Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PENELITIAN

HUBUNGAN PERUBAHAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT


STRESS LANSIA PADA SAAT PANDEMI COVID-19 DI UNIT
PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA JOMBANG DI PARE
KABUPATEN KEDIRI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhakti Mulia Kediri

OLEH :
NATERCIA DE DEUS TILMAN
NIM. 121714201013

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MULIA PARE - KEDIRI
2021
ABSTRAK

HUBUNGAN PERUBAHAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT


STRESS LANSIA PADA SAAT PANDEMI COVID-19 DI UNIT
PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA JOMBANG DI PARE
KABUPATEN KEDIRI

Oleh :
Natercia De Deus Tilman , Ahmad Wasis Setyadi2, Hakim Tobroni3
1

(1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhakti Mulia Kediri
(2)(3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Bhakti Mulia Kediri

Kelompok lansia merupakan salah satu kelompok rentan yang paling


berisiko tertular virus, yang paling ditakutkan sekarang adalah Covid-19, karena
dengan bertambahnya usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan akibat
terjadinya proses penuaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
perubahan interaksi sosial dengan tingkat stress lansia pada saat pandemi covid-
19.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Desain penelitian yang
digunakan yaitu analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi
adalah seluruh lansia di di UPT PSTW Jombang di Pare Kabupaten Kediri
sebanyak 88 lansia dengan sampel sebanyak 47 responden menggunakan teknik
purposive sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Uji statistik
menggunakan Spearman Rank dengan nilai α (0,05) maka H1 diterima dan H0
ditolak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
interaksi sosial yang tinggi yaitu sebanyak 31 responden (66,0%) dan sebagian
besar responden tingkat stress normal yaitu sebanyak 32 responden (68,1%). Hasil
analisa ρ-value= 0,000.
Ada hubungan perubahan interaksi sosial dengan tingkat stress lansia pada
saat pandemi covid-19. Semakin tinggi interaksi sosial maka tingkat stress
menurun, begitu juga sebaliknya semakin rendah interaksi sosial lansia maka
tingkat stress lansia meningkat.

Kata kunci : Interaksi Sosial, Stress, Pandemi Covid-19, Lansia

1
PENDAHULUAN

Kelompok lansia merupakan salah satu kelompok rentan yang paling


berisiko tertular virus, yang paling ditakutkan sekarang adalah Covid-19, karena
dengan bertambahnya usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan akibat
terjadinya proses penuaan. Sistem imun sebagai pelindung tubuhpun tidak bekerja
sekuat ketika waktu muda, inilah alasan kenapa orang lanjut usia rentan terserang
berbagai penyakit termasuk Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona. Hal ini
membuat banyak orang stres termasuk petugas kesehatan, terlebih kalau mereka
mempunyai lansia satu rumah. Untuk itu butuh penanganan yang serius dan
perhatian khusus pada kelompok lansia supaya lansia jangan sampai tertular
dengan virus Covid-19.
Menurut data (WHO, 2021), di seluruh dunia kini sudah tercatat ada sekitar
164 juta kasus covid-19, sekitar 144 juta jiwa diantaranya telah sembuh sedangkan
sekitar 3 juta jiwa lainnya meninggal dunia dan kasus aktif di seluruh dunia tercatat
sekitar 16 juta jiwa. Negara dengan jumlah kasus terbanyak ditempati oleh
Amerika Serikat dengan sekitar 33 juta kasus. India yang tengah menjadi sorotan
karena lonjakan infeksi virus corona, per hari telah melaporkan sekitar 25 juta
kasus dan sekitar 3 juta kasus aktif. Semakin meningkatnya jumlah lansia di
Indonesia akan menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari
masalah fisik maupun psikososial. Masalah psikososial yang paling banyak terjadi
pada lansia adalah stress (Tamher & Noorkasiani, 2019 ). Insidensi stres di
Indonesia pada tahun 2020 tercatat sebesar 10% pada lansia dari total penduduk
Indonesia (Kemenkes RI, 2020). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Putri (2020) menunjukkan bahwa stres pada lansia yang bertempat
tinggal di Panti yaitu stres berat 56,5%, stres sedang 26,1% dan yang mengalami
stres ringan sebanyak 17,4%. Sedangkan stres pada lansia yang bertempat tinggal
dirumah mengalami stres ringan 56,5%, stres sedang 30,4% dan yang mengalami
stres berat 13%.
World Health Organization (WHO) tahun 2020 menjelaskan di kawasan
Asia Tenggara penduduk lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Sensus
penduduk tahun 2020 mencatat jumlah lansia di Indonesia mencapai 26.82 juta
jiwa atau sekitar 9,92% dari keseluruhan penduduk Indonesia (BPS, 2020).
Menurut data BPS pada awal 2021 Jawa Timur memiliki sekitar 4,3 juta warga
dengan kelompok usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan pada tanggal 25 Juni 2021 diketahui jumlah lansia yang ada di
UPSTW sebanyak 88 lansia dimana terdapat 55 laki-laki dan 33 perempuan.
Berdasarkan hasil wawancara pada 5 lansia mereka merasa bingung dengan
keadaan pandemi saat ini sehingga mereka merasa interaksi sosialnya baik dengan
sesama lansia maupun dengan lingkungan menjadi terganggu dengan adanya
pandemi ini.
Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar yang akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang,
proses ini terjadi terus menerus dan berkelanjutan secara alamiah. Berdasarkan
UU No.13 Tahun 1998 tentang usia lanjut disebutkan bahwa yang masuk dalam
kategori lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas, Namun yang terjadi
di Indonesia banyak individu yang berusia 56 tahun sudah pensiun dari
pekerjaannya (Nugroho, 2016). Pandemi COVID-19 ini berdampak pada

2
penduduk global secara drastis, dan terhadap berbagai aspek kehidupan. Ancaman
penyakit ini dihadapi oleh banyak negara, terjadi pada semua kelompok umur,
terutama pada kelompok umur tua atau lanjut usia. Lanjut usia menghadapi risiko
yang signifikan terkena penyakit virus Corona ini, apalagi jika mereka mengalami
gangguan kesehatan seiring dengan penurunan kondisi fisiologi (Intarti et al.,
2021).
Langkah-langkah untuk mengurangi stres dan strategi koping yang efektif
untuk lansia dan pengasuh mereka sangat penting untuk kesejahteraan fisik dan
emosional mereka dan meningkatkan kualitas hidup mereka (Walarine & K V,
2020). Stres lansia terjadi sebagai akibat kecemasan lansia karena lansia rentan
terserang berbagai penyakittermasuk Covid-19 yang disebabkan oleh virus
Corona (Satgas Covid, 2020). Kecemasan yang merupakan salah satu gejala stres
lansia dalam menghadapi situasi dalam pandemi Covid-19 seharusnya mendapat
dukungan oleh pasangan dan anggota keluarga, dengan bersedia mendengar
keluhan keluhan lansia, mampu dan memiliki waktu untuk selalu dekat dan
mendampingi lansia. Anggota keluarga lansia juga bertanggung jawab dan
berperan sebagai teman lansia dalam menghadapi hari harinya. Begitu pula dalam
stres lansia, terdapat dukungan keluarga untuk memelihara kesehatan dengan
melakukan dukungan terhadap kesehatan lansia (Intarti et al., 2021).
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Perubahan Interaksi Sosial dengan Tingkat
Stress Lansia pada saat Pandemi Covid-19 di UPT PSTW Jombang di Pare
Kabupaten Kediri”.

Metode
Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yaitu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017). Desain penelitian yang
peneliti gunakan adalah korelasi analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu
jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2018).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di di UPT PSTW Jombang di
Pare Kabupaten Kediri sebanyak 88 lansia dan sampel adalah sebagian lansia di
UPT PSTW Jombang di Pare Kabupaten Kediri sebanyak 47 responden
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dimana, lembar
kuesioner diisi oleh responden dengan memberikan tanda centang (√) pada salah
satu jawaban. Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
keterkaitan antara variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah interaksi sosial. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat stress
lansia. Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan dengan rumus Spearman
rank

3
HASIL

Data Umum Responden

Tabel 1 Data Umum Responden (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan


Terakhir dan Lama Tinggal) di UPT PSTW Jombang di Pare
Kabupaten Kediri Tahun 2021
No Data Umum Responden Frekuensi (n) Prosentsae (%)
Umur
1 61-65 Tahun 31 66,0
2 66-70 Tahun 8 17,0
3 71-75 Tahun 8 17,0
Jumlah 47 100%
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 16 34,0
2 Perempuan 31 66,0
Jumlah 47 100%
No Data Umum Responden Frekuensi (n) Prosentsae (%)
Pendidikan
1 Tidak Sekolah 8 17,0
2 SD 6 12,8
3 SMP 33 70,2
Jumlah 47 100%
Pekerjaan
1 Tidak Bekerja / IRT 33 70,2
2 Petani 14 29,8
Jumlah 47 100%
Lama Tinggal
1 < 1 Tahun 11 23,4
2 1-2 Tahun 17 36,2
3 > 2 Tahun 19 40,4
Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 47 responden sebagian besar


responden berumur 61-65 tahun yaitu 31 responden (66,0%), sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu 31 responden (66,0%), sebagian
besar responden berpendidikan terakhir SD yaitu 33 responden (70,2%), sebagian
besar responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu 33 responden
(70,2%) dan hampir setengah responden sudah tinggal di UPT PSTW selama > 2
tahun yaitu 19 responden (40,4%).

4
4.2.1 Data Khusus
1. Identifikasi Frekuensi Interaksi Sosial dan Tingkat Stress Lansia di UPT
PSTW Jombang di Pare Kabupaten Kediri

Tabel 2 Tabulasi Frekuensi Interaksi Sosial dan Tingkat Stress Lansia di


UPT PSTW Jombang di Pare Kabupaten Kediri Lansia di UPT
PSTW Jombang di Pare Kabupaten Kediri Tahun 2021
No Data Khusus Frekuensi (n) Prosentase (%)
Interaksi Sosial
1 Tinggi 31 66.0
2 Rendah 16 34.0
Jumlah 47 100%
Tingkat Stress
1 Normal 32 68.1
2 Ringan 9 19.1
3 Sedang 5 10.6
4 Berat 1 2.1
Jumlah 47 100%
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 47 responden sebagian besar
responden memiliki interaksi sosial yang tinggi yaitu sebanyak 31 responden
(66,0%) dan sebagian besar responden tingkat stress normal yaitu sebanyak 32
responden (68,1%).
2. Analisis Bivariat Hubungan Perubahan Interaksi Sosial dengan Tingkat Stress
Lansia pada saat Pandemi Covid-19 di UPT PSTW Jombang di Pare
Kabupaten Kediri
Tabel 3 Tabulasi Frekuensi Hubungan Perubahan Interaksi Sosial dengan
Tingkat Stress Lansia pada saat Pandemi Covid-19 di UPT PSTW
Jombang di Pare Kabupaten Kediri Tahun 2021
Tingkat Stress Total
Interaksi
No Normal Ringan Sedang Berat
Sosial
f % f % f % f % f %
1 Tinggi 31 100 0 0,0 0 0,0 0 0,0 31 100
2 Rendah 1 6,2 9 56,2 5 31,2 1 6,2 16 100
Jumlah 32 68,1 9 19,1 5 10,6 1 2,1 47 100
P value = 0,000 CC = -0,736
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 31 responden yang memiliki
interaksi sosial tinggi seluruhnya (100,0%) memiliki tingkat stress normal dan
dari 16 responden yang memiliki interaksi sosial rendah sebagian besar
(56,2%) memiliki tingkat stress ringan.
Berdasarkan analisis data menggunakan uji Spearman Rank diperoleh
nilai sig (2-tailed) atau p = 0,000 dan taraf kesalahan atau α = 0,05, jadi p
< α , 0,000 < 0,05 sehingga H1 diterima maka H0 ditolak, artinya ada
hubungan perubahan interaksi sosial dengan tingkat stress lansia pada saat
pandemi covid-19 di UPT PSTW Jombang di Pare Kabupaten Kediri Tahun
2021. Nilai coefficient correlation sebesar -0,736 artinya kekuatan hubungan
termasuk kategori kuat. Hubungan antar variabel adalah negatif artinya
semakin tinggi interaksi sosial maka tingkat stress menurun, begitu juga

5
sebaliknya semakin rendah interaksi sosial lansia maka tingkat stress lansia
meningkat.
PEMBAHASAN

1. Identifikasi Interaksi Sosial Lansia di UPT PSTW Jombang di Pare


Kabupaten Kediri tahun 2021
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki interaksi sosial yang tinggi yaitu sebanyak 31 responden (66,0%). Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murdanita (2018), yang
berjudul hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia. Penelitian
ini mendapatkan hasil bahwa sebagian besar lansia mengalami kesepian sedang
dan sebagian besar tingkat interaksi sosial kategori cukup, sedangkan hasil analisa
dengan menggunakan uji statistik Spearmen Rank di dapatkan ρ value 0,042
artinya Ha diterima, sehingga ada hubungan kesepian lansia dengan interaksi
sosial pada lansia.
Terdapat beberapa faktor yang erat menentukan tingkat interaksi sosial yang
dimiliki lansia di panti werdha. Beberapa karakteristik demografi turut
menentukan bagaimana interaksi lansia dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu
seperti jenis kelamin, umur dan lama tingal di panti werdha. Sesuai dengan hasil
penelitian bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 31
responden (66,0%). Hasil penelitian menunjukkan interaksi sosial yang tinggi
pada lansia perempuan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Sunaryo
(2019) bahwa jenis kelamin mempengaruhi interaksi sosial seseorang. Lansia
dengan jenis kelamin perempuan memiliki tingkat interaksi sosial yang lebih
tinggi bila dibandingkan lansia laki-laki. Berdasarkan fakta dan teori tersebut
maka peneliti berpendapat bahwa lansia perempuan lebih mudah untuk memiliki
sifat terbuka dan hubungan positif dengan orang lain, dibuktikan dengan lebih
banyak lansia perempuan yang memiliki tingkat interaksi sosial tinggi.
Sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden
berumur 61-65 tahun yaitu 31 responden (66,0%). Hal ini tidak sesuai dengan
teori pembebasan menurut Estelle (2016) dalam Puspasari (2018), bahwa semakin
bertambah umur lansia cenderung lebih menutup diri dan sulit untuk bertinteraksi.
Berdasarkan fakta dan teori tersebut maka peneliti berpendapat bahwa faktor usia
pada responden tidak begitu mempengaruhi tingkat interaksi sosial yang terjadi.
Kurang, cukup, atau baiknya tingkat interaksi sosial tergantung dari cara masing-
masing individu dalam berinteraksi dengan orang disekitar mereka.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi interaksi sosial adalah lama tinggal di
panti werdha. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengah responden sudah
tinggal di UPT PSTW selama > 2 tahun yaitu 19 responden (40,4%). Menurut
Lestari, (2019) latar belakang budaya yaitu dimana interaksi sosial akan terbentuk
dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya sehingga semakin sama latar
belakang budaya antara seseorang dengan orang lain, maka akan membuat
interaksi tersebut semakin kuat, menurut Nugroho, (2019) ikatan dengan
kelompok grub yaitu dimana nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat
mempengaruhi cara mereka berinteraksi.
Berdasarkan fakta dan teori tersebut maka peneliti berpendapat bahwa
semakin lama seorang lansia berkumpul dengan lansia yang lain akan
meningkatkan interaksi antar lansia, karena sudah mengerti karakter masing-

6
masing lansia dan sudah sering berkumpul dalam setiap kegiatan yang diadakan di
UPT PSTW.
Interaksi sosial memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis
yang dimiliki seseorang yang dibuktikan dengan terdapat hubungan yang
signifikan. Hal ini sesuai dengan teori kesejahteraan psikologis, yang mana salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kesejahteraan psikologis
seseorang adalah interaksi sosial. Oleh karena itu, menurut peneliti untuk
menjadikan masa tua dapat berkualitas dan sejahtera terdapat beberapa faktor
yang masing-masing faktor harus dipenuhi. Interaksi sosial lansia yang menjadi
salah satu faktor tersebut sangat berperan dalam menjadikan lansia aktif
berhubungan positif dengan orang lain.

2. Identifikasi Tingkat Stress Lansia di UPT PSTW Jombang di Pare


Kabupaten Kediri tahun 2021
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden
tingkat stress normal yaitu sebanyak 32 responden (68,1%). Hasil ini sesuai
dengan pendapat Arbi dan Ambarini (2018) dimana stress psikologis disebabkan
oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga
menimbulkan fungsi tubuh tidak normal. Stres proses pertumbuhan dan
perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada
masa bayi hingga tua. Penyebab stres psikologis seperti labelling dan prasangka,
ketidak kepuasan terhadap diri sendiri terhadap suatu hal yang dialami,
kekejaman, konflik peran, percaya diri yang rendah, perubahan ekonomi, emosi
yang negatif, dan kehamilan.
Stres sebagai respon manusia yang bersifat tidak spesifik karena adanya
setiap tuntutan kebutuhan sehari-hari yang ada dalam dirinya. Stres adalah
gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan
kehidupan yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu dalam
lingkungan tersebut (Sunaryo, 2018).
Stres didefinisikan sebagai respon adaptif yang dipengaruhi oleh
karakteristik individual atau proses psikologis sebagai akibat dari tindakan, situasi
atau kejadian eksternal yang menyebabakan tuntutan fisik atau psikologis
terhadap seseorang (Ivancevich dan Matteson dalam Kreitner dan Kinicki dalam
Alimul, 2016). Stres adalah fenomena yang mempengaruhi semua dimensi dalam
kehidupan seseorang. Stres dapat mengganggu cara seseorang dalam
menyelesaikan masalah, berpikir secara umum, dapat mengganggu pandangan
seseorang terhadap hidup, dan status kesehatan (Potter & Perry, 2016 dalam
Roziika, 2020).
Berasarkan fakta dan teori tersebut maka peneliti berpendapat bahwa
lingkungan panti yang nyaman dan aman dengan adanya pegangan di sekitar area
panti dan di kamar mandi tampak yang dapat digunakan untuk berpegangan saat
lansia berjalan maupun beraktivitas. Terdapat fasilitas alat bantu berjalan seperti
kruk dan tongkat yang disediakan oleh pihak panti untuk lansia yang kesulitan
berkativitas ataupun karena masalah kesehatan. Ada pula pelayanan kesehatan
yang dilakukan 2 minggu sekali yang di manfaatkan lansia untuk konsultasi
dengan dokter maupun perawat tentang penyakit yang di deritanya. Fasilitas-
fasilitas yang disediakan oleh lembaga sosial tersebut akan menurunkan tingkat

7
stress lansia yang biasanya dialami karena kesulitan dalam beraktivitas, sehingga
dengan fasilitas tersebut lansia beraktivitas dengan mandiri.
3. Analisis Hubungan Perubahan Interaksi Sosial dengan Tingkat Stress
Lansia pada saat Pandemi Covid-19
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 31 responden yang memiliki
interaksi sosial tinggi seluruhnya (100,0%) memiliki tingkat stress normal dan
dari 16 responden yang memiliki interaksi sosial rendah sebagian besar (56,2%)
memiliki tingkat stress ringan.
Berdasarkan analisis data menggunakan uji Spearman Rank diperoleh nilai
sig (2-tailed) atau p = 0,000 dan taraf kesalahan atau α = 0,05, jadi p < α ,
0,000 < 0,05 sehingga H1 diterima maka H0 ditolak, artinya ada hubungan
perubahan interaksi sosial dengan tingkat stress lansia pada saat pandemi covid-19
di UPT PSTW Jombang di Pare Kabupaten Kediri Tahun 2021. Nilai coefficient
correlation sebesar -0,736 artinya kekuatan hubungan termasuk kategori kuat.
Hubungan antar variabel adalah negatif artinya semakin tinggi interaksi sosial
maka tingkat stress menurun, begitu juga sebaliknya semakin rendah interaksi
sosial lansia maka tingkat stress lansia meningkat.
Kelompok lansia merupakan salah satu kelompok rentan yang paling
berisiko tertular virus, yang paling ditakutkan sekarang adalah Covid-19, karena
dengan bertambahnya usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan akibat
terjadinya proses penuaan. Sistem imun sebagai pelindung tubuhpun tidak bekerja
sekuat ketika waktu muda, inilah alasan kenapa orang lanjut usia rentan terserang
berbagai penyakit termasuk Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona. Hal ini
membuat banyak orang stres termasuk petugas kesehatan, terlebih kalau mereka
mempunyai lansia satu rumah. Untuk itu butuh penanganan yang serius dan
perhatian khusus pada kelompok lansia supaya lansia jangan sampai tertular
dengan virus Covid-19 (Roziika, 2020).
Menjaga kesehatan mental lansia selama pandemi COVID-19 memerlukan
bantuan dari semua pihak. Keluarga, petugas kesehatan, pemerintah, dan lansia itu
sendiri wajib bekerjasama. Pengetahuan, sikap, dan perilaku lansia harus
ditingkatkan dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19 ini. Adaptasi dan
bertahan itulah kunci mengatasi kondisi pandemi ini. Menjaga jarak fisik,
mencuci tangan, menggunakan masker, mengonsumsi makanan bergizi, dan
berolahraga ringan. Hobi yang bisa dilakukan dalam ruangan seperti membaca
buku, melukis, maupun menonton film bisa tetap dilakukan. Penjelasan harus
diberikan seringkas mungkin kepada lansia. Jika lansia mengerti, maka mereka
akan merasa aman dan damai. Kualitas hidup akan meningkat. Hubungan sosial
dengan keluarga dan sahabat melalui alat komunikasi harus tetap dilakukan.
Dukungan emosional sangat penting untuk lansia yang hidup sendirian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden


memiliki interaksi sosial yang tinggi yaitu sebanyak 31 responden (66,0%) dan
sebagian besar responden tingkat stress normal yaitu sebanyak 32 responden
(68,1%). Penelitinan ini menunjukkan bahwa ada hubungan perubahan interaksi
sosial dengan tingkat stress lansia pada saat pandemi covid-19 di upt pstw

8
jombang di pare kabupaten kediri tahun 2021. Kekuatan hubungan termasuk
kategori kuat dan negatif.

Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan


Menambah wawasan yang bermanfaat bagi institusi Pendidikan pada
umumnya, khususnya bagi mahasiswa STIKes Bhakti Mulia Pare Kabupaten
Kediri.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan tentang penelitian hubungan perubahan interaksi
sosial dengan tingkat stress lansia pada saat pandemi covid-19 terutama
sebagai mahasiswa kesehatan.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi tenaga kesehatan agar
meningkatkan dan mengembangkan keperawatan lansia khususnya pada
kegiatan–kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara berkelompok guna
meningkatkan interaksi sosial antar lansia

4. Bagi Peneliti lain


Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian selanjutnya
yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan
acuannya.

Daftar Pustaka

Alimul. 2017. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Azizah. 2017. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hawari. 2018. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Nugroho. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta.
Putri, R. D. 2020. Perbedaan Tingkat Stres Pada Lansia Yang Bertempat Tinggal
di Rumah Dan Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bondowoso.
Jurnal Masyarakat. Vol. 3 (2). e-ISSN : 2682-3603.
Sanjaya. 2017. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada Lansia Di Panti
Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Balita Binjai. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol. 2 (1). e-ISSN : 2686-3601.
Sunaryo. 2017. Sosiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.
Walgito. 2017. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset.
WHO. 2021. WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard.
covid19.who.int
Widodo. 2016. Hubungan Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Jurnal Kesehatan.
Vol. 11 (2). p-ISSN: 2088-0278

9
10

Anda mungkin juga menyukai