Anda di halaman 1dari 31

MANAJEMEN LINGKUNGAN KOTA

SURVEY LOKASI KUMUH

Jl. Tambak Asri RT 08 RW 09, Moro Krembangan, Surabaya

Disusun oleh :

Riska Dwi Herbiantini 153800012


Permana Selta Hildayonata 153800018
Anggun Nur Angraeni 153800020
Rosita Anggraeni Iflaha 153800021
Mohammad Hadi Ridwan 153800033
Ida Istaharoh 153800043

Mata Kuliah : Manajemen Lingkungan Kota


Dosen Pembimbing : M. Al Kholif, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas dalam Mata Kuliah Manajemen
Lingkungan Kota “Survey Daerah Kumuh di Jl. Tambak Asri RT 08 RW 09, Moro
Krembangan Surabaya”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Al-Kholif, S.T, M.T selaku
dosen pembimbing dalam mata kuliah Manajemen Lingkungan Kota yang telah mengajar,
membimbing dan memberikan arahan sehingga tugas ini bisa terselesaikan dengan baik.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.

Surabaya, November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….…………… 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………….………….. 1
1.4 Manfaat…………………………………………………………………...…. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Lingkungan Kota………………………………………………. 3
2.2 Daerah Kumuh Perkotaan…………………………………………..……….. 9
2.3 Sanitasi……………………………………………………………….…….... 15
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Lokasi Survey………………………………………………………………… 18
3.2 Hasil Pengamatan Survey…………………………………………………….. 18
3.3 Dokumentasi………………………………………………………………….. 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….…… 26
4.2 Pertanyaan………………………………………………………………..…… 27
4.3 Daftar Pustaka………………………………………………………………… 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena dikhawatirkan akan
menyebabkan terjadinya kantong-kantong kemiskinan yang fatal dan kemudian menyebabkan
lahirnya berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk
menangani dan mengawasinya. Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah sosial di
Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk
mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai permukiman masyarakat miskin di
hampir setiap sudut kota yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di
perkotaan. Misalnya yaitu, pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di lahan-lahan
pinggir jalan sehingga mengganggu ketertiban lalu lintas yang akhirnya menimbulkan
kemacetan jalanan kota. Masyarakat miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai
problematika sosialnya sehingga perlu mengupas akar masalah dan merumuskan solusi
terbaik bagi kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah kemauan mereka untuk
menjadi sumber masalah bagi kota namun karena faktor-faktor ketidakberdayaan lah yang
membuat mereka terpaksa menjadi ancaman bagi eksistensi kota yang mensejahterahkan.
Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat miskin
tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti
disingkirkan. Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area sering
dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan.
Jalan Tambak Asri RW 09 dipilih sebagai lokasi survey daerah kumuh dikarenakan
pada daerah tersebut merupakan salah satu daerah padat penduduk yang berada di utara kota
Surabaya yang berbatasan dengan kota Gresik dimana menurut pengamatan kami, daerah
Tambak Asri kurang tertata rapi dikarenakan adanya pembangunan Tol Dupak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi lingkungan di wilayah RT 08 W 09 Jl. Tambak Asri ?
2. Bagaimana penerapan Sanitasi 100 0 100 di wilayah RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri?
3. Apa peranan dan kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut ?
4. Solusi apa yang dapat diterapkan dalam memperbaiki lingkungan kumuh di wilayah
RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan di wilayah RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri
2. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan Sanitasi 100 0 100 di wilayah RT 08 RW
09 Jl. Tambak Asri

1
3. Untuk mengetahui sejauh mana kebijakan – kebijakan yang telah dilakukan
pemerintah dalam menangani permasalahan lingkungan kumuh di RT 08 RW 09 Jl.
Tambak Asri
4. Untuk mencari solusi yang dapat diterapkan dalam memperbaiki kondisi lingkungan
kumuh di wilayah RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri

1.4 Manfaat
1. Dapat memahami dan mengetahui kondisi lingkungan di wilayah RT 08 RW 09 Jl.
Tambak Asri.
2. Dapat memahami dan mengetahui sejauh mana penerapan Sanitasi 100 0 100 di
wilayah RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri.
3. Dapat menemukan sejauh mana peranan pemerintah melalui kebijakan – kebijakan
yang telah dalam upaya menangani permasalahan lingkungan kumuh di RT 08 RW
09 Jl. Tambak Asri.
4. Dapat menemukan solusi yang tepat dan dapat diterapkan dalam memperbaiki
kondisi lingkungan kumuh di wilayah RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Lingkungan Kota


Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, kebutuhan manusia juga semakin
berkembang. Hal ini disebabkan oleh keingintahuan manusia yang semakin maju.Oleh
karena itu ilmu pengetahuan pun semakin hari semakin dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia itu sendiri.
Hal ini menyebabkan manusia bertindak semaunya meskipun sudah ada peraturan-
peraturan atau hukum yang disahkan oleh pemerintah dalam pengendalian proses produksi
kebutuhan manusia terutama kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Hal ini akan
menyebabkan SDA semakin lama semakin berkurang jika tidak ada pengendaliannya
dalam proses pemenuhan kebutuhan manusia. Oleh karena itu, sebagai pemerintah yang
bijak harus mengoptimalkan peraturan mengenai lingkungan yang biasa disebut dengan
manajemen lingkungan.
Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen
(termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan
lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998).Pengertian lainnya
yaituManajemen Lingkungan adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke
dalam proses-proses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan
mengontrol dampak-dampak lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan
risiko-risiko lingkungan.
Untuk lebih memperjelas mengenai manajemen lingkungan, sebaiknya pembaca
memahami isi dalam makalah ini agar lebih memudahakn para pembaca dalam menangani
masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia pada umumnya dan yang terjadi di
lingkungan sehari-hari.

A. Pengertian
Untuk menjelaskan definisi manajemen lingkungan, kita lihat definisi manajemen
secara umum sebagai berikut :
Manajemen menurut pengertian Stoner & Wankel (1986) adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan
proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang
sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry (1982) manajemen adalah proses tertentu
yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya
manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dan banyak definisi lain, namun pada intinya manajemen adalah sekumpulan
aktifitas yang disengaja (merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan) yang terkait
dengan tujuan tertentu. Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar
subyek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang

3
terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan
antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen
lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan,mengorganisasikan, dan
menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan
kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.
Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen
(termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan
lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998).Pengertian lainnya
yaituManajemen Lingkungan adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke
dalam proses-proses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan
mengontrol dampak-dampak lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan
risiko-risiko lingkungan. Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001
berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah
dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu
dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis,
prosedural, dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).
Menurut ISO 14001 (ISO 14001, 1996), sistem manajemen lingkungan (EMS)
adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang berfungsi menjaga dan mencapai
sasaran kebijakan lingkungan.Sehingga EMS memiliki elemen kunci yaitu pernyataan
kebijakan lingkungan dan merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan yang
lebih luas. Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen
lingkungan dalam 2 macam yaitu:
Lingkungan Internal yaitu di dalam lingkungan pabrik/lokasi fasilitas
produksi.Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang
diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi
pegawai, dll.
Lingkungan Eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik/fasilitas
produksi.Yaitu segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya,
termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (Pemerintah,
pelanggan, investor/pemilik).Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan
masyarakat, usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian
pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik, dll.
Yang dimaksud dengan lingkungan pada tulisan ini adalah yang dicakup dalam
sistem manajemen lingkungan ISO 14001, yaitu yang berkaitan dengan lingkungan
internal dan eksternal.Elemen pokok manajemen lingkungan sesuai dengan definisi diatas
terkait dengan aspek lingkungan dan dampak lingkungan.

B. Kebijakan-Kebijakan Mengenai Manajemen Lingkungan Di Dunia


Wawasan pengetahuan terhadap lingkungan memberikan polarisasi dalam cara
pandang di negara-negara maju dan di negara-negara berkembang. Cara pandang ini

4
menjadi berbeda, dipengaruhi oleh tingkat kemajuan teknologi, kesejahteraan, keamanan,
dan kepedulian masing-masing negara tersebut.
Pada negara maju, kerusakan lingkungan dipandang sebagai ancaman terhadap
kehidupan. Sebaliknya, pada negara berkembangyang masih bergulat dengan pemenuhan
kebutuhan dasar hidup, kepedulian terhadap lingkungan masih rendah dan mereka belum
mempunyai sistem penanganan lingkungan yang memadai. Beberapa kerusakan
lingkungan mencuat ke permukaan disebabkan kelalaian manusia, penguasaan
pengetahuan tentatang lingkungan yang rendah, serta bencana alam.
Dalam kaitannya dengan lingkungan, biasanya suatu negara telah mempunyai
sistem pencegahan dan penanganan kerusakan lingkungan dengan membuat aturan hukum
yang mengikat untuk proyek yang akan dilaksanakan. Beberapa kebijakan yang telah
dibuat dapat dijelaskan sebagai berikut ( Kementrian Lingkungan Hidup, 2005 ):
a) Amerika Serikat memberlakukan undang-undang mengenai penyertaan laporan
Analisis Dampak Lingkungan untuk proyek-proyek besar berlaku 1 Januari 1969,
yaitu National Environtmental Policy Act ( NEPA ), yang merupakan reaksi atas
kerusakan lingkungan akibat pencemaran pestisida, limbah industri, rusaknya habitat
tumbuhan dan hewan langkah.
b) Indonesia memberlakukan undang-undang No. 4 Tahun 182 tetang Ketentuan-
Ketentuan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pelaksanaannya diatur Peraturan
pemerintah No. 29 Tahun 1986 yang berlaku 5 Juni 1987.
c) Tahun 1994 diterbitkan keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup, yaitu KEP-
12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
( UKL ) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup ( UPL ). Kemudian terbit lagi
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tetang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ). Jenis rencana usaha dan kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan AMDAL diputuskan oleh Mntri Lingkungan Hidup pada
PP No. 17 Tahun 2001.
d) Masyarakat dunia telah memikirkan secara bersamaan mengenai isu kerusakan
lingkungan hidup pada Konferensi Tingkat Tinggi ( KTT ) Manusia dan Lingkungan
di Stockholm tahun 1972. Pada tahun 1992 di Rio de Janeiro dilakukan KTT Bumi
yang berisi tentang lingkungan dan pembangunan, dimana kerusakan lingkungan
disebabkan pembangunan yang tidak berkelanjutan. Kemudian pada tahun 2002
dilakukan KTT Pembangunan Berkelanjutan [ World Summit on Sustainable
Dvelopment ( WSSD ) ] di Johannesburg yang menghasilkan Agenda 21, yang
kemudian menghasilkan kesepakatan rencana tindak kegiatan yang disepakati dunia
untuk memecahkan masalah lingkungan dan pembanguna dengan fokusnya yaitu air,
energi, kesehatan, pertanian, dan keanekaragaman hayati harus peduli terhadap
lingkungannya.

5
C. Rencana Kerja Pemerintah Indonesia Mengenai Manajemen Lingkungan
(RKP, 2005)
Indonesia yang mempunyai potensi SDA yang besar sebagai penghasil devisa
negara, mempunyai banyak masalah dalam hal lingkungan hidup sebagai akibat dari
eksplorasi SDA yang tidak terencana dengan baik. Dikaitkan dengan KTT Pembangunan
Berkelanjutan 2002, sangat relevan bila Indonesia harus memiliki agenda pembangunan
khususnya SDA dan Lingkungan Hidup. Hal ini telah tercantum dalam Rencana Kerja
Pemerintah ( RKP 2005 ), yang isinya sebagai berikut :
1. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Sasaran yang hendak dicapai adalah terlindungnya kawasan konversi dan kawasan
lindung dari kerusakan akibat pemanfaatan yang tidak terkendali dan eksploatif. Kegiatan
pokok yang akan dilaksanakan, antara lain : pengkajian kembali kebijakan konversi dan
perlindungan SDA, pengembangan insentif, pemanfaatan jasa lingkungan,
penanggulangan konversi lahan pertanian produktif, pengakuan hak adat dan ulayat serta
pengenmbangan masyarakat setempat, pengembangan kemitraan, penegakan hukum,
pengembangan kawasan konversi laut, dan suaka perikanan.
2. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Sasaran yang akan dicapai adalah berkurangnya laju kerusakan SDA dan
pemulihan kondisi sumber daya hutan, lahan, laut dan pesisir, perairan tawar serta sumber
daya mineral agar optimal dalam fungsinya sebagai faktor produksi maupun penyeimbang
lingkungan. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan antara lain evaluasi dan perencanaan
DAS, reboisasi dan penghijauan , pembanguna hutan tanam industri, rehabilitasiekosistem,
restocking sumber daya perikanan, rehabilitasi areal bekas tambang terbuka.
3. Program Pengembangan Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatkan pengelolaan SDA dan lingkungan
hidup melalui tata kelola yang baik berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi, dan
akuntabilitas. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan, antara lain s: Pengembangan
kapasitas institusi dan aparatur, penguatan kapasitas kelembagaan pusat dan aerah,
pengembangan tata nilai sosial berwawasan lingkungan, penetapan standar pelayanan
minimal bidang lingkungan, pengembangan produksi bersih lingkungan dan pelaksanaan
perjanjian internasional yang telah disepakati.
4. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan tingkat pencemaran lingkungan dan
menuju terciptanya lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Kegiatan pokok yang akan
dilaksanakan, antara lain : Penyusunan kebijakan di bidang pengendalian lingkungan,
penetapan indeks baku mutu lingkungan dan limbah, pengendalian pencemaran
lingkungan, pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dan pengembangan sistem
penilain kinerja lingkungan.
5. Program Peningkatan Kualitas, Akses Informasi SDA dan Lingkunganara, dan
mudah

6
Sasaran yang akan dicapai adalah tersedianya data dan informasi yang lengkap,
diakses oleh pelaku kepentingan dan masyarakat luas. Kegiatan pokok yang akan
dilaksanakan, antara lain : Penysusnan data dasar potensi dan daya dukung kawasan
ekosistem, penyusunan statistik bidang lingkungan hidup baik tingkat nasional maupun
daerah, pengembangan sistem jaringan laboratorium nasional bidang lingkungan,
pengembangan SDA, penerapan PDB Hijau.
Dari beberapa kebijakan tersebut, dapat dipastikan bahwa isu lingkungan menjadi
menarik perhatian seluruh dunia karena timbulnya dampak akibat kegiatan yang dilakukan
manusia yang biasanya dalam bentuk tak terorganisasi, seperti proyek-proyek kecil dan
besar dengan tingkat kerusakan cukup besar.
Dalam perkembangan selanjutnya dilakukan usaha-usaha mengelola dan menata
lingkungan akibat dari dampak kegiatan berupa proyek pembangunan. Gerakan
manajemen lingkungan dan penetapan standarnya dimulai pada awal tahun 1990 dengan
kerja sama Internasional Standar Organizatio ( ISO ) sera badan standar dari beberapa
negara dengan membentuk Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 pada tahun 1996.
Sistem ini bertujuan memberi cara kepada pelanggan/perusahaan dalam penerapan dan
penyempurnaan sistem manajemen lingkungan sera membantu meningkatkan sistem
manajemen lingkungan dalam memenuhi kinerjanya. Struktur isinya berupa tindakan
perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan tindakan koreksi serta standar panduan
terpisah.
Isi sistem manajemen ISO 14001 mencakup beberapa unsur ter-integrasi dengan ISO
9000 untuk manajemen mutu. Ruang ISO 14001 mempunyai elemen-elemen kunci di
dalamnya terdapat sub-sub elemen, terdiri atas : Umum, Kebijakan Lingkungan,
Perencanaan, Penerapan dan Operasi, Pemeriksaan danTindakan Koreksi.

D. Pengendalian Manajemen Lingkungan


Pengendalian lingkungan adalah fase terakhir dari perencanaan, pelaksanaan, dan
pemeriksaan sistem manajemen lingkungan.Hal pertama yang dilakukan dalam
pengendalian adalah melakukan pengendalian terhadap dokumen sehingga perusahaan
dapat menyusun dan memelihara dokumen, memenuhi persyaratan elemen-elemen yang
memadai dalam menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan. Pengendalian dokumen
mempunyai sasaran sebagai berikut:
o Menjamin bahwa dokumen yang diterbitkan telah diperiksakebenarann materinya
dan disahkan olehpetugas yang berwenang
o Distribusi dokumen hanya kepada yang berwenang
o Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh yang berwenangSetelah dilakukan
identifikasi terhadap aspek lingkungan, selanjutnya adalah melakukan analisis
dengan cara menilai dampak lingkungan yang terkait. Beberapa aspek lingkungan
yang memengaruhi adalah sebagai berikut:
o Dampak pada pencemaran, terdiri atas: Air, Udara, Radiasi, Kontakminasi tanah,
Produksi Limbah

7
o Dampak pada ekologi terdiri atas : Tumbuhan dan binatang, keanekaragaman hayati,
habitat, Alam.
o Dampak pada sumber Daya Alam terdiri atas: Tanah pertanian, sumber daya hutan,
kesedian air tanah, mineral dan tambang, sumber daya laut, sumber daya energi,
kehidupan satwa liar, kehidupan hutan tropis,Kehidupan tumbuhan langka.

E. Audit Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Management System)


Dalam ISO 14001, organisasi perusahaan diwajibkan melakukan audit agar sistem
manajemen lingkungan yang direncanakan dapat dilaksanakan, diperiksa dan dilakukan
tindakan koreksi bila terjadi penyimpangan.Jadwal waktu program audit dilakukan atas
dasar pentingnya aspek-aspek lingkungan yang terdokumentasi dalam penilaian.
Perencanaan yang termasuk dalam program sistem manajemen lingkungan dapat
dievaluasi dengan kegiatan-kegiatan terkait dan dengan hasil audit sebelumnya. Prosedur
audit meliputi : Lingkup Audit, Metodologi, Penanggung Jawab, Persyaratan Pelaksanaan
Pelaporan, dan Dokumentasi.
EMS adalah siklus berkelanjutan dari kegiatan perencanaan, implementasi,
evaluasi dan peningkatan proses, yang diorganisasi sedemikian sehingga tujuan bisnis
perusahaan/pemerintah dan tujuan lingkungan padu dan bersinergi.
EMS yang efektif, dibangun pada konsep TQM (Total Quality Management),
misalnya pada ISO 9000. Untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan, organisasi tidak
hanya tahu apa yang terjadi, tetapi juga harus tahu mengapa terjadi.

F. Rusaknya Manajemen Lingkungan di Indonesia


Rusaknya manajemen lingkungan kita! Itulah kalimat yang terlintas dalam benak
saya.Tampaknya kita sepele mendengar, dan melihat kata, seperti kata lingkungan.Namun
di balik kata lingkungan itu, mengandung sejuta makna yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan dan keberlangsungan hidup umat manusia. Segala sesuatunya sangat erat
kaitannya dengan lingkungan.
Bahkan menurut Bloom, derajat kesehatan terdiri dari empat faktor yakni lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik.Jadi semua tindak dan tanduk manusia berawal
dari lingkungan.
Dewasa ini, beberapa media menayangkan banjir yang ada di Kota Jakarta, Semarang
dan tragedi yang tidak diinginkan yang terjadi di Situ Gintung, di wilayah Tangerang,
Banten.Betapa sedihnya melihat saudara kita yang terkena musibah ini.
Mereka yang ditanyai komentar, hanya menjawab dan meminta pertanggungjawaban
pemerintah.Seolah–olah pemerintah yang harus menjaga kebersihan dan harus memadai
dan membenahi lingkungan mereka.Dari segi bantuan, baiklah pemerintah yang harus
menolong dan memberi subsidi kepada rakyat yang terkena musibah.
Seperti sekarang ini, banyaknya janji–janji partai politik yang membawakan thema
“perubahan” untuk rakyat.Setelah kejadian di Situ Gintung banyaknya partai politik yang

8
menawarkan bantuan untuk rakyat.Semoga saja pesta demokrasi nanti, rakyat harus paham
dengan siapa yang dipilihnya.
Kalau kita sadari lingkungan harus erat kaitannya dengan individu itu sendiri karena,
merekalah yang harus menjaga dan melestarikannya, supaya kesehatan lingkungan
menjadi optimal.

2.2 Pengertian Permukiman, Kumuh, dan Permukiman Kumuh


A. Pengertian Permukiman
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya.Pemukiman berasal dari
kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata humansettlement
yang artinya pemukiman.Perumahan memberikan kesan tentang rumah ataukumpulan rumah
beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda
mati, yaitu houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang
pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan,
sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati
yaitu manusia (human).3 Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling
melengkapi.

B. Pengertian Kumuh
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang
rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh
dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan
kepada golongan bawah yang belum mapan.
Menurut kamus ilmu-ilmu sosial Slum’s diartikan sebagai suatu daerah yang kotor yang
bangunan-bangunannya sangat tidak memenuhi syarat.Jadi daerah slum’s dapat diartikan
sebagai daerah yang ditempati oleh penduduk dengan status ekonomi rendah dan bangunan-
bangunan perumahannya tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai perumahan yang
sehat.
Slum’s merupakan lingkungan hunian yang legal tetapi kondisinya tidak layak huni
atau tidak memnuhi persyaratan sebagai tempat permukiman (Utomo Is Hadri, 2000).Slum’s
yaitu permukiman diatas lahan yang sah yang sudah sangat merosot (kumuh) baik perumahan
maupun permukimannya (Herlianto, 1985).Dalam kamus sosiologi Slum’s yaitu diartikan
sebagai daerah penduduk yang berstatus ekonomi rendah dengan gedung-gedung yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.(Sukamto Soerjono, 1985).

C. Permukiman Kumuh
Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim) mengatakan, definisi permukiman
kumuh berdasarkan karakteristiknya adalah suatu lingkungan permukiman yang telah
mengalami penurunan kualitas. Dengan kata lain memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi

9
maupun sosial budaya. Dan tidak memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bahkan
cenderung membahayakan bagi penghuninya.
Ciri permukiman kumuh merupakan permukiman dengan tingkat hunian dan
kepadatan bangunan yang sangat tinggi, bangunan tidak teratur, kualitas rumah yang sangat
rendah. Selain itu tidak memadainya prasarana dan sarana dasar seperti air minum, jalan, air
limbah dan sampah.
Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di
kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai
dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan
rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana
jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.
Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi
Suparlan adalah :
1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai
2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya mencerminkan
penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-
ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan
tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara
tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai:
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat
digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau
bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.
d. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya
mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang beranekaragam, begitu
juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya
pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda
tersebut.
e. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor
informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informil.

Berdasarkan salah satu ciri diatas, disebutkan bahwa permukiman kumuh memiliki ciri
“kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya mencerminkan
penghuninya yang kurang mampu atau miskin”. Penggunaan ruang tersebut berada pada
suatu ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga berubah menjadi fungsi
permukiman, seperti muncul pada daerah sempadan untuk kebutuhan Ruang Terbuka Hijau.
Keadaan demikian menunjukan bahwa penghuninya yang kurang mampu untuk membeli atau
menyewa rumah di daerah perkotaan dengan harga lahan/bangunan yang tinggi, sedangkan

10
lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada.Permukiman tersebut muncul dengan
sarana dan prasarana yang kurang memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan
kepadatan yang tinggi serta mengancam kondisi kesehatan penghuni. Dengan begitu,
permukiman yang berada pada kawasan SUTET, semapadan sungai, semapadan rel kereta
api, dan sempadan situ/danau merupakan kawasan permukiman kumuh.
Menurut Ditjen Bangda Depdagri, ciri-ciri permukiman atau daerah perkampungan
kumuh dan miskin dipandang dari segi sosial ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Sebagian besar penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan rendah, serta memiliki
sistem sosial yang rentan.
2. Sebagaian besar penduduknya berusaha atau bekerja di sektor informal Lingkungan
permukiman, rumah, fasilitas dan prasarananya di bawah standar minimal sebagai
tempat bermukim, misalnya memiliki:
a. Kepadatan penduduk yang tinggi > 200 jiwa/km2
b. Kondisi prasarana buruk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase, dan persampahan).
c. Kepadatan bangunan > 110 bangunan/Ha.
d. Kondisi fasilitas lingkungan terbatas dan buruk, terbangun <20% dari luas
persampahan.
e. Kondisi bangunan rumah tidak permanen dan tidak memenuhi syarat
minimaluntuk tempat tinggal.
f. Permukiman rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit dan keamanan.
g. Kawasan permukiman dapat atau berpotensi menimbulkan ancaman (fisik dan
non fisik ) bagi manusia dan lingkungannya.

D. Pengertian Kesadaran (awareness)


Rogers (1974) mengungkapkan bahwa kesadaran yakni orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Dalam Cambridge international
dictionary of English (1995) pertama kesadaran diartikansebagai kondisi terjaga atau mampu
mengerti apa yang sedang terjadi. Kedua, kesadaran diartikan sebagai semua ide, perasaan,
pendapat, dan sebagainya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.Kesadaran
mencakup 3(tiga) hal, yaitu persepsi, pikiran dan perasaan (Atkinson dkk, 1997).
Pengertian persepsi dari Kamus Psikologi adalah berasal dari Bahasa Inggris
perception yang artinya: persepsi, penglihatan, tanggapan; yaitu proses seseorang menjadi
sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya atau
pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartono & Gulo,
1987: 343).

E. Konsep Partisipasi
Sastroputro (Huraerah, 2008) mengemukakan partisipasi adalah keterlibatan mental
atau pikiran dan perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok untuk mencapai suatu tujuan serta turut

11
bertanggung jawab terhadap usaha yang berrsangkutan. Dari pengertian tersebut
dikemukakan bahwa partisipasi bukan keterlibatan yang sifatnya lahiriah saja, akan tetapi
keterlibatan ini menyangkut pikiran atau perasaan.
Apabila ditinjau lebih lanjut terdapat bebrapa motivasi yang menimbulkan terjadinya
partisipasi. Motivasi tersebut antara lain :
1. Takut atau terpaksa
Bila ditinjau dari motivasi partisipasi yang pertama adalah partisipasi yang
dilakukan dengan terpaksa atau takut biasanya akibat adanya perintah yang kaku dari atasan
atau pemerintah.Sehingga ada unsur keterpaksaan dalam pelaksanaan partisipasi.
2. Ikut-ikutan
Bila ditinjau dari motivasi partisipasi yang kedua adalah partisipasi dengan ikut-
ikutan hanya didorong oleh rasa solidaritas yang tinggi antara teman atau anggota
masyarakat.Sehingga keikutasertaan mereka dalam partisipasi bukan karena dorongan hati
sendiri.
3. Kesadaran
Motivasi partisipasi yang ketiga adalah kesadaran yaitu partisipasi yang timbul
karena kehendak dari pribadi diri sendiri.Hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari
hati nurani. Karena itu apa yang mereka lakukan bukan karena terpaksa atau ikut-ikutan
orang lain, melainkan kesadaran dari diri mereka sendiri. Partisipasi inilah yang
sesungguhnya sangat diharapkan dapat berkembang dalam diri setiap orang.

F. Kriteria Permukiman Kumuh


Kriteria-kriteria yang ada dalam mengidentifikasi serta prioritas penanganan
permukiman kumuh di perkotaan antara lain:
a) Kriteria Permukiman Kumuh Menurut BPS
b) Kriteria Permukiman Kumuh dalam Konsep Panduan Identifikasi Lokasi Kawasan
Perumahan dan Permukiman Kumuh.
c) Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh Menurut Direktorat Pengembangan
Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum yaitu Konsep Pedoman Identifikasi
Kawasan Permukiman Kumuh Penyangga Kota Metropolitan.
Penentuan kriteria kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan
berbagai aspek atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang,
status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat
kepadatan bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal. Selain itu
digunakan kriteria sebagai kawasan penyangga kota metropolitan seperti kawasan
permukiman kumuh teridentifikasi yang berdekatan atau berbatasan langsung dengan
kawasan yang menjadi bagian dari kota metropolitan. Berdasarkan uraian diatas maka untuk
menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria-kriteria yang dikelompok
kedalam kriteria :

12
• Vitalitas Non Ekonomi
Kriteria Vitalitas Non Ekonomi dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian kawasan
kumuh dengan indikasi terhadap penanganan peremajaan kawasan kumuh yang dapat
memberikan tingkat kelayakan kawasan permukiman tersebut apakah masih layak sebagai
kawasan permukiman atau sudah tidak sesuai lagi. Kriteria ini terdiri atas variabel sebagai
berikut:
1. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau
RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
2. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian
berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
3. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan
kepadatan penduduk

Gambar 2.1
Pembobotan Kriteria Vitalitas Non Ekonomi

13
Proses perhitungan tingkat kekumuhan terhadap kriteria vitalitas non ekonomi dengan
menggunakan rumus mencari jumlah tertinggi dari nilai bobot dan jumlah terendah dari nilai
bobot pada kriteria sebagai alat ukur tingkat kekumuhan. Kemudian penilaian menggunakan
batas ambang yang dikategorikan dalam penilaian dinilai kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Untuk mengklasifikasikan hasil kegiatan penilaian berdasarkan kategori tersebut maka
dilakukan perhitungan terhadap akumulasi bobot yang telah dilakukan dengan formula
sebagai berikut:
Dihitung koefisien ambang interval (rentang) dengan cara menggunakan nilai tertinggi
(hasil penilaian tertinggi) dari hasil pembobotan dengan nilai terendah (hasil penilaian
terendah) dari jumlah penilaian dibagi 3 (tiga).
Koefisien ambang rentang sebagai pengurang dari nilai tertinggi akan menghasilkan
batas nilai paling bawah dari tertinggi.
Untuk kategori selanjutnya dilakukan pengurangan 1 angka terhadap batas terendah
dari akan menghasilkan batas tertinggi untuk kategori sedang dan seterusnya.

Nilai Rentang = ∑ nilai tertinggi-∑nilai terendah

3
Nilai Rentang = 300 – 120

3
= 60

Maka, berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil tingkat kekumuhan sebagai berikut:
Kategori Kumuh Tinggi berada pada nilai : 240-300
Kategori Kumuh Sedang berada pada nilai : 179-239
Kategori Kumuh Rendah berada pada nilai : 120-178

G. Pola Permukiman Penduduk


Pola permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal
menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya (Subroto, 1983:176). Permukiman
dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk
terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat, untuk
mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya (Martono dan Dwi,
1996:abstrak). Pengertian pola dan sebaran permukiman memiliki hubungan yang sangat
erat.Sebaran permukiman membincangkan hal dimana terdapat permukiman dan atau tidak
terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola permukiman merupakan sifat
sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor
budaya.

14
H. Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh
Berdasarkan pengalaman dan berbagai literatur yang ada, tindakan penanganan
kawasan permukiman kumuh sangat beragam dan tidak jarang memerlukan spesifikasi
penanganan. Antara metode atau model penanganan yang satu dengan yang lainnya
terkadang tidak bisa digeneralisasi, karena perlu dirumuskan metode atau model penanganan
yang spesifik.

2.3 Pengertian Sanitasi Secara Umum


Pengertian sanitasi secara umum, sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan
mengurangi atau mengendalikan faktor – faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan
rantai penularan penyakit. Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit
melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan penyakit.
Sanitasi bertujuan dan fungsi untuk kebersihan secara umum terhadap penyebab yang
terletak pada faktor lingkungan. Sanitasi merupakan suatu cara dalam penyediaan air bersih
bagi pemakai air di dalam bangunan, dapat berupa air dingin ataukah air panas.
Sistem jaringan air bersih tersebut, adalah sistem pemipaan yang dipersiapkan dalam
bangunan maupun juga di luar bangunan untuk mengalirkan air bersih dari sumber menuju
keluaran. Sistem tersebut memiliki tujuan dan fungsi. Fungsi dan tujuan tersebut guna
memenuhi kebutuhan air bersih suatu daerah atau negara khususnya negara Indonesia, dan
kemudian didistribusikan kepada konsumen. Seperti halnya pengertian dan lingkup umum
mengenai higiene dan sanitasi di berbagai negara, pengertian dan lingkup umum higiene dan
sanitasi menurut Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Hygiene sanitasi makanan adalah upaya dalam mengendalikan faktor makanan,
orang, tempat dan juga perlengkapannya yang dapat atau juga bisa menimbulkan
penyakit atau masalah kesehatan.
2. Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah sesuai dengan ketentuan teknis yang telah
ditetapkan berdasarkan atas terhadap produk, personel dan juga mengenai
perlengkapannya yang terdiri dari persyaratan bakteriologis, kimia dan juga fisika.
3. Sedangkan dalam fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan juga mengenai
perlengkapannya dipakai untuk memelihara kualitas dari lingkungan atau
mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang mampu merugikan kesehatan
manusia antara lain sarana air bersih, jamban, peturasan (toilet), saluran limbah,
tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker),
peralatan pencegahan terhadap lalat, tiksu dan juga mengenai hewan serta peralatan
kebersihan.
Tidak hanya itu, sering disamakan dengan pekerjaan kebersihan (cleaning), namun
pada kenyataannya, pengertian sanitasi tidaklah lebih dari sekedar cleaning.Melainkan
secara umum pengertian cleanning, sanitasi dan juga mengenai sterialisasi.Dalam
pengertian cleaning adalah pembersihan kotoran yang tampak dari pengelihatan, misalnya
kotoran tanah, dll.Sedangkan sterilisasi adalah pemusnahan bakteri.

15
Sanitasi dengan pengertian keduanya bahwa dapat didefinisikan sanitasi adalah
pembersihan kotoran yang tidak tampak oleh penglihatan, seperti menurunkan tingkat
cemaran bakteri, jamur, debu-debu halus hingga tingkat aman.
Hingga dari definisi tersebut, maka sanitasi mencakup juga kegiatan cleaning, dan
definisi sanitasi tersebut, sehingga pembahasan sanitasi dan higiene adalah dua hal yang
tidak terpisahkan dan biasanya diikut sertakan.

A. Pengertian Sanitasi Menurut Para Ahli


1. Pengertian Sanitasi Menurut Departemen Kesehatan
Menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI, 2004) bahwa pengertian Sanitasi
adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan
dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk keperluan mencuci tangan,
menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
2. Pengertian Sanitasi Menurut WHO
Pengertian sanitasi menurut WHO adalah pengawasan penyediaan air minum
masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah, vektor penyakit,
kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan, kondisi atmosfer dan
keselamatan lingkungan kerja.
3. Pengertian Sanitasi Menurut Adisasmito
Menurut Adisasmito, (2006) bahwa pengertian Sanitasi sering juga disebut dengan
sanitasi lingkungan dan kesehatan lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua
faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan hal-
hal yang mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya.
4. Pengertian Sanitasi Menurut Chandra
Menurut Chandra bahwa: “sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan
yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan
mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang
dapat mengancam kelangsungan hidup manusia” (dalam Zafirah, 2011).
5. Pengertian Sanitasi Menurut Aswar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
(Azwar,1995).
6. Pengertian Sanitasi Menurut Hadi Susanto
Menurut Hadi Susanto dalam Eryati Darwin bahwa pengertian sanitasi adalah
usaha pemutusan mata raintai untuk pencegahan penularan, penyakit, pencemaran, dan
kecelakaan.
7. Pengertian Sanitasi Menurut Arifin
Menurut Arifin, 2009 bahwa pengertian Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah
berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber.

16
B. Ruang Lingkup Sanitasi
Ruang lingkup sanitasi meliputi beberapa hal diantaranya :
 Menjamin lingkungan serta tempat kerja yang bersih dan baik.
 Melindungi setiap orang dari faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan fisik maupun mental.
 Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular.Mencegah terjadinya
kecelakaan.
 Menjamin keselamatan kerja.

C. Tujuan Sanitasi
Terdapat beberapa tujuan dari sanitasi antara lain :
 Memperbaiki, mempertahankan, dan mengambalikan kesehatan yang baik pada manusia.
 Efisiensi produksi dapat dimaksimalkan.
 Menghasilkan produk yang aman dan sehat dari pengaruh hazard yang dapat
menyebabkan penyakit bagi manusia.

D. Manfaat Sanitasi
Manfaat sanitasi terhadap kehidupan diantaranya :
 Mencegah penyakit menular
 Mencegah kecelakaan
 Mencegah timbulnya bau tidak sedap
 Menghindari pencemaran
 Mengurangi jumlah persentase sakit
 Lingkungan menjadi bersih,sehat dan nyaman.

17
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Lokasi Survey


Lokasi survey berada di jalan Tambak Asri Tepatnya berada di wilayah RT 08 RW
09. Pada wilayah RW 09 terdiri dari 8 RT, yakni RT 1 – 8. Tambak Asri sendiri memiliki
luas daerah sebesar 2km yang terbagi menjadi dua Wilayah RT yakni RW 06 dan RW 09
yang dipisahkan / dibatasi dengan adanya tembok pembatas dibawah Tol Dupak.
Dengan batas – batas wilayah :
Sebelah Utara : Tambak Asri RW 06 (yang dipisahkan oleh tembok dibawah Tol)
Sebelah Selatan : Kelurahan Genting
Sebelah Timur : Kelurahan Dupak
Sebelah Barat : Kelurahan Genting

3.2 Hasil Pengamatan Survey


Jalan Tambak Asri RW 09 dipilih sebagai lokasi survey daerah kumuh dikarenakan
pada daerah tersebut merupakan salah satu daerah padat penduduk yang berada di utara kota
Surabaya yang berbatasan dengan kota Gresik dimana menurut pengamatan kami, daerah
Tambak Asri kurang tertata rapi dikarenakan adanya pembangunan Tol Dupak.
Beberapa informasi yang di dapatkan setelah dilakukan survey di Jl. Tambak Asri RT
08 RW 09 adalah :
 Kehidupan Masyarakat
Pada dasarnya kondisi di RW 09 Tambak Asri telah cukup baik dan layak dilihat dari
saluran drainase yang mulai dilakukan pembangunan sehingga tidak terjadi banjir ketika
hujan. Akan tetapi, keberadaan pembangunan Tol Dupak.di wilayah Tambak Asri
menyebabkan didirikannya beberapa petak warung – warung liar dibawah tol yang juga
beberapa diantaranya dijadikan rumah / bangungan semi permanen yang menyebabkan
daerah Tambak Asri di wilayah RT 08 RW 09 khususnya di bawah tol menjadi tak lagi indah
dipandang, tak layak huni dan kumuh.
Warung semi permanen yang dibangun dibawah tol sebenarnya dilakukan oleh
masyarakat yang bukan warga asli Tambak Asri, mereka hanya mendirikan bangunan yang
digunakan untuk berjualan. Akan tetapi, aktivitas masyarakat di bawah tol tersebut
sebenarnya kurang sehat, dimana di bawah tol terdapat saluran drainase terbuka yang cukup
lebar yang dapat menjadi salah satu factor pencemaran karena kandungan air limbah
domestic pada saluran yang terbuka bisa menyebabkan bau dan lingkungan menjadi tidak
sehat. Adanya aktivitas masyarakat dibawah tol tersebut menimbulkan banyak sampah yang
berserakan dimana-mana, sampah yang ada belum terolah dengan baik karena tingkat
kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap lingkungan. Keberadaan hewan ternak
seperti ayam yang berkeliaran bebas dibawah tol bercampur baur dengan masyarakat yang

18
tengah bejualan menyebabkan lingkungan menjadi terlihat semakin kumuh. Di perparah
dengan kondisi bawah tol yang gelap dan sirkulasi udara yang kurang sehingga pengap.

 Penerapan Sanitasi 100 0 100


Penerapan Sanitasi 100 0 100 yakni 100 persen akses air bersih, 0 persen kawasan kumuh
dan 100 persen sanitasi lingkungan terpenuhi dirasa masih kurang.
a. Untuk penerapan 100 persen akses air bersih :
Warga RW 09 Tambak Asri menggunakan air PDAM untuk memenuhi kebutuhan
sehari – hari. Akan tetapi supply air PDAM yang ada belum begitu lancar, karena air PDAM
hanya keluar pada jam – jam tertetu yakni pada malam hari. Daerah Tambak Asri dulunya
merupakan bekas tambak sehingga kualitas air sumur yang didapat kurang memenuhi dan
terasa asin. Sehingga satu – satunya sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari - hari adalah air PDAM.
b. Untuk penerapan 0 persen kawasan kumuh :
Pada dasarnya lingkungan di daerah Tambak Asri RW 09 bukan termasuk dalam
kategori kawasan kumuh, karena lingkungannya termasuk lingkungan yang bersih dan tidak
terlihat aktivitas kumuh serta masih adanya kegiatan kerja bakti meskipun tidak rutin. Namun
dikarena adanya pembangunan Tol Dupak, dimana dibawah Tol Dupak tersebut terdapat
ruang dan lahan kosong yang dipergunakan oleh orang – orang pendatang yang tidak
bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan berdagang makanan dan burung. Serta adanya
WC umum yang dibangun oleh pemerintah yang berdekatan bangunan – bangunan warung
semi permanen di bawah Tol menyebabkan daerah ini terlihat kumuh. Apalagi di kawasan
tersebut tepatnya juga di sekitar bawah Tol Dupak terdapat TPS yang merupakan tempat
penampungan sampah sementara warga Tambak Asri, TPS tersebut tidak dikelola dengan
baik sehingga timbunan sampah yang ada menjadi salah satu factor penyebab ke-kumuh-an
itu sendiri. Yang dipermasalahkan disini bukan perihal aktivitas perdagangan namun dampak
dari kegiatan tersebut yang menjadikan lingkungan menjadi kotor apalagi sepertinya tidak
pula dijaga kebersihannya sehingga menjadikan kawasan tersebut terlihat kumuh. Pernah
sesekali dilakukan pembersihan oleh Satpol PP namun warga nakal tersebut kembali lagi
melakukan kegiatan dikawasan tersebut malah semakin menjadi dengan dibuatnya sekat-
sekat dengan tujuan sehingga semakin banyak warga yang akan bertempat diarea tersebut.
c. Untuk penerapan 100 persen sanitasi lingkungan :
Warga Tambak Asri RW 09 sudah menggunakan sistem sanitasi dalam rumah,
meskipun masih ada orang yang melakukan kegiatan MCK di jambang. Namun warga
beransumsi kegiatan tersebut bukan dilakukan oleh warga setempat dikarenakan warga
setempat sudah mempunyai MCK di masing-masing rumah. Dan untuk kegiatan mandi atau
cuci warga setempat tidak ada yang melakukan kegiatan tersebut di sungai meskipun
didaerah tersebut terdapat sungai besar, dikarenakan warga setempat juga sadar akan bahan-
bahan berbahaya yang terkandung dalam sungai tersebut apalagi melihat semakin maraknya
pembangunan Industri didaerah tersebut sehingga semakin kompleks dan variatif limbah
yang dihasilkan.
19
 Kebijakan Pemerintah
Sejauh ini peranan pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang ada di daerah
Tambak Asri masih belum optimal, adanya penggusuran untuk bangunan semi permanen
yang pernah dilakukan oleh petugas Satpol PP ternyata belum memberikan efek jera bagi
mereka. Sehingga lingkungan yang diharapkan bersih dengan kosongnya bangunan dibawah
tol masih belum dapat diwujudkan. Apalagi yang melakukan kegiatan tersebut bukan warga
setempat melainkan pendatang sehingga pendatang tersebut sama sekali tidak punya rasa
sungkan sama sekali terhadap warga setempat akibat dari kegiatan tersebut.
 Solusi yang ditawarkan
Perlu adanya perubahan pola pikir dan gaya hidup dari masyarakat sendiri dalam mengatasi
permasalahan lingkungan kumuh, dengan memberikan pemberdayaan dan kegiatan kerja
bakti secara rutin dan berkala diharapkan dapat mengubah kebiasaan masyarakat menjadi
lebih baik. Perlu adanya tindakan keras yang tegas oleh warga setempat terhadap pendatang
tersebut, meskipun bukan warga daerahnya namunn perlu adanya musyawarah untuk
tindakan tegas terhadap warga pendatang tersebut karena mereka melakukan kegiatan
tersebut di domisili warga Tambak Asri RW 09 sehingga mereka harus mematuhi segala
ketentuan yang ada di daerah tersebut. Dan dilakukan dengan ketat proses pengawasan, kalau
perlu dilakukan adanya sistem denda agar menimbulkan efek jera terhadap pendatang
tersebut, sehingga dapat meminimalisir bahkan menghilangkan adanya kawasan kumuh di
area tersebut. Karena selain menyebabkan lingkungan menjadi kumuh juga menyebabkan
lingkungan menjadi rawan tindak kejahatan.

20
DOKUMENTASI

NO FOTO LOKASI KETERANGAN

1. Peta lokasi
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya

2. Struktur organisasi
RT. 08 RW. IX
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya

21
3. Proses wawancara
dengan ketua RT. 08
RW. IX
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya

4. Proses wawancara
dengan warga setempat

22
4. Kondisi pemukiman di
bawah Tol Dupak,
dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal serta
tempat jualan,
kebanyakan dibuat
sebagai warung kopi.
Daerah ini masuk di
kawasan RT. 08 RW.IX
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya

5. Kondisi sungai yang


sudah sangat tidak
terawat dan tidak
berfungsi dengan
semestinya di lokasi
survei RT. 08 RW.IX
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya

23
6. Kondisi saluran drainase
juga sudah tidak
berfungsi dengan baik

7. Kondisi TPA yang ada di


derah RT. 08 RW. IX
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya

24
8. Kondisi ponten umum
masih berfungsi, hanya
saja masih kurang
terawat dan ada beberapa
pintu yang rusak

9. Foto bersama dengan


sumber informan ketua
RT. 08 RW. IX
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya

25
BAB IV

KESIMPULAN

Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota


besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali. Lebih lanjut,
hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan kemampuan
pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang
akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di
kota.
Lokasi survey berada di jalan Tambak Asri Tepatnya berada di wilayah RT 08 RW
09. Jalan Tambak Asri RW 09 dipilih sebagai lokasi survey daerah kumuh dikarenakan pada
daerah tersebut merupakan salah satu daerah padat penduduk yang berada di utara kota
Surabaya yang berbatasan dengan kota Gresik dimana menurut pengamatan kami, daerah
Tambak Asri kurang tertata rapi dikarenakan adanya pembangunan Tol Dupak. Keberadaan
pembangunan Tol Dupak di wilayah Tambak Asri menyebabkan didirikannya beberapa petak
warung – warung liar dibawah tol yang juga beberapa diantaranya dijadikan rumah /
bangungan semi permanen yang menyebabkan daerah Tambak Asri di wilayah RT 08 RW 09
khususnya di bawah tol menjadi tak lagi indah dipandang, tak layak huni dan kumuh. P
Peranan pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang ada di daerah Tambak Asri
masih belum optimal, adanya penggusuran untuk bangunan semi permanen yang pernah
dilakukan oleh petugas Satpol PP ternyata belum memberikan efek jera bagi mereka. Perlu
adanya perubahan pola pikir dan gaya hidup dari masyarakat sendiri dalam mengatasi
permasalahan lingkungan kumuh, dengan memberikan pemberdayaan dan kegiatan kerja
bakti secara rutin dan berkala diharapkan dapat mengubah kebiasaan masyarakat menjadi
lebih baik. Perlu adanya tindakan keras yang tegas oleh warga setempat terhadap pendatang
tersebut, meskipun bukan warga daerahnya namunn perlu adanya musyawarah untuk
tindakan tegas terhadap warga pendatang tersebut karena mereka melakukan kegiatan
tersebut di domisili warga Tambak Asri RW 09 sehingga mereka harus mematuhi segala
ketentuan yang ada di daerah tersebut.

26
PERTANYAAN

1. Kebijakan apa yang akan di terapkan untuk warga yang menempati daerah kumuh
tersebut ?
2. Apa penyebab utama yang menjadikan daerah tersebut menjadi daerah yang kumuh ?
3. Kenapa warga tetap bertahan menetap di daerah kumuh tersebut ?
4. Bagaimana kehidupan sanitasi didaerah tersebut ?
5. Bagaimana kebutuhan air bersih didaerah tersebut ?
6. Apakah kebutuhan air masih layak dan tercukupi didaerah tersebut ?
7. Bagaimana tindak lanjut pemerintah setempat mengenai permasalahan tersebut ?
8. Kapan akan dilakukan pembersihan didaerah tersebut ?
9. Kapan saja dilakukan kerja bakti dilingkungan tersebut dalam kurun waktu berapa lama ?
10. Apa solusi yg dapat diterapkan didaerah tersebut ?

27
DAFTAR PUSTAKA

1. devianikhasanah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-permukiman-kumuh-di-
perkotaan.html
2. Wahadamaputera.2015. Utilitas Bangunan Modul Plumbing. Jakarta: Griya Kreasi.
hlm:4
3. Ryadi, Alexander Lucas Slamet. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yoygakarta:
Andi. hlm: 94-99
4. Darwin, Eryati. 2014. Etika Profesi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish. hlm: 108-
109.
5. Sorono, Ingrid Suryanti. 2016. Pengantar Keamanan Pangan untuk Industri
Pangan. Yogyakarta: Deepublish. hlm: 105-107.
6. sumberpengertian.com/pengertian-sanitasi-menurut-para-ahli

28

Anda mungkin juga menyukai