Anda di halaman 1dari 5

PLACEMAKING PADA JALUR PEDESTRIAN JALAN AMBON,

LAPANGAN SAPARUA, BANDUNG YANG BERALIH FUNGSI


MENJADI AREA PEDAGANG KAKI LIMA
Fida Izzaturrohim1 , Hastuti Saptorini2
1
Architecture Department, Faculty of Civil Engineering And Planning, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta. Jalan Kaliurang Km 14,4 Yogyakarta, Indonesia
1
Email: 20512257@students.uii.ac.id

ABSTRAK: …

Keywords: placemaking, pedestrian, lapangan, interaksi sosial.

PENDAHULUAN
Lapangan Saparua adalah sebuah area olahraga terpadu yang berlokasi di jalan Banda
No. 28, Citarum, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat. Lapangan ini memiliki
sarana olahraga yang cukup lengkap, yaitu terdiri dari track lari, velodrome (lintasan balap
sepeda trek), track sepatu roda, lapangan basket, lapangan voli, wall climbing, dan lapangan
bulu tangkis. GOR dan Lapangan Saparua ini dikenal dengan trek lari nya yang mengitari area
sepatu roda yang berada di tengah lapangan yang menjadi satu-satunya trek olahraga sepatu
roda di kota Bandung. Selain itu, lapangan saparua juga sering digunakan sebagai tempat
pelaksanaan lomba olahraga, baik regional maupun nasional. Dengan banyaknya sarana
olahraga yang dimiliki, lapangan Saparua ini menjadi ramai oleh aktivitas pengunjung, terutama
di pagi dan di malam hari, berdasarkan data pada jurnal Nidar dkk. (2020), disebutkan bahwa
jumlah pengunjung per harinya adalah sekitar 100-250 orang di weekdays dan pada weekend
dapat mencapai 500 orang per harinya. Hal ini juga menyebabkan menjamurnya pedagang kaki
lima (PKL) di sekitar lapangan Saparua, Bandung, terutama pada area pedestrian utara, jalan
Ambon.
Tidak adanya designated area bagi para PKL pada perancangan lapangan saparua,
menjadi sebuah masalah bagi para pejalan kaki dan juga pengendara bermotor yang melintas di
jalan Ambon, dikarenakan adanya PKL yang menghambat lalu lintas di area pedestrian dan
jalan Ambon. Para pedagang menggunakan area pedestrian sebagai area duduk bagi pembeli
dengan menempatkan kursi-kursi. Selain itu ketika ramai pengunjung, jalan ambon pun menjadi
berhimpitan antara pembeli yang berlalu lalang dengan kendaraan bermotor.
Placemaking sendiri dimaknai sebagai proses yang disengaja dalam menempatkan,
mengungkapkan dan menciptakan lingkungan yang bermakna, menekankan pada keterlibatan
manusia dengan lingkungan, ekologi maupun dengan manusia lainnya. Placemaking yang
terjadi pada area pedestrian yang beralih fungsi tersebut menjadi tidak ramah lingkungan dan
1
manusia, karena menyebabkan beberapa permasalahan, seperti yang telah penulis sebutkan.
Dalam mengkaji bagaimana placemaking yang terjadi di jalur pedestrian tersebut, maka penulis
akan merumuskan penggauna jalur tersebut dan makna dibalik terjadinya placemaking yang
terjadi dengan adanya pedagang kaki lima pada jalur tersebut.
Nidar dkk, 2020, menjelaskan bahwa lapangan saparua, merupakan lapangan untuk
banyak kegiatan olahraga, sehingga aktivitas pengunjung menjadi ramai. Mereka menyatakan
bahwa dengan ramainya pengunjung, maka membutuhkan fasilitas pendukung yang memadai,
salah satunya di area komersial pada lapangan Saparua ini. Hal ini dikarenakan pada kondisi
eksisting, area komersial pedagang kaki lima belum tersusun rapi, sehingga mereka menulis
tentang bagaimana rancangan booth yang baik bagi para pedagang tersebut.
Berdasarkan problematika tersebut, penulis berusaha untuk mengetahui bagaimana
proses placemaking yang terjadi pada area jalur pedestrian di bagian jalan ambon tersebut dan
juga bagaimana konflik dari segi pejalan kaki, pembeli, pedagang dan pengendara kendaraan
bermotor sebagai pengguna yang ditinjau. Batasan penelitian terdapat pada lingkup wilayah
yang ditinjau berupa jalur pedestrian di jalan Ambon, Lapangan Saparua, Kota Bandung.
Batasan objek yang diamati berupa jalur beserta fasilitasnya dan secara khusus meninjau
pedagang kaki lima dan pengguna yang ditinjau.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data (observasi dan wawancara) dan metode
analisis data yang bersumber dari internet, jurnal dan buku.

2
LAMPIRAN

Gambar 1 Zonasi lapangan Saparua, Bandung. Area di kotak merah menjadi area observasi.
Sumber : Gambar pribadi

Gambar 2 Area observasi pada jalan Ambon, Lapangan Saparua, Bandung


Sumber : Gambar pribadi

3
Gambar 2 Lapangan Saparua, Bandung
Sumber : Google Maps. https://google.com/maps/

Gambar 3 Luasan Lapangan Saparua, Bandung


Sumber : Google Earth. https://earth.google.com/

4
Gambar 4 Lapangan Saparua, Bandung
Sumber : Google Earth. https://earth.google.com/

DAFTAR PUSTAKA
Journal articles
Hadi, D. S. N., Saptorini, H., & Fauzi, H. N. (2022). Makna Elemen Shared Space Street Bagi
Pesepeda Pada Jalur Pedestrian Di Koridor Komersial Pecinan Kota Magelang. Jurnal
Lingkungan Binaan Indonesia, 11(1), 16-27. [preseden penulisan]
Saptorini, H. (2019). Placemaking In Yogyakarta Riverside Settlements, Indonesia: Problems
and Prospects. In MATEC Web of Conferences (Vol. 280, p. 02004). EDP Sciences.
[preseden penulisan]
Nidar, M. I., Yudiarti, D., & Putri, S. A. (2020). Perancangan Booth Untuk Pedagang Kaki Lima
Di Area Komersial Gor Saparua Kota Bandung. eProceedings of Art & Design, 7(2).
[similar journal for SOTA]
Sakinah, R., Kusuma, H. E., Tampubolon, A. C., & Prakarso, B. (2018). Kriteria jalur pedestrian
di Indonesia. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 7(2), 81-85. [pedestrian]

Websites
“GOR Saparua.” Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/GOR_Saparua.

Anda mungkin juga menyukai