BAB II
PENETAPAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-1
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
Kedua adalah pengembangan sektor pariwisata mengingat dari sisi geografis dan
historis, Kota Tasikmalaya memiliki luasan yang cukup besar dengan potensi
pariwisata alam yang bervariasi mulai pegunungan hingga pantai, wisata budaya yang
sangat beragam dari berbagai suku yang ada dan wisata religi yang berada di wilayah
Tasikmalaya.
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-2
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
Ketiga adalah terkait dengan isu lingkungan hidup yakni meningkatkan kualitas
lingkungan hidup. luas wilayah administrasi Kota Tasikmalaya adalah 18.385,07 Ha
(183,85 Km2), terdiri dari 10 Kecamatan dengan 69 Kelurahan. Penggunaan lahan
paling besar adalah lahan untuk pertanian dengan persentase tertinggi pada penggunaan
lahan sawah sebesar 34,73%, permukiman sebesar 27,19% dan hutan sebesar 19,85%.
Di sisi lain, gencarnya pelaksanaan pembangunan seringkali membuat terabaikannya
perlindungan terhadap kualitas lingkungan hidup itu sendiri. Salah satunya adalah
perkembangan industri dan permukiman di Kota Tasikmalaya yang menyebabkan alih
fungsi lahan pertanian lahan kering dan areal persawahan. Semakain banyaknya
kegiatan industri dan permukiman yang dilakukan tanpa memperhatikan aspek
pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan semakin tingginya
tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Sehingga saat ini pemerintah Kota
Tasikmalaya menjadikan masalah lingkungan hidup sebagai salah satu program atau
kebijakan prioritas dalam pembangunan Kota Tasikmalaya ke depan guna menciptakan
keseimbangan antara laju pembangunan dengan pelestarian lingkungannya.
1. Kerusakan sumber daya alam, yakni seberapa besar kerusakan alam yang
ditimbulkan dengan adanya isu lingkungan tersebut.
2. Dampak signifikan, kriteria ini membantu penetapan isu lingkungan potensial
dengan menganalisis isu lingkungan yang memberikan dampak signifikan (penting)
terhadap berbagai aspek lain, misalnya aspek sosial dan ekonomi.
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-3
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
3. Perhatian publik, isu lingkungan yang menjadi perhatian publik dan mendapat
sorotan tajam dalam berbagai diskusi ilmiah, forum masyarakat, serta media massa
menjadi salah satu parameter untuk ditetapkan sebagai isu lingkungan potensial.
4. Kinerja jasa ekosistem, yang dapat dikategorikan dalam 4 (empat) jenis
layanan, yaitu:
Layanan fungsional (provisioning services): Jasa/produk yang didapat dari
ekosistem, seperti misalnya sumberdaya genetika, makanan, air dll.
Layanan regulasi (regulating services): Manfaat yang didapatkan dari
pengaturan ekosistem, seperti misalnya aturan tentang pengendalian banjir,
pengendalian erosi, pengendalian dampak perubahan iklim dll.
Layanan kultural (cultural services): Manfaat yang tidak bersifat
material/terukur dari ekosistem, seperti misalnya pengkayaan spirit, tradisi,
pengalaman batin, nilai-nilai estetika dan pengetahuan.
Layanan pendukung kehidupan (supporting services): Jasa ekosistem yang
diperlukan manusia, seperti misalnya produksi biomasa, produksi oksigen,
nutrisi,air dan lainnya.
5. Pemanfaatan sumber daya alam, yang berdasarkan UU No.32 Tahun 2009
Pasal 12 menjelaskan bahwa Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan
RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Namun,
apabila RPPLH sebagaimana dimaksud belum tersusun, pemanfaatan sumberdaya
alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dengan memperhatikan:
a) Keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;
b) Keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan
c) Keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat
6. Ancaman keanekaragaman hayati, kondisi lingkungan yang diukur dengan
indeks keanekaragaman hayati, apakah cenderung tetap,menurun atau
meningkat.Ukuran lain bisa dipakai, seperti kepunahan,kemerosotan dan
kerusakan
7. Dampak dan resiko lingkungan, yaitu dampak suatu kegiatan terhadap
perubahan lingkungan hidup yang mendasar; dapat diukur dari beberapa media
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-4
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
lingkungan antara lain:tanah, air, udara, atau seperti yang tertuang dalam
penjelasan UUPPLH Pasal 15 ayat (2) huruf b. Dampak dan/atau risiko lingkungan
hidup yangdimaksud meliputi:
Perubahan iklim;
Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahankeanekaragaman hayati;
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayahbencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/ataukebakaran hutan dan lahan;
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber dayaalam;
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/ataulahan;
Peningkatan jumlah penduduk miskin atauterancamnya keberlanjutan
penghidupansekelompok masyarakat; dan/atau
Peningkatan risiko terhadap kesehatan dankeselamatan manusia
8. Perubahan iklim, seperti dijelaskan pada UU No.32 Tahun 2009 pasal 1
bahwa perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi
atmosfir secara global danselain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah
yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Kerentanan terhadap
perubahan iklim adalah kondisi lingkungan yang diukur dari kemungkinan dampak
perubahan iklim, apakah semakin memburuk (seperti misalnya peningkatan
muka air laut atau perubahan cuaca yang ekstrim) atau mempunyai daya
lenting/kapasitas untuk menyesuaikan.
9. Daya dukung lingkungan, yakni kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya
(UU.No.32 Tahun 2009). Daya dukung lingkungan juga merupakan kemampuan
suatu ekosistem untuk mendukung suatuaktifitas sampai pada batas tertentu; Untuk
menentukan apakah suatu kegiatan masih dapat ditambahkan dalam suatu
ekosistem tertentu atau untuk menentukan apakah suatu kawasan lingkungannya
masih mampu mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lain.
10. KLHS RTRW, merupakan salah satu instrument pencegahan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup, yang mana setiap daerah wajib membuat
KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-5
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
11. KLHS RPJMD, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan salah satu
instrumen yang mampu memberikan rekomendasi dengan fokus utama:
mengintegrasikan pertimbangan lingkungan pada tingkatan pengambilan keputusan
yang bersifat strategis, yakni pada arah kebijakan, rencana dan program
pembangunan. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), pemerintah dan
pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (Pasal
15). Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ini selanjutnya wajib
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam penyusunan perencanaan program
pembagunan daerah, salah satunya dokumen RPJMD. Indikator Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di Indonesia terdiri dari 319 indikator yang
mengacu indikator yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
melalui Agenda 2030 Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Aspek pembangunan
berkelanjutan terdiri dari aspek lingkungan hidup, sosial, ekonomi, hukum dan
tata kelola. Bentuk analisis pembangunan berkelanjutan tersebut disusun dalam
sebuah laporan yaitu KLHS RPJMD. Maksud pembuatan KLHS RPJMD Kota
Tasikmalaya adalah untuk memastikan bahwa isu strategis, permasalahan dan
sasaran strategis TPB termuat dalam Rancangan RPJMD Kota Tasikmalaya. Pilar-
pilar lingkungan yang tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDGs)
diantaranya air bersih dan sanitasi layak, kota dan pemukiman yang berkelanjutan,
konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, penanganan perubahan iklim,
ekosistem lautan dan ekosistem daratan. Pemerintah daerah Kota Tasikmalaya
melalui Dinas Lingkungan Hidup memiliki tugas pokok dalam menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup memegang
tanggung jawab sebesar 10 indikator TPB. Indikator tersebut umumnya adalah
bagian dari pilar-pilar lingkungan. Isu-isu strategis yang tertuang dalam KLHS
RPJMD Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut :
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-6
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-7
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
Langkah penetapan isu lingkungan potensial merupakan hasil isu lingkungan dari
penetapan kriteria sebelumnya. Isu lingkungan tersebut merupakan isu yang tertuang di
dalam RPPLHD Kota Tasikmalaya, KLHS RTRW Kota Tasikmalaya, RPJMD Kota
Tasikmalaya dengan di perkuat dengan review literatur sebelumnya.
Setelah melalui screening berdasarkan 12 kriteria dari Panduan Nirwasita Tantra dari
Kemen LHK, UU Lingkungan Hidup No. 32 tahun 2009 dan juga berdasarkan
dokumen-dokumen pengelolaan kualitas lingkungan hidup di Kota Tasikmalaya, maka
disusunlah daftar isu lingkungan panjang yang diidentifikasi dari hasil literature review
kemudian menjadi shortlist (daftar pendek) isu lingkungan, yang dinamakan isu
lingkungan potensial. Isu potensial yang teridentifikasi berdasarkan review literatur
yang di kombinasikan dengan kriteria menghasilkan isu lingkungan.
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-8
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
Selain itu, sosialisasi awal juga memberikan kesempatan kepada OPD dan stakeholder
lain untuk menyiapkan data dan informasi terkait isu lingkungan potensial yang telah
teridentifikasi. Dalam sosialisasi awal ini, isu lingkungan potensial yang disampaikan
pada sosialiasi awal ini didasarkan pada review literature, penetapan kriteria yang di
ambil dari berdasarkan rilis dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya, terdapat
14 daftar isu pembangunan berkelanjutan dalam rangka KLHS RPJMD Kota
Tasikmalaya yaitu diantaranya adalah :
1. Masih luasnya kawasan pemukiman kumuh
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-9
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
3. Diskusi
Proses diskusi diawali dengan paparan awal Tim Penyusun DIKPLHD, yang
menjelaskan latar belakang adanya kebutuhan untuk penentuan isu prioritas dalam
DIKPLHD. Dalam paparan ini, dijelaskan Pedoman Nirwasita Tantra dari Kementerian
Lingkungan Hidup & Kehutanan Republik Indonesia dan penjelasan terkait
pelaksanaan penyusunan DIKPLHD oleh DLH Provinsi Jawa Barat. Selain itu, dalam
paparan juga dijelaskan latar belakang ditentukannya isu lingkungan potensial yang
dilengkapi dengan data dan informasi terkait masing-masing isu lingkungan potensial
yang telah diidentifikasi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
yang lebih merata diantara peserta FGD sebelum proses diskusi dilaksanakan.
Dalam paparan, dijelaskan bahwa FGD akan membahas Isu Lingkungan Prioritas
terkait penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DIKPLHD) Kota Tasikmalaya. Dalam paparan dijelaskan juga latar belakang
mengenai penyusunan DIKPLHD Kota Tasikmalaya dan hasil-hasil identifikasi isu-isu
potensial yang ada di Kota Tasikmalaya, yang kemudian di tekankan kepada
stakeholder untuk memantapkan isu prioritas yang akan di pilih 3-5 isu prioritas (sesuai
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-10
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
dengan pedoman penyusunan DIKPLH). Isu prioritas yang nantinya di pilih adalah
berdsarkan kesepakatan seluruh stakeholder di Kota Tasikmalaya untuk ditetapkan 3-5
isu prioritas lingkungan hidup.
Pada akhirnya, setelah melalui proses diskusi, dalam proses FGD ini akan disepakati
isu-isu lingkungan prioritas untuk digunakan dalam penyusunan DIKPLHD Kota
Tasikmalaya. Proses penetapan yang dilakukan, berdasarkan hasil diskusi dan
adanya proses penentuan rangking untuk setiap isu lingkungan potensial yang di bahas.
Penentuan skoring dilakukan dengan melibatkan seluruh stakeholder yang hadir yaitu
dengan merangking urutan isu potensial. Stakeholder diminta untuk mengisi form yang
berisi 14 isu potensial dan mengisi skor rangking mana yang lebih penting untuk
dijadikan isu prioritas sebanyak 3-5.
Mengacu pada permasalahan dan isu-isu strategis yang tertuang dalam RPJMD
Kota Tasikmalaya Tahun 2017 – 2022 tersebut serta dengan mempertimbangkan
masukan dari berbagai pihak yang diperoleh dari dialog- dialog atau pembahasan dalam
forum-forum baik bersama masyarakat/LSM maupun dengan para pelaku usaha
kegiatan, selanjutnya bersama dengan unsur Perguruan Tinggi dirumuskan tiga isu
prioritas yang sesuai dengan kondisi permasalahan lingkungan hidup di wilayah Kota
Tasikmalaya di tahun 2018. Isu Prioritas tersebut meliputi : 1) alih fungsi lahan; 2)
pencemaran (air dan udara) dan kerusakan lingkungan; serta 3) pengolahan sampah dan
limbah industri.
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-11
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
rendah, pengangguran, dan terbatasnya ketersediaan lahan. Oleh karena itu, tata kelola
pengembangan wilayah perlu dilakukan secara terfokus agar aspek keberlanjutan dan
aspek keberdayaan masyarakat dapat terwujud secara bersama.
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-12
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
Adapun pengalihan fungsi lahan tersebut tidak lepas dari beberapa faktor pemicu yang
diantaranya adalah sebagai berikut ini:
1. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang terjadi secara terus-menerus terhadap luasan lahan yang
tidak berubah menyebabkan timbulnya tekanan terhadap lingkungan hidup yang
berdampak pada alih fungsi lahan. Lahan hutan dan pertanian berubah menjadi lahan
terbangun akibat kebutuhan masyarakat bagi permukiman. Adanya pertumbuhan
demografi menyebabkan kebutuhan-kebutuhan dasar termasuk tempat tinggal. Ketika
lahan di daerah permukiman sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan yang diminta, maka
konversi lahan pertanian menjadi kawasan rumah menjadi pilihan sebagai salah satu
solusi permasalahan tersebut.
2. Perkembangan Industri
Salah satu bentuk penggunaan lahan yaitu untuk aktivitas industri. Dalam penggunaan
lahannya harus memenuhi syarat-syarat lokasi antara lain tingkat ketinggian dan
kemiringan lahan kurang dari 5% yang berada di luar wilayah banjir, bukan zona labil
dan bukan daerah patahan atau retakan, berlokasi di daerah pusat kota atau daerah
pinggiran (menyebar dalam ruang kota), kemudahan aksesibilitas baik ke fasilitas
transportasi komersial maupun ke tenaga kerja, tersedianya jaringan utilitas, kesesuaian
dengan penggunaan lahan di daerah sekitarnya, kesesuaian lokasi dengan pengelolaan
kualitas udara, sehingga dengan pembangunan industri terjadi pendayagunaan sumber
daya alam baik berupa pemanfaatan kandungan tanah maupun sebagai wadah/ ruang
dari kegiatan industri. Perkembangan industri yang pesat menjadi salah satu faktor alih
fungsi lahan yang ada di Kota Tasikmalaya. Hal ini akan memberikan tekanan kepada
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-13
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
lingkungan berupa meningkatnya tingkat pencemaran air, tanah dan udara akibat dari
aktivitas industri tersebut.
Permasalahan yang ditimbulkan akibat terjadinya alih fungsi lahan di Kota Tasikmalaya
adalah sebagai berikut:
1) Ketahanan pangan di Kota Tasikmalaya
Akibat menurunnya luas lahan pertanian tanaman pangan yang berpengaruh terhadap
ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, kelancaran distribusi pangan dan
konsumsi pangan yang bermutu.
2) Terjadinya degradasi kualitas lingkungan
Akibat dari alih fungsi lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek ekologis.
Perubahan alif fungsi lahan pertanian, perkebunan dan pertanian lahan kering menjadi
pertambangan dapat menimbulkan kerusakan dan pencemaran baik air, udara maupun
tanah.
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-14
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
sampah rumah tangga, sampah pertanian, sampah dari pasar, sampah perkantoran,
sampah rumah sakit, sampah sekolah, sampah industri, sampah konstruksi bangunan
gedung, sampah peternakan dan sampah lainnya. Oleh sebab itu penanggulangan
sampah bukan hanya urusan pemerintah semata namun juga membutuhkan partisipasi
seluruh elemen lapisan masyarakat dan industri swasta.
Semakin meningkatnya kemajuan suatu daerah, jumlah laju produksi sampah sering kali
tidak sebanding dengan proses penanganannya sehingga perlu dipikirkan bagaimana
pemerintah daerah untuk menanggulangi masalah persampahan. Jika masalah
persampahan tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak
antara lain menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia, banjir, menimbulkan sarang
penyakit, pencemaran air bersih, pencemaran tanah, tersumbatnya saluran air,
lingkungan akan menjadi kumuh serta bau yang tidak sedap dan merusak keindahan
visual kota/Kota itu sendiri.
Di wilayah Kota Tasikmalaya, rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan
penduduk pada tahun 2011-2016 mengalami peningkatan walaupun belum terlalu
signifikan. Hal ini disebabkan karena pola penanganan sampah di Kota Tasikmalaya
masih bertumpu pada kawasan perkotaan khususnya Ibu Kota Kecamatan, sedangkan
sebagian besar lainnya belum terkelola atau dikelola secara mandiri oleh masyarakat
baik melalui pengelolaan TPS 3R maupun Bank sampah. Di kawasan-kawasan
perdesaan, penanganan sampah masih banyak dilakukan secara konvensional yaitu
melalui sistem gali urug terkendali. Hal ini disebabkan karena masih tersedianya lahan
untuk pembuangan sampah dengan model galian (juglangan). Jumlah sampah di Kota
Tasikmalaya dalam satu tahun produksinya mencapai 400 ribu ton yang sampai saat ini
tidak semuanya bisa dikelola oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya. Hanya sekitar 40%
atau 160 ribu ton yang bisa diangkut ke TPA. Sisanya, 60% dari sampah tersebut masih
memerlukan pengolahan supaya tidak mencemari lingkugan.
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-15
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
4% dari produksi timbulan sampah. Selama ini warga mengurangi jumlah sampah
dengan membakar. Padahal, hal ini bertentangan dengan undang-undang. Selain itu, ada
risiko yang tinggi dibalik pembakaran sampah. Gas yang dihasilkan sampah ini 20 kali
lipat lebih banyak dibandingkan dengan gas emisi kendaraan bermotor di negara maju
(Hapsari, 2017).
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-16
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
pertanian, industri dan kegiatan rumah tangga akan menghasilkan limbah yang memberi
sumbangan pada penurunan kualitas air.
Melalui indeks ini akan mendorong proses pengambilan kebijakan yang lebih cepat dan
tepat. Seluruh data dan informasi yang dibutuhkan harus dikemas dalam bentuk yang
lebih sederhana. IKLH adalah pengejawantahan parameter lingkungan hidup yang
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-17
DIKPLHD KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2018
BAB
Dokumen
II Informasi Kinerja Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2018 II-18