Disusun Oleh:
Skłodowska
Nama Anggota:
2018
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
permasalahan limbah domestik masih belum teratasi sementara limbah
domestik merupakan komposisi terbesar dari pencemaran air citarum sebesar
62.16% (KLHK Jawa Barat dan Penelitian Fakultas Teknik Lingkungan ITB,
2017). Demikian pula pada permasalahan banjir, normalisasi sungai sebagai
solusi mampu menampung dan mempercepat distribusi air yang mengalir dari
hulu hingga hilir, akan tetapi upaya dalam penyerapan air oleh tiap daerah
sebagaimana kota-kota besar di dunia belum seutuhnya diimplementasi atau
masih dalam tahap perencanaan.
Dalam menghadapi permasalahan banjir dan limbah Citarum, tidak cukup
hanya mengandalkan peran pemerintah. Partisipasi masyarakat memiliki peran
strategis dalam merealisasi solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut.
Jika setiap masyarakat sadar akan pentingnya gaya hidup ramah lingkungan
serta mampu mengimplementasinya, maka revitalisasi citarum bukanlah suatu
keniscayaan lagi. Untuk membangun lingkungan masyarakat yang ramah
lingkungan konsep Eco-RT dinilai relevan dalam implementasinya. Eco-RT
merupakan kolaborasi antara penerapan teknologi johkasou, pengepulan
sampah, dan biopori yang efektif. Dengan menginisiasi implementasi eco-RT
pada masyarakat Desa Lengkong sebagai Pilot Project diharapkan dapat
memicu masyarakat daerah lainnya, baik melalui inisiatif tiap wilayah ataupun
kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah. Solusi tersebut tentunya direalisasi
dengan menyesuaikan pendekatan pendekatan khusus sesuai wilayahnya.
3
1) Mengetahui perencanaan revitalisasi Sungai Citarum dengan memanfaatkan
konsep eco-RT.
2) Mendeskripsikan strategi revitalisasi Sungai Citarum dengan
memanfaatkan konsep eco-RT serta dampaknya bagi masyarakat Desa
Lengkong.
3) Mengetahui peran masyarakat Desa Lengkong dalam mengembalikan
Citarum yang bermartabat.
4
Bab II
TINJAUAN TEORI
2.1 Johkasou
Johkasou merupakan salah satu teknik dari instalasi pengolahan air limbah
(IPAL). Johkasou adalah teknologi pengembangan lanjut dari Septic Tank,
yang berfungsi untuk mengolah air limbah domestik (air limbah MCK dan air
limbah dapur). Teknik ini bereperan sebagai Bio Septic Tank yang dapat
dijadikan sebagai alternatif Septic Tank Konvensional yang bisa dipasang di
lingkungan Rumah Tangga maupun perkantoran.
2.2 Biopori
Lubang resapan Biopori dicetuskan oleh Dr. Kamir Raziudin Brata, salah
satu peneliti dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Lubang resapan Biopori adalah lubang
silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air
yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya
resap air pada tanah. Didalam lubang biopori juga terdapat timbunan sampah
organik yang dapat digunakan untuk menghasilkan kompos.
2.4 Revitalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) revitalisasi merupakan
proses, cara dan pembuatan memvitalkan (menjadi vital). Sedangkan vital
sendiri mempunyai arti penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan
sebagainya). Fokus utamanya pada struktur manajemen yang harus dikelola
dengan baik oleh aktor yang berkompeten, serta polanya mengikuti perubahan-
5
perubahan, sehingga benar jika konsep revitalisasi mengacu pada program,
pembangunan (Alfianita, 2015).
2.6 Eco-RT
Eco-RT merupakan konsep kolaborasi antara penerapan teknologi
johkasou, pengepulan sampah, dan biopori yang efektif pada masyarakat RT
lingkungan pinggir sungai.
6
Bab III
ANALISIS DATA
3.1 Analisis Lingkungan
Menurut hasil observasi yang telah dilakukan terhadap Desa Lengkong
RT3 RW5, dapat disimpulkan kondisi lingkungan sebagai berikut :
7
Stakeholder Mapping
Pengepulan 5 4 2 4 v
Sampah
Bank Sampah 1 2 5 3 x
Banjir Biaya Implementasi Dampak Perawatan
Biopori 4 4 2 4 v
Sumur Resapan 1 1 4 3 x
1: Not Recommended 5: Very Recommended
8
Parameter Feasibility:
9
berfungsi sebagai tangki disinfeksi dengan menggunkan
kaporit untuk membunuh sisa-sisa bakteri yang mungkin
masih terlewat. Tangki pada disinfeksi air pada tahap ini di
netralkan dengan tablet klorin agar bebas dari bakteri yang
tertinggal.
10
3.4.1.2 Dampak
Dampak yang dihasilkan dari pengimplementasian
Johkasou antara lain :
3.4.3.3 Perawatan
Johkasou memerlukan listrik sebesar 2268 kWh/tahun
untuk dapat bekerja secara optimal dan lumpur yang
dihasilkan sebanyak 31.5 kg/tahun. Maka dari itu perlu
dilakukan penyedotan tangki untuk membersihkan johkasou
setiap tahunnya.
3.4.2 Biopori
3.4.2.1 Implementasi
Berikut ilustrasi bagaimana biopori dapat membantu
penyerapan air ke dalam tanah. Pembuatan lubang biopori
dapat dilakukan dimana saja, dengan ketersediaan tanah yang
tidak terlalu luas. Metode lubang biopori adalah lubang
dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 100 cm
yang ditutupi sampah organik dan berfungsi untuk menjebak
air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi
sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di
sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah
organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk
tanaman.
11
Gambar 3.2 Konsep dan cara kerja biopori
3.4.2.2 Dampak
Dampak yang dihasilkan dari proses implementasi
biopori antara lain :
12
3.4.2.3 Perawatan
Lubang biopori yang sudah dibuat dapat menampung
sampah organik dengan volume kurang lebih 30 L sebaiknya
terus dilakukan perawatan agar biopori tetap berfungsi secara
maksimal seperti yang diharapkan. Perawatan lubang
dilakukan dengan terus menambahkan sampah organik, jika
lubang sudah penuh dan berubah menjadi kompos maka
langkah selanjutnya diambil untuk dijadikan kompos dengan
menggunakan bor.
13
4) Hasil Penjualan akan dibagi kelompok pengempul dan
sebagian lagi diinvestasikan untuk pengembangan
pengelolaan sampah di Desa Lengkong RT 3 RW 5.
3.4.3.2 Dampak
Warga RT3 RW5 memiliki tempat pembakaran
sampah yang bersebelahan dengan sungai. Sampah yang
biasanya dibakar menyebabkan polusi udara, polusi tanah dan
air. Disisi lain berbagai sampah kiriman dari Kota Bandung
menuju Sungai Citarum dibiarkan begitu saja oleh warga.
Dengan adanya implementasi program pengepulan sampah,
berbagai polusi yang biasa dihasilkan oleh pembakaran
sampah dapat direduksi, begitu pula bebrapa jenis sampah
yang mengalir menuju Sungai Citarum. Lebih dari itu, warga
yang bernotabene kurang mampu akan terbantu dengan
adanya program pengepulan sampah ini.
3.4.3.3 Perawatan
Peralatan yang digunakan untuk mengepul sampah
relatif terjangkau sebgaimana yang telah dilampirkan pada
tabel finance, hal yang sama pula berlaku pada
perawatannya. Bahkan pengepulan sampah dapat berjalan
dengan peralatan sehari hari, tidak ada peralatan mahal yang
wajib pada program pengepulan ini.
14
3.5 Mapping
Keterangan:
Johkasou Lubang Biopori Pengepulan
Sampah
3.6 Anggaran
Adapun rincian anggaran adalah sebagai berikut :
Johkasou
Johkasou CE 18
Rp5.500.000 3 Unit Rp16.500.000
(Sedang)
Bongkar-Pasang
Rp500.000 1 Paket Rp500.000
Pipa
Total Rp17.000.000
Tabel 3.4 Rincian anggaran implementasi johkasou
15
Pengepulan Sampah
Pisau
Rp5.000 3 Buah Rp15.000
Tongkat Sampah
Rp10.000 1 Buah Rp10.000
Karung Sampah
Rp5.000 30 Buah Rp150.000
Total Rp175.000
Tabel 3.5 Rincian anggaran implementasi biopori
Biopori
Bor Biopori
Rp 160.000 3 Buah Rp 480.000
Tutup Lubang
Rp 6.000 50 Buah Rp30.000
Biopori
Pipa PVC,
diameter 10 cm, Rp10.000 50 Buah Rp500.000
panjang 50cm
Total Rp1.010.000
Tabel 3.6 Rincian anggarpan implementasi biopori
16
3.8 Roadmap Implementasi
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Rancangan diatas adalah implementasi konsep masyarakat ramah
lingkungan dalam skala kecil yaitu pada lingkup RT. Inisiasi skala kecil
merupakan langkah yang dinilai efektif dalam menularkan gaya hidup ramah
lingkungan. Hal tersebut dikarenakan jika implementasi konsep masyarakat
ramah lingkungan diinisiasi pada skala lingkungan yang lebih luas akan banyak
faktor yang tidak mendukungnya. Faktor utama yang menyebabkan
masyarakat belum memiliki budaya ramah lingkungan adalah tidak adanya
pengetahuan akan pengelolaan lingkungan serta keterbatasan biaya untuk
menggunakan suatu teknologi.
4.2 Saran
1) Implementasi Bank Sampah secara mandiri sangat dianjurkan jika suatu
lingkungan pinggiran sungai mumpuni untuk mengadakannya. Bank
sampah dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pinggir hilir jauh
dibandingkan sekedar mengepul sampah.
2) Jika pemerintah atau suatu badan ingin mengimplementasi hal serupa,
dianjurkan untuk menggunakan Johkasou CSL II untuk menanggulangi
limbah domestik masyarakat pinggir Hilir Sungai Citarum mengingat jenis
johkasou tersebut dapat menghemat
3) Untuk menanggulangi banjir, implementasi biopori secara masif sangat
dituntut disamping itu warga atau pemerintah daerah dianjurkan untuk
memperbanyak sumur serapan. Usaha-usaha tersebut ditujukan karena
19
semakin banyak daerah resapan maka semakin banyak pula air yang akan
masuk ke tanah sehingga banjir yang datang dapat dihindari.
4) Seluruh perencanaan Pemprov Jabar seyogyanya dapat segera direalisasi
dakarenakan pada dasarnya solusi yang telah dituangkan pada proposal ini
merupakan solusi pelengkap atas permasalahan yang belum dapat diatasi
oleh upaya pemerintah
20
DAFTAR PUSTAKA
Tersedia: https://jatinangor.itb.ac.id/pengolahan-limbah-air-dengan-sistsem-johkassou/
Tersedia: https://www.jeces.or.jp/spread/pdf/11Daikiaxis5ws.pdf
Sarah Sanitya, Ria. Penentuan Lokasi dan Jumlah Lubang Resapan Biopori di Kawasan
DAS Cikapundung bagian tengah. [Online].
Tersedia : https://media.neliti.com/media/publications/124504-ID-penentuan-lokasi-
dan-jumlah-lubang-resap.pdf
Tersedia : https://www.jeces.or.jp/en/technology/operation-maintenance.html#02
Tersedia : https://www.jeces.or.jp/en/technology/index.html
21
LAMPIRAN
22
Tabel 7.1 Daftar harga sampah bekas per kilogram
23
Gambar 7.0.1 Dokumentasi bersama narasumber Ibu Ketua RT5 RW3 Desa Lengkong
Gambar 7.0.2 Dokumentasi bersama narasumber warga RT3 RW5 Desa Lengkong
24
Gambar 7.3 Kondisi Anak Sungai Citarum di Desa Lengkong
https://drive.google.com/file/d/1k3UyP1RpAZRmuxRlpX43xE4rDufwz8q5/view?usp=driv
esdk
https://drive.google.com/file/d/1lriT_3TQbw1roCLVkN--
tEOcCL2Y3KqB/view?usp=drivesdk
25