Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PENETAPAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN


HIDUP

Identifikasi Isu-isu Strategis,


Penetapan Isu Lingkungan
Potensial, Verifikasi dan
Klarifikasi, Penetapan Isu
Lingkungan Prioritas
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

BAB II
PENETAPAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP

Berdasarkan Undang-undang nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah


bahwa kini penyerahan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom berdasarkan asas otonomi. Dalam pelaksanaan desentralisasi dilakukan
penataan daerah. Penataan daerah ini bertujuan untuk mewujudkan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tujuan lainnya adalah untuk mempercepat
peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas pelayanan publik, dan
meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan. Upaya penataan daerah ini juga
ditujukan kepada kemampuan meningkatkan daya saing nasional dan daya saing daerah,
serta dapat memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya daerah.

Dalam upaya meningkatkan pembangunan dalam berbagai aspek di wilayah


Kota Tasikmalaya diantaranya adalah dengan memperhatikan aspek pengelolaan
lingkungan hidup untuk mencegah terjadinya permasalahan lingkungan hidup dalam
proses pelaksanaan pembangunan di tingkat kota. Sebagai bentuk amanat dari Undang-
undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pemerintah Kota Tasikmalaya telah mensosialisasikan dan mendorong kepada setiap
stakeholder agar dapat melakukan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Pentingnya menjaga lingkungan hidup menjadi salah satu upaya pemerintah untuk
mewujudkan Tasik sebagai kota perdagangan dan industri termaju di wilayah Priangan
Timur tahun 2025.
Berdasarkan rilis dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya, terdapat 14
daftar isu pembangunan berkelanjutan dalam rangka KLHS RPJMD Kota Tasikmalaya
yaitu diantaranya adalah :
1. Masih luasnya kawasan pemukiman kumuh
2. Masih banyaknya RTLH
3. Belum optimalnya capaian rumah tangga bersanitasi

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-1
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

4. Terbatasnya ruang terbuka hijau


5. Masih terdapat genangan air saat musim hujan
6. Belum optimalnya penataan trotoar dan jaringan drainase
7. Menurunnya kapasitas badan air penerima limpasan air hujan
8. Belum optimalnya kualitas jaringan irigasi
9. Kebersihan kota belum mampu ditatakelola secara optimal
10. Kemacetan lalu lintas di beberapa ruas jalan jantung kota
11. PKL tak tertata, hingga nyaris merampas trotoar yang menjadi hak pejalan kaki
12. Banjir karena saluran drainase yang tidak memadai
13. Alih fungsi lahan, dan
14. Rawan bencana.

Dari hasil indentifikasi permasalahan tersebut selanjutnya ditetapkan isu strategis


yang salah satunya adalah kualitas lingkungan yang semakin menurun di wilayah Kota
Tasikmalaya. Isu-isu lingkungan tersebut terutama berkaitan dengan masih kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan, pengarusutamaan
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) bagi seluruh sektor yang ditempuh dalam setiap kebijakan
pembangunan dalam rangka menciptakan terjaminnya keseimbangan dan kelestarian
fungsi lingkungan hidup, serta menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air.
Dalam konteks pembangunan Kota Tasikmalaya saat ini dan ke depannya,
ditetapkan 3 kebijakan dan strategi umum daerah untuk mengatasi tiga masalah utama
(dan sekaligus potensi). Pertama adalah pengentasan masalah kemiskinan. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya tahun 2017, penduduk dengan kategori
miskin di Kota Tasikmalaya pada tahun 2016 mencapai 15,60 persen. Artinya terdapat
103 ribu orang penduduk yang hidupnya berada dibawah garis kemiskinan.

Kedua adalah pengembangan sektor pariwisata mengingat dari sisi geografis dan
historis, Kota Tasikmalaya memiliki luasan yang cukup besar dengan potensi
pariwisata alam yang bervariasi mulai pegunungan hingga pantai, wisata budaya yang
sangat beragam dari berbagai suku yang ada dan wisata religi yang berada di wilayah
Tasikmalaya.

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-2
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

Ketiga adalah terkait dengan isu lingkungan hidup yakni meningkatkan kualitas
lingkungan hidup. luas wilayah administrasi Kota Tasikmalaya adalah 18.385,07 Ha
(183,85 Km2), terdiri dari 10 Kecamatan dengan 69 Kelurahan. Penggunaan lahan
paling besar adalah lahan untuk pertanian dengan persentase tertinggi pada penggunaan
lahan sawah sebesar 34,73%, permukiman sebesar 27,19% dan hutan sebesar 19,85%.
Di sisi lain, gencarnya pelaksanaan pembangunan seringkali membuat terabaikannya
perlindungan terhadap kualitas lingkungan hidup itu sendiri. Salah satunya adalah
perkembangan industri dan permukiman di Kota Tasikmalaya yang menyebabkan alih
fungsi lahan pertanian lahan kering dan areal persawahan. Semakain banyaknya
kegiatan industri dan permukiman yang dilakukan tanpa memperhatikan aspek
pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan semakin tingginya
tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Sehingga saat ini pemerintah Kota
Tasikmalaya menjadikan masalah lingkungan hidup sebagai salah satu program atau
kebijakan prioritas dalam pembangunan Kota Tasikmalaya ke depan guna menciptakan
keseimbangan antara laju pembangunan dengan pelestarian lingkungannya.

2.1 Identifikasi Isu-Isu Strategis

Langkah Identifikasi isu-isu strategis dilakukan untuk memberikan landasan


dalam langkah berikutnya, yakni penetapan isu lingkungan potensial. Mengingat
banyaknya isu lingkungan yang teridentifikasi dalam berbagai studi terkait lingkungan
di Kota Tasikmalaya, kriteria ini menjadi penting untuk membuat daftar isu lingkungan
yang tidak terlalu panjang (short listing). Kriteria yang akan digunakan adalah
sesuai dengan pedoman Nirwasita Tantra dari Kemen LHK, UU Lingkungan Hidup
No. 32 tahun 2009 dan juga berdasarkan dokumen pengelolaan kualitas
lingkungan hidup di Kota Tasikmalaya, sehingga didapatkan kriteria sebagai berikut :

1. Kerusakan sumber daya alam, yakni seberapa besar kerusakan alam yang
ditimbulkan dengan adanya isu lingkungan tersebut.
2. Dampak signifikan, kriteria ini membantu penetapan isu lingkungan potensial
dengan menganalisis isu lingkungan yang memberikan dampak signifikan (penting)
terhadap berbagai aspek lain, misalnya aspek sosial dan ekonomi.

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-3
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

3. Perhatian publik, isu lingkungan yang menjadi perhatian publik dan mendapat
sorotan tajam dalam berbagai diskusi ilmiah, forum masyarakat, serta media massa
menjadi salah satu parameter untuk ditetapkan sebagai isu lingkungan potensial.
4. Kinerja jasa ekosistem, yang dapat dikategorikan dalam 4 (empat) jenis
layanan, yaitu:
 Layanan fungsional (provisioning services): Jasa/produk yang didapat dari
ekosistem, seperti misalnya sumberdaya genetika, makanan, air dll.
 Layanan regulasi (regulating services): Manfaat yang didapatkan dari
pengaturan ekosistem, seperti misalnya aturan tentang pengendalian banjir,
pengendalian erosi, pengendalian dampak perubahan iklim dll.
 Layanan kultural (cultural services): Manfaat yang tidak bersifat
material/terukur dari ekosistem, seperti misalnya pengkayaan spirit, tradisi,
pengalaman batin, nilai-nilai estetika dan pengetahuan.
 Layanan pendukung kehidupan (supporting services): Jasa ekosistem yang
diperlukan manusia, seperti misalnya produksi biomasa, produksi oksigen,
nutrisi,air dan lainnya.
5. Pemanfaatan sumber daya alam, yang berdasarkan UU No.32 Tahun 2009
Pasal 12 menjelaskan bahwa Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan
RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Namun,
apabila RPPLH sebagaimana dimaksud belum tersusun, pemanfaatan sumberdaya
alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dengan memperhatikan:
a) Keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;
b) Keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan
c) Keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat
6. Ancaman keanekaragaman hayati, kondisi lingkungan yang diukur dengan
indeks keanekaragaman hayati, apakah cenderung tetap,menurun atau
meningkat.Ukuran lain bisa dipakai, seperti kepunahan,kemerosotan dan
kerusakan
7. Dampak dan resiko lingkungan, yaitu dampak suatu kegiatan terhadap
perubahan lingkungan hidup yang mendasar; dapat diukur dari beberapa media

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-4
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

lingkungan antara lain:tanah, air, udara, atau seperti yang tertuang dalam
penjelasan UUPPLH Pasal 15 ayat (2) huruf b. Dampak dan/atau risiko lingkungan
hidup yangdimaksud meliputi:
 Perubahan iklim;
 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahankeanekaragaman hayati;
 Peningkatan intensitas dan cakupan wilayahbencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/ataukebakaran hutan dan lahan;
 Penurunan mutu dan kelimpahan sumber dayaalam;
 Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/ataulahan;
 Peningkatan jumlah penduduk miskin atauterancamnya keberlanjutan
penghidupansekelompok masyarakat; dan/atau
 Peningkatan risiko terhadap kesehatan dankeselamatan manusia
8. Perubahan iklim, seperti dijelaskan pada UU No.32 Tahun 2009 pasal 1
bahwa perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi
atmosfir secara global danselain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah
yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Kerentanan terhadap
perubahan iklim adalah kondisi lingkungan yang diukur dari kemungkinan dampak
perubahan iklim, apakah semakin memburuk (seperti misalnya peningkatan
muka air laut atau perubahan cuaca yang ekstrim) atau mempunyai daya
lenting/kapasitas untuk menyesuaikan.
9. Daya dukung lingkungan, yakni kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya
(UU.No.32 Tahun 2009). Daya dukung lingkungan juga merupakan kemampuan
suatu ekosistem untuk mendukung suatuaktifitas sampai pada batas tertentu; Untuk
menentukan apakah suatu kegiatan masih dapat ditambahkan dalam suatu
ekosistem tertentu atau untuk menentukan apakah suatu kawasan lingkungannya
masih mampu mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lain.
10. KLHS RTRW, merupakan salah satu instrument pencegahan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup, yang mana setiap daerah wajib membuat
KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-5
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilaya dan/atau


kebijakan, rencana dan/atau program (UU.No.32 Tahun 2009).

11. KLHS RPJMD, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan salah satu
instrumen yang mampu memberikan rekomendasi dengan fokus utama:
mengintegrasikan pertimbangan lingkungan pada tingkatan pengambilan keputusan
yang bersifat strategis, yakni pada arah kebijakan, rencana dan program
pembangunan. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), pemerintah dan
pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (Pasal
15). Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ini selanjutnya wajib
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam penyusunan perencanaan program
pembagunan daerah, salah satunya dokumen RPJMD. Indikator Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di Indonesia terdiri dari 319 indikator yang
mengacu indikator yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
melalui Agenda 2030 Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Aspek pembangunan
berkelanjutan terdiri dari aspek lingkungan hidup, sosial, ekonomi, hukum dan
tata kelola. Bentuk analisis pembangunan berkelanjutan tersebut disusun dalam
sebuah laporan yaitu KLHS RPJMD. Maksud pembuatan KLHS RPJMD Kota
Tasikmalaya adalah untuk memastikan bahwa isu strategis, permasalahan dan
sasaran strategis TPB termuat dalam Rancangan RPJMD Kota Tasikmalaya. Pilar-
pilar lingkungan yang tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDGs)
diantaranya air bersih dan sanitasi layak, kota dan pemukiman yang berkelanjutan,
konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanganan perubahan iklim,
ekosistem lautan dan ekosistem daratan. Pemerintah daerah Kota Tasikmalaya
melalui Dinas Lingkungan Hidup memiliki tugas pokok dalam menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup memegang
tanggung jawab sebesar 10 indikator TPB. Indikator tersebut umumnya adalah
bagian dari pilar-pilar lingkungan. Isu-isu strategis yang tertuang dalam KLHS
RPJMD Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-6
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

 Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu di


semua tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang tepat.
 Pada tahun 2030, mengurangi dampak lingkungan perkotaan per kapita yang
merugikan, termasuk dengan memberi perhatian khusus pada kualitas udara,
termasuk penanganan sampah kota.
 Pada tahun 2020 mencapai pengelolaan bahan kimia dan semua jenis
limbah yang ramah lingkungan, di sepanjang siklus hidupnya, sesuai kerangka
kerja internasional yang disepakati dan secara signifikan mengurangi
pencemaran bahan kimia dan limbah tersebut ke udara, air, dan tanah
untuk meminimalkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan.
 Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi produksi limbah melalui
pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali.
 Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan,
strategi dan perencanaan nasional.
 Pada tahun 2020, menjamin pelestarian, restorasi dan pemanfaatan
berkelanjutan dari ekosistem daratan dan perairan darat serta jasa
lingkungannya, khususnya ekosistem hutan, lahan basah, pegunungan dan lahan
kering, sejalan dengan kewajiban berdasarkan perjanjian internasional.
 Pada tahun 2020, menghentikan penggurunan, memulihkan lahan dan
tanah kritis, termasuk lahan yang terkena penggurunan, kekeringan dan banjir,
dan berusaha mencapai dunia yang bebas dari lahan terdegradasi.

12. RPPLHD Kota Tasikmalaya yaitu, RPPLHD Kota Tasikmalaya yaitu,


Rencana perlindungan dan pengelolaaan lingkungan hidup (RPPLH) adalah
perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya
perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.
RPPLHD Kota Tasikmalaya ini bertujuan untuk memberikan indikasi arahan
kebijakan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kota
Tasikmalaya didasarkan pada tantangan utama dan isu strategis lingkungan hidup di

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-7
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

setiap ekoregion di wilayah Kota Tasikmalaya. Indikasi arahan kebijakan tersebut


meliputi indikasi arahan bagi pemanfaatan dan/atau pencadangan sumberdaya alam;
pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup;
pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya
alam; serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Seluruh indikasi arahan tersebut
diharapkan dapat menjadi acuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sekaligus pengendali pembangunan wilayah dan sektor di Kota Tasikmalaya.

2.1.1 Penetapan Isu Lingkungan Potensial

Langkah penetapan isu lingkungan potensial merupakan hasil isu lingkungan dari
penetapan kriteria sebelumnya. Isu lingkungan tersebut merupakan isu yang tertuang di
dalam RPPLHD Kota Tasikmalaya, KLHS RTRW Kota Tasikmalaya, RPJMD Kota
Tasikmalaya dengan di perkuat dengan review literatur sebelumnya.

Setelah melalui screening berdasarkan 12 kriteria dari Panduan Nirwasita Tantra dari
Kemen LHK, UU Lingkungan Hidup No. 32 tahun 2009 dan juga berdasarkan
dokumen-dokumen pengelolaan kualitas lingkungan hidup di Kota Tasikmalaya, maka
disusunlah daftar isu lingkungan panjang yang diidentifikasi dari hasil literature review
kemudian menjadi shortlist (daftar pendek) isu lingkungan, yang dinamakan isu
lingkungan potensial. Isu potensial yang teridentifikasi berdasarkan review literatur
yang di kombinasikan dengan kriteria menghasilkan isu lingkungan.

2.1.2 Verifikasi Dan Klarifikasi

Langkah verifikasi dan klarifikasi dilakukan untuk mengerucutkan isu lingkungan


potensial yang sudah diidentifikasi pada langkah sebelumnya. Hal ini diperlukan
sebagai upaya mengakomodasi dan cross-check isu lingkungan potensial terhadap
stakeholder lingkungan di Kota Tasikmalaya. Metoda yang dilakukan adalah
dengan cara Focus Group Discussion, yang kemudian dilanjutkan dengan rapat
intensif dengan Tim DIKPLHD Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya.

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-8
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

Focus Group Discussion (FGD)


Tahapan ini merupakan salah satu tahapan yang sangat penting, dikarenakan
aspek tahapan ini adalah tahapan dengan muatan partisipatif yang paling tinggi. Dalam
pelaksanaannya, FGD ini dilakukan melalui beberapat tahap, yakni:

1. Identifikasi peserta FGD


Dalam proses ini Tim Penyusun DIKPLHD bersama dengan staf terkait DLH Kota
Tasikmalaya melakukan identifikasi stakeholder yang kompeten untuk mengikuti
pelaksanaan FGD. Hal ini untuk memastikan bahwa semua stakeholder di Kota
Tasikmalaya mendapatkan kesempatan untuk memberikan masukan dalam penentuan
isu lingkungan prioritas di Kota Tasikmalaya. Melalui hasil diskusi, stakeholder yang
diundang dalam acara FGD ini meliputi semua OPD terkait di Kota Tasikmalaya,
perwakilan perguruan tinggi dan perwakilan masyarakat.

2. Sosialisasi awal isu lingkungan potensial


Sosialisasi awal isu lingkungan potensial dilakukan kepada calon peserta FGD, melalui
undangan resmi dan komunikasi langsung dengan beberapa OPD, perguruan tinggi
dan LSM yang tercantum dalam undangan disertai dengan
lampiran berupa bahan paparan FGD. Sosialisasi ini meliputi proses FGD yang akan
dilakukan serta daftar isu lingkungan potensial yang telah disusun oleh Tim Penyusun
DIKPLHD Kota Tasikmalaya. Hal ini dimaksudkan agar pada saat pelaksanaan FGD,
peserta telah memiliki pengetahuan dan persiapan untuk terlibat aktif dalam proses
diskusi FGD.

Selain itu, sosialisasi awal juga memberikan kesempatan kepada OPD dan stakeholder
lain untuk menyiapkan data dan informasi terkait isu lingkungan potensial yang telah
teridentifikasi. Dalam sosialisasi awal ini, isu lingkungan potensial yang disampaikan
pada sosialiasi awal ini didasarkan pada review literature, penetapan kriteria yang di
ambil dari berdasarkan rilis dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya, terdapat
14 daftar isu pembangunan berkelanjutan dalam rangka KLHS RPJMD Kota
Tasikmalaya yaitu diantaranya adalah :
1. Masih luasnya kawasan pemukiman kumuh

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-9
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

2. Masih banyaknya RTLH


3. Belum optimalnya capaian rumah tangga bersanitasi
4. Terbatasnya ruang terbuka hijau
5. Masih terdapat genangan air saat musim hujan
6. Belum optimalnya penataan trotoar dan jaringan drainase
7. Menurunnya kapasitas badan air penerima limpasan air hujan
8. Belum optimalnya kualitas jaringan irigasi
9. Kebersihan kota belum mampu ditatakelola secara optimal
10. Kemacetan lalu lintas di beberapa ruas jalan jantung kota
11. PKL tak tertata, hingga nyaris merampas trotoar yang menjadi hak pejalan kaki
12. Banjir karena saluran drainase yang tidak memadai
13. Alih fungsi lahan, dan
14. Rawan bencana.

3. Diskusi
Proses diskusi diawali dengan paparan awal Tim Penyusun DIKPLHD, yang
menjelaskan latar belakang adanya kebutuhan untuk penentuan isu prioritas dalam
DIKPLHD. Dalam paparan ini, dijelaskan Pedoman Nirwasita Tantra dari Kementerian
Lingkungan Hidup & Kehutanan Republik Indonesia dan penjelasan terkait
pelaksanaan penyusunan DIKPLHD oleh DLH Provinsi Jawa Barat. Selain itu, dalam
paparan juga dijelaskan latar belakang ditentukannya isu lingkungan potensial yang
dilengkapi dengan data dan informasi terkait masing-masing isu lingkungan potensial
yang telah diidentifikasi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
yang lebih merata diantara peserta FGD sebelum proses diskusi dilaksanakan.

Dalam paparan, dijelaskan bahwa FGD akan membahas Isu Lingkungan Prioritas
terkait penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DIKPLHD) Kota Tasikmalaya. Dalam paparan dijelaskan juga latar belakang
mengenai penyusunan DIKPLHD Kota Tasikmalaya dan hasil-hasil identifikasi isu-isu
potensial yang ada di Kota Tasikmalaya, yang kemudian di tekankan kepada
stakeholder untuk memantapkan isu prioritas yang akan di pilih 3-5 isu prioritas (sesuai

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-10
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

dengan pedoman penyusunan DIKPLH). Isu prioritas yang nantinya di pilih adalah
berdsarkan kesepakatan seluruh stakeholder di Kota Tasikmalaya untuk ditetapkan 3-5
isu prioritas lingkungan hidup.

2.1.3 Penetapan Isu Lingkungan Prioritas

Pada akhirnya, setelah melalui proses diskusi, dalam proses FGD ini akan disepakati
isu-isu lingkungan prioritas untuk digunakan dalam penyusunan DIKPLHD Kota
Tasikmalaya. Proses penetapan yang dilakukan, berdasarkan hasil diskusi dan
adanya proses penentuan rangking untuk setiap isu lingkungan potensial yang di bahas.
Penentuan skoring dilakukan dengan melibatkan seluruh stakeholder yang hadir yaitu
dengan merangking urutan isu potensial. Stakeholder diminta untuk mengisi form yang
berisi 14 isu potensial dan mengisi skor rangking mana yang lebih penting untuk
dijadikan isu prioritas sebanyak 3-5.

Mengacu pada permasalahan dan isu-isu strategis yang tertuang dalam RPJMD
Kota Tasikmalaya Tahun 2017 – 2022 tersebut serta dengan mempertimbangkan
masukan dari berbagai pihak yang diperoleh dari dialog- dialog atau pembahasan dalam
forum-forum baik bersama masyarakat/LSM maupun dengan para pelaku usaha
kegiatan, selanjutnya bersama dengan unsur Perguruan Tinggi dirumuskan tiga isu
prioritas yang sesuai dengan kondisi permasalahan lingkungan hidup di wilayah Kota
Tasikmalaya di tahun 2018. Isu Prioritas tersebut meliputi : 1) alih fungsi lahan; 2)
pencemaran (air dan udara) dan kerusakan lingkungan; serta 3) pengolahan sampah dan
limbah industri.

2.2. KEPUNAHAN LAHAN BUKIT

Klasifikasi pengembangan wilayah di Kota Tasikmalaya meliputi, perikanan,


perkebunan, pertanian, permukiman, perindustrian dan hutan/bukit. Seiring dinamika
sosial ekonomi masyarakat, pengembangan kawasan di Kota Tasikmalaya senantiasa
menimbulkan masalah berupa kerusakan alam dan lingkungan, seperti banjir, erosi,
longsor, kerusakan hutan, kekeringan, alih fungsi lahan, sumber daya manusia yang

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-11
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

rendah, pengangguran, dan terbatasnya ketersediaan lahan. Oleh karena itu, tata kelola
pengembangan wilayah perlu dilakukan secara terfokus agar aspek keberlanjutan dan
aspek keberdayaan masyarakat dapat terwujud secara bersama.

Berdasarkan perkembangan dan karakteristik wilayah Kota Tasikmalaya,


teridentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan
budidaya seperti perdagangan jasa, perumahan permukiman, industri dan lain-lain.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tasikmalaya Tahun 2011-
2031 telah disahkan melalui Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2012
pengembangan struktur ruang Kota Tasikmalaya memiliki 3 (tiga) focus kebijakan yaitu
:
a. Pemantapan fungsi pusat pelayanan yang memperkuat kegiatan perdagangan dan
jasa;
b. Peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan; dan
c. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana, sarana, dan utilitas
umum.
Sedangkan kebijakan pengembangan pola ruang meliputi :
a. Kebijakan pengelolaan kawasan lindung, meliputi:
 Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung;
 Pelestarian kawasan cagar budaya; dan
 Penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Wilayah Kota.
b. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi:
 Pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup; dan
 Pengembangan ruang kota yang kompak dan efisien
Selain itu terdapat potensi pengembangan wilayah yang kemudian ditetapkan sebagai
kawasan strategis sebagai berikut :
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek ekonomi, meliputi:
• Kawasan pusat kota;
• Kawasan peruntukan industri dan pergudangan;
• Kawasan minapolitan di Kecamatan Indihiang dan Kecamatan Bungursari;

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-12
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

• Kawasan pendidikan terpadu di Kecamatan Tamansari;


b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek lingkungan, meliputi :
• kawasan Situ Gede di Kecamatan Mangkubumi; dan
• kawasan Wisata Alam Urug di Kecamatan Kawalu.
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek pertahanan dan keamanan negara
adalah kawasan Pangkalan Udara Wiriadinata.

Adapun pengalihan fungsi lahan tersebut tidak lepas dari beberapa faktor pemicu yang
diantaranya adalah sebagai berikut ini:

1. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang terjadi secara terus-menerus terhadap luasan lahan yang
tidak berubah menyebabkan timbulnya tekanan terhadap lingkungan hidup yang
berdampak pada alih fungsi lahan. Lahan hutan dan pertanian berubah menjadi lahan
terbangun akibat kebutuhan masyarakat bagi permukiman. Adanya pertumbuhan
demografi menyebabkan kebutuhan-kebutuhan dasar termasuk tempat tinggal. Ketika
lahan di daerah permukiman sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan yang diminta, maka
konversi lahan pertanian menjadi kawasan rumah menjadi pilihan sebagai salah satu
solusi permasalahan tersebut.

2. Perkembangan Industri
Salah satu bentuk penggunaan lahan yaitu untuk aktivitas industri. Dalam penggunaan
lahannya harus memenuhi syarat-syarat lokasi antara lain tingkat ketinggian dan
kemiringan lahan kurang dari 5% yang berada di luar wilayah banjir, bukan zona labil
dan bukan daerah patahan atau retakan, berlokasi di daerah pusat kota atau daerah
pinggiran (menyebar dalam ruang kota), kemudahan aksesibilitas baik ke fasilitas
transportasi komersial maupun ke tenaga kerja, tersedianya jaringan utilitas, kesesuaian
dengan penggunaan lahan di daerah sekitarnya, kesesuaian lokasi dengan pengelolaan
kualitas udara, sehingga dengan pembangunan industri terjadi pendayagunaan sumber
daya alam baik berupa pemanfaatan kandungan tanah maupun sebagai wadah/ ruang
dari kegiatan industri. Perkembangan industri yang pesat menjadi salah satu faktor alih
fungsi lahan yang ada di Kota Tasikmalaya. Hal ini akan memberikan tekanan kepada

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-13
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

lingkungan berupa meningkatnya tingkat pencemaran air, tanah dan udara akibat dari
aktivitas industri tersebut.

Permasalahan yang ditimbulkan akibat terjadinya alih fungsi lahan di Kota Tasikmalaya
adalah sebagai berikut:
1) Ketahanan pangan di Kota Tasikmalaya
Akibat menurunnya luas lahan pertanian tanaman pangan yang berpengaruh terhadap
ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, kelancaran distribusi pangan dan
konsumsi pangan yang bermutu.
2) Terjadinya degradasi kualitas lingkungan
Akibat dari alih fungsi lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek ekologis.
Perubahan alif fungsi lahan pertanian, perkebunan dan pertanian lahan kering menjadi
pertambangan dapat menimbulkan kerusakan dan pencemaran baik air, udara maupun
tanah.

3) Terjadinya permasalahan berupa banjir bandang dan erosi


Terjadi di aliran Sungai Konto Sub Das Brantas akibat pemanfaatan lahan tanpa
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air di Kecamatan Pujon, berupa alih
fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan permukiman. Selain itu alih fungsi
tersebut juga perpengaruh terhadap penurunan kualitas sumber mata air di daerah
recharge area (daerah tangkapan).

2.3 SAMPAH PERKOTAAN

Bertambahnya volume jumlah sampah setiap harinya disebabkan oleh meningkatnya


pertumbuhan ekonomi, bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya daerah
permukiman dan tingkat aktifitas kegiatan sosial. Sarana dan prasarana persampahan
yang terbatas akan menimbulkan permasalahan yang semakin kompleks sehingga
masyarakat membuang sampah di jalan, saluran selokan, sungai dan lahan-lahan terbuka
yang dapat mencemari lingkungan hidup. Persoalan sampah selalu menjadi bahan topik
pembicaraan yang hangat untuk dibahas karena tidak terlepas atas kaitannya dengan
budaya masyarakat itu sendiri. Sumber-sumber sampah biasanya diperoleh dari sisa

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-14
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

sampah rumah tangga, sampah pertanian, sampah dari pasar, sampah perkantoran,
sampah rumah sakit, sampah sekolah, sampah industri, sampah konstruksi bangunan
gedung, sampah peternakan dan sampah lainnya. Oleh sebab itu penanggulangan
sampah bukan hanya urusan pemerintah semata namun juga membutuhkan partisipasi
seluruh elemen lapisan masyarakat dan industri swasta.

Semakin meningkatnya kemajuan suatu daerah, jumlah laju produksi sampah sering kali
tidak sebanding dengan proses penanganannya sehingga perlu dipikirkan bagaimana
pemerintah daerah untuk menanggulangi masalah persampahan. Jika masalah
persampahan tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak
antara lain menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia, banjir, menimbulkan sarang
penyakit, pencemaran air bersih, pencemaran tanah, tersumbatnya saluran air,
lingkungan akan menjadi kumuh serta bau yang tidak sedap dan merusak keindahan
visual kota/Kota itu sendiri.

Di wilayah Kota Tasikmalaya, rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan
penduduk pada tahun 2011-2016 mengalami peningkatan walaupun belum terlalu
signifikan. Hal ini disebabkan karena pola penanganan sampah di Kota Tasikmalaya
masih bertumpu pada kawasan perkotaan khususnya Ibu Kota Kecamatan, sedangkan
sebagian besar lainnya belum terkelola atau dikelola secara mandiri oleh masyarakat
baik melalui pengelolaan TPS 3R maupun Bank sampah. Di kawasan-kawasan
perdesaan, penanganan sampah masih banyak dilakukan secara konvensional yaitu
melalui sistem gali urug terkendali. Hal ini disebabkan karena masih tersedianya lahan
untuk pembuangan sampah dengan model galian (juglangan). Jumlah sampah di Kota
Tasikmalaya dalam satu tahun produksinya mencapai 400 ribu ton yang sampai saat ini
tidak semuanya bisa dikelola oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya. Hanya sekitar 40%
atau 160 ribu ton yang bisa diangkut ke TPA. Sisanya, 60% dari sampah tersebut masih
memerlukan pengolahan supaya tidak mencemari lingkugan.

Pemerintah Kota terbantu dengan adanya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu


(TPST). Sampah yang ditampung di TPST ini mampu mengurangi sekitar 15% dari
beban pemerintah atau sekitar 6 ribu ton. Adanya bank-bank sampah mengurangi sekitar

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-15
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

4% dari produksi timbulan sampah. Selama ini warga mengurangi jumlah sampah
dengan membakar. Padahal, hal ini bertentangan dengan undang-undang. Selain itu, ada
risiko yang tinggi dibalik pembakaran sampah. Gas yang dihasilkan sampah ini 20 kali
lipat lebih banyak dibandingkan dengan gas emisi kendaraan bermotor di negara maju
(Hapsari, 2017).

Berdasarkan isu-isu prioritas tersebut Pemerintah Kota Tasikmalaya mengambil inisiatif


untuk terus berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup demi tercapainya kualitas
dan fungsi lingkungan hidup yang baik. Dengan menjadikan peningkatan kualitas
lingkungan hidup sebagai salah satu strategi utama dalam pencapaian visi misi daerah
dalam kurun 5 (lima) tahun ke depan merupakan bukti komitmen Pemerintah Daerah
Kota Tasikmalaya dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Diharapkan
melalui penetapan startegi utama tersebut orientasi pembangunan yang berwasasan
lingkungan menjadi dasar acuan bagi semua perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas
dan fungsinya.

2.4 PENURUNAN SUMBER DAN KUALITAS AIR

Perkembangan penduduk di Kota Tasikmalaya setiap tahunnya terus mengalami


peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Tasikmalaya adalah 651.676 jiwa,
dan terus meningkat menjadi 661.404 jiwa pada tahun 2017. Adapun pertumbuhan
penduduknya setiap tahun selama kurun waktu 2013 – 2016 berkisar antara 0,27 %
sampai dengan 0,54 % per tahun. Dari data tersebut, jumlah penduduk di Kota
Tasikmalaya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk
Kota Tasikmalaya membawa konsekuensi peningkatan kebutuhan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari juga termasuk untuk kebutuhan sanitasi yang menghasilkan air
limbah. Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan suatu kota/Kota berakibat
pula pada pola perubahan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi dari tahun ke tahun,
dengan luas lahan yang tetap akan mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan semakin
berat. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-16
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

pertanian, industri dan kegiatan rumah tangga akan menghasilkan limbah yang memberi
sumbangan pada penurunan kualitas air.

Sungai-sungai yang berada di Kota Tasikmalaya dimanfaatkan oleh masyarakat yang


berada di sekitar sungai sebagai tempat pembuangan air limbah dari aktivitas rumah
tangga seperti MCK, industri dan limpasan dari aktivitas pertanian. Pemanfaatan sungai
sebagai tempat pembuangan air limbah yang dilakukan oleh masyarakat tersebut dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air sungai. Kualitas air sungai sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat disekitarnya, misalnya tentang kualitas kesehatan
masyarakat dan angka harapan hidup di Kota Tasikmalaya. Kualitas kesehatan manusia
sangat ditentukan kualitas lingkungan hidup yang ada. Apabila kondisi lingkungan baik,
maka tingkat kesehatan masyarakat disekitarnya juga akan tinggi.

Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup, upaya mengurangi laju


kerusakan dan pencemaran terus dilakukan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya serta
berbagai komponen masyarakat. Upaya ini masih belum meningkatkan kualitas
lingkungan hidup sebagaimana yang diharapkan bersama. Masih terjadi berbagai
bencana lingkungan hidup seperti banjir, kekeringan, longsor, pencemaran dan
kerusakan lingkungan lainnya. Kondisi ini merupakan gambaran bahwa fungsi
lingkungan hidup telah mengalami penurunan. Berbagai inisiatif yang dilakukan harus
ditingkatkan dengan melibatkan lebih banyak lagi pemangku kepentingan dan dilakukan
dengan tepat sasaran. Oleh karenanya diperlukan tolok ukur pencapaian yang dapat
mudah dipahami dan bersifat implementatif. Hal ini mengingat bahwa lingkungan hidup
bersifat kompleks dan berbasis ilmiah dan diperlukan pemahaman operasional. Dengan
begitu dapat dilakukan perencanaan, implementasi dan evaluasi secara lebih optimal.
Untuk mengetahui tingkat pencapaian upaya-upaya tersebut, Kementerian Lingkungan
Hidup pada tahun 2009 telah mengembangkan alat ukur yang mudah dipahami, yaitu
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH).

Melalui indeks ini akan mendorong proses pengambilan kebijakan yang lebih cepat dan
tepat. Seluruh data dan informasi yang dibutuhkan harus dikemas dalam bentuk yang
lebih sederhana. IKLH adalah pengejawantahan parameter lingkungan hidup yang

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-17
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018

kompleks namun tetap mempertahankan makna atau esensi dari masing-masing


indikatornya. Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan amanat Undang
undang Dasar 1945 sebagaimana tertuang dalam pasal 28H. IKLH sebagai indikator
pembangunan bidang lingkungan hidup menjadi acuan bersama bagi semua pihak
dengan mengukur kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. IKLH sudah
dinyatakan dalam Visi Misi Jokowi- JK, sebagai bagian Berdikari Dalam Bidang
Ekonomi, yaitu membaiknya Kualitas Hidup dengan Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, telah menempatkan
IKLH sebagai salah satu ukuran utama untuk Sasaran Pokok Pembangunan Nasional
RPJMN 2015-2019. Tahun 2015 merupakan baseline bagi kinerja lingkungan hidup
sampai dengan Tahun 2019. Oleh karenanya capaian pada Tahun 2018 ini harus
merupakan acuan dasar untuk mempertajam prioritas program dan kegiatan untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Pemerintah Kota Tasikmalaya berkomitmen untuk meningkatkan kualitas lingkungan


hidup melalui pembangunan yang berwawasan lingkungan. Langkah kebijakan yang
dilakukan adalah melalui pengendalian pencemaran limbah, peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pengendalian dan pengawasan lingkungan, peningkatan kualitas dan
kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta pengawasan ketaatan pelaksanan
perundangan di bidang lingkungan dan penegakan hukum secara konsisten. Program-
program tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam
upaya mencegah perusakan atau pencemaran lingkungan hidup, baik di darat, perairan
tawar, dan laut, maupun udara, sehingga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan
hidup yang bersih dan sehat.

BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-18

Anda mungkin juga menyukai