Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perdarahan Post Partum

Perdarahan postpartum paling sering diartikan sebagai keadaan kehilangan

darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi.

Perdarahan postpartum adalah merupakan penyebab penting kehilangan darah

serius yang paling sering dijumpai di bagian obstetrik, sebagai penyebab

langsung kematian ibu, perdarahan postpartum merupakan penyebab sekitar

satu per empat dari keseluruhan kematian akibat perdarahan obstetrik yang

diakibatkan oleh perdarahan postpartum.

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin

didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa

masalah mengenai definisi ini.

a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,

kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur

dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada handuk,

kain didalam ember dan lantai.

b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar

hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar HB normal akan dapat

menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat pada

anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anamiapun dapat mengalami

akibat fatal dari kehilangan darah.

8
9

c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam

dan kondisi ini dapat dikanali sampai terjadi syok.

Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan

terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala tiga sebaiknya

dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan

insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca

bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase

persalianan.4

2.1.1 Jenis Perdarahan Pervaginam

a. Perdarahan Post Partum Primer

Perdarahan post partum primer adalah mencakup semua kejadian

perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.

Penyebab :

1) Atonia uteri yang dapat terjadi karena plasenta atau selaput

ketuban tertahan yang mengakibatkan kontraksi uterus kurang

kuat.

2) Trauma genital, yaitu meliputi penyebab spontan dan trauma

akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang

menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria dan episiotomi

ditandai dengan perdarahan berwarna merah muda dan kontraksi

uterus bagus.
10

3) Inversio uterus, yaitu kondisi dimana uterus terputar balik,

sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput

lendir di sebelah luar.

4) Sisa plasenta, yaitu tersisanya bagian plasenta dalam rahim,

tindakan yang perlu dilakukan adalah eksplorasi kavum uteri.

Potongan-potongan sisa plasenta yang tertinggal tanpa diketahui

biasanya menimbulkan perdarahan lambat pascasalin. Bila

perdarahan banyak, hendaknya sisa-sisa plasenta segera

dikeluarkan dengan manual atau kuretase

b. Perdarahan Postpartum Sekunder

Perdarahan postpartum sekunder adalah mencakup semua

kejadian perdarahan antara 24 jam lebih setelah kelahiran bayi dan 6

minggu masa postpartum.

Penyebab :

1) Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan

2) Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di

serviks, vagina, kandung kemih, rektum)

3) Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, ruptur

uterus).4

2.1.2 Komplikasi Perdarahan Post Partum

a. Sindrom Sheehan : akibat nekrosis pada hipofisis pars anterior

sehingga terjadi insufisiensi bagian tersebut. Gejalanya ialah

aastenia, hipotensi, anemia, turunya berat badan sampai


11

menimbulkan kakeksia, kegagalan laktasi, amenorea, atrofi

payudara, kerontokan rambut pubis dan aksila, superinvolusi

uterus, hipotiroidisme, insufisiensi korteks adrenal

b. Diabetes insipidus : perdarahan masif pascasalin dapat

menyebabkan diabetes insipidus tanpa disertai defisiensi hipofisis

anterior.14

2.1.3 Diagnosis Perdarahan Post Partum

Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan

banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam

waktu lama, tanpa disadari penderita telah kehilangan banayak darah

sebelum ia tampak pucat. Nadi serta pernapasan menjadi leboih cepat

dan tekanan darah menurun. Seorang wanita hamil yang sehat dapat

kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami

gejala-gejala klinik: gejala- gejala baru tampak pada kehilangan darah

20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat menimbulkan syok.

Diagnosis perdarahan post partum dipermudah apabila pada tiap-tiap

persalinan, setelah anak lahir, secara rutin diukur pengeluaran darah

dalam kala III dan satu jam sesudahnya.

Apabila terjadi perdarahan post partum dan plasenta belum lahir,

perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera. Jikalau

plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia

uteri atau akibat perdarahan karena perlukaan jalan lahir. Pada

perdarahan akibat atonia uteri uterus membesar dan lembek pada


12

palpasi, sedangkan pada perdarahan akibat perlukaan jalan lahir uterus

berkontraksi dengan baik. Pada persalinan di rumah sakit, dengan

fasilitas yang baik untuk melakukan transfusi darah , seharusnya

kematian pada perdarahan post partum dapat dicegah. Tetapi kematian

tidak selalu dapat dihindarkan, terutama apabila penderita datang

kerumah sakit dalam keadaan syok karena sudah kehilangan banyak

darah.

Perdarahan post partum merupakan sebab utama kematian dalam

persalinan, selain itu perdarahan post partum memperbesar

kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang.6

2.1.4 Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum Primer (Atonia Uteri)

Tindakan pengelolanya terdiri atas :

a. Melakukan informed consent tindakan yang akan dilakukan

b. Memposisikan pasien dengan litotomi

c. Menyiapkan infus set, cairan infus, obat-obatan dan alat, dekatkan

bengkok

d. Memakai alat perlindungan diri

e. Mencuci tangan dengan 7 langkah

f. Kompresi Bimanual Interna

1) Menggunakan sarung tangan DTT/ steril

2) Pastikan kandung kemih kosong, jika perlu lakukan katerisasi

menggunakan teknik aseptik


13

3) Jika menggunakan kateter, cabut kateter secara lembut dan

letakan pada wadah berisi cairan klorin 0,5 %

4) Masukan satu tangan secara obstetri dengan lembut kedalam

introitus vagina

5) Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau

bekuan darah dari vagina dan lubang serviks bersihkan/

keluarkan

6) Mengecek kontraksi uterus, jika masih lembek pasang sarung

tangan panjang

7) Kepalkan tangan yang ada didalam vagina dan tempatkan pada

forniks anterior dan lakukan penekanan

8) Letakan tangan yang berada diluar pada dinding abdomen

diatas simfisis pubis pada dinding belakang korpus uteri

9) Menekan secara kuat uterus diantara kedua tangan dalam dan

tangan luar selama 5 menit

10) Evaluasi keberhasilan

a) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang,

teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian

keluarkan tangan perlahan-lahan

b) Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih

berlangsung periksa ulang perineum, vagina, serviks,

apakah terjadi laserasi, jika ada laserasi lakukan penjahitan

untuk menghentikan perdarahan


14

c) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit,

lakukan kompresi bimanual eksterna, anjurkan keluarga

untuk melakukan KBE

g. Kompresi Bimanual Eksterna

1) Letakan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding

belakang korpus uteri, dan diatas simfisis pubis

2) Letakan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding

belakang korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus

uteri

3) Lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan tangan depan

dan belakang/ tangan kanan dan kiri

Tindakan Selanjutnya

h. Keluarkan tangan dalam vagina Perlahan-lahan

i. Penolong mencuci tangan / sarung tangan dalam klorin 0,5% bilas

dalam air DTT dan keringkan dengan lap atau handuk

j. Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600-1000 mcg per

rektal. (ergometrin tidak untuk penderita hipertensi)

k. Pasang infus, gunakan jarum ukuran 16 atau 18, berikan 500 ml

larutan ringer laktat + 20 IU okstitosin dihabiskan dalam waktu 10

menit/ secepat mungkin

l. Dekontaminasi sarung tangan, lepaskan dan rendam secara

terbalik dalam klorin 0,5%

m. Pakai sarung tangan sterei / DTT yang baru


15

n. Ulangi KBI selama 2 menit, evaluasi perdarahan dan kontraksi,

jika kontraksi baik perdarahan berkurang lepaskan tanagn dalam

perlahan-lahan.

o. Jika dalam waktu 1-2 menit uterus tidak berkontraksi rujuk segera

dengan meneruskan KBI selama dalam perjalanan rujukan

p. Lanjutkan infus selama dalam perjalanan, berikan labu ke 2

sebanyak 500 ml/jam.

q. Lanjutkan infus RL 500 cc + 20 IU Oksitosin labu ke 3 dengan

laju 125 ml/jam, hingga menghabiskan 1,5 L sampai ketempat

tujuan.7

2.2 Anemia

2.2.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar HB dan atau hitung

eritrosit lebih rendah dari harga normal. Wanita hamil atau dalam masa

nifas dinyatakan anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah <12 gr%.

kondisi ibu dengan kadar HB dalam darah dibawah 11 gr% pada

trimester I dan III dan kadar HB kurang dari 10,5 gr% pada trimester II.

Tingkatan anemia dibagi menjadi 3. yaitu antara lain :

a. Anemia ringan, dimana jika kadar HB 9,00-10,00 gr%

b. Anemia sedang, dimana jika kadar HB 7,00-8,00 gr%

c. Anemia berat, dimana jika kadar HB <7,00 gr% .4


16

2.2.2 Faktor Penyebab Anemia

Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :

a. Kurang gizi (malnutrisi)

b. Kurang zat besi

c. Malabsorpsi

d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-

lain

e. Penyakit-penyakit yang kronis seperti TBC, paru, cacing usus,

malaria, dan lain-lain.8

2.2.3 Klasifikasi Anemia

Anemia disebabkan kaeran Jenis-jenis anemia adalah sebagai berikut :

a. Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folik

(pteroylglutamic acid), jarang terjadi karena defisiensi vitamin B12

(cyanocobalamin), hubungan ini sangat erat dengan defisiensi

makanan

Diagnosis :

Anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megaloblas atau

promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas sebagai

anemia makrositer dan hiperkrom tidak selalu dijumpai, kecuali bila

anemianya sudah berat. Seringkali anemia sifatnya normosister dan

normokrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi asam folik sering

berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan.


17

Terapi :

Tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30 mg sehari, jikalau

perlu, asam folik diberikan dengan suntikan dalam dosis yang sama,

bila anemia megaloblastik diakibatkan oleh defisiensi vitami b12

maka penderita harus diobati dengan vitamin b12 (cyanocobalamin)

b. Anemia hipoplastik

Anemia hipoplastik ini disebabkan sumsum tulang kurang

mampu membuat sel-sel darah baru, etiologi anemia hipoplastik

karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali

yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun, atau obat-obat.

Karena obat-obatan penambah darah tidak memberi hasil, maka

satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita ialah

transfusi darah, yang sering perlu diulang sampai berapa kali.

c. Anemia hemolitik

Anemia himolitik disebabkan karena penghancuran sel darah

merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. secara umum

anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yakni :

1) Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler seperti

pada sferositosis, eliptositosis, anemia hemolitik herediter,

thalasemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatia C, D, G, H, I, dan

paraxysmal nocturnal haemolobinuria

2) Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskuler seperti

pada infeksi, keracunan arsenikum, neoarsphenamin, timah,


18

sulfonamid, kinin, paraquin, pimaquin furadantin, racun ular,

defisiensi G-6-PD (glucose-6-phosphate-dehydrogenase)

antagonismus rhesus atau ABO, leukimia, penyakit hodgkin,

limfosarkoma dan penyakit hati

Pengobatan anemia hemolitik tergantung pada jenis dan beratnya.

Obat-obatan penambah darah tidak memberi hasil. Transfusi darah,

yang kadang-kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia

berat untuk meringankan penderita ibu untuk menurangi bahaya

hipoksia janin. Pada anemia hemolitik yang diperoleh harus dicari

penyebabnya sebab-sebab itu harus disingkirkan, misalnya

pemberian obat-obatan yang dapat menyebabkan kelumpuhan

sumsum tulang harus segera dihentikan.

d. Anemia defisiensi zat besi

Anemia defisiensi zat besi paling sering dijumpai pada ibu yang

mengalami masa nifas.Anemia ini dapat disebabkan karena kurang

masuknya unsur besi dengan makanan di dalam tubuh, gangguan re-

absorbsi, atau terlampau banyaknya zat besi keluar dari tubuh seperti

perdarahan.

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang telah

dilakukan selama ini ditujukan pada ibu hamil, agar anemia dapat

dicegah atau diatasi maka harus banyak mengkonsumsi makanan

yang kaya zat besi dan pemberian tablet Fe yang dikombinasikan

dengan vitamin C.
19

e. Anemia pada masa kehamilan

Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah dan hal

ini normal. Meskipun demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat

saat hamil, sehingga dibutuhkan lebih banyak zat pembentuk

hemoglobin, yaitu zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Bila asupan

ketiga nutrisi tersebut kurang, dapat terjadi anemia yang bisa

membahayakan ibu hamil maupun janin.

g. Anemia aplastik

Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang

membuat tubuh tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah

dengan optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh infeksi, penyakit

autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat

antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis.4

2.2.4 Tanda dan gejala Anemia

Tanda dan gejala yang sering dialami oleh ibu nifas dengan anemia

adalah :

a. Cepat lelah

b. Sering pusing

c. Mata berkunang-kunang

d. Lidah luka

a. Nafsu makan turun (anoreksia)

b. Konsentrasi hilang

c. Nafas pendek (pada anemia parah)


20

d. Keluhan mual, muntah lebih hebat pada hamil nuda

e. Conjungtiva pucat.4

2.2.5 Pengaruh Anemia

Anemia pada masa kemilan memberikan pengaruh yang kurang baik

bagi ibu dan pada nifas selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul

akibat anemia, seperti :

a. Anemia terhadap kehamilan

1) Dapat terjadi abortus

2) Persalinan prematurritas

3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

4) Mudah terjadi infeksi

5) Ancaman decompensasi kordis (Hemoglobin <6 gr%)

6) Hiperemesis gravidarum

7) Perdarahan ante partum

8) Ketuban pecah dini

b. Pengaruh anemia pada persalinan

1) Gangguan his dan kukuatan mengejan

2) Kala satu berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar

3) Kala dua berlangsung lama, sehingga dapat melelahkan dan

sering memerlukan tindakan operasi kebidanan

4) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post

partum karena atonia uteri


21

5) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan

atonia uteri

c. Pengaruh anemia pada kala nifas

1) Terjadi sub involusio uteri yang menyebabkan perdarahan

postpartum

2) Memudahkan infeksi puerperium

3) Terjadi decompensasio cordis yang mendadak setelah persalinan

4) Pengeluran ASI berkurang

5) Mudah terjadi infeksi mamae

d. Pengaruh anemia terhadap janin

1) Abortus

2) Terjadi kematian intra uterin

3) Persalinan prematuritas tinggi

4) Berat badan lahir rendah

5) Kelahiran dengan anemia

6) Dapat terjadi cacat bawaan

7) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal.8

2.2.6 penatalaksaan anemia

a. Memberi dan menambah suplemen zat besi

b. Memberi tambahan asam folat 15-30 mg/hari, vitamin B12 1,25

mg/hari, sulfas ferrosus 500 mg/hari.

c. Melakukan transfusi darah.4


22

2.3 Anemia Sedang

2.3.1 Pengertian Anemia Sedang

Anemia sedang adalah apabila kadar darah yang dihasilkan oleh

pemeriksaan Hb sahli sebesar 7-8 gr/dL.4

2.3.2 Gejala anemia sedang

Pada anemia akan didapatkan keluhan sebagai berikut:

a. Cepat lelah

b. Sering pusing

c. Mata berkunang-kunang

d. Badan lemas.8

2.3.3 Komplikasi

Komplikasi anemia sedang pada ibu nifas dapat terjadi, hal ini

dikarenakan ibu mengalami perdarahan saat persalinan, proses

persalinan berlangsungsangat lama, atau si ibu sudah menderita anemia

sejak masa kehamilan. Perdarahan pada masa nifas bila tidak segera

diatasin, dapat menyebabkan rahim tidak mampu berkontraksi atau

kontraksi sangat lemah.8

2.3.4 Penegakan diagnosa

a. Anamnesa

Dengan anemnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing

dan mata berkunang-kunang.


23

b. Pemeriksaan fisik

Keluhan lemah, kulit pucat, sementara tensi masih dalam batas

normal, pucat padamembran mukosa, dan konjungtiva oleh kaena

kurang sel darah merah pada pembuluh darah kapiler serta pucat

pada kuku dan jari tangan.

c. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan dan pengawasan HB untuk menentukan derajat

anemia dapat dilakukan dengan menggunakan tes laboratorium atau

alat sahli. Anemia dapat didiagnosa dengan pasti kalau kadar Hb

lebih rendah dari batas normal, berdasarkan kelompok umur dan

jenis kelamin.

d. Penatalaksanaan

1) Meningkatkan gizi penderita

Faktor utama penyebab anemia ini adalah faktor gizi, terutama

protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi sangat

diperlukan oleh ibu nifas yang mengalami anemia sedang.

2) Memberi suplemen zat besi

a) Peroral

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os gram

besi 2x1 (200 mg) sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas

ferrosus. HB dapat dinaikan sampai 10 gr/100 ml atau

lebih.Vitamin C mempunyai khasiat mengubah ion ferri

menjadi ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.


24

b) Parental

Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi

peroral,ada gangguan absorbs, penyakit saluran pencernaan.

Besi parental diberikan dalam bentuk ferri secara

intramuscular/intravena.Diberikan ferum desktran 100 dosis

total 1000-2000 mg intravena.

c) Transfusi darah

Transfusi darah sebagai pengobatan anemia sedang dalam

masa nifas sangat jarang diberikan walaupun Hb-nya kurang

dari 6 gr/100 ml, apabila tidak terjadi perdarahan.9

2.4 Nifas

2.4.1 Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa setelah persalinan dan kelahiran bayi

plasenta serta selaput yang di perlukan untuk memulihkan kembali

organ kandungan seperti sebleum hamil dengan waktu kurang lebih 6

minggu.10

2.4.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis

dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat

penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka

kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.


25

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana

bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa

nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian, interpretasi data dan

analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi.

Sehingga dengan asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui dapat

mendeteksi secara dini penyulit maupun komplikasi yang terjadi

pada ibu dan bayi.

c. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi penyulit

atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke fasilitas pelayanan

rujukan.

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan jarak

kelahiran,

e. menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi

sehat serta memberikan pelayanan keluarga berencana, sesuai

dengan pilihan ibu.10

2.4.3 Perubahan Fisiologis dalam Masa Nifas

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-

angsur kembali   keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat

genitalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan

penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai

berikut :
26

a. Uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

1) Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi

dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah

pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi

relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

2) Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi

penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

3) Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan

memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga

panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5

kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.

Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan

progesteron.

4) Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya

kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan

pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai

darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi

situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil


27

seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada

uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Involusi uterus

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram


Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram
2 minggu Tak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

b. Lokia

Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir)

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-

beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena

proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia

rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing

lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2 Lokia


28

Lokia Waktu Warna

Rubra 1-3 hari Merah kehitaman


Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur merah

Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoklatan

Alba >14 hari Putih

c. Vagina dan perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami

penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan

kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul

kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan

kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi

karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan

saat sebelum persalinanpertama.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada

saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat

terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan

indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum

dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat

mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat

dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.

d. Perubahan tanda-tanda vital


29

1) Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat

Celsius. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat

celcius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8

derajat celcius. Sesudah 2 jam pertama melahirkan

umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih

dari 38 derajat celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per

menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi

bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi

100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi

atau perdarahan post partum.

3) Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada

pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke

seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal

manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik

60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal,

tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan

darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat

diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah

tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre


30

eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut

sangat jarang terjadi.

4) Pernapasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah

16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya

pernapasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu

dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,

pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran napas. Bila pernapasan

pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan

ada tanda-tanda syok.10

2.4.4 Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas

a. Nutrisi dan cairan

1) Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi

sebagai berikut:

2) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

3) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

4) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

5) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pascapersalinan.


31

6) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar

secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari

tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk

berjalan.Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum

terlentang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan.

Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur

dalam 24-48 jam postpartum.

Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut:

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

3) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya:

memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.

c. Personal Hygine

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap

infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk

mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat

tidur, dan lingkungan sangat penting untik tetap dijaga.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan

diri ibu postpartum adalah sebagai berikut :


32

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.

2)  Menganjurkan ibu bagaimana membersihakan daerah kelamin

dengan sabun dan air. Pastika ibu mengerti untuk

membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari

depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar

anus. Nasehati ibu untuk membersihkan daerah vulva setiap

kali selesai buang air kecil atau besar.

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapt

digunaka ulang jika telah dicuci dengan baik dan di keringkan

dibawah matahari dan disetrika.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan

kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.10

2.4.5 Program Kunjungan Masa nifas

a. Kunjungan pertama 6-8 jam persalinan

Untuk Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,

Mendeteksi dan merawat penyebab lain, perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut, Memberikan konseling pada ibu atau salah

satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri, Pemberian ASI awal, Melakukan hubungan


33

antara ibu dan bayi baru lahir, Menjaga bayi tetap sehat dengan

cara mencegah hipotermi Kedua

b. Kunjungan ke dua 1-7 hari setelah persalinan

Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal dan tidak ada bau, Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal, Memastikan ibu mendapat

cukup makanan, cairan dan istirahat, Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit,

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari

Ketiga

c. Kunjungan ke tiga 8 hari – 4 minggu setelah persalinan

Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilkus, tidak ada perdarahan

abnormal dan tidak ada bau, Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal, Memastikan ibu mendapat

cukup makanan, cairan dan istirahat, Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit,

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari


34

d. Kunjungan ke empat 6 minggu setelah persalinan

Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami

atau bayinya, Memberikan konseling Keluarga berencana secara

dini, Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu atau

puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.11

2.4.6 Tanda-tanda bahaya masa nifas

a. Perdarah pervaginam

b. Pengeluaran cairan yang berbau busuk dari jalan lahir

c. Pembengkakan di wajah, tangan atau kaki, mungkin dengan sakit

kepala dan kejang-kejang

d. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK,

e. Payudara yang berubah menjadi merah, panas atau terasa sakit

f. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

g. Merasa sangat sedih tidak bisa mengurus bayinya.10

2.5 Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ektrauterin.12
35

2.5.1 Tujuan perawatan bayi baru lahir

Tujuan umum : Perawatan bayi bertujuan menilai kondisi bayi baru

lahir dan membantu terlaksananya pernafasan spontan serta mencegah

hipotermi dan mengurangi angka kematian bayi.

Tujuan khusus

a. Membersihkan jalan nafas.

b. Memotong dan merawat tali pusat.

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.

d. Mencegahan infeksi.12

2.5.2 Pemantauan bayi baru lahir

Hal-hal yang dinilai pada jam pertama sesudah lahir:

a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah

b. Bayi tampak aktif

c. Bayi kemerahan atau biru

d. Feces: feces berupa mekonium yakni seperti titik hitam, pekat yang

telah berada dalam saluran pencernaan sejak janin berusia 16

minggu. Mulai keluar dalam 24 jam pertama lahir sampai hari ke 2

dan 3, selanjutnya hari ke 4-5 berwarna cokelat kehijauan,

kemudian kuning dan lembek jika minum ASI.

e. Tali pusat: pemotongan talipusat merupakan pemisahan antara

kehidupan bayi dan ibu. Tali pusat biasanya lepas 7-10 hari

setelah lahir.
36

f. Refleks bayi yang dilahirkan mempunyai sejumlah refleks

merupakan dasar bagi bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan

aktif. Refleks terdiri dari :

1) Refleks labirin Refleks mengedip


2) Refleks rooting Refleks mencari
3) Refleks sucking Refleks menghisap
4) Refleks swallowing Refleks menelan
5) Refleks moro Refleks seolah olah memeluk
6) Refleks tonic neck Refleks otot leher
7) Refleks grasping Refleks menggenggam
Refleks telapak kaki akan
8) Refleks Babinski
defleksi
g. Berat badan bayi baru lahir : Berat badan bayi baru lahir: dalam

tiga hari pertama mengalami penurunan karena bayi mengeluarkan

air kencing dan mekonium, kemudian pada hari ke-4 berat badan

akan naik lagi dalam 10 hari berat badan kembali normal.12

2.5.3 Ciri – ciri bayi normal

a. Berat badan 2500-4000 gram

b. Panjang badan 48-52 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Bunyi jantung pertama kira-kira 180x/menit,kemudian menurun

sampai 120-160 x/menit

f. Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x/menit,

kemudian menurun sekitar 40-60 kali/menit

g. Kulit kemerah-merahan, licin dan diliputi verniks caseosa


37

h. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

i. Kuku telah agak panjang dan lemas

j. Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora,

dan pada bayi laki-laki testis sudah turun.

k. Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l. Reflek moro sudah baik.

m. Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama.12

2.5.4 Tanda bahaya bayi baru lahir

a. Sulit bernapas atau lebih dari 60 kali/menit

b. Suhu terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu dingin (< 36oC)

c. Kulit bayi kuning (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau

memar.

d. Hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah.

e. Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan dan berdarah.

f. Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah,

bengkak, bau busuk, keluar cairan dan pernapasan sulit.

g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja

lembek/encer, berwarna hijau tua ada lendir atau darah.

h. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, dan menangis terus-

menerus.12

2.5.5 Asuhan Bayi Baru Lahir 1 Jam


38

Asuhan bayi segera setelah lahir adalah asuhan yang diberikan

kepada bayi selama menit-menit pertama setelah kelahiran. Asuhan

yang diberikan kepada bayi segera setalah lahir adalah asuhan yang

segera, aman, dan bersih. Asuhan bayi baru lahir normal adalah

asuhan yang diberikan pada bayi tersebut pada satu jam pertama

setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan

menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau

gangguan.

Aspek – aspek penting bayi baru lahir :

a. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat,

b. Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu

Asuhan yang dapat diberikan pada bayi baru lahir normal antara lain :

a. Membersihkan jalan nafas, bayi lahir normal akan menangis

spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis,

penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai

berikut :

1) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat keras dan hangat

2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga

leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala

diatur lurus sedikit terngadah kebelakang.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dengan alat penghisap lender.


39

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini

biasanya bayi segera menangis.

b. Memotong dan merawat tali pusat apabila bayi lahir tidak

menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan

melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5cm

dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan

pengikat steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap

kali pembalut basah atau kotor.

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi, pada waktu bayi baru lahir, bayi

belum mampu mengatur tetap suhu tubuhnya dan membutuhkan

pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru

lahir harus dibungkus hangat dan kering. Upaya mencegah

kehilangan panas :

1) Mengeringkan tubuh bayi secara seksama

2) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi

3) Selimuti ibu dan bayi serta pakaikan topi dikepala bayi

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

5) Tidak memandikan bayi sesegera mungkin, menunggu

minimal 6 jam setelah persalinan.

6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

7) Bayi jangan dibedong terlalu ketat karena dapat menghambat

gerakan bayi.
40

d. Memberi vitamin K, guna mencegah terjadinya perdarahan pada

bayi baru lahir. Maka semua bayi baru lahir normal dan cukup

bulan perlu diberi vitamin K 1mg dengan dosis 0,5 mg I.M.

e. Memberi salep mata. Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep

mata. Pemberian obat mata eritromosin 0,5% atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk pencegahan penularan infeksi

f. Identifikasi, alat yang digunakan hendaknya kebal air dan tepi

yang halus dan tidak melukai, tidak mudah sobek dan tidak

mudah lepas. Pada gelang identifikasi harus tercantum: nama

(bayi, nyonya), tanggal lahir, waktu lahir, berat badan, panjang

badan, dan jenis kelamin.

g. Inisiasi menyusu dini

Langkah inisiasi menyusu dini :

1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya

segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.

2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan

inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap

untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan

kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai

dilakukan.12

1.5.6 Bayi baru lahir 1 hari – 6 minggu

Asuhan pada bayi baru lahir 1 hari – 6 minggu:


41

a. Perawatan fisik bayi baru lahir

b. Menjaga kebersihan bayi

c. Merawat tali pusat

d. Indentifikasi bayi atau beri bayi penanda yang sama dengan ibunya

e. Berikan bayi kepada ibuya atau dengan rawat gabung dan biarkan

f. bayi disusui oleh ibunya.

g. Pemeriksaan tanda bahaya pada bayi seperti kejang, demam tinggi,

h. tali pusat bernanah.

i. Menjaga suhu bayi.12

Anda mungkin juga menyukai