Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MENGKRITIK PROGRAM PEMERINTAH

PEMBANGUNAN PEDESTRIAN KOTA PADANG

Oleh:

FEBRI KURNIA HANDAYANI


17045008

Dosen Pengampu :
Sri Mariya, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Padang adalah kota terbesar yang berada di Pantai Barat


Pulau Sumatera. Kota Padang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera
Barat. Kota ini juga merupakan gerbang utama dari Samudra Hindia.
Dengan memiliki luas 1414,96 Km2, denagn kondisi geografis berbatasan
dengan laut dan dikelilingi perbukitan pada bagian timurnya. Pada tahun
2017 penduduk Kota Padang berjumlah sebanyak 927.168 jiwa.
Kota padang memiliki karakteristik kota yang menghadap pada
Samudera Hindida secara langsung, dan dengan dikelilingi bukit pada
bagian timur. Perencanaan tata kota pada saat ini merujuk pada Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-
2030. Sejalan dengan hal itu pembangunan Kota Padang juga beralaskan
mitigasi bencana. Pada wilayah bagian timur dikembangkan sebagai pusat
pendidikan dan kawasan pemukiman, sedangkan pada wilayah bagian
barat dekat dengan pantai dijadikan sebagai pusat komersial perkotaan dan
pusat bisnis.
Perencanaan wilayah merupakan instrument yang dapat
memberikan arah dalam  pembangunan wilayah secara menyeluruh dan
terpadu. Pembangunan tersebut terbagi dalam berbagai kegiatan baik
kegiatan pertanian maupun non pertanian yang dominan dalam kontribusi
pertumbuhan wilayah suatu wilayah. Kegiatan-kegiatan tersebut
membutuhkan pengaturan lokasi yang mampu memberikan keuntungan
maksimum, efisiensi dalam aksesbilitas serta penggunaan ruang yang
optimal sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat berlangsung (Budiyono,
2003).
Pembangunan Kota Padang yang berpusat pada pembangunan
pusat komersial dan bisnis tidak serta merta melupakan hak daripada
masyarakatnya yang berjalan kaki juga unutk para paenyandang
disabilitas. Pembangunan Kota Padang juga memperhatikan
masyarakatnya dengan melindungi hak-hak para disabilitas dengan
membangun pedestrian di beberapa tempat yang merupakan pusat
komersil, bisnis dan pariwisata. Dengan harapan agar semua
masyarakatnya tidak ada diskriminasi.
Peraturan pemerintah tentang pembangunan tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah sangat bermanfaat bagi masyarakat, terkhususnya para
pejalan kaki. Dengan adanya lokasi pedestrian dibeberapa tempat tidak
hanya membantu untuk memanjakan para pejalan kaki dan juga para
disabilitas yang ingin menikmati jalanan Kota Padang saja, tetapi juga
membanatu para pedagang disekitarnya.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Geografis dan fisik Kota Padang?
b. Apa yang dimaksud dengan pedestrian?
c. Bagaimana implementasi peraturan derah tata ruang wilayah Kota
Padang terkait pembangunan pedestrian?
d. Bagaimana permasalahan yang ditemukan pada pembangunan tata
ruang wilayah Kota Padang terkhusunya program pedestrian?
e. Bagaimana upaya mengatasi permasalahan pada program
pembangunan tata ruang wilayah Kota Padang terkhususnya
pedestrian?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Untuk mengetahui lebih mendalam tentang perencanaan tata ruang
wilayah Kota Padang yang terkhususnya pada program pedestrian di
beberapa tempat di Kota Padang serta pengaruhnya terhadap
perekonomian yang berada disekitar pembangunan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadaan Geografis dan Fisik Kota Padang


Kota Padang adalah kota terbesar yang berada di Pantai Barat Pulau
Sumatera. Kota Padang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Barat. Kota ini
juga merupakan gerbang utama dari Samudra Hindia. Secara astronomis Kota
Padang terletak pada 00o44’00”-10o08’35”LS dan 100o05’05”-100o34’09”BT.
Kota Padang memiliki luas administratif 1.414,96Km2, dengan pembagian luas
darat sebesar 694,96 Km2 dan luat laut 720,00 Km2.
Kota Padang memiliki pantai yang panjang, pantai ini memanjang
sepanjang searah Kota Padang dimulai dari Kecamatan Koto Tangah yan
berbatasan dengan Kabupaten Padang pariaman hingga Bungus Teluk Kabung
yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pesisir Selatan, pantai ini memiliki
panjang 68.126 Km. Di Kota Padang terdapat 21 buah sungai yang memiliki
ukuran kecil hingga besar, dan rata-rata temperatur udara berkisar antara 22 oc
hingga 31oc.
Perpaduan antara laut, sungai dan bukit sehingga membuta Kota Padang
memiliki alam yang sangat indah dan menarik. Kota Padang secara administratif
memiliki 11 kecamatan dan 104 keluarahan. Kota Padang berbatasan dengan
banyak Kabupataen lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Batas-batas wilayah Kota
Padang :
Utara : Kabupaten Padang Pariaman
Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan
Timur : Kabupaten Solok
Barat : Samudera Hindia
Selain itu Kota Padang memiliki wilayah perairan dihiasi dengan 19 pulau
kecil. Pulau-pulalu ini memiliki daya tarik pariwisata yang tinggi. Pemasukan
keuangan daerah tinggi dari pariwisata terutama pulaupulau yang memiliki nilai
eksotis. Pulau-pulau tersebut telah terkenal sampai mancanegara, seperti pulau
Sikuai yang terletak di Kecamatan Bunguns Teluk Kabung.
B. Pengertian Pedestrian
Pedestrian juga diartikan sebagai pergerakan atau sirkulasi perpindahan
manusia/ pengguna dari satu tempat asal (origin) menuju ke tempat yang
ditujunya (destination) dengan berjalan kaki. Jalur pejalan kaki (pedestrian ways)
berfungsi sebagai wadah atau ruang kegiatan pejalan kaki melakukan aktivitas dan
memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan
kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Pada
perkembangannya tidak saja untuk jalur pejalan kaki tetapi juga untuk kegiatan-
kegiatan yang bersifat rekreatif, seperti duduk-duduk santai menikmati suasana
kota, untuk bersosialisasi dan berkomunikasi antar warganya
Fasilitas sebuah jalur pedestrian dibutuhkan pada:
1. Daerah perkotaan yang jumlah penduduknya banyak
2. Jalan-jalan pasar
3. Daerah-daerah yang memiliki aktivitas yang tinggi
4. Daerah yang memiliki kebutuhan dan permintaan yang besar
5. Daerah yang mempunyai kebutuhan yang besar pada hari-hari tertentu
6. Daerah hiburan atau rekreasi.
Ada beberapa macam jalur pedestrian jika dilihat dari segi fungsinya, yaitu :
1. Jalur pedestrian, yaitu jalur yang dibduat untuk memudahkan pejalan kaki
mencapai ke tempat tertentu atau tujuannya
2. Jalur penyebrangan, dibuat untuk pejalan kaki ynag ingin menyeberan
guna menghindari resiko berhadapan langsung dengan kendaraan
3. Plaza, adalah jalur yanng dibuat untuk pejalan kaki yang bersifat rekreasi
dan tempat istirahat
4. Pedestrian mall, jalur yang dibaut untuk pejalan kaki sebagai sarana
berbagai macam aktivitas sehari-hari

C. Peraturan Daerah Tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota


Padang dan Keterkaitannya Dengan Pembangunan Pedestrian
Berjalan kaki merupakan moda transportasi yang paling mudah dalam
pergerakan manusia di kawasan perkotaan, maka dari itu penyediaan ruang yang
ramah bagi pejalan kaki merupakan salah satu cara menjawab tantangan tersebut.
Walkability merupakan salah satu cara untuk mewujudkannya. Kota walkability
memiliki konsep untuk menyediakan ruang yang ramah serta representatif bagi
pejalan kaki, termasuk pejalan kaki yang memiliki kertebatasan.
Tahun 2016, pemerintah Kota Padang mencanangkan konsep kota inklusif
yang ramah huni, yaitu memberikan ruang yang nyaman bagi penghuni kotanya.
Perwujudan dari konsep tersebut, Pemerintah Kota Padang melakukan rancangan
ulang pada koridor Jalan Permindo, yang nantinya diharapkan sebagai kawasan
percontohan sebagai kawasan yang ramah untuk pejalan kaki.
Dalam Perda Kota Padang tentang perencanaan tata ruang wilayah Kota
Padang 2010-2030 dituangkan dalam Pasal 28 rencana struktur ruang wilayah
kota yang meliputi rencana penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
jaringan jalan pejalan kaki. Merujuk pada Perda tersebut Walikota Padang
melalukan pembangunan pedestrian diberbagai titik di Kota Padang. Terutama
pada jalan-jalan utama Kota Padang dan dibeberapa tempat yang merupakan pusat
komersil, pariwisata dari Kota Padang.
Pengerjaan pedestrian sudah dilakkan semenjak 2016 dan dimulai dari
pedestrian disekitar Jalan Permindo di pasar raya Padang. Lalu dilanjutkan dengan
titik lain diantaranya, kawasan SMA N 1 Padang, Jalan Beringin Raya, Jalan
Khatib Sulaiman, Jalan Gajah Mada, Jalan KH Ahmad Dahlan, Jalan Proklamasi,
Jalan Agus Salim, Jalan Kampung Nias, Jalan Veteran, Jalan Sutan Styahrir, Jalan
S Parman, Jalan Raya Siteba, Jalan Jamal Jamil, Jalan Andalas, dan Jalan MH
Thamrin.
Selain dari titik yang telah ditentukan tersebut pada objek wisata Pantai
padang juga dibuat pedestrian dengn konsep paving blok. Pedestrian pada Pantai
padnag sangat memudahkan akses untuk para pejalan kaki yang ingin
menyaksikan keindahan pantai barat Sumatera. Sedangkan pada pedestrian yang
berada di titik lain pemerintah menyediakan lampu-lampu dan kursi untuk duduk
bersantai. Pada pedestrian di Jalan Khatib Sulaiman terdapat beberapa spot yang
bisa dijadikan tempat bersantai dan berfoto bagi para pejalan kaki. Pada Jalan
Khatib Sulaiman pembangunan pedestrian menggunakan mode tile dan mode ini
juga sama diterapkan pada pedestrian Pantai Padang.
Dengan adanya peraturan daerah rencana tata ruang wilayah Kota Padang
2010-2030 membuat Kota Padang semakin menarik bagi bagi wisatawan dan
dapat memberikan devisa yang tinggi bagi pendapatan daerah. Pembangunan
pedestrian di Kota Padang tidak hanya memanjakan para pejalan kaki tetapi juga
melindungi hak para penyandang disabilitas yang juga ingin melihat keindahan
Kota Padang. Seperti yang tertuang dalam peraturan Peraturan Daerah Nomor 3
Tahun 2015 tentang pemenuhan dan perlindungan hak-hak penyandang disabilitas
di Kota Padang.
Dalam melakukan pembangunan, Pemerintah Kota Padang selalu
memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan pemenuhan dan perlindungan
hak-hak penyandang disabilitas. Agar nantinya segala pembangunan yang telah
dibuat dapat diakses oleh seluruh masyarakat termasuk penyandang disabilitas
yang ada di Kota Padang.

D. Permasalahan Pada Pembangunan Pedestrian Di Kota Padang


Berdasarkan Perda Tata Ruang Wilayah Kota Padang pasal 28 tentang
jalur pejalan kaki atau pedestrian, implementasinya sudah sangat baik
pembangunannya. Meskipun begitu tetap saja ada permasalahan yang ditimbulkan
dari pembangunan tersebut.
Permasalahan yang timbul bukan hanya berasal dari perintahnya saja akan
tetapi juga dari masyarakatyang seharusnya menjaga dan melestarikan pedestrian
tersebut. Nmaun, permasalahn dari pemerintah juga tidak kalah banyaknya dari
rencana pembangunan tersebut.
Pada pembangunan trotoar atau pedestrian di Jalan Khatib Sulaiman
terdapat permasalahan yang akan muncul, yaitu ancaman banjir. Mengingat
drainase yang ditutup dan dijadikan pedestrian merupakan satu-satunya drainase
yang berfungsi sebagai tempat aliran air dari jalan ketika hujan turun. Pengkajian
ini seharusnya terlebih dahulu dilakukan sebelum dilakukannya pembangunan tata
ruang kota.
Disamping itu jalur pedestrian juga menyebabkan kemacetan jalan,
dikarenakan ada saja dari masyarakat yang menggunakan itu sebagai lahan parkir
dan juga memarkirkan kendaraan ditepi jalan raya yang ramai. Bahkan tidak
jarang jalur pedestrian yang telah dibuat pemerintah tidak terkelola adengan baik.
Permasalahan yang terjadi karena tidak adanya sosialisai untuk merawat
pedestrian yang telah dibangun oleh pemerintah, juga memberikan dampak pada
pengguna fasilitas umum dari penyandang disabilitas. Sesuai dengan Peraturan
Daerah Kota Padang Nomor 3 Tahun 2015 pasal 96 yaitu penyediaan aksesibilitas
yang berbentuk fisik sebagaimana dimaksud pada Pasal 95 ayat (2) huruf a, terdiri
dari:
a). Aksesibilitas pada bangunan gedung umum
b). Aksesibilitas pada jalan umum maupun khusus
c). Aksesibilitas pada pertamanan dan pemakaman umum
d). Aksesibilitas pada pelabuhan dan bandar udara
e). Aksesibilitas pada transportasi umum
f). Aksesibilitas pada pusat perbelanjaan dan perkantoran
g). Aksesibilitas pada layanan perbankan dan jasa keungan lainnya
h). Aksesibilitas pada rumah sakit, dan layanan medis lainnya
i). Aksesibilitas layanan pendidikan san kebudayaan
j).Penyelenggaraan pelayanan publik lainnya.
Namun pada kenyataannya, pembangunan yang telah dibangun oleh
Pemerintah Kota Padang belum optimal dalam memberikan aksesibilitas untuk
penyandang disabilitas. Hal tersebut secara umum dapat dilihat karena kurangnya
sosialisasi yang diberikan oleh Pemerintah Kota Padang kepada seluruh
masyarakat Kota Padang. Pemilik atau pengelola bangunan juga kurang
memahami dan mengetahui apa tujuan dibuatnya pembangunan fisik yang aksibel.
Lalu masih banyak masyarakat termasuk penyandang disabilitas yang minim
pengetahuan mengenai aksesibilitas pada bangunan dan fasilitas umum.
Karena, pembangunan-pembangunan yang telah dibuat oleh pemerintah
Kota Padang tidak digunakan secara optimal oleh masyarakat terkhususnya
penyandang disabilitas. Kurangnya sosialisasi, pengetahuan, dan kesadaran dari
Pemerintah Kota Padang dan seluruh lapisan masyarakat adalah salah satu
faktornya. Atas dasar Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 3 Tahun 2015
tentang pemenuhan dan perlindungan hak-hak penyandang disabilitas perlu
ditinjau implementasinya dalam memenuhi dan melindungi hak-hak penyandang
disabilitas.

E. Upaya Mengatasi Permasalahan Pada Program Pembangunan Tata


Ruang Wilayah Kota Padang Terkhususnya Pedestrian
Upaya untuk mengatasi permasalahna yang ditimbulkan dari permasalahan
pembangunan bisa dilakukan dengan diadakannya sosialisasi tentang layanan
umum yang dibangun oleh pemerintah. Dalam hal ini pihak yang berwenang
dari tingkat RT/RW hingga Camat memberikan sosialisasi tentang hal tersebut.
Melakukan sosialisasi sangatlah penting, guna menjaga apa yang telah dibangun
pemerintah untuk kepentingan bersama.
Selain itu sosialisasi juga sangat membantu untuk para penyandang
disabilitas. Karaena dalam perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang
juga disebutkan pembangunan bertujuan untuk menjadikan Kota Padang jadi
Kota yang madani. Hal ini berarti seluruh elemen pemerintah dan juga
masyarakat wajiab memlihara dan menjaga apa yang telah dibangun oleh
pemerintah tak terkecuali para penyandang disabilitas.
Itulah pentingnya diadakan sosialisasi dalam masyarakat. Sosialisasi ini
juga bertujuan untuk meningkatkan antusiasme masyarakat tentang layanan
umum dan kesadaran masyarakt unutk menjaga dan melestarikannya. Dengan
adanya sosialisasi yang dilakukan pemerintah akan membuat masyarakat
mengerti dan peduli juga terhadap sesama juga melindungi hak-hak dari
penyandang disabilitas.
Dalam melakukan pembangunan tata ruang kota alangkah baiknya
dilakukan pengkajian lebih dalam tentang aspek-aspek yang akan berpengaruh
ketika dilakukannya pembangunan tersebut. Seperti aspek ekonomi masyarakata
disekitar pembangunan, aspek sosial dan lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasal 28 rencana struktur ruang wilayah kota yang meliputi
rencana penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana jaringan jalan
pejalan kaki. Dengan berdasarkan pada perda tersebut, pemerintah Kota
Padang melakukan pembangunan pedestrian dibeberapa tempat di Kota
Padang terutama pada jalan-jalan utama Kota. Juga dilakukan pada
tempat-tempat pariwisata yang ada di Kota Padang. Selain tempat-tempat
tersebut, pembangunan juga dilakukan didaerah yang merupakan pusat
pendidikan dan komersil.
Dalam hal pembangunan pedestrian tersebut juga mengalami
permasalahan diantaranya pengkajian pembangunan tidak terlalu
memperhatikan aspek-aspek lainnya sehingga akan ada ancaman dan
ganggguan lainnya seperti banjir dan kemacetan jalan akibat parkir
dialkukan di tepi jalan. Juga sosisalisasi yang kurang terhadap
masyarakat sehingga ada beberapa tempat pedestrian yang mengalami
kerusakan. Minimnya sosialisasi berkaitan juga dengan hak-hak daripada
penyandang disabilitas.
B. Saran
Dalam hal ini membuat kita harusnya mengerti pentingnya
sosialisasi pada masyarakat dan pentingnya pengkajian lebih dalam
terhadap suatu pembangunan. Dengan adanya hal ini diharapkan pada
pemerintah untuk selalu melaukan sosialisasi sampai pada tingkat
terendah yaitu RT/RW, juga dilakukan pengkajian ulang yang lebih
dalam tentang kebijakan pemerintah dalam hal pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA

Dio Yoan Sabrina. Dalam jurnal Implementasi Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Pemenuhan dan Perlindungan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di
Kota Padang. Jurnal Perspektif: Jurnal Kajian Sosiologi dan Pendidikan Vol. 2
No. 2 Tahun 2019 Universitas Negeri Padang.

Daniel Triska, dkk. Analisa Standar Pedestrian di Kampus Universitas Sumatera


Utara. EE Conference Series 02 (2019).

Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Padang.

Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pemenuhan Hak
dan Perlindungan Penyandang Disabilitas

Anda mungkin juga menyukai