Disusun Oleh :
Berbagai macam isu-isu yang terjadi di DKI Jakarta seperti kemacetan, banjir,
permukiman kumuh, dll. Dari isu-isu tersebut maka DKI Jakarta menjadi perhatian khusus,
sehingga perlu adanya perancangan kota agar lebih tertata. Menurut Hamid Shrvani dalam
bukunya “Urban Design Process” untuk melakukan sebuah perancangan kota harus
memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada sehingga kota tersebut akan
mempunyai karakterisitik yang jelas, elemen-elemen yang membentuk sebuah kota
khususnya pada pusat kota yaitu tata guna lahan (Land use), bentuk dan kelompok bangunan
(Building dan Mass building), ruang terbuka (Open space), parkir dan sirkulasi (parking and
circulation), tanda-tanda (Signages), Pendukung Kegiatan (Activity Ways), Preservasi
(Preservation) dan jalur pejalan kaki (Pedestrian Ways). Dari kedelapan elemen tersebut
salah satu isu strategis yang terdapat di DKI Jakarta adalah jalur pejalan kaki (Pedestrian
Ways).
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki,
sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki,
sedangkan jalan merupakan media di atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan
berjalan. Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau perpindahan orang
atau manusia dari suatu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan
menggunakan moda jalan kaki. Jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya
dimaksudkan sebagai ruang untuk pejalan kaki yang berfungsi sebagai sarana pencapaian
yang dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya yang datang dari kendaraan bermotor. Di
Indonesia lebih dikenal sebagai trotoar, yang berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 sampai 2-
meter atau lebih memanjang sepanjang jalan umum. Jalur pedestrian merupakan salah satu
kelengkapan sebuah kota, yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh warga kota yang
bersangkutan untuk dapat bergerak dengan mudah, aman dan nyaman dari satu tempat ke
tempat lainnya. Pemkot DKI mulai berpikir untuk memfasilitasi para pengendara sepeda
tersebut dan tentu saja hal itu tidaklah mudah karena pada dasarnya perencanaan kota
Jakarta ini tidak dilakukan secara terpadu dalam arti tidak hanya perencanaan moda
tansportasi yang tidak terencana dengan baik, perencanaan infrastrukturnya pun dilakukan
secara parsial. Sebagai contoh dapat terlihat bahwa untuk mengatasi kemacetan di Jakarta ini
pemda DKI masih belum dapat memutuskan dengan tepat moda transportasi umum yang
terbaik untuk masyarakat agar penggunaan kendaraan pribadi dapat diminimalisir.
Permasalahan yang akan dibahas adalah peran dan fungsi jalur pedestrian bagi para
pejalan kaki dan tingkat kenyamanan yang dirasakan para pejalan kaki, khususnya di dekat
daerah permukiman, di Jl. Patra, Duri Kepa, Jakarta Barat. Pada perkembangannya fungsi
pedestrian berkembang tidak saja untuk jalur berjalan kaki tetapi juga untuk kegiatan-
kegiatan yang bersifat rekreatif, seperti duduk-duduk santai menikmati suasana kota, untuk
bersosialisasi dan berkomunikasi antar warganya. Pedestrian dapat didisain di area
pertokoan dimana orang dapat berjalan atau duduk-duduk di bangkubangku yang diletakkan
di sana menikmati fasade dari pertokoan disepanjang jalur tersebut. Namun bagi warga
Jakarta pengembangan fungsi pedestrian seperti tersebut di atas masih menjadi angan-angan
belaka.
Dari tabel 2.1 dan tabel 2.2 Penambahan Lebar Jalur Pejalann Kaki, pada pedestrian
yang akan direncanakan dengan lebar pedestrian kawasan permukiman adalah maksimal
1,6m-2,75m namun dengan adanya kawasan pasar disekitar daerah perencanaan maka
ditambah ukuran 1,5 m. Jadi, lebar pedestrian yang akan direncanakan sesuai standar yang
berlaku yaitu 4 m yang sudah dapat ditambahkan fasilitas-fasilitas seperti patok penerangan,
patok penerangan lalu lintas, rambu lalu lintas, keranjang sampah, tanaman penedu yang
akan dipakai dari lebar pedestrian yaitu 1m.
Berdasarkan hasil eksisting yang telah maka panjang jalur pejalan kaki atau pedestrian
(trotoar) yang akan direncanakan adalah 350 m. Rencana tersebut akan dibuah dalam sebuah
maket dengan menggunakan skala sebagai berikut:
Skala : ukuran pada maket : ukuran sebanarnya
: 85 cm: 350 m
: 85 cm : 35.000 cm
: 1: 412
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka solusi terpilih yang akan
dilakukan yaitu Drainase yang terdapat kawasan perencanaan menjadi drainase tertutup
yang akan di jadikan jalur pejalan kaki atau pedestrian (trotoar) untuk mengatasi
keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki. Dalam merencanakan jalur pejalan kaki
dikawasan Jl. Patra, Duri Kepa, Jakarta Barat dilihat dari kententuan-ketentuan yang
diterakan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan berpedoman pada
ketentuan yang telah ditetapkan maka lebar pedestrian yang akan direncanakan sesuai
standar yang berlaku yaitu 4 m yang sudah dapat ditambahkan fasilitas-fasilitas seperti
patok penerangan, patok penerangan lalu lintas, rambu lalu lintas, keranjang sampah,
tanaman penedu yang akan dipakai dari lebar pedestrian yaitu 1m serta skala yang
digunakan adalah 1:412.
3.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
Perlu adanya peningkatan pengawasan dan pengontrolan akan ketersediaan dan
kualitas dari jalur pejalan kaki yang tersedia maupun yang harus disediakan.
2. Bagi Masyarakat
Meningkatkan rasa kepedulian akan kebersihan, keteraturan dan keindahan dari jalur
pejalan kaki yang sudah ada maupun yang aka nada.