Anda di halaman 1dari 43

Kelompok:

Andiri Rahadian
Faradina Ilma
Nurma Kumaladewi
Shahnaz Acrydiena
Latar Belakang
Konsep Pembangunan Wilayah Berkelanjutan:
- Pilar pembangunan berkelanjutan
- Model Compact City sebagai salah satu solusi

Kriteria Muatan Rencana Tata Ruang dalam Kaitannya


dengan Pembangunan Wilayah Berkelanjutan

Analisis SWOT Kota Semarang

Rumusan Usulan Strategi Pembangunan berdasarkan


analisis SWOT
Evaluasi RTRW Kota Semarang ditinjau dari efektivitas
penyelesaian masalah perkotaan

Kesimpulan Hasil Evaluasi

Rekomendasi Perbaikan
• Sebagai kota dengan jumlah penduduk terbesar ke-8 di
Indonesia (BPS, 2010), Kota Semarang dihadapkan pada
berbagai permasalahan akibat tingginya arus urbanisasi
• Disisi lain, Undang-Undang mengamanatkan disusunnya
RTRW sebagai instrumen pengendalian pembangunan
• Perlu dilakukan evaluasi untuk melihat efektivitas RTRW Kota
Semarang dalam mengakomodir potensi dan mengatasi
permasalahan yang terjadi di Kota Semarang
• Kota Semarang terdiri atas 16 wilayah kecamatan dan 177 Kelurahan
• Topografi Kota terdiri dari derah pantai, dataran rendah, dan perbukitan
• Dilintasi oleh sungai-sungai besar ,dan pada musim hujan, Kota Semarang sebagai
daerah hilir, seringkali dilanda banjir akibat dari limpasan debit air dari sungai-
sungai besar yang melintas tersebut
• Luas wilayah Kota Semarang sebesar 373,70 Km2 dengan penggunaan lahannya
berupa lahan sawah seluas 39,56 Km2 (10,59%) dan 334,14 Km2 (89,41%) bukan
lahan sawah
• Sebaran penduduk kota belum merata. Kecamatan Semarang Tengah merupakan
wilayah terpadat, sedangkan Kecamatan Mijen merupakan wilayah dengan
kepadatan terendah
• Dari sisi ekonomi, terdapat 2 sektor yang cukup besar sumbangannya dalam PDRB
atas dasar harga berlaku, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
industri pengolahan
LATAR BELAKANG
• kemajuan dan kemakmuran suatu kota atau wilayah lebih
sering dilihat dari parameter ekonomi (PDRB, GDP)
• Pembangunan yang hanya berorientasi ekonomi akan
menimbulkan ketidak seimbangan dan cenderung
mengabaikan kelestarian alam
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai:
“ Pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
generasi saat ini tanpa mengurangi kesempatan generasi yang
akan datang untuk memenuhi kebutuhannya”
PEMBANGUNAN
KOTA
BERKELANJUTAN

SOSIAL LINGKUNGAN

EKONOMI ’

TATA KELOLA PEMERINTAHAN KOTA YANG


BAIK
Compact city:
• suatu pendekatan dalam perencanaan kota yang didasarkan
pada pengembangan secara intensif dalam kawasan
perkotaan eksisting atau pada kota-kota dengan kepadatan
yang relatif tinggi, dengan membatasi pertumbuhannya
(Cowan, 2004)
• argumen kunci dalam konsep compact city adalah adanya
sistem transportasi yang berorientasi pada angkutan umum,
pencegahan penggunaan kendaraan bermotor serta
pembatasan jumlah perjalanan komuter. (Marcotullio, P.J.
2001)
A. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang
tersebut, maka tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidak
direncanakan
B. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 14 menyatakan  KLHS wajib disusun
oleh pemerintah untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah
Dalam kerangka KLHS, diharapkan agar RTR yang disusun dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Apakah rancangan RTR berpotensi:
1. Mendorong timbulnya percepatan kerusakan sumber daya alam (hutan, tanah,
air atau pesisir) dan pencemaran lingkungan yang kini tengah berlangsung di
suatu wilayah atau DAS?
2. Meningkatkan intensitas bencana banjir, longsor, atau kekeringan di wilayah-
wilayah yang saat ini tengah mengalami krisis ekologi?
3. Menurunkan mutu air dan udara termasuk ketersediaan air bersih yang
dibutuhkan oleh suatu wilayah yang berpenduduk padat?
4. Meningkatnya jumlah penduduk golongan miskin sebagai akibat adanya
pembatasan baru atas akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam yang
semula dapat mereka akses?
5. Mengancam keberlanjutan penghidupan (livelihood sustainability) suatu
komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di masa mendatang?

(Sumber: KemenLH)
Muatan RTRW Kriteria
1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi  Mampu merangkum arah pembangunan berdasarkan potensi dan
karakteristik kota dengan menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan
2 Rencana Struktur Ruang
a. Rencana Pusat-pusat Pelayanan  Mendukung persebaran pusat-pusat pelayanan secara merata untuk
menghindari penumpukan aktivitas
b. Rencana sistem prasarana
1) Rencana sistem jaringan  Mengembangkan sistem jaringan jalan yang terpadu dalam rangka
transportasi kemudahan aksesibilitas disesuaikan dengan prediksi kebutuhan
volume jalan
 Mendorong pengembangan moda transportasi publik massal untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi

2) Rencana sistem prasarana lainnya

a) Sistem energi kelistrikan  Mampu menjangkau pusat-pusat permukiman secara merata

b) Sistem jar. telekomunikasi  Mampu menjangkau pusat-pusat permukiman secara merata

c) Sistem jar. SDA  Mengidentifikasi wilayah sungai termasuk waduk, situ, dan embung

 Adanya pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai


untuk melindungi fungsinya
 Mendorong sistem penyediaan air bersih berbasis PDAM sehingga
mengurangi penggunaan ABT
 Mengembangkan sistem pengendali banjir kota
Muatan RTRW Kriteria
d) Infrastruktur perkotaan
1 Air limbah  Terdapat sistem pengolahan air limbah baik limbah domestik maupun industri
2 persampahan  Jumlah TPA dan TPS sesuai kebutuhan dan memenuhi criteria penempatan
lokasi
 Jalur pengangkutan sampah mampu menjangkau pusat-pusat permukiman
secara merata
3 drainage  Terbangun secara terstruktur sesuai dengan standar kebutuhan drainage
untuk menghindari permasalahan banjir
4 pejalan kaki  Tersedia secara merata dalam kondisi baik serta terintegrasi dengan sistem
jaringan jalan
3 Rencana Pola Ruang
a. Rencana Kawasan Lindung
1) Hutan lindung  Dipertahankan keberadaannya
 Adanya pengendalian yang ketat terhadap pemanfaatan lahan sekitar hutan
lindung untuk menghindari perambahan hutan
2) Kaw. resapan air  Pengendalian yang ketat terhadap pemanfaatan ruang sekitar kawasan
3) Kaw. lindung setempat  Pengendalian yang ketat terhadap pemanfaatan ruang sekitar kawasan
(sempadan)
4) RTH kota  Adanya arahan untuk pemenuhan RTH perkotaan sebesar 30% dari luas kota
melalui:
- Pembangunan RTH baru
- Revitalisasi RTH yang terlantar
- Pemeliharaan dan peningkatan fungsi RTH yang sudah ada
5) Kawasan cagar budaya  Revitalisasi kawasan cagar budaya
6) Kawasan rawan bencana  Upaya pembebasan kawasan dari aktivitas dan pembangunan
alam
Muatan RTRW Kriteria
b Rencana Kawasan Budidaya
1) Kaw. perumahan  Perumahan kepadatan tinggi didorong di pusat kota dengan arahan pertumbuhan
hunian secara vertikal
 Perumahan kepadatan sedang dan rendah dilokasikan di daerah pinggiran kota
dengan menjaga agar pertumbuhannya tidak mengganggu luasan kawasan lindung
2) Kaw.  Didorong pertumbuhannya secara vertikal di pusat kota
Perdagangan dan  Persebaran kawasan pusat perbelanjaan skala besar perlu diperhatikan agar tidak
jasa menambah beban aktivitas pusat kota
3) Kaw. perkantoran  Didorong pertumbuhannya secara vertikal di pusat kota
4) Kaw. Industri  Dibatasi pertumbuhannya agar tidak mengganggu kawasan dengan fungsi lindung
dan tidak menambah beban lingkungan akibat limbah produksi
5) Kaw. Pariwisata  Didorong perkembangannya melalui infrastruktur yang memadai
 Disusun arahan pemanfaatan yang secara khusus mampu mengangkat potensinya
6) Kaw. Ruang  Ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis di pusat kota sebagai media sosialisasi
terbuka non hijau
7) Peruntukkan  Dialokasikan pertumbuhannya pada titik-titik tertentu dengan dilengkapi prasarana
ruang sektor yang memadai (perparkiran, air bersih, listrik, dll)
informal
8) Kaw. pertanian  Dipertahankan keberadaannya dan dilindungi dari tekanan alih fungsi lahan
Muatan RTRW Kriteria
4 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis
a. Kaw. Strategis  Dipertahankan di pusat kota
pertumbuhan  Didukung dengan infrastruktur sehingga berdaya optimal
ekonomi
b. Kaw. Strategis  Revitalisasi fungsi kawasan dan perlindungan terhadap aktivitas yang
bidang daya dukung mengganggu fungsi
lingkungan
c. Kaw. Strategis  Revitalisasi fungsi kawasan dan dukungan kegiatan yang mendukung
bidang sosial kepariwisataan
budaya
A. STRENGHT
1. Memiliki posisi geostrategis sebagai pusat wilayah nasional bagian
tengah dan berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa
2. Memiliki potensi pariwisata alam dengan kondisi topografi yang
terdiri dari Kota Bawah dan Kota Atas
3. Memiliki potensi pariwisata sosial budaya karena memiliki
bangunan-bangunan peninggalan sejarah dan keragaman etnis,
budaya dan agama masyarakat
4. Adanya sarana pendidikan tinggi berskala nasional-internasional
yaitu Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang
5. Masih adanya kawasan dengan fungsi lindung di terutama di Kota
Atas
6. Pesatnya laju pertumbuhan sektor perdagangan, jasa, dan
industri Kota Semarang
B. WEAKNESS
1. Rob dan Banjir di terutama di Kota Semarang bagian utara
 Dikarenakan adanya penurunan muka tanah (land subsidance)
 Pengambilan air tanah
 Reklamasi pantai
 Penambahan luasan kawasan terbangun
2. Kemacetan lalu lintas
 Kualitas transportasi publik yang kurang baik
 Beberapa titik kemacetan: Jatingaleh, Kaligawe, dan Simpang
Lima
3. Konversi Lahan yang tidak terkendali khususnya lahan pertanian
 terjadi konversi lahan pertanian seluas 60,63 ha selama kurun waktu 2000-
2009
 Pola konversi terjadi di daerah pinggiran seperti Kecamatan Gunungpati,
Tembalang, Gayamsari
 Keberadaan lahan pertanian harus dipertahankan terutama untuk daerah
yang berfungsi resapan
 Jika diabaikan akan berdampak buruk bagi kota bawah terutama masalah
banjir
4. Rusaknya Ekosistem Mangrove dan Abrasi di Kawasan Pesisir Kota Semarang
 Perakaran mangrove efektif untuk perangkap sedimen, memperlambat
kecepatan arus dan mencegah erosi pantai
 Tak adanya penahan gelombang (mangrove), makin membuat terkikisnya
pesisir di sepanjang pantai utara Jawa
 Kawasan pantai Semarang masih memiliki lahan ekosistem mangrove seluas
36,51 Ha yang 11 hektar diantaranya semakin rusak kondisinya
5. Kurangnya RTH di area perkotaan Kota Semarang
 Konversi ruang terbuka hijau (RTH) menjadi bangunan menyebabkan
degradasi kualiatas lingkungan Kota
 Berkurangnya daerah resapan air, penghasil O2, penetralisir karbon, ruang
aktivitas sosial, dan pengendali iklim mikro kota
 Saat ini luasan RTH Kota Semarang adalah sebesar 7,71%, angka ini masih jauh
dibawah target luasan RTH yang dimanatkan UUPR yaitu sebesar 30% dari luas
kawasan perkotaan

No Kawasan Luas (Ha)


1 Taman Kota 15.70
2 Lapangan Olah Raga 72,99
3 Kawasan Hutan Non Budidaya 1.083,00
4 Pemakaman 270.50
5 Pekarangan dll 1.438,94
Total 2.881,13
Luas Kota Semarang 37.360,94
Sumber: Bappeda
Prosentase Kota
RTH Kota Semarang 2012
Semarang 7,71%
6. Munculnya pusat-pusat permukiman baru yang tidak terkendali
 Faktor kepadatan penduduk dan meningkatnya harga lahan di
pusat kota menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk yang
tinggal di pinggiran Kota Semarang
 Munculnya lokasi-lokasi hunian baru di pinggiran Kota Semarang
mendorong terjadinya pertumbuhan spasial yang tidak terkendali
dan kecenderungan pemanfaatan lahan yang tidak efisien
7.Perkembangan aktivitas kawasan industri berpengaruh terhadap
fungsi lindung kawasan
 Peruntukan lahan bagi kawasan industri yang berlokasi di
pinggiran kota dikhawatirkan perkembangannya akan
berpengaruh terhadap luasan kawasan lindung
 keberadaan kawasan industri membawa dampak langsung yang
diterima oleh permukiman yaitu sprawling, kebisingan dan polusi
1. Adanya kebijakan pengembangan ekonomi melalui pengembangan
kawasan Joglosemar (Yogyakarta, Solo, Semarang)
 Poros Joglosemar dikembangkan menjadi segitiga emas lokomotif
pengembangan ekonomi mulai bisnis, jasa, pariwisata, industri, dan
pembangunan infrastruktur
 Upaya yang dilakukan melalui pembangunan infrastruktur dalam
bentuk pengembangan bandar udara bertaraf internasional serta
rencana pembangunan jalan tol Yogyakarta – Solo – Semarang
2. Adanya kerjasama investor terutama dalam bidang perdagangan dan
jasa serta pariwisata
 jumlah investor dan investasi selama 5 tahun telah mengalami
kenaikan yaitu dari 1.560 investor pada tahun 2005 menjadi 2.253
investor pada tahun 2009
 Kondisi ini perlu didukung perbaikan infrastruktur dasar yang
berpengaruh terhadap kegiatan investasi
1. Kedudukannya sebagai Ibukota Provinsi Jateng dapat menjadi ancaman
urbanisasi yang besar dari kota-kota di sekitarnya.
 Tingginya arus urbanisasi yang tidak diimbangi oleh perbaikan dan
penambahan sarana prasarana akan menyebabkanterjadi ketimpangan
supply dan demand sehingga berdampak pada kesemrawutan kota
2. Bagian utara Kota Semarang merupakan bagian kota yang berbatasan
langsung dengan Laut Jawa
 Letaknya yang di bagian pesisir merupakan ancaman tenggelamnya
bagian utara Kota Semarang
 terjadi penurunan muka tanah di wilayah pesisir Kota Semarang
sebesar 5,165 cm/tahun
A. Strategi S-O
 Meningkatkan kerjasama regional dengan kota-kota disekitarnya
melalui perbaikan infrastruktur baik di bidang ekonomi, transportasi,
pariwisata, dll
 Memberikan kemudahan dalam berinvestasi dengan cara
pengalokasian ruang untuk kegiatan perdagangan dan jasa serta
penyediaan infrastruktur yang mendukung.
 Pengaturan ruang-ruang kawasan budidaya secara optimal tanpa
mengganggu luasan kawasan lindung.

B. Strategi S-T
 Pemanfaatan potensi ruang terbuka hijau di Kota Atas sebagai area
resapan air.
 Melakukan pengaturan kepadatan penduduk untuk menghindari
kekurangan pemenuhan prasarana dan sarana.
 Membentuk sub-sub pusat guna mendukung fungsi pusat kota
diantaranya untuk mencegah pertambahan kepadatan penduduk di
pusat kota dan membatasi penggunaan sumberdaya di pusat kota.
C. Strategi W-O
 Memperbaiki infrastruktur transportasi untuk mengurangi kemacetan dan menunjang
pengembangan kawasan Joglosemar
 Kebijakan penataan prasarana sarana serta kepadatan bangunan di kota.
 Perbaikan daerah pesisir untuk pengembangan wisata pesisir.
 Kebijakan penataan daerah pinggiran
 Perkembangan aktivitas kawasan industri berpengaruh terhadap fungsi lindung kawasan.

D. Strategi W-T
 Pembatasan penggunaan ABT untuk kegiatan perkotaan terutama di bagian utara Kota
Semarang
 Memperbaiki sistem transportasi massal guna mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi.
 Pembuatan Peraturan tentang pengendalian konversi lahan pertanian subur di pinggiran
Kota Semarang.
 Menjaga dan melestarikan mangrove di daerah pesisir
 Pembuatan Taman sebagai RTH khususnya di kawasan perkotaan
 Penyediaan Prasarana dan sarana dasar yang memadai sesuai kebutuhan dan jumlah
penduduk Kota Semarang
A. Permasalahan kemacetan Kota Semarang
1. Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
 Pada kebijakan pengembangan pola ruang, terlihat adanya
arahan untuk mengoptimalkan pengembangan kawasan di
pusat kota melalui perwujudan pemanfaatan ruang yang efisien
dan kompak
 Pemusatan aktivitas di pusat kota akan menambah beban lalu
lintas jalan, hal ini harus ditangani strategi transportasi yang
tepat
 Salah satu kebijakan pengembangan struktur ruang berbunyi
“Peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar pusat
kegiatan”
2. Ditinjau dari rencana struktur ruang
a. Pusat-pusat pelayanan

• Kemacetan di Kota
Semarang terpusat di
BWK I, II, dan III
• Munculnya pusat-
pusat permukiman
baru di daerah
pinggiran kota
Semarang dapat dilihat
sebagai potensi
kemacetan
• Pergerakan kendaraan
akan menambah
beban jalan-jalan
penghubung
b. Rencana sistem jaringan jalan
KONSEP MODEL STRUKTUR
JARINGAN
a. RADIAL
Ke JAKARTA Ke SURABAYA
- Inner Ring Road
- Midle Ring Road
- Outer Ring Road
b. KONSENTRIK
- Internal Radial
- Regional Radial

Ke SOLO

Konsep Pola Jalan Kota Semarang (Radial Konsentrik)


c. Rencana Sistem Angkutan Umum
 Dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan, sistem angkutan
umum kota memegang peranan yang penting
 Jumlah kendaraan pribadi yang terus meningkatmenyebabkan pada titik
tertentu luas jaringan jalan tidak akan mampu melayani kebutuhan
pergerakan
 Kondisi angkutan umum yang tidak nyaman serta trayek angkutan yang
belum menjangkau seluruh bagian wilayah Kota Semarang menyebabkan
penggunaan angkutan umum belum menjadi prioritas warga kota.
 Rencana angkutan umum yang dijabarkan pada rencana struktur masih
bersifat umum
 terlihat bahwa pemerintah daerah belum memiliki konsep yang jelas
dalam pengambangan sistem transportasi berbasis angkutan umum
massal
1. Ditinjau dari rencana struktur ruang
Adanya rencana pengembangan infrastruktur:
a. pengembangan kolam tampung air di Kecamatan
Semarang Utara;
b. pengembangan tanggul pantai di Kecamatan Tugu,
Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Utara
dan Kecamatan Genuk;
c. normalisasi aliran sungai di seluruh wilayah Kota
Semarang;
d. peningkatan kualitas jaringan drainase di seluruh wilayah
Kota Semarang
Peta Guna Lahan Eksisting Semarang Utara Rencana Pola Ruang Semarang Utara

Pelabuhan, Bandara & Stasiun


Pelabuhan
Kaw. Mix-use
Tambak
Permukiman Kaw. Wisata

Stasiun Kaw. Perdagangan & Jasa


Industri
Industri
Ditinjau dari Rencana Pola Ruang
Peta guna lahan eksisting di Kec. Mijen, Kec. Peta Rencana Pola Ruang di Kec. Mijen, Kec.
Gunung Pati, dan Kec. Ngaliyan Gunung Pati, dan Kec. Ngaliyan

Pertanian Tanaman Pangan


RTH/lahan tidak terbangun
Pertanian Holtikultura
Permukiman
Permukiman
1. Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi penataan
ruang
 Sudah termuat beberapa arahan pengelolaan kawasan
pantai, diantaranya:
a. Melakukan penghijauan kawasan pantai; dan
b. Mengelola dan mengembangkan reklamasi pantai yang
mendukung kelestarian lingkungan dan keberlanjutan
penghidupan masyarakat.
 Strategi diatas masih bersifat umum dan belum ada
strategi untuk memperbaiki ekosistem mangrove yang
sudah rusak
2. Ditinjau dari Rencana Pola Ruang
 Lokasi kawasan pantai berhutan bakau ditetapkan di kecamatan
Tugu dan Genuk
 Kebijakan mempertahankan kawasan pesisir terdapat pada
rencana kawasan lindung yaitu sempadan pantai
 Rencana sempadan pantai meliputi:
- perlindungan dan penguatan garis pantai
- penghijauan sempadan pantai
- pengaturan pemanfaatan sempadan pantai hasil reklamasi
 dalam RTR juga disebutkan rencana untuk melakukan penanaman
tanaman keras, tanaman perdu, dan pemasangan batu beton
untuk melindungi pantai dari abrasi
3. Dintinjau dari arahan pengendalian pemanfaatan ruang
 belum dijabarkan instrument pengendalian yang secara khusus
mengatur pemanfaatan ruang pada kawasan pantai/pesisir
1.Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
 Adanya itikad pemerintah untuk menambah luasan RTH melalui
kebijakan pengelolaan kawasan lindunga yang berbunyi
“peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang
proporsional di seluruh wilayah kota”
 Kebijakan tersebut dijabarkan pada strategi yang berbunyi:
1) Mempertahankan fungsi dan menata ruang terbuka hijau
yang ada;
2) Mengembalikan ruang terbuka hijau yang telah beralih
fungsi;
3) Meningkatkan ketersediaan ruang terbuka hijau di kawasan
pusat kota; dan
4) Mengembangkan kegiatan agroforestry di kawasan pertanian
lahan kering yang dimiliki masyarakat
2. Ditinjau dari rencana pola ruang

Rencana Pengembangan
RTH Kota Semarang
RTH
Koridor hijau
RTH Kaw. Rawan
gerakan tanah dan
longsor

RTH Ekowisata
Hutan Produksi

Peta Rencana
RTH Kota
Semarang (2011-
2031)
Permasalahan minimnya luasan RTH……..(lanjutan)

3. Ditinjau dari arahan pemanfaatan ruang (indikasi program)


No Program Utama Lokasi Waktu Pelaksanaan Sumber Biaya Instansi
PJM I PJM II PJM III PJM IV dana Pelaksana
2016-2020 2021-2025 2026-2031

1 Penghijauan Seluruh APBD 3.000 BLH, Din.


sempadan pantai wilayah Pertanian,
pantai DKP
2 Penghijauan Seluruh APBD 3.000 BLH, Din.
sempadan sungai wilayah kota Pertanian,
DKP
3 Penghijauan Seluruh APBD 3.000 BLH, Din.
sempada waduk wilayah kota Pertanian,
dan embung DKP
4 Pengembangan Seluruh APBD 30.000 Dintarsih,
RTH wilayah kota Din.
Pertanian

 Arahan pemenuhan RTH masih bersifat umum


 Diperlukan rencana aksi penambahan luasan RTH yang lebih operasional yang
menggambarkan program-program prioritas pembangunan RTH, lokasi, penambahan
luasan, tahapan-tahapan pembangunan, dll agar target pemenuhan luasan RTH 30%
betul-betul dapat tercapai.
1. Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi
 Strategi yang ditetapkan untuk mencegah dan mengatasi
tumbuhnya pusat-pusat permukiman baru adalah
pengembangan ruang kota yang kompak dan efisien
 Strategi ini sesuai dengan konsep pembangunan
berkelanjutan yang salah satunya menerapkan compact
city
 Baru berupa arahan untuk memusatkan kepadatan di
pusat kota belum berisi arahan untuk permukiman baru
yang bermunculan di pinggir kota
Ditinjau dari rencana pola ruang Peta Rencana Zonasi kawasan
perumahan

Perumahan kepadatan tinggi


A (BWK I, II, III, V)

B B B
Perumahan kepadatan
sedang (BWK IV, VI, VII, dan

A X khusus kec. Tugu

Perumahan kepadatan
C rendah (BWK VIII, IX, dan X
khusus kecamatan Ngaliyan)

• Zonasi perumahan cukup tepat dan


C B sesuai dengan kondisi lapangan
• Belum mengakomodir pusat-pusat
pertumbuhan baru seperti UNDIP di
Tembalang dan kawasan industri di
Ngaliyan yang berpotensi menjadi
kawasan berkepadatan tinggi
• Harus disusun RDTR untuk kawasan
tersebut untuk mengendalikan
sprawl
1. Ditinjau dari tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
 Terdapat kebijakan pengembangan kawasan budidaya yang berbunyi
“pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan”
 Sedangkan pada kebijakan tersebut terdapat strategi yang berbunyi
“membatasi pengembangan kawasan industri”

2. Ditinjau dari rencana pola ruang


Terdapat 3 (tiga) klasifikasi kawasan industri di Kota Semarang, yaitu:
a. Kawasan berikat yang berlokasi di Kecamatan Semarang Utara dan
Kecamatan Tugu
b. Kawasan industri dan pergudangan yang terletak di Kec. Genuk, Kec.
Candisari, Kec. Mijen, Kec. Pedurungan, dan Kec. Semarang Timur
c. Kawasan industri kecil dan rumah tangga yang terdapat di Kec.
Genuk dan Kec. Semarang Timur
Peta guna lahan eksisting Kota Peta Rencana Pola Ruang Kota
Semarang Semarang(2011-2013)

Kaw. industri
Kaw. industri
Kaw. transportasi
Tambak
Kaw. wisata
1. Kebijakan pembangunan yang ditetapkan melalui
dokumen perencanaan tersebut belum menerapkan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan secara
holistik, terstruktur, dan spesifik
2. Beberapa strategi penyelesaian permasalahan yang
dimuat masih bersifat umum dan belum menjabarkan
langkah-langkah penyelesaian masalah yang aplikatif
3. beberapa rencana penempatan dan pengembangan
kawasan-kawasan budidaya dalam rencana pola ruang
dikhawatirkan akan mengganggu fungsi lindung yang
pada akhirnya akan menurunkan kualitas lingkungan
kehidupan di Kota Semarang secara keseluruhan
1. Perlu dikembangkan sistem jaringan angkutan publik massal yang
terintegrasi dan mampu menjangkau seluruh bagian wilayah kota
untuk mengantisipasi tren penggunaan kendaraan pribadi yang
cenderung meningkat di masa yang akan datang yang berpotensi
menimbulkan kemacetan dan menurunkan produktivitas kota.
2. Perlu dilakukan pembatasan aktivitas di Semarang Utara yang
berpotensi meningkatkan penggunaan Air Bawah Tanah (ABT) yang
berdampak pada penurunan muka air tanah dan peningkatan resiko
banjir rob, selain itu perlu didorong penyelesaian masalah banjir
melalui pembangunan proyek-proyek pengendali banjir.
3. Perlu dilakukan pengendalian perizinan pembangunan yang ketat
terutama pada kawasan-kawasan pinggiran Kota Semarang yang
berfungsi sebagai daerah resapan air agar tidak beralih fungsi
menjadi kawasan-kawasan terbangun.
4. Perlu disusun rencana aksi yang lebih rinci sebagai upaya
memperbaiki dan menyelamatkan ekosistem di wilayah pesisir
(mangrove dan pantai).
5. Perlu disusun rencana aksi yang lebih rinci dalam upaya penambahan luasan
RTH Kota Semarang yang antara lain dapat dilakukan melalui:
• Penambahan luasan RTH baru (pembebasan lahan untuk pembuatan
taman kota)
• Revitalisasi RTH lama (pembebasan kawasan sempadan sungai, sempadan
rel kereta, sempadan SUTET, dll untuk dikembalikan fungsinya sebagai RTH)
• Pemeliharaan dan peningkatan fungsi RTH lama (taman-taman kota yang
selama ini pasif)
• Peningkatan kerjasama dengan sektor swasta dalam rangka penghijauan
6. Perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang pada kawasan-kawasan
pertumbuhan baru untuk mengendalikan dan menata pertumbuhan.
7. Perlu dilakukan pembatasan aktivitas kawasan Industri di dalam Kota
Semarang karena keberadaannya mengancam fungsi lindung dan kelestarian
lingkungan. Karena itu disarankan untuk mengalihkan kawasan industri pada
daerah-daerah di luar batas administrasi Kota Semarang.

Anda mungkin juga menyukai