Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL BALI MANDARA

Tugas Ekonomi Publik (EKI 306)

Dosen : Dr. I Gede Wardana, S.E, M.Si.

OLEH :

MITTA DWIJAYANTI 1607512090

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
anugerah – Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Tugas ini berisi tentang analisis proyek pembangunan jalan tol bali mandara. makalah
ini telah saya selesaikan dengan maksimal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu, segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk perbaikan makalah
mendatang. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
masyarakat umumnya dan mahasiswa pada khususnya.

Denpasar,2 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. ……………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………….1
1.2 Identifikasi Proyek……..………………………………………………………….……..1

1.3 Tujuan Proyek……….…………………………………………………………………...1


BAB II PEMBAHASAN…..…………………………………………………………………..2
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..5
Kesimpulan…………………………………………………………………………….5
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………......6

3
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bali merupakan kota yang menjadi pusat perhatian wisatawan dunia. Untuk
mengantisipasi pertumbuhan pariwisata tersebut dibutuhkan sarana dan prasarana
infrastruktur yang memadai. Terkait masalah transportasi, yang paling mendesak untuk
ditangani adalah kemacetan yang terjadi di kawasan Bali Selatan, utamanya adalah
Pelabuhan Laut Benoa dan Bandar Udara Ngurah Rai sebagai gerbang utama pintu masuk
ke Bali. Pembangunan jalan tol di Bali merupakan suatu upaya untuk mendukung
masterplan program percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat

1.2 Identifikasi Proyek

Nama Proyek : Proyek pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai- Benoa (Tol Bali
Mandara).

Fisik : Jalan tol yang memiliki total panjang jalan 12,7 km merupakan jalan tol pertama
yang melintas di atas permukaan laut.

Waktu pembangunan: waktu konstruksi selama 14 bulan lebih cepat dari rencana awal
yaitu 18 bulan dan pembuatan studi kelayakan serta amdal selama 2 bulan

Lokasi Proyek: terletak di atas permukaan air laut di Teluk Benoa yang menghubungkan
wilayah selatan Pulau Bali (kawasan Nusa Dua) dengan wilayah Kecamatan Denpasar
Selatan, tepatnya kawasan Pelabuhan Benoa. Selain kedua wilayah ini, jalan tol ini juga
diberikan akses menuju ke Bandara Internasional Ngurah Rai.

1.3 Tujuan Proyek

1
Untuk mendukung program pemerintah pusat MP3EI, tujuan utama lainnya dari
pembangunan jalan tol ini adalah untuk menguraikan kemacetan yang kerap terjadi di
ruas jalan By Pass Ngurah Rai Denpasar menuju titik-titik penting di daerah kota
Denpasar (waktu tempuh sebelumnya 1-2 jam menjadi hanya 15 menit), yaitu akses
menuju bandara internasional Ngurah Rai dan pelabuhan Tanjung Benoa yang merupakan
pintu masuk menuju pulau Bali.

BAB II

PEMBAHASAN

Studi Kasus

Menjadi jalan bebas hambatan pertama di pulau Bali, tol Bali Mandara sebenarnya
sudah direncanakan sejak tahun 2009. Berbagai pernyataan dan pertanyaan bermunculan
meragukan pembangunan jalan tol ini. Beberapa diantaranya adalah pertanyaan mengenai
penting atau tidaknya jalan tol dibangun di Bali, sistem pendaan yang terlalu membebani
APBD, hingga teknologi yang akan digunakan terkait adanya permasalahan mengenai adat
istiadat masyarkat setempat. Kondisi ragam adat dan budaya masyarakat Bali yang sangat
konservatif menjadi isu yang sangat menjadi pertimbangan pemilihan jenis konstruksi
bangunan jalan tol yang harus dipilih oleh pemerintah dan kontraktor. Keterbatasan dana
APBD juga turut menunda realisasi pelaksanaannya pada saat itu. Salah satu kesepakatan
APEC ke-24 di Rusia pada bulan September 2012 lalu adalah akselerasi investasi infrastuktur
adalah strategi pentinguntuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan di Asia Pasifik.
Namun seperti kesepakatan itu tidak berlaku secara langsung pada pembangunan jalan tol
Bali Mandara ini. Tidak adanya minat investor dalam pembangunan infrastruktur ini sebagai
pendukung pariwisata mendorong adanya konsorsium BUMN, mengingat tidak
dimungkinkannya penggunaan APBN dalam pembangunan jalan tol ini. Jasa Marga sebagai
BUMN yang bergerak di bidang jalan tol tentunya punya porsi kepemilikan yang lebih
dibanding BUMN lain sebagai kontraktor yang ikut andil dalam sinergi BUMN ini. Proyek
yang menelan dana sebesar 2.5 Triliun Rupiah ini pun memiliki susunan kepemilikan sebagai
berikut, Jasa Marga sebesar 60%, PT Pelindo III sebesar 20%, PT Angkasa Pura I sebesar
10%, PT Wijaya Karya Tbk (Wika) sebesar 5%, PT Adhi Karya Tbk sebesar 2%, PT Hutama
2
Karya Tbk sebesar 2%, dan PT Pengembangan Pariwisata Bali sebesar 1%. Dengan tarif tol
sebesar Rp. 10.000 untuk golongan I (sedan, jip, pickup/truk kecil dan minibus) dan Rp.
4.000 untuk golongan VI (kendaraan bermotor roda dua) dirasa sedikit lebih mahal jika
dibandingkan beberapa jalan tol di pulau jawa yang memiliki panjang lebih dari 12.7 km ini.
Menelan total biaya 2.5 triliun rupiah, mega proyek jalan Bali Mandara ini mampu
diselesaikan dalam jangka waktu 14 bulan dan dinyatakan resmi digunakan pada tanggal 23
September 2013 oleh Presiden Indonesiake-5, Susilo Bambang Yudhoyono. Selain untuk
mendukung program pemerintah pusat tujuan utama lainnya dari pembangunan jalan tol ini
adalah untuk menguraikan kemacetan yang kerap terjadi di ruas jalan By Pass Ngurah Rai
Denpasar menuju titik-titik penting di daerah kota Denpasar, yaitu akses menuju bandara
internasional Ngurah Rai dan pelabuhan Tanjung Benoa yang merupakan pintu masuk
menuju pulau Bali.

Analisa Teori Terhadap Studi Kasus

Perencanaan Transportasi

Proyek pembangunan jalan tol ini juga merupakan proyek tercepat sepanjang sejarah
pembangunan jalan tol di Indonesia. Durasi 14 bulan, dimulai pada bulan Juni 2012 dan
selesai pada bulan Agustus 2013,dapat dilaksanakan karena tidak adanya pembebasan lahan
masyarkat yang digunakan untuk pembangunan ini. Ide pemilihan jalur laut sebagai tempat
pembangunan jalan tol ini juga merupakan suatu gagasan yang cukup cemerlang, selain
meminimalisir biaya pembebasan lahan yang sangat mahal juga merupakan suatu seni
keindahan tersendiri. Permasalahan lingkungan yang terkait dengan biota laut dan hutan
mangrove juga dapat diselesaikan dengan baik. Setelah konstruksi selesai, timbunan batu
kapur tersebut akan dikeruk kembali sehingga tidak akan membendung atau mengganggu
arus air laut yang melewati sela-sela tiang pancang jalan tol tersebut.Penanaman seribu pohon
mangrove pun dilakukan pada tanggal 10 Januari 2013 disekitar bundaran Ngurah Rai.
Benturan terhadap isu adat istiadat masyarakat Bali secara paralel dapat
dihindari.Perencanaan dalam pembangunan jalan tol ini sepertinya sudah memperhatikan
kaidah dalam teori transport and developmentkarena hampir setiap faktor yang terlibat
didalamnya menjadi perhatian dalam menentukan keputusannya.

Sumber Dana

3
Proyek yang menelan dana sebesar 2,4 Triliun rupiah ini pun memiliki susunan
kepemilikan sebagai berikut :

 Jasa Marga sebesar 60%

 PT Pelindo III sebesar 20%,

 PT Angkasa Pura I sebesar 10%

 PT Wijaya Karya Tbk (Wika) sebesar 5%

 PT Adhi Karya Tbk sebesar 2%

 PT Hutama Karya Tbk sebesar 2%

 PT Pengembangan Pariwisata Bali sebesar 1%.

Manfaat Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara


Dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan di
masa mendatang. Dan berupaya sebagai awal pembangunan berkelanjutan di sektor
pariwisata, pembangunan jalan tol memiliki manfaat yang dapat dirasakan saat ini sehingga
membawa suasana kondusif dalam perkembangannya, Mengurai kemacetan (waktu tempuh
sebelumnya 1-2 jam menjadi hanya 15 menit), Menjadi acuan awal rencana pembangunan
jalan tol lainnya (Jalan Tol Kuta-Soka-Seririt), Sinergi BUMN mencerminkan pembangunan
tidak terhambat oleh pendanaan, Memberi nilai lebih sebagai kota tujuan wisata (landmark
baru Pulau Bali).

APBD Kota Denpasar


APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh
DPRD mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mendukung aktivitas

4
pemerintah daerah serta merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting atas keberhasilan
suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Oleh karena itu, pada
kesempatan yang baik ini Fraksi Demokrat mengharapkan adanya koreksi kenaikan terhadap
proyeksi pendapatan daerah pada RAPBD tahun 2018 ini. Fraksi Demokrat juga mendorong
pemerintah untuk menertibkan pungutan parkir liar tepi jalan yang dilakukan oleh
perorangan, kelompok atau lembaga badan usaha selain dilakukan oleh PD Parkir. Untuk
tercapainya pembangunan Kota Denpasar sesuai dengan RPJMD Semesta Berencana Kota
Denpasar Tahun 2016-2021, dalam peningkatan pelayanan RS Wangaya, Fraksi Demokrat
mendukung pemerintah untuk melakukan pembangunan dan renovasi RS Wangaya dan
sepakat agar dikeluarkan rekomendasi atas peminjaman dana dari pihak ketiga.

Rai Mantra mengatakan PAD tahun 2018 dirancang sebesar Rp 1,88 Triliun lebih,
yang berasal dari PAD, Dana Perimbangan dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. PAD
dirancang sebesar Rp 794,21 Miliar lebih yang berasal dari pajak daerah, retrebusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang sah.

Dari Rancangan Belanja Daerah ini maka perbandingannya adalah 54,04 persen untuk
Belanja Tidak Langsung dan 45,96 persen untuk Belanja Tidak Langsung. Jadi total Belanja
Langsung dalam Tahun Anggran 2018 dirancang sebesar Rp 909,96 Miliar lebih, terdiri dari
Belanja Pegawai dirancang sebesar Rp 20,12 Miliar lebih, Belanja Barang Jasa dirancang
sebesar Rp 663,34 Miliar lebih, dan Belanja Modal dirancang sebesar Rp 226,49 Miliar lebih.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara merupakan program pemerintah daerah untuk

mendukung program MP3EI di sector pariwisata dengan pembenahan transportasi

darat.Pembangunan jalan tol Bali Mandaramenjadi awal pembangunan transportasi modern di

pulau Bali. Hal tersebut terbukti melalui adanya masterplan pembangunan jalan tol lainnya

yang menghubungkan Bali wilayah selatan dengan bali wilayah barat dan utara. Dampak

positif di sector ekonomi dapat dirasakan langsung dengan pembangunan ini. Kebijakan

5
pemerintah dibutuhkan untuk mengurangi dampak negative pembangunan jalan tol ini. Teori

transport and developmentyang digunakan hamper dapat mengungkap semua paradigm yang

ada akan tetapi tidak semua sesuai padastudi kasus ini, dampak negatif kenaikan harga lahan

tidak terjadi secara signifikan karena pembangunan jalan tol dilakukan diatas lautmerupakan

salah satunya.

Terealisasinya proyek jalan tol ini membuktikan bahwa jika aktor-aktor yang terkait

didalamnya mampubersinergi dengan baik, maka pembiayaan dana proyek bukan merupakan

isu yang menjadi jalan buntu terciptanya pembangunan. Perencanaan pembangunan yang

baik mampu menciptakan pembangunan yang berkelanjutan lebih jauh lagi akan mendorong

banyak dampak positif serta mengurangi permasalahan sosial yang biasa muncul di

masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Nasional (2013), Data Statistik Panjang Jalan di Indonesia,
http://www.bps.go.id

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2013), Data Statistik Jumlah Kendaraan
Bermotor dan Jumlah Penerbangan Pesawat dan
Penumpang,http://bali.bps.go.id

Budhi Arsa, I Gusti Agung Made (2013), Reklamasi Tanjung Benoa,Paper Tugas
Ujian Akhir Semester Matakuliah Etika Pembangunan, Program Studi
Pembangunan SAPPK ITB.

6
Desai, Vandana and Potter, RobertB. (2002).The Companion to Development
Studies.United States of America: Oxford UniversityPress Inc.

Indonesia-Investments(2013), Masterplan for Acceleration and Expansion of


Indonesia's Economic Development,http://www.indonesianinvestment.com

Mary, Siti Rakhma, MP3EI, Mendorong Pertumbuhan dengan Mempercepat


Kehancuran,Program Hukum dan Resolusi Konflik HuMa

The Eddington Transport Study (2006). The Case for Action : Sir Rod Eddington’s
Advice to Government,Norwich: St. Clements House

Anda mungkin juga menyukai