Disusun oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas dalam Mata Kuliah Manajemen
Lingkungan Kota “Survey Daerah Kumuh di Jl. Tambak Asri RT 08 RW 09, Moro
Krembangan Surabaya”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Al-Kholif, S.T, M.T selaku
dosen pembimbing dalam mata kuliah Manajemen Lingkungan Kota yang telah mengajar,
membimbing dan memberikan arahan sehingga tugas ini bisa terselesaikan dengan baik.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….…………… 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………….………….. 1
1.4 Manfaat…………………………………………………………………...…. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Lingkungan Kota………………………………………………. 3
2.2 Daerah Kumuh Perkotaan…………………………………………..……….. 9
2.3 Sanitasi……………………………………………………………….…….... 15
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Lokasi Survey………………………………………………………………… 18
3.2 Hasil Pengamatan Survey…………………………………………………….. 18
3.3 Dokumentasi………………………………………………………………….. 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….…… 26
4.2 Pertanyaan………………………………………………………………..…… 27
4.3 Daftar Pustaka………………………………………………………………… 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan di wilayah RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri
2. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan Sanitasi 100 0 100 di wilayah RT 08 RW
09 Jl. Tambak Asri
1
3. Untuk mengetahui sejauh mana kebijakan – kebijakan yang telah dilakukan
pemerintah dalam menangani permasalahan lingkungan kumuh di RT 08 RW 09 Jl.
Tambak Asri
4. Untuk mencari solusi yang dapat diterapkan dalam memperbaiki kondisi lingkungan
kumuh di wilayah RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri
1.4 Manfaat
1. Dapat memahami dan mengetahui kondisi lingkungan di wilayah RT 08 RW 09 Jl.
Tambak Asri.
2. Dapat memahami dan mengetahui sejauh mana penerapan Sanitasi 100 0 100 di
wilayah RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri.
3. Dapat menemukan sejauh mana peranan pemerintah melalui kebijakan – kebijakan
yang telah dalam upaya menangani permasalahan lingkungan kumuh di RT 08 RW
09 Jl. Tambak Asri.
4. Dapat menemukan solusi yang tepat dan dapat diterapkan dalam memperbaiki
kondisi lingkungan kumuh di wilayah RT 08 RW 09 Jl. Tambak Asri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Untuk menjelaskan definisi manajemen lingkungan, kita lihat definisi manajemen
secara umum sebagai berikut :
Manajemen menurut pengertian Stoner & Wankel (1986) adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan
proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang
sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry (1982) manajemen adalah proses tertentu
yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya
manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dan banyak definisi lain, namun pada intinya manajemen adalah sekumpulan
aktifitas yang disengaja (merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan) yang terkait
dengan tujuan tertentu. Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar
subyek manusia yang terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang
3
terkait dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan
antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen
lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan,mengorganisasikan, dan
menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan
kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.
Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen
(termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan
lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998).Pengertian lainnya
yaituManajemen Lingkungan adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke
dalam proses-proses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan
mengontrol dampak-dampak lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan
risiko-risiko lingkungan. Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001
berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah
dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu
dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis,
prosedural, dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).
Menurut ISO 14001 (ISO 14001, 1996), sistem manajemen lingkungan (EMS)
adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang berfungsi menjaga dan mencapai
sasaran kebijakan lingkungan.Sehingga EMS memiliki elemen kunci yaitu pernyataan
kebijakan lingkungan dan merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan yang
lebih luas. Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen
lingkungan dalam 2 macam yaitu:
Lingkungan Internal yaitu di dalam lingkungan pabrik/lokasi fasilitas
produksi.Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang
diterima oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi
pegawai, dll.
Lingkungan Eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik/fasilitas
produksi.Yaitu segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya,
termasuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (Pemerintah,
pelanggan, investor/pemilik).Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan
masyarakat, usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian
pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik, dll.
Yang dimaksud dengan lingkungan pada tulisan ini adalah yang dicakup dalam
sistem manajemen lingkungan ISO 14001, yaitu yang berkaitan dengan lingkungan
internal dan eksternal.Elemen pokok manajemen lingkungan sesuai dengan definisi diatas
terkait dengan aspek lingkungan dan dampak lingkungan.
4
menjadi berbeda, dipengaruhi oleh tingkat kemajuan teknologi, kesejahteraan, keamanan,
dan kepedulian masing-masing negara tersebut.
Pada negara maju, kerusakan lingkungan dipandang sebagai ancaman terhadap
kehidupan. Sebaliknya, pada negara berkembangyang masih bergulat dengan pemenuhan
kebutuhan dasar hidup, kepedulian terhadap lingkungan masih rendah dan mereka belum
mempunyai sistem penanganan lingkungan yang memadai. Beberapa kerusakan
lingkungan mencuat ke permukaan disebabkan kelalaian manusia, penguasaan
pengetahuan tentatang lingkungan yang rendah, serta bencana alam.
Dalam kaitannya dengan lingkungan, biasanya suatu negara telah mempunyai
sistem pencegahan dan penanganan kerusakan lingkungan dengan membuat aturan hukum
yang mengikat untuk proyek yang akan dilaksanakan. Beberapa kebijakan yang telah
dibuat dapat dijelaskan sebagai berikut ( Kementrian Lingkungan Hidup, 2005 ):
a) Amerika Serikat memberlakukan undang-undang mengenai penyertaan laporan
Analisis Dampak Lingkungan untuk proyek-proyek besar berlaku 1 Januari 1969,
yaitu National Environtmental Policy Act ( NEPA ), yang merupakan reaksi atas
kerusakan lingkungan akibat pencemaran pestisida, limbah industri, rusaknya habitat
tumbuhan dan hewan langkah.
b) Indonesia memberlakukan undang-undang No. 4 Tahun 182 tetang Ketentuan-
Ketentuan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pelaksanaannya diatur Peraturan
pemerintah No. 29 Tahun 1986 yang berlaku 5 Juni 1987.
c) Tahun 1994 diterbitkan keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup, yaitu KEP-
12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
( UKL ) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup ( UPL ). Kemudian terbit lagi
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tetang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ). Jenis rencana usaha dan kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan AMDAL diputuskan oleh Mntri Lingkungan Hidup pada
PP No. 17 Tahun 2001.
d) Masyarakat dunia telah memikirkan secara bersamaan mengenai isu kerusakan
lingkungan hidup pada Konferensi Tingkat Tinggi ( KTT ) Manusia dan Lingkungan
di Stockholm tahun 1972. Pada tahun 1992 di Rio de Janeiro dilakukan KTT Bumi
yang berisi tentang lingkungan dan pembangunan, dimana kerusakan lingkungan
disebabkan pembangunan yang tidak berkelanjutan. Kemudian pada tahun 2002
dilakukan KTT Pembangunan Berkelanjutan [ World Summit on Sustainable
Dvelopment ( WSSD ) ] di Johannesburg yang menghasilkan Agenda 21, yang
kemudian menghasilkan kesepakatan rencana tindak kegiatan yang disepakati dunia
untuk memecahkan masalah lingkungan dan pembanguna dengan fokusnya yaitu air,
energi, kesehatan, pertanian, dan keanekaragaman hayati harus peduli terhadap
lingkungannya.
5
C. Rencana Kerja Pemerintah Indonesia Mengenai Manajemen Lingkungan
(RKP, 2005)
Indonesia yang mempunyai potensi SDA yang besar sebagai penghasil devisa
negara, mempunyai banyak masalah dalam hal lingkungan hidup sebagai akibat dari
eksplorasi SDA yang tidak terencana dengan baik. Dikaitkan dengan KTT Pembangunan
Berkelanjutan 2002, sangat relevan bila Indonesia harus memiliki agenda pembangunan
khususnya SDA dan Lingkungan Hidup. Hal ini telah tercantum dalam Rencana Kerja
Pemerintah ( RKP 2005 ), yang isinya sebagai berikut :
1. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Sasaran yang hendak dicapai adalah terlindungnya kawasan konversi dan kawasan
lindung dari kerusakan akibat pemanfaatan yang tidak terkendali dan eksploatif. Kegiatan
pokok yang akan dilaksanakan, antara lain : pengkajian kembali kebijakan konversi dan
perlindungan SDA, pengembangan insentif, pemanfaatan jasa lingkungan,
penanggulangan konversi lahan pertanian produktif, pengakuan hak adat dan ulayat serta
pengenmbangan masyarakat setempat, pengembangan kemitraan, penegakan hukum,
pengembangan kawasan konversi laut, dan suaka perikanan.
2. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Sasaran yang akan dicapai adalah berkurangnya laju kerusakan SDA dan
pemulihan kondisi sumber daya hutan, lahan, laut dan pesisir, perairan tawar serta sumber
daya mineral agar optimal dalam fungsinya sebagai faktor produksi maupun penyeimbang
lingkungan. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan antara lain evaluasi dan perencanaan
DAS, reboisasi dan penghijauan , pembanguna hutan tanam industri, rehabilitasiekosistem,
restocking sumber daya perikanan, rehabilitasi areal bekas tambang terbuka.
3. Program Pengembangan Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatkan pengelolaan SDA dan lingkungan
hidup melalui tata kelola yang baik berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi, dan
akuntabilitas. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan, antara lain s: Pengembangan
kapasitas institusi dan aparatur, penguatan kapasitas kelembagaan pusat dan aerah,
pengembangan tata nilai sosial berwawasan lingkungan, penetapan standar pelayanan
minimal bidang lingkungan, pengembangan produksi bersih lingkungan dan pelaksanaan
perjanjian internasional yang telah disepakati.
4. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan tingkat pencemaran lingkungan dan
menuju terciptanya lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Kegiatan pokok yang akan
dilaksanakan, antara lain : Penyusunan kebijakan di bidang pengendalian lingkungan,
penetapan indeks baku mutu lingkungan dan limbah, pengendalian pencemaran
lingkungan, pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dan pengembangan sistem
penilain kinerja lingkungan.
5. Program Peningkatan Kualitas, Akses Informasi SDA dan Lingkunganara, dan
mudah
6
Sasaran yang akan dicapai adalah tersedianya data dan informasi yang lengkap,
diakses oleh pelaku kepentingan dan masyarakat luas. Kegiatan pokok yang akan
dilaksanakan, antara lain : Penysusnan data dasar potensi dan daya dukung kawasan
ekosistem, penyusunan statistik bidang lingkungan hidup baik tingkat nasional maupun
daerah, pengembangan sistem jaringan laboratorium nasional bidang lingkungan,
pengembangan SDA, penerapan PDB Hijau.
Dari beberapa kebijakan tersebut, dapat dipastikan bahwa isu lingkungan menjadi
menarik perhatian seluruh dunia karena timbulnya dampak akibat kegiatan yang dilakukan
manusia yang biasanya dalam bentuk tak terorganisasi, seperti proyek-proyek kecil dan
besar dengan tingkat kerusakan cukup besar.
Dalam perkembangan selanjutnya dilakukan usaha-usaha mengelola dan menata
lingkungan akibat dari dampak kegiatan berupa proyek pembangunan. Gerakan
manajemen lingkungan dan penetapan standarnya dimulai pada awal tahun 1990 dengan
kerja sama Internasional Standar Organizatio ( ISO ) sera badan standar dari beberapa
negara dengan membentuk Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 pada tahun 1996.
Sistem ini bertujuan memberi cara kepada pelanggan/perusahaan dalam penerapan dan
penyempurnaan sistem manajemen lingkungan sera membantu meningkatkan sistem
manajemen lingkungan dalam memenuhi kinerjanya. Struktur isinya berupa tindakan
perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan tindakan koreksi serta standar panduan
terpisah.
Isi sistem manajemen ISO 14001 mencakup beberapa unsur ter-integrasi dengan ISO
9000 untuk manajemen mutu. Ruang ISO 14001 mempunyai elemen-elemen kunci di
dalamnya terdapat sub-sub elemen, terdiri atas : Umum, Kebijakan Lingkungan,
Perencanaan, Penerapan dan Operasi, Pemeriksaan danTindakan Koreksi.
7
o Dampak pada ekologi terdiri atas : Tumbuhan dan binatang, keanekaragaman hayati,
habitat, Alam.
o Dampak pada sumber Daya Alam terdiri atas: Tanah pertanian, sumber daya hutan,
kesedian air tanah, mineral dan tambang, sumber daya laut, sumber daya energi,
kehidupan satwa liar, kehidupan hutan tropis,Kehidupan tumbuhan langka.
8
menawarkan bantuan untuk rakyat.Semoga saja pesta demokrasi nanti, rakyat harus paham
dengan siapa yang dipilihnya.
Kalau kita sadari lingkungan harus erat kaitannya dengan individu itu sendiri karena,
merekalah yang harus menjaga dan melestarikannya, supaya kesehatan lingkungan
menjadi optimal.
B. Pengertian Kumuh
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang
rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh
dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan
kepada golongan bawah yang belum mapan.
Menurut kamus ilmu-ilmu sosial Slum’s diartikan sebagai suatu daerah yang kotor yang
bangunan-bangunannya sangat tidak memenuhi syarat.Jadi daerah slum’s dapat diartikan
sebagai daerah yang ditempati oleh penduduk dengan status ekonomi rendah dan bangunan-
bangunan perumahannya tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai perumahan yang
sehat.
Slum’s merupakan lingkungan hunian yang legal tetapi kondisinya tidak layak huni
atau tidak memnuhi persyaratan sebagai tempat permukiman (Utomo Is Hadri, 2000).Slum’s
yaitu permukiman diatas lahan yang sah yang sudah sangat merosot (kumuh) baik perumahan
maupun permukimannya (Herlianto, 1985).Dalam kamus sosiologi Slum’s yaitu diartikan
sebagai daerah penduduk yang berstatus ekonomi rendah dengan gedung-gedung yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.(Sukamto Soerjono, 1985).
C. Permukiman Kumuh
Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim) mengatakan, definisi permukiman
kumuh berdasarkan karakteristiknya adalah suatu lingkungan permukiman yang telah
mengalami penurunan kualitas. Dengan kata lain memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi
9
maupun sosial budaya. Dan tidak memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bahkan
cenderung membahayakan bagi penghuninya.
Ciri permukiman kumuh merupakan permukiman dengan tingkat hunian dan
kepadatan bangunan yang sangat tinggi, bangunan tidak teratur, kualitas rumah yang sangat
rendah. Selain itu tidak memadainya prasarana dan sarana dasar seperti air minum, jalan, air
limbah dan sampah.
Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di
kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai
dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan
rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana
jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.
Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi
Suparlan adalah :
1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai
2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya mencerminkan
penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-
ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan
tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara
tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai:
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat
digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau
bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.
d. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya
mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang beranekaragam, begitu
juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya
pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda
tersebut.
e. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor
informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informil.
Berdasarkan salah satu ciri diatas, disebutkan bahwa permukiman kumuh memiliki ciri
“kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya mencerminkan
penghuninya yang kurang mampu atau miskin”. Penggunaan ruang tersebut berada pada
suatu ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga berubah menjadi fungsi
permukiman, seperti muncul pada daerah sempadan untuk kebutuhan Ruang Terbuka Hijau.
Keadaan demikian menunjukan bahwa penghuninya yang kurang mampu untuk membeli atau
menyewa rumah di daerah perkotaan dengan harga lahan/bangunan yang tinggi, sedangkan
10
lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada.Permukiman tersebut muncul dengan
sarana dan prasarana yang kurang memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan
kepadatan yang tinggi serta mengancam kondisi kesehatan penghuni. Dengan begitu,
permukiman yang berada pada kawasan SUTET, semapadan sungai, semapadan rel kereta
api, dan sempadan situ/danau merupakan kawasan permukiman kumuh.
Menurut Ditjen Bangda Depdagri, ciri-ciri permukiman atau daerah perkampungan
kumuh dan miskin dipandang dari segi sosial ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Sebagian besar penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan rendah, serta memiliki
sistem sosial yang rentan.
2. Sebagaian besar penduduknya berusaha atau bekerja di sektor informal Lingkungan
permukiman, rumah, fasilitas dan prasarananya di bawah standar minimal sebagai
tempat bermukim, misalnya memiliki:
a. Kepadatan penduduk yang tinggi > 200 jiwa/km2
b. Kondisi prasarana buruk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase, dan persampahan).
c. Kepadatan bangunan > 110 bangunan/Ha.
d. Kondisi fasilitas lingkungan terbatas dan buruk, terbangun <20% dari luas
persampahan.
e. Kondisi bangunan rumah tidak permanen dan tidak memenuhi syarat
minimaluntuk tempat tinggal.
f. Permukiman rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit dan keamanan.
g. Kawasan permukiman dapat atau berpotensi menimbulkan ancaman (fisik dan
non fisik ) bagi manusia dan lingkungannya.
E. Konsep Partisipasi
Sastroputro (Huraerah, 2008) mengemukakan partisipasi adalah keterlibatan mental
atau pikiran dan perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok untuk mencapai suatu tujuan serta turut
11
bertanggung jawab terhadap usaha yang berrsangkutan. Dari pengertian tersebut
dikemukakan bahwa partisipasi bukan keterlibatan yang sifatnya lahiriah saja, akan tetapi
keterlibatan ini menyangkut pikiran atau perasaan.
Apabila ditinjau lebih lanjut terdapat bebrapa motivasi yang menimbulkan terjadinya
partisipasi. Motivasi tersebut antara lain :
1. Takut atau terpaksa
Bila ditinjau dari motivasi partisipasi yang pertama adalah partisipasi yang
dilakukan dengan terpaksa atau takut biasanya akibat adanya perintah yang kaku dari atasan
atau pemerintah.Sehingga ada unsur keterpaksaan dalam pelaksanaan partisipasi.
2. Ikut-ikutan
Bila ditinjau dari motivasi partisipasi yang kedua adalah partisipasi dengan ikut-
ikutan hanya didorong oleh rasa solidaritas yang tinggi antara teman atau anggota
masyarakat.Sehingga keikutasertaan mereka dalam partisipasi bukan karena dorongan hati
sendiri.
3. Kesadaran
Motivasi partisipasi yang ketiga adalah kesadaran yaitu partisipasi yang timbul
karena kehendak dari pribadi diri sendiri.Hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari
hati nurani. Karena itu apa yang mereka lakukan bukan karena terpaksa atau ikut-ikutan
orang lain, melainkan kesadaran dari diri mereka sendiri. Partisipasi inilah yang
sesungguhnya sangat diharapkan dapat berkembang dalam diri setiap orang.
12
• Vitalitas Non Ekonomi
Kriteria Vitalitas Non Ekonomi dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian kawasan
kumuh dengan indikasi terhadap penanganan peremajaan kawasan kumuh yang dapat
memberikan tingkat kelayakan kawasan permukiman tersebut apakah masih layak sebagai
kawasan permukiman atau sudah tidak sesuai lagi. Kriteria ini terdiri atas variabel sebagai
berikut:
1. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau
RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
2. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian
berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
3. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan
kepadatan penduduk
Gambar 2.1
Pembobotan Kriteria Vitalitas Non Ekonomi
13
Proses perhitungan tingkat kekumuhan terhadap kriteria vitalitas non ekonomi dengan
menggunakan rumus mencari jumlah tertinggi dari nilai bobot dan jumlah terendah dari nilai
bobot pada kriteria sebagai alat ukur tingkat kekumuhan. Kemudian penilaian menggunakan
batas ambang yang dikategorikan dalam penilaian dinilai kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Untuk mengklasifikasikan hasil kegiatan penilaian berdasarkan kategori tersebut maka
dilakukan perhitungan terhadap akumulasi bobot yang telah dilakukan dengan formula
sebagai berikut:
Dihitung koefisien ambang interval (rentang) dengan cara menggunakan nilai tertinggi
(hasil penilaian tertinggi) dari hasil pembobotan dengan nilai terendah (hasil penilaian
terendah) dari jumlah penilaian dibagi 3 (tiga).
Koefisien ambang rentang sebagai pengurang dari nilai tertinggi akan menghasilkan
batas nilai paling bawah dari tertinggi.
Untuk kategori selanjutnya dilakukan pengurangan 1 angka terhadap batas terendah
dari akan menghasilkan batas tertinggi untuk kategori sedang dan seterusnya.
3
Nilai Rentang = 300 – 120
3
= 60
Maka, berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil tingkat kekumuhan sebagai berikut:
Kategori Kumuh Tinggi berada pada nilai : 240-300
Kategori Kumuh Sedang berada pada nilai : 179-239
Kategori Kumuh Rendah berada pada nilai : 120-178
14
H. Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh
Berdasarkan pengalaman dan berbagai literatur yang ada, tindakan penanganan
kawasan permukiman kumuh sangat beragam dan tidak jarang memerlukan spesifikasi
penanganan. Antara metode atau model penanganan yang satu dengan yang lainnya
terkadang tidak bisa digeneralisasi, karena perlu dirumuskan metode atau model penanganan
yang spesifik.
15
Sanitasi dengan pengertian keduanya bahwa dapat didefinisikan sanitasi adalah
pembersihan kotoran yang tidak tampak oleh penglihatan, seperti menurunkan tingkat
cemaran bakteri, jamur, debu-debu halus hingga tingkat aman.
Hingga dari definisi tersebut, maka sanitasi mencakup juga kegiatan cleaning, dan
definisi sanitasi tersebut, sehingga pembahasan sanitasi dan higiene adalah dua hal yang
tidak terpisahkan dan biasanya diikut sertakan.
16
B. Ruang Lingkup Sanitasi
Ruang lingkup sanitasi meliputi beberapa hal diantaranya :
Menjamin lingkungan serta tempat kerja yang bersih dan baik.
Melindungi setiap orang dari faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan fisik maupun mental.
Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular.Mencegah terjadinya
kecelakaan.
Menjamin keselamatan kerja.
C. Tujuan Sanitasi
Terdapat beberapa tujuan dari sanitasi antara lain :
Memperbaiki, mempertahankan, dan mengambalikan kesehatan yang baik pada manusia.
Efisiensi produksi dapat dimaksimalkan.
Menghasilkan produk yang aman dan sehat dari pengaruh hazard yang dapat
menyebabkan penyakit bagi manusia.
D. Manfaat Sanitasi
Manfaat sanitasi terhadap kehidupan diantaranya :
Mencegah penyakit menular
Mencegah kecelakaan
Mencegah timbulnya bau tidak sedap
Menghindari pencemaran
Mengurangi jumlah persentase sakit
Lingkungan menjadi bersih,sehat dan nyaman.
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
tengah bejualan menyebabkan lingkungan menjadi terlihat semakin kumuh. Di perparah
dengan kondisi bawah tol yang gelap dan sirkulasi udara yang kurang sehingga pengap.
20
DOKUMENTASI
1. Peta lokasi
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya
2. Struktur organisasi
RT. 08 RW. IX
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya
21
3. Proses wawancara
dengan ketua RT. 08
RW. IX
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya
4. Proses wawancara
dengan warga setempat
22
4. Kondisi pemukiman di
bawah Tol Dupak,
dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal serta
tempat jualan,
kebanyakan dibuat
sebagai warung kopi.
Daerah ini masuk di
kawasan RT. 08 RW.IX
KEL. Morokrembangan
KEC. Krembangan
Kota Surabaya
23
6. Kondisi saluran drainase
juga sudah tidak
berfungsi dengan baik
24
8. Kondisi ponten umum
masih berfungsi, hanya
saja masih kurang
terawat dan ada beberapa
pintu yang rusak
25
BAB IV
KESIMPULAN
26
PERTANYAAN
1. Kebijakan apa yang akan di terapkan untuk warga yang menempati daerah kumuh
tersebut ?
2. Apa penyebab utama yang menjadikan daerah tersebut menjadi daerah yang kumuh ?
3. Kenapa warga tetap bertahan menetap di daerah kumuh tersebut ?
4. Bagaimana kehidupan sanitasi didaerah tersebut ?
5. Bagaimana kebutuhan air bersih didaerah tersebut ?
6. Apakah kebutuhan air masih layak dan tercukupi didaerah tersebut ?
7. Bagaimana tindak lanjut pemerintah setempat mengenai permasalahan tersebut ?
8. Kapan akan dilakukan pembersihan didaerah tersebut ?
9. Kapan saja dilakukan kerja bakti dilingkungan tersebut dalam kurun waktu berapa lama ?
10. Apa solusi yg dapat diterapkan didaerah tersebut ?
27
DAFTAR PUSTAKA
1. devianikhasanah.blogspot.co.id/2015/01/makalah-permukiman-kumuh-di-
perkotaan.html
2. Wahadamaputera.2015. Utilitas Bangunan Modul Plumbing. Jakarta: Griya Kreasi.
hlm:4
3. Ryadi, Alexander Lucas Slamet. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yoygakarta:
Andi. hlm: 94-99
4. Darwin, Eryati. 2014. Etika Profesi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish. hlm: 108-
109.
5. Sorono, Ingrid Suryanti. 2016. Pengantar Keamanan Pangan untuk Industri
Pangan. Yogyakarta: Deepublish. hlm: 105-107.
6. sumberpengertian.com/pengertian-sanitasi-menurut-para-ahli
28