Anda di halaman 1dari 3

Perencanaan Jalur Sepeda dan Pejalan Kaki di Wilayah

Perkotaan dan Daerah Wisata


( I Gede Budiastawa | 2203007 | )
Pada saat pandemi Covid-19 kebutuhan ruang untuk kegiatan masyarakat semakin
meningkat, terutama untuk kegiatan olahraga seperti joging dan bersepeda. Faktor-faktor
tersebut juga menarik perhatian pemerintah daerah, dalam hal ini Kota Pontianak, terhadap
pembangunan sarana penunjang yang menampung kegiatan masyarakat. Pembangunan mulai
fokus pada 2019 dan berlanjut. Ini tertuang dalam Master Plan Smart City 2019-2028 dalam
Peraturan Walikota Pontianak No. 25 Tahun 2019. Dalam membangun Smart City, kota
harus memiliki kesiapan daerah pintar atau Smart City Readnies yang salah satu elemen
utamanya adalah infrastruktur. Pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki dapat disebut
dengan Pedestrian. Secara harafiah, pedestrian berarti “person walking in the street“, yang
berarti orang yang berjalan di jalan. Pejalan kaki adalah orang yang melakukan perjalanan
dari suatu tempat/asal tanpa kendaraan, untuk mencapai tujuan atau tempat. Jenis sarana
perjalanan pejalan kaki terdapat 4 (empat) kategori pejalan kaki yaitu: Pejalan kaki penuh,
Pejalan kaki pemakai kendaraan umum, Pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi dan
kendaraan umum. Menurut UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, pejalan kaki berhak atas trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas pendukung
lainnya. Selain itu, mereka berhak atas prioritas saat menyeberang dan berjalan di tempat
penyeberangan (Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, 2009).
Untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang bersangkutan, trotoar adalah jalur pejalan
kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan
jalan dan trotoar adalah bagian dari jalan raya yang disediakan untuk pejalan kaki. Sedangkan
jalur sepeda merupakan jejak, lintasan, atau bagian jalan raya atau bahu, trotoar, atau cara-
cara lainnya yang secara khusus dimarkai dan diperuntukkan bagi penggunaan sepeda.
Peletakkan jalur sepeda dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna jika jalur sepeda
digunakan bersamaan dengan jalur lalu lintas lainnya seperti jalan, jalur pedestrian dan jalur
bus.
Trotoar adalah salah satu elemen fisik yang ekspresif dan mendukung perencanaan kota yang
membantu membentuk struktur visual kota. Dimana trotoar yang baik dapat mengurangi
ketergantungan mobil di perkotaan, meningkatkan kualitas lingkungan dengan
mengutamakan skala manusia, membuat aktivitas pedagang kaki lima lebih menonjol dan
mampu menunjukkan kualitas udara. (Destria et al., 2023)
Covid-19 membawa peningkatan dramatis dalam penjualan sepeda dalam menanggapi
pandemi. Kecemasan yang meningkat atas transportasi umum dan lonjakan olahraga berarti
semakin banyak yang memilih untuk menggunakan salah satu bentuk mobilitas paling dasar,
yang mengarah ke apa yang disebut "ledakan sepeda". Bersepeda menjadi tren baru di
masyarakat selama masa pandemi Covid-19, Tak terkecuali di Manado Sulawesi Utara.
Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Faela Sufa
mengatakan peningkatan pengguna sepeda di bilangan Thamrin dan Sudirman bahkan
mencapai 1.000 persen. Sepeda juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan usaha, seperti alat
pengangkut atau sarana berdagang. Selain meningkatkan kondisi kesehatan, sepeda juga
sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan. Sampai saat ini di Kota Manado belum
terdapat satupun jalur sepeda sehingga dengan adanya momentum peningkatan pengguna
sepeda, perencanaan jalur sepeda menjadi semakin penting untuk di seriusi. Selain itu banyak
pengguna sepeda juga dapat meningkatkan pelanggaran lalu lintas oleh pesepeda ketika harus
menggunakan jalur kendaraan bermotor. (Mokodompit et al., 2022)
Kegiatan bersepeda di masa pandemi menjadi semakin ramai, waktu luang yang tersedia dan
kondisi jalan yang sepi membuat kegiatan bersepeda menjadi hal yang menyenangkan untuk
dilakukan, baik secara berkelompok maupun mandiri. Di beberapa destinasi wisata di negara
yang berkembang baik jaringan transportasinya, sepeda menjadi alat utama bagi warga
kotanya yang juga menularkan kebiasaan ke wisatawan yang berkunjung. Dalam hal ini
untuk mengembangkan kegiatan bersepeda harus dimulai dengan menjadikan suatu daerah
menjadi populer dengan kegiatan bersepeda, baik oleh warga atau wisatawannya. Di Bali
sendiri kegiatan bersepeda lebih banyak digunakan sebagai wisata adventure, dalam jenis
wisata ini kegiatan bersepeda menjadi atraksi bukan menjadi moda transportasi utama bagi
wisatawan. Kegiatan sepeda ini banyak ditemui di wilayah dataran tinggi pegunungan yang
memanfaatkan kontur landai dan menurun. Destinasi Pariwisata Sanur, sebagai salah satu
daya tarik wisata pantai di Kota Denpasar menjadi salah satu destinasi favorit para wisatawan
bersepeda. Kontur lahan yang landai, iklim yang sejuk cenderung hangat dan lalu lintas yang
tidak ramai, membuat sepeda menjadi alat transportasi yang digemari oleh wisatawan. Pada
saat ini pengembangan moda transportasi sepeda mulai diperhatikan sebagai aktualisasi dari
pariwisata hijau dan pariwisata berkelanjutan. Bahkan Peraturan Walikota Denpasar No. 27
tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar. Dalam pasal 19 dan 35 ada
ketentuan mengenai pemanfaatan sarana dan prasarana perkotaan dalam memprioritaskan
pengguna sepeda melalui penyediaan jalur khusus sepeda. Diperkuat oleh peraturan zonasi
jalur sepeda, Sanur merupakan salah satu zonasi untuk dikembangkan dan dibangun jalur
sepeda. Di sisi lain penggunaan pedestrian di sepanjang Pantai Sanur oleh pesepeda membuat
keselamatan dan kenyamanan terganggu baik dari sisi pesepeda maupun pejalan kaki.
Okupansi ini sangat membahayakan, apalagi pedestrian juga sebagai penyeberangan orang
dari hotel ke pantai. (Astuti et al., 2021)
Jalur Sepeda didefinisikan sebagai bagian dari jalan raya yang telah ditetapkan dengan
striping, signage, dan marka perkerasan untuk penggunaan khusus atau eksklusif bagi
pengendara sepeda. Jalur sepeda memungkinkan pengendara sepeda untuk berkendara
dengan kecepatan yang diinginkan tanpa gangguan dari kondisi lalu lintas yang ada dan
memfasilitasi perilaku dan pergerakan yang dapat diprediksi antara pengendara sepeda dan
pengendara. Jalur sepeda dibedakan dari jalur sepeda karena tidak memiliki penghalang fisik
(tiang pancang, median, trotoar yang ditinggikan, dll.) yang membatasi lalu lintas kendaraan
bermotor. Jalur sepeda konvensional berjalan di tepi jalan ketika tidak ada tempat parkir,
berdekatan dengan mobil yang diparkir di sisi kanan jalan atau di sisi kiri jalan dalam situasi
tertentu. Jalur sepeda biasanya berjalan dalam arah lalu lintas yang sama, meskipun jalur
tersebut dapat dikonfigurasi dalam arah kontra-arus pada koridor lalu lintas rendah yang
diperlukan untuk konektivitas rute sepeda tertentu.
Jalur sepeda yang ideal menyatu dengan infrastruktur kota, dengan mudah melayani
pengendara sepeda dan pejalan kaki tanpa menghambat lalu lintas kendaraan bermotor. Lebih
disukai kontras dengan sekitarnya, jalur sepeda ini menonjol dari trotoar untuk memberikan
pola lalu lintas yang dapat dikenali yang menjaga keselamatan pengendara sepeda dan
pejalan kaki. Tren bersepeda masyarakat saat ini masih pada penggunaan untuk rekreasi dan
olahraga terutama pada hari libur sabtu dan minggu pada saat pelaksanaan kegiatan Car Free
Day. Pada jangka panjang, program Car Free Day tidak hanya hari minggu tapi juga
dilakukan pada hari libur. Berjalan kaki dan bersepeda adalah cara terbersih untuk berkeliling
kota, dan keduanya dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan, emisi gas rumah kaca,
kualitas udara, keselamatan jalan, dan kesetaraan. Kota-kota yang beragam seperti Bogota,
Kopenhagen, Montreal, dan Barcelona memimpin dalam mendorong berjalan dan bersepeda
– dan pengalaman dari kota-kota seperti Seville.

Daftar Referensi
Astuti, P. T., Rahmawati, E., & Seftiani, M. (2021). PERENCANAAN JALUR SEPEDA
berdasarkan persepsi dan preferensi wisatawan bersepeda DI PANTAI SANUR BALI.
Jurnal Inovasi Penelitian, 1(10), 1–208.
Destria, C., Ikram, M. S., & Sari, D. P. (2023). Optimasi Kenyamanan Ruang Pejalan Kaki
Dan Jalur Sepeda Berdasarkan Persepsi Kenyamanan Pengguna Di Jl. Ahmad Yani
Pontianak. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, 10(2).
https://doi.org/10.26418/lantang.v10i2.64209
Mokodompit, L., Poluan, R. J., Prijadi, R., S1, M., Studi, P., Wilayah, P., Universitas, K.,
Ratulangi, S., Pengajar, S., S1, P., Kota, D., & Arsitektur, J. (2022). Perencanaan Jalur
Bagi Pengendara Sepeda Di Kota Manado. Jurnal Fraktal, 7(2), 28–38.

Anda mungkin juga menyukai