Grace 15415006
Windiana 15415024
2018
A. Latar Belakang
Kota bandung merupakan pusat perkembangan perekonomian di provinsi Jawa
barat. Salah satu indoikator penunjang efesiensi kegiatan ekonomi adalah kondisi
pelayanan transportasi yang baik dengan kapasitas yang mencukupi. Dewasa ini Kota
Bandung mengalami masalah transportasi yang kompleks. Peningkatan jumlah
penduduk berimplikasi pada peningkatan jumlah kendaraan bermotor, dimana tidak
diimbangi dengan pertambahan kapasitas jalan. Hal ini berimplikasi pada kemacetan
yang terjadi di Kota Bandung yang terntunya mengakibatkan banyak kerugian seperti
produktivitas menurun, biaya hidup tinggi, pemborosan energi dan akan berdampak
pada ketidaknyamanan kota.
Sebagai pusat perkembangan perekonomian, Kota Bandung memiliki kegiatan
yang sangat kompleks dan beragam. Pertumbuhan kota yang sangat pesat menimbulkan
tingginya pergerakan transportasi internal kota, salah satunya adalah Stasiun Utama
Kota Bandung. Tercatat pada periode 22 hingga 31 Desember 2017 penumpang PT KAI
meningkat sebesar 32%, dimana Stasiun Utama Bandung merupakan salah satu stasiun
dengan jumlah penumpang terbanyak (PT KAI, 2018). Banyaknya pendatang di Kota
Bandung tentunya berdampak pada kawasan sekitarnya yang akan meningkatkan
pergerakan manusia di kawasan Stasiun Utama Kota Bandung. Misalnya, banyak kawasan
perkantoran dan jasa di sepanjang Jalan Kebon Kawung menuju stasiun, timbulnya
pusat-pusar perdagangan, penginapan, dan kegaiatan beragam lainnya. Banyaknya
pergerakan di kawasan Stasiun Kota Bandung berimplikasi pada tingginya tarikan yang
menimbulkan kemacetan.
Stasiun Utama Kota Bandung merupakan salah satu titik stasiun yang dilewati
oleh LRT (Light Rail Train) yang direncanakan oleh pemerintah pusat dan dilewati oleh
moda transportasi public yaitu Trans Metro Bandung di area sebelah timur di Jalan
Stasiun Timur. Selain itu Stasiun Utama Kota Bandung juga menjadi target urban
mobility project yang merupakan rencana pembangunan sistem transportasi massal yang
harapannya dapat meyelesaikan masalah menyangkut mobilitas perkotaan Kota Bandung
dan memberikan dampak bagi pembangunan secara menyeluruh, dimana urban mobility
project ini terdiri dari delapan angkutan massal dan pendukungnya, yaitu School Bus,
Monorail, Cable Car, BRT (Bus Rapid Transit), Bike Sharing, Skywalk, dan Tourism Bus.
Dengan demikian, tingginya pergerakan di Stasiun Utama Kota Bandung, rencana
pengembangan, dan Stasiun Utama Kota Bandung yang di lewati oleh beberapa moda
transportasi utama, maka kawasan Stasiun Utama Kota Bandung dapat menajdi kawasan
simpul trasnportasi strategis untuk mengembangkan kawasan Transit-Oriented
development (TOD). Konsep TOD ini merupakan salah satu pendekatan pengembangan
kota dengan memaksimalkan integrasi angkutan masal umum antarkawasan dalam
mendukung pergerakan kegiatan perkotaan. Konsep perancangan kota modern ini sudah
banyak diterapkan di berbagai wilayah dan kota di dunia. Di Indonesia, konsep perkotaan
berbasis TOD menjadi tren yang dinilai efisien yang sedang direncanakan atau mulai
diimplementasikan oleh banyak kota-kota besar, salah satunya adalah Kota Bandung
dengan harapan membuka peluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan dan
pembangunan perekonomian dengan beragam kegiatan secara efesien.
B. Tujuan Pekerjaan
Tujuan dari pekerjaan tugas perancangan kota ini adalah melakukan
perancangan desain tapak kawasan Stasiun Bandung sebagai pusat kegiatan domestik
dan komersial pendatang dan commuter dengan konsep Transit-Oriented Development
(TOD).
Delineasi lokasi TOD mengambil bagian Stasiun Kereta Api Bandung yang
merupakan stasiun kereta api kelas I (besar), termasuk pula memuat dipo lokomotif dan
parkir kereta untuk lalu lintas logistik barang. Lokasi ini telah ditetapkan Bandung Urban
Mobility Project sebagai kawasan TOD, karena selain dilintasi jalur rel berat kereta api
jarak jauh Padalarang-Kasugihan, wilayah TOD ini juga akan dilintasi koridor III light-
rail transit Metro Kapsul Kota Bandung. Dalam koridor ini terdapat 11 titik stasiun Metro
Kapsul dengan jalur Stasiun Hall-Alun-Alun-Kebon Kelapa–Buah Batu– Papandayang-
Braga-Stasiun Hall. Dalam delineasi wilayah ini juga terdapat terminal Stasiun Hall
Bandung yang memuat angkutan kota dan minibus antarkota di Jawa Barat. Delineasi
wilayah ini telah memiliki fungsi kawasan komersial. Kemudian, pada delineasi wilayah
ini juga memuat Rumah Sakit Santosa yang termasuk rumah sakit tipe B di Bandung.
Sirkulasi jalan sekitar tapak sangat padat karena melayani kegiatan Stasiun Bandung
sebagai stasiun utama dan kegiatan komersial di sekitarnya.
D. Persoalan Perancangan
MISI
Program Utama:
Program pendukung:
Ruang terbuka
Fasilitas umum dan fasilitas social (RUMAH SAKIT);
Jalur pejalan kaki
Jalur sepeda
Perkantoran (mixuse building)
Apartemen
G. Tahap Pekerjaan
Tahap pengerjaan yang dilakukan untuk tugas perancangan tapak dengan konsep
TOD adalah:
1. Penyusunan proposoal
Proposal perancangan tapak menjelaskan mengenai gagasan yang disusun
oleh mahasiswa untuk memberikan gambaran fungsi utama kegiatan yang akan
dikembangkan sebagai kawasan Transit-Oriented Development. Dalam proposal ini
dijelaskan pula mengenai visi misi pengembangan tapak, lokasi terpilih yang
ditunjukkan dengan peta berskala 1:1000, usulan program pengembangan, target
pengguna, serta daftar nama dan informasi yang dibutuhkan.
2. Identifikasi dan pengumpulan data
Identifikasi dan pengumpulan data yang dilakukan diantarnya berupa:
a. Data atau informasi terkait fungsi kegiatan
b. Data atau informasi tapak
c. Dokumen rencana atau peraturan terkait tapak dan fungsi kegiatan,
d. Contoh kasus dengan fungsi yang sama
3. Analisis tapak
Analisis tapak dilakukan untuk mengetahui kualitas, kekurangan, dan
kelebihan tapak yang akan dipilih, kesesuaian tapak dengan program kegiatan yang
akan dikembangkan, serta kesesuain tapak dengan kondisi eksisting atau ketentuan
yang ada.
4. Gagasan perancangan
Setelah menganalisis tapak, hasil yang diperoleh terkait permasalahan tapak
dan obyek fungsional serta karakter perancangan obyek fungsional digunakan untuk
membuat gagasan oleh masing-masing anggota kelompok untuk merumuskan
visi/misi dan tema perancangan tapak, tujuan perancangan, program kegiatan dan
ruang.
5. Pemilihan dan pengembangan program
Berdasarkan gagasan yang telah disusun oleh masing-masing anggota kemudian
semua anggota kelompok menentukan kesepakatan untuk mengembangkan gagasan
yang dianggap paling baik untuk dikembangka. Gagasan tersebut dapat berasal dari
satu gagasan anggota kelompok, gabungan antara beberapa orang, atau
mengreasikan dari gagasan-gagasan yang ada sehingga terbentuk gagasan baru yang
disepakati.
6. Pengembangan program
Program kegiatan tapak dilakukan berdasarkan komponen-komponen yang
telah dianalisis pada saat penyusunan proposal. Satu kawasan fungsional pada
umumnya memiliki komponen inti yang digunakan untuk kegiatan utama kawasan,
komponen penunjang atau pendukung yang digunakan untuk kegiatan sekunder, dan
komponen lainnya. Selain itu yang harus dilakukan pada tahap ini adalah
mengidentifikasi kebutuhan ruang tiap komponen dan keterkaitan antarkomponen
atau sub komponen.
7. Pengembangan konsep dan rencana tapak
Pengembangan konsep yang telah dipilih dan disepakati bersama dituangkan
dalam rencana-rencana meliputi rencana tata massa bangunan, ruang terbuka
sirkulasi dan parkir, signage dan street furniture, serta rencana skematik jaringan
utilitas.
8. Penyajian rencana rancangan
Penyajian rencana rancangan dituangkan dalam bentuk gambar, model tiga
dimensi (3D) / maket, serta tulisan.
H. Keluaran
Keluaran tugas Mata Kuliah PL4112 Perancangan Kota ini adalah sebagai berikut:
Laporan memuat seluruh gambar dan teks dari awal sampai akhir pengerjaan.
Berikut ini merupakan jenis gambar yang dihasilkan dari tugas ini:
Tabel I.1 Matriks Jadwal Pengerjaan Perancangan Kawasan TOD Stasiun Bandung