Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

RISET KOMPETITIF MAHASISWA


IDENTIFIKASI KENYAMANAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
BERDASARKAN PARTICIPATORY MAPPING DI RW 1, KELURAHAN
SAMAAN, KECAMATAN KLOJEN, KOTA MALANG

OLEH :

FAEYZA DANA AQILAH/200606110043


NURLINA YULIANDARI SHOLIKHAH/200606110023
SURYA DEWANTO/200606110002

DOSEN PEMBIMBING
(Tarranita Kusumadewi,M.T)
NIP: 19790913 200604 2 001

PRODI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2023
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL RISET KOMPETITIF MAHASISWA

Judul : Identifikasi Kenyamanan Lingkungan


Permukiman Berdasarkan Participatory Mapping
Di RW 1, Kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen,
Kota Malang
Nama Ketua Peneliti : Faeyza Dana Aqilah NIM 200606110043
Nama Anggota Peneliti : 1. Nurlina Yuliandari S. NIM 200606110023
2. Surya Dewanto NIM 200606110002
3. Faeyza Dana Aqilah NIM 200606110043

Prodi : Teknik Arsitektur


Lama Kegiatan : Maret 2023 – September 2023
Biaya : Rp. 3000.000,-
Lembar Pernyataan Orisinalitas Riset
Dengan ini
Nama Ketua Peneliti : Faeyza Dana Aqilah NIM 200606110043
Prodi : Teknik Arsitektur
Angkatan tahun/Semester : 2020/6

Menyatakan bahwa Riset yang berjudul :


Identifikasi Kenyamanan Lingkungan Permukiman Berdasarkan Participatory
Mapping Di RW 1, Kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Merupakan karya riset yang dapat di pertanggung jawabkan orisinalitasnya.
Apabila di kemudian hari di temukan kecurangan maka saya bersedia riset ini di
batalkan, mengembalikan dana bantuan penghargaan riset dan menerima sanksi
yang telah di tetapkan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Malang merupakan kota terbesar kedua setelah Kota Surabaya dengan
aktivitas kota sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di Provinsi Jawa
Timur[1]. Penduduk Kota Malang tahun 2010 yaitu 882.201 orang menjadi
843.810 orang pada tahun 2020[2]. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota
Malang antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2020 meningkat sebesar 0,27
persen per tahun. Hal ini menunjukkan Kota Malang memiliki populasi dan
tingkat kepadatan yang terus bertambah. Pertambahan penduduk ini juga
disebabkan karena adanya pergeseran populasi dari Kabupaten (Malang, Blitar,
Kediri, Kota Batu, dll) menuju ke perkotaan untuk mendapat kualitas hidup yang
lebih baik. Sehingga jumlah urbanisasi di Kota Malang semakin meningkat. Salah
satu dampak dari urbanisasi adalah peralihan fungsi tata guna lahan dari lahan
tidak terbangun menjadi lahan terbangun. Pada tahun 2015, lahan sawah di Kota
Malang memiliki luas sekitar 1170 ha dan lahan pertanian bukan sawah memiliki
luas 2082 ha dari 11.006 ha luas total Kota Malang. Hingga pada tahun 2020,
lahan sawah mengalami penyusutan keluasan menjadi 995 ha. Begitu pula dengan
lahan pertanian bukan sawah yang keluasannya berkurang hingga menjadi 1747
ha[3].

Seiring bertambahnya kepadatan penduduk, kebutuhan akan energi dan polusi


yang dihasilkan dari permukiman semakin meningkat. Meningkatnya polusi ini
memicu peningkatan suhu bumi dan perubahan iklim yang tidak menentu.
Dampak perubahan iklim ini dapat dirasakan di hampir seluruh wilayah Kota
Malang, terutama yang memiliki tingkat kependudukan yang tinggi. Salah satunya
adalah wilayah RW 1, Kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Berdasarkan data kependudukan, Kelurahan Samaan memiliki jumlah penduduk
10,361 dengan luas wilayah 3.11 km²[4]. Kondisi yang padat penduduk
disertai dengan terbatasnya lahan yang ada mengakibatkan lingkungan di sekitar
Kelurahan Samaan menjadi suatu wilayah yang sempit. Selain itu, daerah ini juga
memiliki tingkat kenyamanan lingkungan yang rendah seperti kondisi suhu
lingkungan yang panas, kelembaban udara yang tinggi, serta adanya bau yang
tidak sedap. Tentunya hal ini berpengaruh pada kualitas kehidupan masyarakat di
RW 1, Kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen, Kota Malang.

Berdasarkan permasalahan di atas, salah satu solusi yang bisa menyelesaikan


permasalahan kenyamanan lingkungan permukiman adalah membuat program
seperti penambahan ruang terbuka hijau maupun memaksimalkan potensi angin di
lingkungan permukiman tersebut. Program ini dapat memberikan berbagai
manfaat dari mengurangi efek Urban Heat Island (UHI), mengurangi emisi
karbon dioksida, hingga memperbaiki kelembaban untuk lingkungan
permukiman[5]. Pemerintah Kota Malang pun sudah melakukan berbagai upaya
program seperti perencanaan penghijauan di beberapa wilayah yang dirasa kurang
akan lahan hijau. Namun rencana-rencana tersebut belum semua dapat terealisasi
dengan baik. Hal ini terjadi akibat kurangnya peran aktif dari masyarakat dan
ketidaksesuaian antara perencanaan program dan implementasinya di masyarakat.
Untuk itu, diperlukan identifikasi keterlibatan masyarakat dengan cara melakukan
participatory mapping terhadap kondisi kenyamanan lingkungan permukiman.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana identifikasi kenyamanan lingkungan permukiman masyarakat


RW 1, Kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen, Kota Malang berdasarkan
participatory mapping?

2. Bagaimana preferensi masyarakat RW 1, Kelurahan Samaan, Kecamatan


Klojen, Kota Malang terhadap kenyamanan lingkungan permukiman
berdasarkan hasil identifikasi tersebut?
1.3 Tujuan

Tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu :

1. Untuk mengidentifikasi kenyamanan lingkungan permukiman masyarakat


di RW 1, Kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
2. Untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap kenyamanan
lingkungan permukiman di RW 1, Kelurahan Samaan, Kecamatan
Klojen, Kota Malang.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini terbagi menjadi batasan lingkup


wilayah dan objek penelitian. Lebih lanjut dijbarkan sebagai berikut :

1. Lingkup Wilayah
Penelitian ini mengambil wilayah di kawasan permukiman padat RW 01
Kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen, Kota Malang.

Peta Kelurahan Samaan


Sumber : http://samaanvillage.blogspot.com/2015/02/lokasi-samaan.html
Peta RW 1 Kelurahan Samaan
Sumber : https://www.openstreetmap.org/#map=17/-7.97069/112.63078 (Modifikasi penulis)

2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah lingkungan permukiman dan masyarakat di RW
01, Kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen, Kota Malang.

1.5 Manfaat

Dari hasil identifikasi kenyamanan lingkungan RW 1, Kelurahan Samaan,


Kecamatan Klojen, Kota Malang ini, dapat diketahui tingkat kenyamanan
lingkungan permukiman berdasarkan keterlibatan masyarakat melalui
participatory mapping. Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah
rekomendasi berdasarkan preferensi masyarakat terhadap program peningkatan
kualitas lingkungan permukiman.

1.6 Integrasi

1. Kenyamanan lingkungan Permukiman

Dengan meningkatkan kenyamanan lingkungan RW 1, Kelurahan Samaan,


Kecamatan Klojen, Kota Malang. Masyarakat dapat melakukan aktivitas
apapun dengan tentram dan kualitas hidup masyarakat di lingkungan tersebut
semakin meningkat.
2. Keislaman

Dengan mengintegrasikan keislaman dalam menerapkan kenyamanan di


lingkungan, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar dan bertanggung jawab
dalam menjaga lingkungan sekitar. Selain itu, hal ini juga dapat
meningkatkan keimanan dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan,
baik dalam hal ibadah maupun dalam kepedulian kepada masyarakat.

Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam surat An Nisa ayat 36


disebutkan bahwa Allah memerintahkan untuk berhubungan baik dengan
manusia “Hablum minannas”. Dengan cara menghargai dan menjaga hak hak
masyarakat ini akan menjaga kelestarian dan meningkatkan kenyamanan
pada masyarakat.

Begitu pula, hubungan manusia dengan alam, “Hablum minal ‘alam”, juga
harus dijaga dengan baik. Yang sebagaimana tercantum dalam surat Ar-Rum
ayat 41, Allah SWT bahkan secara tegas mengancam manusia yang berbuat
kerusakan di muka bumi. Sebagai manusia yang sudah diberi rasa dan jiwa
tanggung jawab oleh Tuhan, sudah sepatutnya menjaga serta merawat alam
yang telah dikaruniakan sebaik mungkin.
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Pengertian Permukiman


Definisi permukiman menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1992, tentang
Perumahan dan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung, baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
a. Lingkungan Permukiman yang Ideal
Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam ber-
bagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan
sarana lingkungan yang terstruktur. Suatu pemukiman ideal menyangkut
kehidupan manusia termasuk kebutuhan mereka dalam berbagai aspek.
Dengan begitu dapat dirumuskan secara sederhana mengenai ketentuan
permukiman yang baik dan ideal harus memenuhi syarat seperti lokasi yang
sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik,
memiliki akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pendidikan, kesehatan dan
lain-lain, memiliki fasilitas drainase yang dapat mengalirkan air hujan dan tidak
menimbulkan genangan, memiliki fasilitas penyediaan air bersih yang dapat
disalurkan ke seluruh rumah warga, memiliki fasilitas air kotor/tinja dengan
sistem individual seperti tangki septik, harus memiliki pelayanan berupa fasilitas
pembuangan sampah secara teratur agar warga nyaman, tersedianya fasilitas
umum seperti taman bermain bagi anak-anak atau lapangan atau taman, tempat
beribadah dan terakhir permukiman memiliki pelayanan jaringan listrik dan
telepon[6].
b. Lingkungan Permukiman Padat yang Ideal
Penduduk perkotaan adalah mereka yang bertempat tinggal dan bekerja di
wilayah perkotaan. Pada umumnya mereka tinggal di kawasan perumahan yang
kepadatan penduduknya tergolong tinggi dan cenderung terus bertambah. Faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi penduduk dengan
lingkungan sekitarnya pada kawasan perumahan padat adalah [7]:
 Wilayah teritorial keluarga, dalam hal ini adalah luas kavling rumah
dan luas bangunan rumah.
 Keberadaan fungsi-fungsi ruang yang ada dalam setiap bangunan
rumah dan dapat mengakomodasi kebutuhan dasar ruang.
 Fasilitas umum, berupa ruang terbuka tempat bermain, tempat kumpul
warga, atau ruang serba guna yang intinya berfungsi untuk berinteraksi
dengan anggota atau warga lain sekitarnya.
 Halaman rumah dan lebar jalan yang berada di depan rumahnya
sebagai pengganti ruang terbuka dan dapat berfungsi sebagai tempat
berinteraksi.
Pertimbangan penanganan kawasan perumahan padat tidak cukup hanya
dengan mengendalikan tingkat kepadatan penduduk saja, tetapi sangat penting
diusahakan agar ketersediaan fasilitas umum berupa tempat bermain atau tempat
kumpul warga memiliki peran strategis dalam kehidupan penduduk perkotaan,
terutama pada kawasan perumahan yang kepadatannya terus meningkat karena
minimnya fasilitas umum berpengaruh terhadap kehidupan sosial penduduk.
Adanya prasarana dan sarana perumahan yang menjadi prioritas utama
Pemerintah Kota karena dengan demikian dapat mencegah dan mengendalikan
kondisi perumahan bagi penduduk perkotaan.

2.2. Pengertian Kenyamanan Lingkungan Permukiman


Secara harfiah pengertian kenyamanan dapat kita lihat dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan yang nyaman. Untuk memenuhi suatu
keadaan yang nyaman maka harus mampu memenuhi minimal kebutuhan dasar
dari manusia itu sendiri. Seperti kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal
harus mampu memberikan rasa nyaman[8].
Kenyamanan lingkungan adalah suatu lingkungan, kondisi dan pengaruh dari
luar kepada manusia seperti temperatur, warna, suhu, pencahayaan, dan suara.
Permasalahan mengenai kenyamanan lingkungan merupakan salah satu yang
menjadi faktor pertimbangan dalam perkembangan kenyamanan lingkungan
permukiman. Hubungan antara manusia dan lingkungan memiliki makna, simbol
dan norma-norma yang harus kita pahami maknanya. Sehingga setiap ruang yang
ada pada permukiman akan memiliki arti yang luas tergantung dari tingkat
apresiasi dan kognisi individu yang menggunakannya[9].

2.3 Pengertian kenyamanan thermal


Kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang mampu
memberikan sensasi menyenangkan bagi pengguna bangunan tersebut. Manusia
dinyatakan nyaman secara termal ketika ia tidak dapat menyatakan apakah ia
menghendaki perubahan kondisi termal yang lebih panas atau lebih dingin dalam
ruangan tersebut. Olgyay (1963) merumuskan suatu ‘daerah nyaman’ sebagai
suatu kondisi di mana manusia berhasil meminimalkan pengeluaran energi dari
dalam tubuhnya dalam rangka menyesuaikan (mengadaptasi) terhadap lingkungan
termal di sekitarnya.
Standard ASHRAE 55-56, 1992 mendefinisikan kenyamanan thermal sebagai
perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap
lingkungan termalnya. Dalam standard ini juga disyaratkan bahwa suatu kondisi
dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90% responden yang diukur
menyatakan nyaman secara termal. Sementara Standar Internasional Kenyamanan
Termal, ISO - 7730 juga mensyaratkan kondisi yang sama, yakni tidak lebih dari
10% responden yang diukur diperkenankan berada dalam kondisi tidak
nyaman[10].
Secara teori ada enam faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan
manusia, yakni 4 faktor iklim: suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara,
kecepatan angin, serta 2 faktor individual (personal): jenis aktivitas (terkait
dengan laju metabolisme tubuh) dan jenis pakaian yang dikenakan (terkait dengan
tahanan panas pakaian). Meskipun demikian, teori Adaptasi (Humphreys, 1992)
menyatakan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan, yakni
‘adaptasi’, terkait dengan proses penyesuaian tubuh manusia terhadap kondisi
termal lingkungan di sekitarnya.

2.4 Syarat pemukiman sehat


Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik,
kimia, dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan,
sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah ketentuan
teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya
atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi
persyaratan lingkungan perumahan dan permukiman serta persyaratan rumah itu
sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat
besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
(Sanropie, 1992)[11].
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/1999
meliputi parameter sebagai berikut: Letak lokasi tidak pada daerah rawan
bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang
tsunami, daerah gempa, dan sebagainya. Tidak terletak pada daerah bekas tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang, dan tidak terletak pada
daerah rawan kecelakaan serta daerah kebakaran seperti alur pendaratan
penerbangan. Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan seperti gas
H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi, debu dengan diameter kurang dari
10 g maksimum 150 g/m3, gas SO2 maksimum 0,10 ppm, debu maksimum 350
mm3 /m2 per hari[12].
Selain itu, kualitas tanah di daerah perumahan dan permukiman harus
memenuhi kriteria seperti Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg, Arsenik (As)
total maksimum 100 mg/kg, Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg, dan
Benzopyrene maksimum 1 mg/kg. Dalam menanggapi kebisingan dan getaran,
kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A dengan tingkat getaran
maksimum 10 mm/detik.
Sarana Prasarana lingkungan harus memiliki taman bermain untuk anak,
sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan. Memiliki
sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit seperti
jentik nyamuk. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi
jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan
pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman,
lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata. Tersedia cukup air bersih
sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan,
komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain
sebagainya. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
serta tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan. Pepohonan untuk
penghijauan lingkungan pemukiman juga sangat penting, berfungsi untuk
kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

2.5 Syarat rumah sehat


Adapun persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut : tidak terbuat dari bahan yang
dapat membahayakan kesehatan seperti debu total kurang dari 150 mg/m 2,
asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300
mg/kg bahan dan tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen. Untuk kriteria komponen dan penataan
ruangan dalam kesehatan rumah tinggal lantai harus kedap air dan mudah
dibersihkan, dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci
kedap air dan mudah dibersihkan, langit-langit rumah mudah dibersihkan dan
tidak rawan kecelakaan, bubungan rumah 10 m dan ada penangkal petir, ruang
ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya serta dapur harus memiliki sarana
pembuangan asap[12].
Dalam pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung
dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux
dan tidak menyilaukan mata. Kualitas udara dengan suhu udara nyaman antara 18
– 30 oC, kelembaban udara 40 – 70 %, gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam,
pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni, gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam,
gas formaldehid kurang dari 120 mg/m 3, luas lubang ventilasi alamiah yang
permanen minimal 10% luas lantai.
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/
orang/hari serta kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907
tahun 2002. Dalam pembuangan limbah cair ataupun padat yang berasal dari
rumah tangga harus dikelola dengan baik agar tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.

2.6 Teori Participatory Mapping

Pemetaan participatory mapping bersifat revolusioner merupakan proses


pemetaan yang didorong oleh penduduk setempat yang mempunyai peta tersebut.
Selaku proses perencanaan, pemetaan partisipatif sangat kontras dengan
konsultasi, yang kerap dirancang oleh orang luar guna memenuhi agenda. Pada
dasarnya Pemetaan partisipatif ialah respon atas meningkatnya pemahaman akan
pentingnya pengetahuan lokal dalam memahami alam dan lingkungan[13].
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan studi


literatur dan data (primer dan sekunder), yang menggunakan metode participatory
mapping untuk mengidentifikasi kenyamanan lingkungan permukiman di RW 1
Kelurahan Samaan Kota Malang. Pemetaan partisipatif yang muncul dari
kebutuhan akan metode pengumpulan data spasial dengan lebih inklusif yang
bertujuan mendemokratisasikan proses pengambilan keputusan. Yaitu mencakup
berbagai metode termasuk pemetaan mental, pemetaan sketsa, dan sistem
informasi geografis partisipatif [14]. Adapun analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif berdasarkan hasil identifikasi pemetaan
partisipasi tersebut.

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian secara administratif dilakukan di lingkungan


permukiman RW 1 Kelurahan Samaan, Kecamatan Klojen Kota Malang.
Lingkungan ini merupakan salah satu permukiman padat yang terletak di pusat
Kota Malang dengan kualitas lingkungan yang kurang baik.

3.2. Pengumpulan dan Sumber Data

Sumber data penelitian terbagi menjadi 2 yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer mencakup :

1. Participatory mapping dilakukan dengan 2 hal yaitu mental map (sketsa


metal) dan persepsi mapping (dengan penyebaran kuesioner); digunakan
untuk mendapatkan data dan informasi kenyamanan lingkungan dari
masyarakat yang tinggal di daerah kelurahan Samaan, Kota Malang.
2. Observasi untuk melihat melihat situasi daerah penelitian. Informasi yang
diperoleh berupa hasil observasi seperti tempat, pelaku, kegiatan atau
peristiwa, dan waktu.
3. Dokumentasi dan koleksi foto, yang digunakan untuk melengkapi data
participatory mapping.

Sementara data sekunder dilakukan dengan studi literatur berupa


pengkajian literatur objek dan pendekatan dari penelitian-penelitian sebelumnya,
jurnal, artikel, dll. Hasil yang didapatkan nanti akan dipertimbangkan sebagai
variabel yang akan dianalisis.

3.3. Pengambilan Sampel Data

Pengambilan sampel data dilakukan dengan metode acak (random)


terstratifikasi kepada masyarakat di lingkungan permukiman RW 1 Kelurahan
Samaan, Kecamatan Klojen Kota Malang. Dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Memastikan daerah sasaran dengan pemetaan luas wilayah.
2. Mendekati serta menjalankan komunikasi dengan masyarakat setempat.
3. Melaksanakan pendataan mengenai keberadaan letak kegiatan dan potensi
yang dimilikinya. Ada pula metode pengambilan informasi yang digunakan
adalah dengan membuat pemetaan di atas kertas ( memakai perlengkapan
tulis) dan penyebaran kuesioner.

Gambar 3.1. Contoh pemetaan

3.4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif yaitu


mendeskripsikan data hasil identifikasi secara transparan dan mendalam.
3.5. Rencana Penelitian

Bulan
N Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Proposal
2 Penelitian
3 Seminar
Hasil
4 Laporan
Akhir
5 Membuat
Paper dan
Mengikuti
ICGT
Kegiatan penilitian dilaksanakan dari Bulan Maret hingga Bulan
September, dimulai dari persiapan proposal, penelitian hingga pembuatan
paper dan mengikuti ICGT. Untuk rincian rencana penelitian dijabarkan
dalam tabel berikut:

3.6. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Demi kelancaran pelaksanaan penelitian, dibutuhkan sejumlah modal


untuk menunjang penelitian. Untuk rincian rencana anggaran yang dibutuhkan
dijabarkan dalam tabel berikut:

No Uraian Jumlah
.
1 Penyusunan Proposal Rp. 500.000
2 Kegiatan Riset Rp. 2.000.000
3 Pelaporan Hasil Rp. 500.000
Total Rp. 3.000.000
DAFTAR PUSTAKA

[1] V. N. H. Yunus, Identifikasi Urban Compactness Di Kota Malang. 2018.


[2] “Badan Pusat Statistik.” https://malangkota.bps.go.id/indicator/12/48/1/jumlah-
penduduk-menurut-kecamatan-dan-jenis-kelamin.html (diakses 17 Maret 2023).
[3] “Luas Lahan Menurut Kecamatan dan Penggunaan Lahan di Kota Malang (Hektar (ha)),”
Badan Pusat Statistik Kota Malang, 2020.
https://malangkota.bps.go.id/indicator/53/168/1/luas-lahan-menurut-kecamatan-dan-
penggunaan-lahan-di-kota-malang.html (diakses 11 Maret 2023).
[4] “Visualisasi Data Kependudukan.” https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/ (diakses
14 Maret 2023).
[5] P. Prakoso dan H. Herdiansyah, “ANALISIS IMPLEMENTASI 30% RUANG
TERBUKA HIJAU DI DKI JAKARTA,” MAJALAH ILMIAH GLOBE, vol. 21, hlm. 17,
Apr 2019, doi: 10.24895/MIG.2019.21-1.869.
[6] A. muflih Nasution, “Analisis Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Kota
Medan,” JAUR (JOURNAL OF ARCHITECTURE AND URBANISM RESEARCH), vol. 3,
no. 1, Art. no. 1, doi: 10.31289/jaur.v3i1.2908.
[7] W. I. Ervianto dan S. Felasari, “PENGELOLAAN PERMUKIMAN KUMUH
BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN,” JURNAL SPEKTRAN, vol. 7, no. 2, Jul 2019,
Diakses: 17 Maret 2023. [Daring]. Tersedia pada:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/article/view/52142
[8] “KENYAMANAN SPASIAL MAHASISWA DALAM BERAKTIVITAS PADA
KANTIN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
DIPONEGORO - PDF Download Gratis.” https://docplayer.info/207588437-
Kenyamanan-spasial-mahasiswa-dalam-beraktivitas-pada-kantin-departemen-arsitektur-
fakultas-teknik-universitas-diponegoro.html (diakses 17 Maret 2023).
[9] H. Suhaeni, “Kepadatan Penduduk dan Hunian Berpengaruh terhadap Kemampuan
Adaptasi Penduduk di Lingkungan Perumahan Padat,” Jurnal Permukiman, vol. 6, no. 2,
Art. no. 2, Agu 2011.
[10]“Standards and Guidelines.” https://www.ashrae.org/technical-resources/standards-and-
guidelines (diakses 17 Maret 2023).
[11]K. Boimau, R. N. Selan, A. Y. Tobe, dan J. C. Pah, “UPAYA MENCIPTAKAN
LINGKUNGAN YANG SEHAT MELALUI PEMBUATAN MCK BAGI WARGA
KAMP PENGUNGSI TIMOR BARAT,” SELAPARANG: Jurnal Pengabdian
Masyarakat Berkemajuan, vol. 4, no. 1, hlm. 601–606, Nov 2020, doi:
10.31764/jpmb.v4i1.3387.
[12]“Kepmenkes RI No. 829 Tahun 1999 (Persyaratan Kesehatan Perumahan) PDF | PDF.”
https://www.scribd.com/document/355437181/Kepmenkes-RI-No-829-Tahun-1999-
Persyaratan-Kesehatan-Perumahan-pdf (diakses 17 Maret 2023).
[13]“Toolkit 03: Participatory mapping: An innovative sociological method - School of
Social Sciences - The University of Manchester.”
https://www.socialsciences.manchester.ac.uk/morgan-centre/research/resources/toolkits/
toolkit-03/ (diakses 17 Maret 2023).
[14] T. Denwood, J. J. Huck, dan S. Lindley, “Participatory Mapping: A Systematic
Review and Open Science Framework for Future Research,” Annals of the American
Association of Geographers, vol. 112, no. 8, hlm. 2324–2343, Nov 2022, doi:
10.1080/24694452.2022.2065964.
LAMPIRAN 1

JADWAL PELAKSANAAN
Bulan
N Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Proposal
2 Penelitian
3 Seminar
Hasil
4 Laporan
Akhir
5 Membuat
Paper dan
Mengikut
i ICGT

LAMPIRAN 2

RINCIAN KEUANGAN

No. Uraian Jumlah


1 Penyusunan Proposal Rp. 500.000
2 Kegiatan Riset Rp. 2.000.000
3 Pelaporan Hasil Rp. 500.000
Total Rp. 3.000.000
CURRICULUM VITAE

1. Nama : Nurlina Yuliandari Sholikhah


2. NIM : 200606110023
3. Tempat/Tanggal Lahir : Tulungagung/26 Maret 2003
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Tahun Angkatan : 2020
6. Jurusan :Teknik Arsitektur
7. Alamat Rumah : Dsn. Wonorejo Ds. Wonorejo RT.003/RW. 001
Kec. Sumbergempol Kab. Tulungagung
8. Telepon/HP : 085645829036
9. Email : nurlinayuliandari@gmail.com

10. Riwayat Pendidikan


No Jenjang Pendidikan Tahun Lulus
1. SDN 01 Wonorejo 2015
2. SMPN 1 Sumbergempol 2018
3. MAN 1 Tulungagung 2020

11. Pengalaman Organisasi


No Jenis/Nama Organisasi Jabatan Tahun
1. IPNU IPPNU Ranting Anggota 2018-sekarang
Wonorejo

12. Karya Ilmiah


No Judul Tahun Keterangan

Demikian Daftar Riwayat Hidup saya buat dengan sebenarnya, dan apabila di kemudian hari
terdapat kesalahan maka saya siap mempertanggungjawabkannya.

Malang, 17 Maret 2023


Yang menyatakan

(Nurlina Yuliandari Sholikhah)


NIM.200606110023
CURRICULUM VITAE

1. Nama : Faeyza Dana Aqilah


2. NIM : 200606110043
3. Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 11 April 2002
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Tahun Angkatan : 2020
6. Jurusan :Teknik Arsitektur
7. Alamat Rumah : Jl. Klayatan I/ No. 7 RT001/RW004
Kel. Bandungrejosari, Kec. Sukun, Kota Malang
8. Telepon/HP : 082314762742
9. Email : 200606110043@student.uin-malang.ac.id

10. Riwayat Pendidikan


No Jenjang Pendidikan Tahun Lulus
1 SDS Cikini Kertas Nusantara 2014
2 SMPN 19 Malang 2017
3 SMAN 01 Malang 2020

11. Pengalaman Organisasi


No Jenis/Nama Organisasi Jabatan Tahun

12. Karya Ilmiah


No Judul Tahun Keterangan

Demikian Daftar Riwayat Hidup saya buat dengan sebenarnya, dan apabila di kemudian hari
terdapat kesalahan maka saya siap mempertanggungjawabkannya.

Malang, 17 Maret 2023


Yang menyatakann

(Faeyza Dana Aqilah)


NIM.200606110043
CURRICULUM VITAE

1. Nama : Surya Dewanto


2. NIM : 200606110002
3. Tempat/Tanggal Lahir : Malang/16 April 2002
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Tahun Angkatan : 2020
6. Jurusan :Teknik Arsitektur
10. Alamat Rumah : Ds. Pojok RT.005/RW. 001
Kec. Dampit Kab. Malang
7. Telepon/HP : 082330103586
8. Email : suryad798@gmail.com

10. Riwayat Pendidikan


No Jenjang Pendidikan Tahun Lulus
1. MI Raudlatul Falah 2014
2. MTsN 1 Malang 2017
3. MAN 1 Malang 2020

11. Pengalaman Organisasi


No Jenis/Nama Organisasi Jabatan Tahun

12. Karya Ilmiah


No Judul Tahun Keterangan

Demikian Daftar Riwayat Hidup saya buat dengan sebenarnya, dan apabila di kemudian hari
terdapat kesalahan maka saya siap mempertanggungjawabkannya.

Malang, 17 Maret 2023


Yang menyatakan

(Surya Dewanto)
NIM.200606110002

Anda mungkin juga menyukai