar jalur pedestrian menjadi ± 1.20 meter, area trotoar menjadi
kurang nyaman baik bagi pejalan kaki yang beristirahat di kursi maupun pejalan kaki
yang melintas. Selain itu, keberadaan pohon dan taman yang ada di atas trotoar juga
mempersempit jalur pedestrian pada beberapa bagian (lihat gambar 7).

Gambar 7. Fasilitas Sitting Group


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Jalur pedestrian di Jalan Imam Bonjol ini juga dilengkapi dengan jalur pemandu.
Hal ini merupakan persyaratan khusus yang diatur dalam Permen PU no.14/PRT/M
tahun 2017 untuk dapat memberikan kemudahan bagi pejalan kaki berkebutuhan
khusus terutama penyandang disabilitas netra dan low vision.

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 5


Susmita Eka, Azis Maulana, Ronaldus, Dannu

Gambar 8. Prinsip penerapan jalur pemandu


Sumber: Lampiran Permen PU No.
03/PRT/M/2014

Namun sangat disayangkan karna adanya jalur pemandu tuna netra yang terputus oleh
lubang saluran pada lokasi B (Depan Be Clean Laundry). Yang mana hal ini dapat sangat
membahayakan para penggunanya. (luhat gambar 9).

Gambar 9. Jalur pemandu yang terputus oleh lubang saluran


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selain itu, kondisi jalur pemandu tidak rata di beberapa bagian karena merupakan bak
kontrol dari saluran drainase kota (lihat gambar 10). Menurut Permen PU no.14/PRT/M
tahun 2017, jalur pemandu yang dipasang terbuat dari material yang tidak licin dan
berwarna kontras dengan ubin di sekitarnya agar mudah dikenali oleh penyandang
disabilitas netra dan low vision, namun pada beberapa segmen jalur pemandu yang
terpasang kurang sesuai dengan persyaratan Permen PU tersebut. Jalur pemandu yang
tersedia terbuat dari material yang bertekstur namun agak licin jika terkena air hujan.

6 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN


Masalah Perancangan Jalur Pedestrian Dan Ramp Di Sepanjang Jalan Imam Bonjol

Gambar 10. Tutup bak kontrol yang tidak rata


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Keberadaan jalur penyebrangan (zebra cross) di Jalan Imam Bonjol berada di area
jalur pedestrian yang cukup tinggi (± 20 cm) dengan adanya bollard dan lampu lalu
lintas, sehingga menyulitkan bagi pengguna kursi roda, kursi dorong, maupun
pengguna kruk untuk menggunakan jalur penyebrangan ini. Sebaiknya, zebra cross
ditempatkan di jalur pedestrian yang datar (memiliki ramp) sehingga memberikan
kemudahan pengguna berkebutuhan khusus untuk dapat dengan mudah mengakses
dan menggunakan jalur penyebrangan ini secara mandiri (lihat gambar 11).

Gambar 11. Bollard dan lampu lalu lintas di zebracross


Sumber: Dokumentasi Pribadi

SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 7


Susmita Eka, Azis Maulana, Ronaldus, Dannu

Lalu untuk Jalur pedestrian di bagian sebelah kiri memiliki lebar jalur pedestrian
2.25 meter. Berdasarkan Permen PU No. 03/PRT/M/2014, lebar jalur pedestrian
di sisi kiri ini memenuhi persyaratan untuk jalur pergerakan pejalan kaki sampai
maksimal tiga orang (lihat gambar 4), dan memenuhi kebutuhan lebar bagi
pengguna berkebutuhan khusus (lihat gambar 5). Secara keseluruhan, tidak
sepanjang jalur pedestrian dapat dilalui oleh pejalan kaki dikarenakan juga terdapat
halte BRT (lihat gambar 13 dan 14).

Gambar 12. Halte BRT Semarang Gambar 13. Halte Trans Jateng
Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pemasangan ramp yang tidak menerus sehingga tidak dapat dilalui oleh pengguna
kursi roda. Penempatan halte BRT menghabiskan space untuk trotoar sehingga area
jalur pedestrian tidak dapat dilewati pejalan kaki. Pejalan kaki pengguna jalur
pedestrian diharuskan untuk menaiki halte BRT terlebih dahulu untuk bisa
meneruskan perjalanan di sepanjang trotoar. Hal ini tentunya menyulitkan akses
bagi pengguna disabilitas dikarenakan keberadaan ramp yang tidak optimal.
Penempatan ramp yang berseberangan dan berakhir dengan penghalang pohon
tentunya tidak memberikan akses bagi pengguna Hal ini tidak sesuai dengan
peruntukan jalur pedestrian sebagai fungsi penghubung ruang-ruang kota.
Pembangunan halte BRT perlu dipertimbangkan dan direncanakan dengan baik agar
fungsinya tidak mengganggu fungsi ruang terbuka publik lainnya. Adapun desain
halte BRT sebaiknya mempertimbangkan akses bagi masyarakat berkebutuhan
khusus, baik itu lansia, ibu hamil, maupun penyandang disabilitas lainnya. Tangga
yang disediakan hanya memungkinkan untuk satu pengguna, sedangkan ramp yang
disediakan cukup curam untuk dilalui pengguna secara mandiri (lihat gambar 14).
Bahkan untuk halte Trans Jateng tidak tersedia ramp. (lihat gambar 15).

Gambar 14. Ramp Halte BRT Semarang Gambar 15. Tangga Halte Trans Jateng
Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi
8 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN
Masalah Perancangan Jalur Pedestrian Dan Ramp Di Sepanjang Jalan Imam Bonjol

C. Alih Fungsi Jalur Pedestrian


Dengan lebar koridor Pedestrian yang sudah sesuai, namun sangat disayangkan jalur Pedestrian
yang sudah memenuhi standar tersebut tidak bisa difungsikan secara optimal. Hal itu dikarenakan
adanya beberapa faktor diantaranya yaitu jalur Pedestrian masih dipergunakan untuk tempat parkir
sepeda motor, gerobak pedagang, dan fasilitas sepeda listrik / beam rover (lihat gambar 7 dan
gambar 8).

Gambar 16. Ramp Pedestrian untuk


Parkir Gerobak
Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 17. Jalur Pedestrian sebagai


tempat parkir
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 18. Jalur Pedestrian sebagai
tempat parkir beam rover
Sumber: Dokumen Pribadi

Dan jalur Pedestrian yang seharusnya untuk pejalan kaki, saat jalan raya sedang macet, para
pengguna sepeda motor memasuki trotoar untuk jalan alternatif agar lekas terlepas dari kemacetan.

Gambar 20. Jalur Pedestrian


Gambar 19. Jalur Pedestrian digunakan sebagai jalur sepeda motor
digunakan sebagai jalur sepeda motor Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN 9
Susmita Eka, Azis Maulana, Ronaldus, Dannu

KESIMPULAN

Berdasarkan Permen PU no 03/PRT/M/2014, dimensi jalur pedestrian di Jalan Imam Bonjol baik
koridor kanan maupun kiri sudah memenuhi persyaratan untuk jalur pergerakan pejalan kaki dan
memenuhi kebutuhan lebar bagi pengguna berkebutuhan khusus Jalur pedestrian di bagian sebelah
kanan juga dilengkapi dengan sitting group untuk memberi kesempatan pejalan kaki beristirahat.
Namun sangat disayangkan ternyata terdapat fasilitas penunjang lain yang mempersempit jalur
pedestrian. Dan juga kurangnya kesadaran masyarakat, jalur pedestrian masih sering dialih
fungsikan, padahal hal tersebut dapat membahayakan pengguna jalan di jalur pedestrian tersebut.
Untuk meningkatkan kualitas jalur pedestrian dan membuat nyaman penggunanya diperlukan
adanya pemenuhan kebutuhan pengguna jalur Pedestrian seperti kenyamanan, keamanan, serta
adanya rambu yang informatif. Selanjutnya diperlukan juga upaya pemeliharaan secara berkala
untuk mempertahankan kualitas jalur pedestrian di Jalan Imam Bonjol agar memberi kenyamanan
untuk para pengguna Jalur Pedestrian.

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan,
Penyediaan,
dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2017 tentang
Persyaratan
Wibawa, Baju Arie, Saraswati, Ratri Septina. (2017). Evaluasi Jalur Pejalan KaMenurut Permen Pu
03/Prt/M/2014. Jurnal Ilmiah Teknosains. 3(2). 89-97

10 SARGA - VOLUME X, NO. X, BULAN TAHUN

Anda mungkin juga menyukai