Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU POST PARTUM HARI KE 12 DENGAN LATE HPP

KARENA SISA PLACENTA

DI RSUD BANGIL PASURUAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Pra-Profesi Bidan

di RSUD Bangil Pasuruan

Oleh:

Helfi Kartika Dewi

105070600111023

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika kita berbicara tentang persalinan sudah pasti berhubungan dengan


perdarahan, karena semua persalinan baik pervaginam ataupun perabdominal
(section cesarea ) selalu disertai perdarahan. Pada persalinan pervaginam
perdarahan dapat terjadi sebelum, selama ataupun sesudah persalinan. Perdarahan
bersama-sama infeksi dan gestosis merupakan tiga besar penyebab utama
langsung dari kematian maternal.(1,2)
Kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau
dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari
tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung
disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan
sebab-sebab lain seperti penyakit jantung, kanker, dan lain sebagainya.(1)
Suatu perdarahan dikatakan fisiologis apabila hilangnya darah tidak
melebihi 500 cc pada persalinan pervaginam dan tidak lebih dari 1000 cc pada
sectio cesarea. Perlu diingat bahwa perdarahan yang terlihat pada waktu
persalinan sebenarnya hanyalah setengah dari perdarahan yang sebenarnya.
Seringkali sectio cesarean menyebabkan perdarahan yang lebih banyak, harus
diingat kalau narkotik akan mengurangi efek vasokonstriksi dari pembuluh darah.
(2,3) Untuk selanjutnya penulis akan membahas lebih banyak tentang perdarahan
pasca persalinan pada persalinan perabdominal

1.2 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan nifas dengan
Hemorrhagia Post Partum karena Sisa Plasenta

2
1.3 Tujuan Khusus
 Menjelaskan konsep dasar nifas
 Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan nifas dengan
Hemorrhagia Post Partum karena Sisa Plasenta
 Melakukan pendokumentasian dasar asuhan kebidanan nifas dengan
Hemorrhagia Post Partum hingga 3 hari dengan menggunakan
dokumentasi 7 langkah varney.
 Menjelaskan kesesuaian dan kesenjangan antara konsep dasar asuhan
dengan kasus.

3
BAB II
ISI

A. DEFINISI
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau
lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama,
atau sesudah lahirnya plasenta.
Definisi lain menyebutkan Perdarahan Pasca Persalinan adalah perdarahan 500 cc
atau lebih yang terjadi setelah plasenta lahir. Menurut waktu terjadinya dibagi atas
dua bagian :
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi
antara 24 jam dan 6 minggu setelah anak lahir.

B. EPIDEMIOLOGI
1. Insiden
Angka kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam yaitu 5-
8 %. Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum perdarahan yang
berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita hamil
dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang setelah persalinan.
2. Peningkatan angka kematian di Negara berkembang
Di negara kurang berkembang merupakan penyebab utama dari kematian
maternal hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang memadai,
kurangnya layanan transfusi, kurangnya layanan operasi.

C. ETIOLOGI
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan hemorrhage postpartum,
faktor-faktor yang menyebabkan hemorrhage postpartum adalah atonia uteri,
perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah.

4
1. Tone Dimished : Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum secara
fisiologis di control oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada
disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan
plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada
perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia
uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan
memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta,
sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab
utama perdarahan postpartum.
Disamping menyebabkan kematian, perdarahan postpartum memperbesar
kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang.
Perdarahan yang banyak bisa menyebabkan “ Sindroma Sheehan “ sebagai akibat
nekrosis pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi insufiensi bagian tersebut
dengan gejala : astenia, hipotensi, dengan anemia, turunnya berat badan sampai
menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat genital,
kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dengan hipotensi,
amenorea dan kehilangan fungsi laktasi.
Beberapa hal yang dapat mencetuskan terjadinya atonia meliputi :
 Manipulasi uterus yang berlebihan,
 General anestesi (pada persalinan dengan operasi ),
 Uterus yang teregang berlebihan :
o Kehamilan kembar
o Fetal macrosomia ( berat janin antara 4500 – 5000 gram )
o polyhydramnion
 Kehamilan lewat waktu,
 Portus lama
 Grande multipara ( fibrosis otot-otot uterus ),
 Anestesi yang dalam

5
 Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia ),
 Plasenta previa,
 Solutio plasenta,
2. Tissue
a. Retensio plasenta
Retentio placentae dalam uterus dapat dibagi menjadi empat kelompok:
1. Terpisah tapi tertahan: Di sini tidak ada tenaga yang dalam keadaan normal
mendorong placenta keluar.
2. Terpisah tapi terperangkap (inkarserata): Konstriksi rahirn yang berbentuk
jam-pasir (hourglass) atau spasme cervix menyebabkan placenta terperangkap
dalam segmen etas uterus.
3. Melekat tapi dapat dipisahkan (adhesiva): Dalam situasi ini, placenta tidak
dapat terlepas sendiri dari dinding rahim. Penyebabnya mencakup kegagalan
kontraksi-normal dan retraksi pada kala tiga, defek anatomis dalam uterus, dan
abnormaiitas decidua yang mencegah terbentuknya lempeng pemisahan
decidua yang normal.
4. Melekat tapi tidak dapat dipisahkan: Di sini berupa placenta acreta dengan
berbagai derajat. Decidua normal tidak ada, dan villi chorialis melekat
langsung serta menembus myometrium.
b. Sisa plasenta
Perdarahan postpartum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan
plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa menyebabkan perdarahan pada
akhir masa nifas. Inspeksi plasenta setelah pelahitan harus dilakukan secara rutin.
Apabila ada bagian uterus yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan sisa plasenta
dikeluarkan, terutama pada perdarahan postpartum yang berlanjut. Walaupun
jarang, retensi lobus suksenturiata dapat menyebabkan perdarahan postpartum.
Pada retensi sebagian plasenta, biasanya bagian plasenta yang tertinggal
mengalami nekrosis tanpa deposit fibrin, dan pada akhirnya akan membentuk
polip plasenta. Apabila serpihan polip terlepas dari myometrium, perdarahan hebat
dapat terjadi.

6
c. Plasenta acreta dan variasinya.
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan, tapi apabila terlepas
sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
 kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta
adhesiva )
 Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis
menembus desidva sampai miometrium – sampai dibawah peritoneum
(plasenta akreta – perkreta ) Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus
akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta ( inkarserasio plasenta ).
Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25 % dari kasus
perdarahan postpartum. Penemuan Ultrasonografi adanya masa uterus yang
echogenic mendukung diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan jika
perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun pada late postpartum
hemorraghe. Apabila didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu dilakukan dilatasi
dan curettage.
3. Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma jalan
lahir, antara lain karena:
 Ruptur uterus
 Inversi uterus
 Perlukaan jalan lahir
 Vaginal hematom

7
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya,
dan persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat
jaringan parut section secarea sebelumnya. Laserasi dapat mengenai uterus,
cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi karena persalinan secara operasi
ataupun persalinan pervaginam dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan
vacuum atau forcep, walau begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang persalinan.
Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan
hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak
akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery
atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan
persalinan, atau jika ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi
uterus baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi.
Ketika laserasi cervix atau vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka
repair adalah solusi terbaik. Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki
kovum uteri, sehingga tundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.
Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :
 Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
 Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
 Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar
vagina.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada
korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan
plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. Pada penderita dengan syok
perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III
atau setelah persalinan selesai. Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor
yang lunak diatas servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat

8
menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 – 70 % ).
Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan
penderita.

4. Thrombin : Kelainan pembekuan darah


Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan
ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
 Hipofibrinogenemia
 Trombocitopeni
 Idiopathic thrombocytopenic purpura
 HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count)
 Disseminated Intravaskuler Coagulation
 Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit
karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan
trombosit sudah rusak

D. FAKTOR RESIKO
Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan
faktor resiko paling besar untuk terjadinya hemorraghe postpartum sehingga
segala upaya harus dilakukan untuk menentukan keparahan dan penyebabnya.
Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui karena dapat menyebabkan terjadinya
hemorraghe postpartum :
 Grande multipara
 Perpanjangan persalinan
 Chorioamnionitis
 Kehamilan multiple
 Injeksi Magnesium sulfat
 Perpanjangan pemberian oxytocin

9
E. DIAGNOSIS
Hemorraghe postpartum digunakan untuk persalinan dengan umur
kehamilan lebih dari 20 minggu, karena apabila umur kehamilan kurang dari 20
minggu disebut sebagai aborsi spontan. Beberapa gejala yang bisa menunjukkan
hemorraghe postpartum :
 Perdarahan yang tidak dapat dikontrol
 Penurunan tekanan darah
 Peningkatan detak jantung
 Penurunan hitung sel darah merah (hematocrit)
 Pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan sekitar perineum
Perdarahan hanyalah gejala, penyebabnya haruslah diketahui dan
ditatalaksana sesuai penyebabnya. Perdarahan postpartum dapat berupa
perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat
jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang merembes
perlahan-lahan tapi terjadi terus menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan
menyebabkan ibu lemas ataupun jatuh kedalam syok.
Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan
tekanan darah, nadi dan napas cepat, pucat, extremitas dingin, sampai terjadi syok.
Pada perdarahan sebelum plasenta lahir biasanya disebabkan retensio plasenta
atau laserasi jalan lahir, bila karena retensio plasenta maka perdarahan akan
berhenti setelah plasenta lahir. Pada perdarahan yang terjadi setelah plasenta lahir
perlu dibedakan sebabnya antara atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma jalan lahir.
Pada pemeriksaan obstretik kontraksi uterus akan lembek dan membesar jika ada
atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik dilakukan eksplorasi untuk mengetahui
adanya sisa plasenta atau laserasi jalan lahir.
Berikut langkah-langkah sistematik untuk mendiagnosa perdarahan
postpartum:
1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan ekplorasi kavum uteri untuk mencari :

10
a. Sisa plasenta dan ketuban
b. Robekan rahim
c. Plasenta succenturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada cervix, vagina, dan varises yang pecah.
5. Pemeriksaan laboratorium : bleeding time, Hb, Clot Observation test dan lain-
lain.

F. PENCEGAHAN DAN MANAJEMEN


1. Pencegahan Perdarahan Postpartum
a. Perawatan masa kehamilan
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang
disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak
saja dilakukan sewaktu bersalin tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil dengan
melakukan antenatal care yang baik. Menangani anemia dalam kehamilan
adalah penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan
postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.
b. Persiapan persalinan
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan
darah, dan bila memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank
darah. Pemasangan cateter intravena dengan lobang yang besar untuk persiapan
apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien dengan anemia berat sebaiknya
langsung dilakukan transfusi. Sangat dianjurkan pada pasien dengan resiko
perdarahan postpartum untuk menabung darahnya sendiri dan digunakan saat
persalinan.
c. Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau
maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik.
Massae yang berlebihan atau terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama
ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa mengganggu kontraksi normal
myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan menyebabkan
kehilangan darah yang berlebihan dan

11
memicu terjadinya perdarahan postpartum.
d. Kala tiga dan Kala empat
a) Uterotonica dapat diberikan segera sesudah bahu depan dilahirkan. Study
memperlihatkan penurunan insiden perdarahan postpartum pada pasien
yang mendapat oxytocin setelah bahu depan dilahirkan, tidak didapatkan
peningkatan insiden terjadinya retensio plasenta. Hanya saja lebih baik
berhati-hati pada pasien dengan kecurigaan hamil kembar apabila tidak
ada USG untuk memastikan. Pemberian oxytocin selama kala tiga terbukti
mengurangi volume darah yang hilang dan kejadian perdarahan
postpartum sebesar 40%.
b) Pada umumnya plasenta akan lepas dengan sendirinya dalam 5 menit
setelah bayi lahir. Usaha untuk mempercepat pelepasan tidak ada
untungnya justru dapat menyebabkan kerugian. Pelepasan plasenta akan
terjadi ketika uterus mulai mengecil dan mengeras, tampak aliran darah
yang keluar mendadak dari vagina, uterus terlihat menonjol ke abdomen,
dan tali plasenta terlihat bergerak keluar dari vagina. Selanjutnya plasenta
dapat dikeluarkan dengan cara menarik tali pusat secra hati-hati. Segera
sesudah lahir plasenta diperiksa apakah lengkap atau tidak. Untuk “
manual plasenta “ ada perbedaan pendapat waktu dilakukannya manual
plasenta. Apabila sekarang didapatkan perdarahan adalah tidak ada alas an
untuk menunggu pelepasan plasenta secara spontan dan manual plasenta
harus dilakukan tanpa ditunda lagi. Jika tidak didapatkan perdarahan,
banyak yang menganjurkan dilakukan manual plasenta 30 menit setelah
bayi lahir. Apabila dalam pemeriksaan plasenta kesan tidak lengkap, uterus
terus di eksplorasi untuk mencari bagian-bagian kecil dari sisa plasenta.
c) Lakukan pemeriksaan secara teliti untuk mencari adanya perlukaan jalan
lahir yang dapat menyebabkan perdarahan dengan penerangan yang cukup.
Luka trauma ataupun episiotomy segera dijahit sesudah didapatkan uterus
yang mengeras dan berkontraksi dengan baik.

2. Manajemen Perdarahan Postpartum

12
Tujuan utama pertrolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum
adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat
mungkin. Terapi pada pasien dengan hemorraghe postpartum mempunyai 2 bagian
pokok :
a. Resusitasi dan manajemen yang baik terhadap perdarahan Pasien dengan
hemorraghe postpartum memerlukan penggantian cairan dan pemeliharaan
volume sirkulasi darah ke organ – organ penting. Pantau terus perdarahan,
kesadaran dan tanda-tanda vital pasien. Pastikan dua kateler intravena ukuran
besar untuk memudahkan pemberian cairan dan darah secara bersamaan
apabila diperlukan resusitasi cairan cepat.
 Pemberian cairan : berikan normal saline atau ringer lactate
 Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red cell
 Evaluasi pemberian cairan dengan memantau produksi urine (dikatakan
perfusi cairan ke ginjal adekuat bila produksi urin dalam 1jam 30 cc atau
lebih)
b. Manajemen penyebab hemorraghe postpartum Tentukan penyebab
hemorraghe postpartum :
a) Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan di fundus
uteri dan lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan
vagina. Apabila terus teraba lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu
dilakukan massase yang lebih keras dan pemberian oxytocin. Pengosongan
kandung kemih bisa mempermudah kontraksi uterus dan memudahkan
tindakan selanjutnya.
Lakukan kompres bimanual apabila perdarahan masih berlanjut, letakkan satu
tangan di belakang fundus uteri dan tangan yang satunya dimasukkan lewat
jalan lahir dan ditekankan pada fornix anterior. Pemberian uterotonica jenis
lain dianjurkan apabila setelah pemberian oxytocin dan kompresi bimanual
gagal menghentikan perdarahan, pilihan berikutnya adalah ergotamine.

b) Sisa plasenta

13
Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi
bimanual ataupun massase dihentikan, bersamaan pemberian uterotonica
lakukan eksplorasi. Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan
tetapi hal ini sulit dilakukan tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam
syok. Jangan hentikan pemberian uterotonica selama dilakukan eksplorasi.
Setelah eksplorasi lakukan massase dan kompresi bimanual ulang tanpa
menghentikan pemberian uterotonica. Pemberian antibiotic spectrum luas
setelah tindakan ekslorasi dan manual removal. Apabila perdarahan masih
berlanjut dan kontraksi uterus tidak baik bisa dipertimbangkan untuk
dilakukan laparatomi. Pemasangan tamponade uterrovaginal juga cukup
berguna untuk menghentikan perdarahan selama persiapan operasi
c) Trauma jalan lahir
Perlukaan jalan lahir sebagai penyebab pedarahan apabila uterus sudah
berkontraksi dengan baik tapi perdarahan terus berlanjut. Lakukan eksplorasi
jalan lahir untuk mencari perlukaan jalan lahir dengan penerangan yang
cukup. Lakukan reparasi penjahitan setelah diketahui sumber perdarahan,
pastikan penjahitan dimulai diatas puncak luka dan berakhir dibawah dasar
luka. Lakukan evaluasi perdarahan setelah penjahitan selesai. Hematom jalan
lahir bagian bawah biasanya terjadi apabila terjadi laserasi pembuluh darah
dibawah mukosa, penetalaksanaannya bisa dilakukan incise dan drainase.
Apabila hematom sangat besar curigai sumber hematom karena pecahnya
arteri, cari dan lakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan.
d) Gangguan pembekuan darah
Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa
plasenta dan perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik mak
kecurigaan penyebab perdarahan adalah gangguan pembekuan darah.
Lanjutkan dengan pemberian product darah pengganti
( trombosit,fibrinogen).

e) Terapi pembedahan

14
 Laparatomi
Pemilihan jenis irisan vertical ataupun horizontal (Pfannenstiel) adalah
tergantung operator. Begitu masuk bersihkan darah bebas untuk memudahkan
mengeksplorasiuterus dan jaringan sekitarnya untuk mencari tempat rupture
uteri ataupun hematom. Reparasi tergantung tebal tipisnya rupture. Pastikan
reparasi benarbenar menghentikan perdarahan dan tidak ada perdarahan
dalam karena hanya akan menyebabkan perdarahan keluar lewat vagina.
Pemasangan drainase apabila perlu. Apabila setelah pembedahan ditemukan
uterus intact dan tidak ada perlukaan ataupun rupture lakukan kompresi
bimanual disertai pemberian uterotonica.
 Ligasi arteri
 Ligasi uteri uterine
Prosedur sederhana dan efektif menghentikan perdarahan yang berasal
dari uterus karena uteri ini mensuplai 90% darah yang mengalir ke
uterus. Tidak ada gangguan aliran menstruasi dan kesuburan.
 Ligasi arteri ovarii
Mudah dilakukan tapi kurang sebanding dengan hasil yang diberikan

 Ligasi arteri iliaca interna


Efektif mengurangi perdarahan yang bersumber dari semua traktus
genetalia dengan mengurangi tekanan darah dan circulasi darah
sekitar pelvis. Apabila tidak berhasil menghentikan perdarahan,
pilihan berikutnya adalah histerektomi.
 Histerektomi
Merupakan tindakan curative dalam menghentikan perdarahan yang berasal
dari uterus. Total histerektomi dianggap lebih baik dalam kasus ini walaupun
subtotal histerektomi lebih mudah dilakukan, hal ini disebabkan subtotal
histerektomi tidak begitu efektif menghentikan perdarahan apabila berasal
dari segmen bawah rahim, servix,fornix vagina.

3. Referensi pemberian uterotonica

15
1) Pitocin
a. Onset in 3 to 5 minutes
b. Intramuscular : 10-20 units
c. Intravenous : 40 units/liter at 250 cc/hour
2) Ergotamine ( Methergine )
a. Dosing : 0.2 mg IM or PO every 6-8 hour
b. Onset in 2 to 5 minutes
c. Kontraindikasi
 Hypertensi
 Pregnancy Induced hypertntion
 hypersensitivity
3) Prostaglandin ( Hemabate )
a. Dosing : 0.25 mg Intramuscular or intra – myometrium
b. Onset < 5 minutes
c. Administer every 15 minutes to maximum of 2 mg
4) Misoprostol 600 mcg PO atau PR

G. Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian Post Partum


Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi,
sekitar antara 10% sampai 20%. Sedangkan frekuensi ibu hamil dengan anemia
di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%. Defisiensi makanan memegang peranan
yang sangat penting dalam timbulnya anemia sehingga dapat dipahami bahwa
frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara yang sedang berkembang dibandingkan
dengan negara yang sudah maju. Frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi
18,5%, pseudoanemia 57,9%, dan wanita hamil dengan Hb 12 g/100 ml atau lebih
sebanyak 23,6%, Hb rata-rata 12,3 g/ml dalam trimester III. Hal itu disebabkan
karena pengenceran darah menjadi makin nyata dengan bertambahnya umur
kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula
(Prawiharjo, 2007).
Kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

16
haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr%
pada trimester II. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi,
kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah.
Anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
post partum dimana kita ketahui bahwa perdarahan post partum merupakan
penyebab kematian pada ibu. Istilah perdarahan post partum digunakan apabila
perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml. Perdarahan post partum sendiri
terbagi menjadi perdarahan post partum primer yaitu perdarahan yang terjadi
dalam 24 jampertama, dan perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan
post partum yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) melaporkan
bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%,
serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia
defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang
berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (36% atau
sebesar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang
sedang berkembang menderita anemia jenis ini, dan menyebabkan terjadinya
perdarahan sebesar 25%, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8%
(atau sebesar 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang. Di
Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1%.
Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita
hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap
masalah ini.
Jumlah kematian ibu tahun 2007 di Indonesia yang mengalami
perdarahan sebagai penyebab utama kematiannya adalah sebanyak 392 orang
diantaranya 36,48% (143 orang) karena anemia, 44,89% (176 orang) karena
hipertensi, 19,39% (73 orang) lain-lain. Angka ini merupakan indikator yang
peka terhadap ketersediaan pemanfaatan dan kualitas terbaik untuk menilai
pembangunan ekonomi masyarakat yang menyeluruh.
Kematian akibat perdarahan sering terjadi karena sejumlah komplikasi
obstetrik yang merupakan predisposisi terjadinya perdarahan hebat dan

17
selanjutnya kematian bila tidak tersedia penanganan secara ahli termasuk terapi
pergantian darah yang tepat. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan
mencapai 40% - 60%, infeksi 20% - 30%, eklampsi sekitar 20% - 30%, sedangkan
penyebab kematian ibu tidak langsung ada 5,6% yaitu penyakit ibu yang akan
bertambah buruk dengan terjadinya kehamilan, seperti penyakit jantung, ginjal
atau penyakit kronis lainnya serta anemia zat besi pada ibu hamil.
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat
kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif
seperti: Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel
otak, Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang
dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Ibu hamil yang menderita anemia
memiliki kemungkinan akan mengalami perdarahan postpartum. Frekuensi
perdarahan post partum 5-15% dari seluruh persalinan, penyebab atonia uteri
memiliki angka presentasi paling tinggi dari yang lainnya 50-60%, retensio
plasenta 16-17%, sisa plasenta 23-24 %, laserasi jalan lahir 4-5%, dan kelainan
pembekuan darah 0,5-0.6%, sedangkan presentase perdarahan karena anemia
selama kehamilan 15-20% .

18
ASKEB TEORITIS

2.7 Konsep Asuhan Kebidanan


No.Register : Untuk mengetahui no. Register pasien sehingga bila
suatu saat dIbutuhkan akan memudahkan pencarian
Tanggal : Untuk mengetahui tanggal pemeriksaan saat ini dan
untuk menentukan jadwal pemeriksaan berikutnya.
Pukul : Untuk mengetahui waktu pemeriksaan
Tempat : Untuk mengetahui tempat pemeriksaan

I. Identifikasi Data Dasar


Data Subjektif

Data Subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi Ibu


tentang masalah kesehatan mereka. Sumber data pengkajian dapat berasal
dari anamnesa Ibu, keluarga dan orang terdekat, anggota tim perawatan
kesehatan, catatan medis, dan catatan lainnya.
1. Identitas
 Ibu :
a. Nama Ibu
Nama Ibu ditanyakan untuk mengenal dan memanggil penderita
dan mengantisipasi kesalahan pemberian asuhan jika nama Ibu
sama.
b. Umur Ibu
Perlu diketahui untuk mengantisipasi diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Pada nifas umur sangat
berpengaruh terhadap perubahan fisik, psikologi dan sosial yang
dialami Ibu, Menurut skor poedji rochjati, hamil pertama usia
<16 dan hamil dengan usia >35 th dikatakan resiko tinggi
sehingga perlu diantisipasi tentang masalah yang mungkin
terjadi pada masa nifas.
c. Suku/ ras / bangsa Ibu
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang
mempengaruhi kesehatan dan perilaku Ibu pada masa nifas
d. Agama Ibu

19
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan Ibu. Dengan diketahui agama pasien akan
memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
e. Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat perekonomian yang terkadang
merupakan faktor resiko suatu komplikasi
f. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mudah dalam
pemberian informasi, serta gaya hidup dan pengetahuan yang
berkaitan dengan deteksi dini komplikasi nifas
g. Alamat
Untuk mengetahui Ibu tinggal dimana dan diperlukan bila
mengadakan kunjungan rumah (home care/home visit) ke Ibu,
mengetahui lingkungan/tempat tinggal Ibu yang juga
berpengaruh dengan kesehatan, dan juga sebagai data
penndukung identitas Ibu sehingga asuhan kebidanan yang
dilakukan dapat tepat sasaran.

 Suami
a. Nama Suami
Nama Suami ditanyakan untuk mengenal dan mengetahui suami
yang bertanggung jawab atas Ibu, dan untuk memudahkan
dalam pemanggilan pada keperluan konseling dan persetujuan
tindakan medis

b. Umur Suami
Untuk mengetahui rentang usia Ibu dan suami sebagai gambaran
latar belakang sosial ekonomi Ibu.

c. Suku/ ras / bangsa Ibu


Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang
mempengaruhi dukungan suami kepada Ibu pada masa nifas

20
d. Agama Ibu
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan Ibu. Dengan diketahui agama suami pasien
akan memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.

e. Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat perekonomian yang terkadang
merupakan faktor resiko suatu komplikasi

f. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mudah dalam
pemberian informasi, serta gaya hidup dan pengetahuan yang
berkaitan dengan deteksi dini komplikasi nifas

g. Alamat
Untuk mengetahui apakah suami dan Ibu tinggal satu rumah,
serta mengetahui lingkungan tempat tinggal.

2. Alasan Masuk Rumah Sakit


Untuk mengetahui alasan yang membuat Ibu masuk rumah sakit.
Sebagian besar kasus persalinan di rumah sakit adalah hasil rujukan dari
pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas dan bidan praktik mandiri
yang memerlukan tindakan medis lanjut.

3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan yang membuat Ibu ingin diperiksa atau
keadaan yang paling mengganggu Ibu.
Keluhan hemorrhagia postpartum antara lain ibu mengalami perdarahan,
baik berupa perdarahat hebat, ataupun sedikit-sedikit namun terus
berlanjut. Selain itu, pada perdarahan hebat, ibu merasakan badan terasa
lemas.

4. Riwayat menstruasi

21
Alasan : untuk mengetahui keadaan alat-alat reproduksi serta
gangguannya yang terjadi
a. Siklus : Normal 25-38 hari (± 28 hari).
b. Lamanya : Normal 3-8 hari
c. HPL : Untuk mengetahui hari perkiraan lahir. Bila hari
pertama haid terakhir diketahui dan siklus haid 28
hari, maka dapat dijabarkan hari perkiraan lahir
memakai rumus Naegele: hari +7, bulan –3, dan tahun
+1. Perkiraan lahir pada Ibu nifas berpengaruh pada
pemberian konseling apabila bayi yang dilahirkan
preterm, aterm atau post term.

5. Riwayat Obstetri Lalu


Persalinan Persalinan Bayi/Anak Nifas KB Ket
N
BB Hidup
o
Suami Anak ke UK Pnylt Penol. Jenis Tmpt Pnylt Seks Pnylt ASI
PB Mati

Alasan : untuk mengetahui ada tidaknya riwayat obstetri yang buruk


pada Ibu sebelumnya yang menunjukkan faktor resiko dalam persalinan
ini.

6. Riwayat persalinan sekarang


 Penolong : Untuk mengetahui siapa yang membantu
proses persalinan Ibu dan keamanan proses
persalinan
 Tempat : Untuk mengetahui tempat persalinan Ibu
 Lama Persalinan
Lama Kala I : Pada primigravida kala 1 berlangsung ± 13
jam sedangkan pada multigravida ± 7 jam

Lama Kala II : Pada primi berlangsung 1 ½ jam dan pada


multi ½ jam.

22
Lama Kala III : Proses biasanya berlangsung selama 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan.

 Perdarahan Kala IV : Normalnya < 500 ml


 BB Bayi : Normalnya 2500 – 3500 gr
 Jenis Kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai
informasi untuk pemberian asuhan bayi baru
lahir
 Apgar Score : 7-10 Normal
4-6 Asfiksia Ringan

0-3 Asfiksia Berat

Untuk mengetahui ada tidaknya kondisi


gawat darurat pada bayi baru lahir, sebagai
informasi untuk memberikan dukungan
psikologis pada Ibu post partum

7. Riwayat KB Terakhir
Untuk mengetahui apakah Ibu pernah mengikuti program KB,
berapa lama dan adakah keluhan selama menggunakan metode KB
ataukah Ibu pernah mengganti KB.
8. Riwayat Kesehatan Ibu
Untuk mengetahui apakah Ibu mempunyai penyakit atau riwayat
penyakit yang dapat menjadi penyulit dalam persalinannya. Hal yang perlu
diwaspadai adalah apakah dalam kehamilan ini ibu mengalami anemia.
Sebab, anemia merupakan salah satu factor pemicu terjadinya perdarahan.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga Ibu mempunyai penyakit atau riwayat
penyakit yang dapat menjadi penyulit dalam persalinannya/ada
kemunkinan menurun atau menular pada Ibu. Hal yang perlu diwaspadai
adalah apakah dalam keluarga mempunyai riwayat gangguan pembekuan
darah. Sebab ini merupakan salah satu faktor terjadinya perdarahan.

23
10. Riwayat Sosial
a. Perkawinan :
Status perkawinan umur pertama kali menikah .... tahun Kawin ... kali
Lamanya .... tahun
b. Respon keluarga: keluarga/suami apakah mendukung persalinan ini
(Berkaitan dengan kematangan fisik, psikologis, serta sosial Ibu)

11. Pola Kebiasaan Sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Mengetahui apakah kebutuhan nutrisi terpenuhi selama masa
persalinan yang berpengaruh pada perkembangan janin, dimana
janin juga berperan dalam mempengaruhi regulasi CRH gestasional
yg mempengaruhi lamanya persalinan.
Makan: normalnya 3x/hari dengan jenis umumnya (nasi, sayur,
lauk pauk, buah). (kualitas dan kuantitas makanan)
Minum: normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih).
Dalam pola nutrisi, perlu dikaji apakah klien menganut adat
tertentu yang merugikan pada saat nifas, misalnya menghindari
makan ikan, telur, atau daging.
b. Pola Eliminasi
Apakah ada perubahan sebelum dan setelah persalinan yang
mempengaruhi proses persalinan, keluhan selama BAB dan BAK.
Biasanya pada ibu nifas terjadi kesulitan dalam BAB pada 2 hari
pertama. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi psikologis yang
takut BAB karena terdapat jahitan, bisa juga karena pola makan ibu.
BAK: normalnya 6 – 8x/hari, jernih, bau khas.
BAB: normalnya kurang lebih 1x/hari, konsistensi lembek, warna
kuning.

c. Pola menyusui
Pada ASI Eksklusif, normalnya menyusui setiap 2 jam – siang
dan malam hari – dengan lama menyusui 10-15 menit di setiap
payudara.

d. Pola Istirahat Tidur


Bidan perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat
pada Ibu supaya bidan mengetahui hambatan yang mungkin muncul
Tidur siang normalnya 1 – 2 jam/hari.

24
Tidur malam normalnya 6-8 jam/hari.
Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
e. Pola Aktifitas
Menguraikan aktivitas yang dilakukan sehari-hari (berat
ringannya aktivitas) dan macam-macam aktivitas yang dilakukan.
Jika kegiatan pasien terlalu beerat sampai dikhawatirkan dapat
menimbulkan kesulitan post partum maka bidan akan memberikan
peringatan sedini mungkin agar Ibu membatasi kegiatannya sampai
kondisinya pulih kembali.

f. Pola Personal Hygiene


Beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan
kebersihan diri, antara lain :
 Mandi : normalnya 2 kali dalam satu hari
 Keramas : Ibu harus tetap keramas sewaktu rambut kotor
karena bagian kepala yang kotor merupakan tempat yang
mudah terkena infeksi
 Gantu baju dan celana dalam : ganti baju minimal sekali dalam
sehari, sedangkan celana dalam minimal dua kali.
g. Pola Kebiasaan
Normalnya Ibu tidak merokok, mengkonsumsi alkohol, dan
narkoba.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik, Cukup, Kurang.
Kesadaran : Normalnya compos mentis
TD : Normalnya 110/70 – 120/80 mmHg. Untuk
melihat resti ibu nifas.
Suhu : Normalnya 36,5 – 37,50C untuk mengetahui
adanya tanda -tanda infeksi. ¿ 380C
dianggap tidak normal dan ada tanda infeksi,.
Nadi : normalnya 60 – 100 kali/menit. (reguler/
ireguler)
RR : normalnya 16 – 24 kali/menit.

25
2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan Ibu
dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik Ibu bersalin. Informasi
dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diolah untuk membuat
keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan
rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan kondisi
Ibu.

 Muka
Conjunctiva : Merah muda
Sclera : Putih
Mulut/bibir : Tidak pucat dan tidak kering
(Depkes RI, 2009: 12)
 Payudara
Payudara normal, bersih, colostrums/ASI ada/tidak (tampak
keluar/tidak). Umumnya pengeluaran kolustrum terjadi
pada 1-3 hari post partum
 Abdomen
Bekas SC : ada / tidak ada
Diastatis Recti : ada / tidak ada
 Genetalia
- Vulva dan Vagina
Keluaran : Pada late HPP, perdarahan
bisa berupa perdarahan massif dan sangat banyak, dapat
juga sedikit-sedikit namun secara terus-menerus
Varises : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Kondiloma lata : Tidak ada
Kondiloma akuminata : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Inf. Kelenjar Bartholini : Tidak ada
Inf. Kelenjar Skene : Tidak ada
- Perineum
Ada atau tidaknya bekas luka
episiotomy/robekan/sikatrik
Ada/tidaknya tanda REEDA

 Ekstrimitas
Dilihat ada atau tidaknya tanda Homan

26
3. Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan laboratorium
 Kadar Hb
 Hematokrit
 Leukosit
 Gol. darah

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah (Interpretasi Data Dasar)


Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
kepada pasien.
Dx : P: .... Ab : ... dengan keluhan .............
Ds : diperoleh dari keterangan dan keluhan Ibu langsung.
Do : diperoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke
diagnosa.
Masalah : yang menyertai diagnosa dan keadaan pasien.
Kebutuhan : kebutuhan yang diberikan sesuai masalah yang ada dan
tidak harus segera dilakukan.

1. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan
yang gawat. Pada Late HPP, masalah potensial yang dikhawatirkan adalah
terjadinya syok hipovolemik.

2. Identifikasi Kebutuhan Segera


Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah
potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan. Pada HPP,
jika terjadi syok, hal utama yang dilakukan adalah perbaikan KU dengan
pemberian cairan intravena dan oksigen.
3. Intervensi
Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan kepada Ibu
sesuai dengan diagnosa/masalah.
Dx : P: …Ab: … dengan keluhan ………………….
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama ..... menit
diharapkan Ibu dapat mengerti dan memahami kondisinya
Kriteria :
- Keadaan umum Ibu baik.
- TTV dalam batas normal.

27
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
N : 60 – 100 kali/menit
S : 36,5 – 37,50C
RR : 16 – 24 kali/menit
- Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan dan akan
melakukan sesuai penjelasan yang diberikan petugas kesehatan.
Intervensi

1. Pemantauan keadaan Umum klien (vital sign, perdarahan)


R/ untuk mengetahui perkembangan keadaan umum Ibu post partum

2. Pemberian dukungan psikologis kepada Ibu dan suami


R/ :Dukungan dari keluarga dan orang lain sangat membantu dalam
proses pemulihan kondisi Ibu
3. Terapi untuk perbaikan kondisi Umum. Yaitu dengan memberikan
infus dan oksigen.
R/ dengan pemberian infus, akan mengkompensasi cairan yang keluar
karena perdarahan, sedangkan pemberian oksigen memenuhi
kebutuhan oksigen.
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat uteritonika

 Implementasi
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh
dengan efisien dan aman sesuai perencanaan.

 Evaluasi
Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai
kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan
lanjutan atau tidak.
Pendokumentasian menggunakan SOAP.
S : Data diperoleh dari keterangan/keluhan Ibu langsung
O : Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara
keseluruhan.
A : Diagnosa yang ditetapkan dari data subyektif dan obyektif.
P : Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa.

28
29
BAB III

KERANGKA KONSEP

Pathway of Hemorrhagia Postpartum


Laserasi yang luas
Kelainan Pembekuan Persalinan Lama Sisa Plasenta dan dan dalam
Darah Partus Presipitastus Selaput Ketuban
Augmentasi Persalinan Ruptur Uteri
Korioamnionitis
Atonia pd Kehamilan
Sebelumnya Bagian Plasenta
 Hipofibrinogenemia
mengalami Robekan Jalan
 Trombocitopeni
Nekrosis tanpa Lahir Serviks
 Idiopathic Deposit Fibrin
thrombocytopenic
Uterus Overdistensi
purpura besar
 HELLP syndrome
Terbentuk Polip
 Disseminated Plasenta
Intravaskuler
Coagulation Hipotonik  Atonia
 Dilutional coagulopathy Uteri
Polip Terlepas dari
Miometrium

Hemorrhagia Postpartum Post Partum

Tahap Awal Perdarahan Masif : Penurunan tekanan Arteri rata-rata, isi sekuncup jantung,
tekanan vena sentral, dan wedge kapiler paru

Peningkatan perbedaan kandungan Oksigen arteriovena  Peningkatan relative


pelepasan Oksigen di jaringan walaupun konsumsi oksigen secara keseluruhan turun

Katekolamin dibebaskan  Peningkatan Generalisata tonus vernula  autotransfusi

Disertai Perubahan : Peningkatan Frekuensi denyut jantung kompensatorik, resistensi


vascular sistemik dan pulmonary, kontraktilitas miokardium

30
Disertai Perubahan : Peningkatan Frekuensi denyut jantung kompensatorik, resistensi
vascular sistemik dan pulmonary, kontraktilitas miokardium  Redistribusi curah
jantung dan volume darah yg dikendalikan oleh sentral

Perfusi ke ginjal, kulit dan uterus berkurang, aliran darah ke otak, jantung dan
kelenjar adrenal relative dipertahankan

Defisit Volume Darahlebih dari 25%  Kompensasi tidak sanggup mempertahankan


curah jantung dan tekanan darah

Pertambahan Aliran darah yang keluar

Hipoksia jaringan local dan asidosis metabolik

Syok Hipovolemik

Vasokontriksi

Iskemia Organ

Kematian Jaringan

31
BAB IV

ASUHAN KEBIDANAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal : 28-30 Maret 2014
Jam : Mulai 06.00 WIB
No. Register : 00220XXX

Tanggal MRS : 28 Maret 2014


Jam : 06.00 WIB

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “W”
Umur : 24 th Umur : 24 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Bidan Magang Pekerjaan : Swasta
Alamat : Cukunguling – Lumbang Alamat : Lumbang
Pendidikan : D3 Pendidikan : S1

2. Alasan Kedatangan
Ibu ingin memeriksakan keadaannya karena keluar darah dari jalan lahir
sejak pukul 04.00 WIB berupa darah segar disertai gumpalan. Ibu
mengatakan bahwa 12 hari yang lalu dia melahirkan anak pertama.

3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir berupa darah segar disertai
gumpalan dan badan terasa lemas.

4. Riwayat menstruasi
Siklus : 28 hari
Lamanya : 4 hari
HPL : 30 Maret 2014

5. Riwayat Obstetri Lalu


Ibu mengatakan melahirkan anak pertama 12 hari yang lalu. Serta Ibu
tidak pernah mengalami abortus.

6. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan sekarang.


 Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kelainan
pembekuan darah dan malnutrisi. Namun dalam kehamilan ini ibu
mengalami anemia pada trimester ke tiga.

32
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita kelainan
pembekuan darah

8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Sekarang

Kehamilan Persalinan Nifas


A
Hamil U Jenis Berat
Penyulit Jenis Penolong Umur S Penyulit
Ke K Kelamin Lahir
I
Tidak ada
9 sampai
I bl Tidak Ada Normal Bidan L 3600 gr 12 hari √ akhirnya
n perdarahan
sekarang

a. Riwayat Kehamilan Sekarang


 TM I : Periksa ke bidan 2x dengan keluhan mual muntah,
Mendapat vitamin
 TM II : Periksa ke bidan 2x dengan tidak ada keluhan
apapun, mendapat vitamin dan zat besi.
 TM III : Periksa ke bidan 3x dengan keluhan nyeri pada
punggung. Pada pemeriksaan yang terakhir diketahui Hb ibu 8,6

b. Riwayat Persalinan Sekarang


 Ibu melahirkan bayinya tgl 16 Maret 2014, pukul 06.20 jenis
kelamin laki-laki, berat badan lahir 3600gr, dan panjang badan 50
cm.
c. Riwayat Nifas Sekarang
 Ibu mengatakan ini adalah nifas hari ke 12, pada hari-hari
sebelumnya, darah nifas yang keluar berwarna merah seperti
darah haid. Dalam sehari biasanya darah keluar sekitar 2
pembalut penuh. Ibu tidak terlalu merasa mulas dan perut teraba
lembek.
9. Riwayat dan Rencana KB
 Ibu belum pernah menggunakan KB sebelumnya.
10. Riwayat Sosial

- Perkawinan : Ibu mengatakan menikah 1 kali saat usia 23


tahun.

33
- Respon keluarga : Suami senantiasa mendampingi ibu saat di RS,
keluarga merasa khawatir akan keadaan ibu.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Pola Nutrisi
Sebelum masuk RS : Makan teratur 3x sehari, menu : nasi,
lauk pauk, sayur, minum 6-8 gelas
belimbing/ hari. Biasanya ibu makan
dengan lahap. Ibu tidak menganut adat
untuk pantang makan makanan tertentu.
Selama di RS : Pada pukul 07.00, ibu makan roti 2
lembar dan minum air mineral ±250 ml.

2. Pola Eliminasi
Sebelum masuk RS : BAK ±5 kali sehari berwarna jernih
kekuningan, terakhir BAK pagi pukul
05.00 WIB. BAB setiap pagi hari, tidak
dirasakan kesulitan dalam BAB. BAB
lembek berwarna coklat kekuningan.
Namun hari ini belum BAB, terakhir
BAB kemarin sore pukul 17.15 WIB

Selama di RS : belum merasakan ingin buang air kecil,


belum BAB semenjak masuk RS.

3. Pola Istirahat Tidur


Sebelum masuk RS : Biasanya ibu Tidur malam 7-8 jam, tidur
siang 1 jam, ibu tidur nyenyak, tidak
sering terbangun. Pada malam hari
biasanya hanya sekali saja terbangun
saat anak menangis. Tidur terakhir 2 jam
yang lalu.
Selama di RS : Belum tidur semenjak masuk RS

4. Pola menyusui :
Selama 12 hari ini ibu menyusui secara eksklusif

5. Pola Aktifitas

34
Sebelum masuk RS : Ibu sudah dapat beraktifitas seperti
biasanya. Dan sudah aktif mobilisasi.
Aktifitas Rumah tangga yang dilakukan
seperti memasak, merapikan rumah, dan
aktivitas ringan lainnya
Selama di RS : Berbaring sejak masuk RS

6. Pola Personal Hygiene


Sebelum masuk RS : Mandi 3x sehari, mengganti celana
dalam setiap selesai mandi dan
mengganti pembalut 3x sehari, BH
diganti setiap hari.
Selama di RS : Setelah masuk rumah sakit, ibu sudah
berganti jarik dan sekarang memakai
underpad namun belum berganti baju.
- Pola Kebiasaan
Ibu tidak merokok, mengkonsumsi alkohol, dan narkoba. Ibu tidak
menganut adat untuk pantang terhadap makanan tertentu, ibu
menggunakan korset setelah satu minggu melahirkan.

B. Data Obyektif
 Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Lemas seperti sakit ringan
- Kesadaran : Composmentis
- TTV :

N : 80 x/ m S : 36º C
TD : 110/70 mmHg RR : 21x/m

35
 Muka
Wajah : Nampak Pucat
Conjunctiva : Merah muda
Sclera : Putih
Mulut/bibir : Nampak pucat, lembab
 Payudara
Puting susu menonjol, ada pengeluaran ASI, tidak ada
pengeluaran pus, tidak ada bengkak, tidak kemerahan, dan
tidak terdapat bendungan ASI.
 Abdomen
Dinding perut : tidak ada diastatis recti.
TFU : pertengahan antara symphisis pubis dan
pusat
Kontraksi uterus : lembek
Kandung kemih`: kosong
 Genetalia
Perineum : insisi episiotomi, medio lateral sepanjang
± 4 cm
Jahitan : terdapat jahitan perineum secara jelujur,
tidak ada pengeluaran pus, tidak terdapat tanda-tanda
REEDA
Fluksus : Aktif, ±30 ml
 Ekstrimitas
Tanda Homan -/-
1. Pemeriksaan Dalam
Portio terbuka ±1 cm. Dikaji pada tanggal 28 Maret, pukul 07.00 oleh
dokter Lat
2. Pemeriksaan Penunjang
 USG : Terlihat adanya sisa jaringan
 Pemeriksaan Kimia Klinik :-
 Pemeriksaan Darah Lengkap :
Tanggal 28 Maret 2014
WBC 7.00 K/uL
NEU 4.86 69.4 %N
LYM 1.47 20.9 %L
MONO 0.541 7.72 %M
EOS 0.063 0.894%E
BASO 0.072 1.02%B

36
RBC 4.00 M/uL
HGB 10.4 g/dL
HCT 33.2 %
MCV 82.9fL
MCH 26.1 pg
MCHC 31.5 g/dL
RDW 19.3 %

PLT 357 K/uL


MPV 5.47 fL

37
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH

Tanggal : 28 Maret 2014 Pukul : 07.15 WIB

DX : P1001 Ab000 Ibu Post Partum hari ke 12 dengan Late HPP karena sisa
plasenta

DS : Ibu mengatakan melahirkan 12 hari yang lalu, namun pengeluaran darah


tetap merah dan terakhir pukuul 04.00 perdarahan menjadi sangat banyak,
yaitu 1 jarik penuh.

DO : Keadaan Umum : lemas seperti sakit ringan

Kesadaran : composmentis

Vital Sign : Dalam Batas Normal

Pemeriksaan Fisik : Wajah tampak Pucat

TFU : Pertengahan antara Symphisis Pubis dan Pusat

Kontraksi Uterus : Lembek

Genetalia : Fluksus aktif ±30 ml disertai stolsel,

Luka episiotomi +, heacting + tidak terdapat tanda


REEDA

Masalah : Tidak Ada

Kebutuhan : Perbaikan kondisi umum ibu dengan memberikan


cairan intravena

III IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

- Syok hipovelemik

IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI DAN


RUJUKAN

38
- Kebutuhan Segera :Perbaiki Keadaan umum klien dengan pasang
infuse RL 28 tetes per menit
- Kolaborasi : Pemberian Uterotonika
- Rujukan : Tidak Dilakukan

V INTERVENSI

Dx : P1001 Ab000 ibu postpartum dengan late HPP


Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 45 menit
diharapkan Ibu dapat mengerti dan memahami kondisinya, serta perdarahan
dapat teratasi dan diketahui diagnose penyebab perdarahan.
Kriteria :
- Keadaan umum Ibu baik.
- TTV dalam batas normal.
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
N : 60 – 100 kali/menit
S : 36,5 – 37,50C
RR : 16 – 24 kali/menit
- Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan dan akan
melakukan sesuai penjelasan yang diberikan petugas kesehatan.
Intervensi

1. Jelaskan pada klien kondisinya saat ini dan tindakan yang akan di berikan
R/ Klien akan lebih kooperatif jika sebelumnya telah mendapatkan
penjelasan. Hal ini sekaligus sebagai informed consent apabila dilakukan
tindakan yang membutuhkan persetujuan klien.
2. Kolaborasi dengan Dokter
R/ Untuk kondisi – kondisi non fisiologis perlu kolaborasi karena bukan
termasuk kewenangan bidan. Misalnya pemberian obat uterotonika perlu
berkolaborasi dengan dokter. Apabila kontraksi uterus jelek, bersamaan
pemberian uterotonika perlu dilakukan eksplorasi.
3. Observasi TTV, kontraksi Uterus dan perdarahan
R/ Untuk memantau dan mengevaluasi perbaikan Kondisi Umum Pasien
untuk selanjutnya dapat dijadwalkan kuretase setelah KU stabil
4. Ajarkan klien untuk menjaga personal hygiene
R/mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan maupun kulit yang
semakin membuat kondisi pasien memburuk
5. Merencanakan jadwal kuretase setelah kondisi pasien stabil

39
R/ Beberapa ahli menganjurkan penanganan HPP dibutuhkan eksplorasi
secepatnya, akan tetapi hal ini sulit dilakukan tanpa general anestesi
kecuali pasien jatuh dalam syok. pemberian uterotonica tetap diberikan
selama dilakukan eksplorasi.

VI IMPLEMENTASI

Tanggal : 28 Maret 2014 Pukul : 07.30

1. Menjelaskan pada klien Kondisinya saat ini dan tindakan yang akan di
berikan.
2. Berkolaborasi dengan Dokter
 Injeksi cefritaxon 2x1 ampul (dicairkan dengan aquades 4 cc) Intra Vena
 Methergin 0,125 mg (3 tab x 1)
 Robrorantia (1 tab x1)
 Bila Hb <10gr  siapkan transfusi PRC 2 labu/hari sampai / dengan ≥ HB
10gr%
3. Mengobservasi TTV dan perdarahan

N : 80 x/ m S : 36º C
TD : 110/70 mmHg RR : 21x/m
Kontraksi uterus : Lembek

TFU : Pertengahan pusat dan symphisis

Fluksus : (+)
 ½ pembalut basah disertai penggumpalan
4. Mengajarkan klien untuk menjaga personal hygiene dengan

 Mengganti pembalut atau celana dalam apabila kotor

 Mengajarkan cara membersihkan/membilas vagina

5. Merencanakan jadwal kuretase setelah kondisi pasien stabil

 Pasien masih diobservasi untuk tindakan selanjutnya

VII EVALUASI

40
Tanggal : 28 Maret 2014

Jam : 08.30 WIB

S : Ibu mengatakan badan masih terasa lemas dan perut mulai mulas

O : K/U : Lemas seperti sakit ringan

TD : 110/70 mmHg N : 80x/m

S : 36º C RR : 16x/m

A : P1001 Ab000 Post Partum spontan hari ke-12 dengan late HPP

P :

1. Jelaskan pada klien kondisinya saat ini dan tindakan yang akan di berikan
 Klien mengerti penjelasan bidan
2. Berikan terapi berkolaborasi dengan Dokter
 Obat uterotonika sudah diberikan, klien merasakan perut mulas setelah
diberikan methergin
3. Observasi TTV, kontraksi uterus dan perdarahan

N : 80 x/ m S : 36º C

TD : 110/70 mmHg RR : 21x/m

TFU : Pertengahan pusat dan symphisis pubis

Kontraksi uterus : Mulai ada kontraksi

fluxsus (+) merembes ±30c

41
4. Mengajarkan klien untuk menjaga personal hygiene
 Klien mengerti dan akan menjaga kebersihan diri. Klien mengerti cara
membersihkan vagina. Underpad sudah diganti. Untuk baju setelah ini
baru akan diganti.
5. Rencanakan jadwal kuretase setelah kondisi pasien stabil
 Klien tetap diobservasi untuk memantau kemajuan KU

Helfi Kartika Dewi


CATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal : 28 Maret 2014

Jam : 15.00 WIB

S : Klien merasakan masih mengeluarkan darah dari jalan lahir


namun dengan jumlah sedikit

O : K/U : Cukup

TD : 110/70 N : 80

S : 36º C

Kontraksi Uterus : Lembek

Fluksus : ±30 cc

A : P1001 Ab000 Post Partum spontan hari ke-12 dengan late HPP

P : - Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi (makan 1 porsi


habis)

- Tetap memberikan infuse RL 20 rpm

- Berkolaborasi dengan dokter untuk :

Memberikan obat oral :

 Asam Mefenamat 3x1


 Metergin 3x1
 Rob 1x1

Merencanakan Memberikan obat injeksi pada pukul 20.45

 Injeksi Ceftriaxone 2x1 Amp (IV)

- Melakukan Observasi

Helfi Kartika Dewi


CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal : 28 Maret 2014

Pukul : 22.00 WIB

S : Klien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir dengan


jumlah sedikit

O : K/U : Cukup

TD : 120/80 N : 86

S : 36,4º C

Kontraksi Uterus : Lembek

Fluksus : ±50 cc

A : P1001 Ab000 Post Partum spontan hari ke-12 dengan late HPP

P : - Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi (makan 1 porsi


habis)

- Tetap memberikan infuse RL 20 rpm

- Berkolaborasi dengan dokter untuk :

Memberikan obat oral :

 Asam Mefenamat 3x1


 Metergin 3x1
 Rob 1x1

Memberikan obat injeksi pada pukul 20.45

 Injeksi Ceftriaxone 2x1 Amp (IV)

- Melakukan Observasi

- Merencanakan USG besok

Helfi Kartika Dewi


CATATAN PERKEMBANGAN III

Tanggal : 29 Maret 2014

Pukul : 09.30 WIB

S : Pasien mengeluh badannya lemas dan keluar darah dari jalan lahir
sebanyak ±400 cc

O : K/U : Lemas

GCS : 456

TD : 92/57 S : 36,7º C

N : 154x/m RR : 20x/m

Fluxus : (+) Aktif

TFU : Pertengahan antara Symphisis Pubis dan Pusat

A : P1001 Ab000 Post Partum Spontan Hari ke-13dengan Late HPP


karena Sisa Plasenta dan Syok Hipovolemik

P : - Mengobservasi Ketat kondisi pasien


- Memfasilitasi infuse double line
 TaKa : RL Grojok 1 Flas (Flas ke-2)
 TaKi : RL + Oksitosin Drip
- Melaporkan kondisi pasien dengan dokter via telefon
- Memberikan Injeksi Ceftriaxone 1 gr (pukul 09.45)
- Memidahkan pasien ke ruang VK untuk mendapatkan
tindakan lebih lanjut

- Memberikan resusisati untuk perbaikan KU  O2 10 lpm


NRBM

Helfi Kartika Dewi


CATATAN PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 29 Maret 2014

Pukul : 10.00 WIB

S : Pasien mengeluh badannya terasa lemas dan keluar darah dari


jalan lahir sebanyak ±400 cc

O : K/U : Lemas

GCS : 456

TD : 91/59 S : 36,7º C

N : 142x/m RR : 19x/m

TFU : Pertengahan antara Symphisis Pubis dan Pusat

Genitalia : v/v Fluksus (+) Aktif

VT : Fluksus (+) Aktif

Portio terbuka 2 jari, teraba jaringan

A : P1001 Ab000 Post Partum Spontan Hari ke-13dengan Late HPP


karena Sisa Plasenta dan Syok Hipovolemik

P : - Mengobservasi Ketat kondisi pasien


- Tetap Memfasilitasi infuse double line
 TaKa : RL Grojok 1 Flas (Flas ke-2)
 TaKi : RL + Oksitosin Drip

Berkolaborasi untuk :
 memberikan injeksi Syntocinon 1 Amp IM (Pukul 10.00
WIB)
 Dilakukan eksplorasi oleh Dokter Set
 Dilakukan Digital abortus tang dan berhasil mengeluarkan
jaringan ±75 gr , kesan jaringan merupakan sisa plasenta &
Clot oleh dokter Las
 Memberikan Injeksi (pukul 10.15)
 Methergin 1 Amp IV
 Keterolak 1 Amp IV
 Gentamycin 1 Amp IV
 Kalnex 1000 mg IV
 Memberikan Gastrul 3x3 tab / rectal
 Memasang Bed Site Monitor

- Memfasiilitasi Kebutuhan Cek Lab DL & Lab Lengkap


- Merencanakan Transfusi PRC 2 lb/hr s/d Hb ≥ 10 gr/dL
- PRC Lb 1 Masuk Jam 10.30
- Merencanakan transfuse dengan WB
- Direncanakan untuk dilakukan kuretase setelah kondisi stabil
- Tetap Memberikan resusisati untuk perbaikan KU  O2 10
lpm NRBM
- Mengkondisikan pasien secara Shock Position

Helfi Kartika Dewi


CATATAN PERKEMBANGAN V

Tanggal : 29 Maret 2014

Pukul : 15.00 WIB

S : Pasien tidak merasa pusing, namun pandangan kabur.

O : K/U : Cukup

TD : 100/60 S : 38º C

N : 80x/m RR : 19x/m

TFU : 2 jari di atas Symphisis

Kontraksi Uterus : Baik

Genitalia : v/v Fluksus (+) Sedikit

VT : Fluksus (+) Sedikit

Dilatasi Cervix (+)

A : P1001 Ab000 Post Partum Spontan Hari ke-13dengan Late HPP


karena Sisa Plasenta post Syok Hipovolemik

P : - Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi diit TKTP.

- Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi injeksi:


 Injeksi Methergin 3x1 Amp IM
 Injeksi Kalnex 3x1 IV
 Injeksi Ceftriaxone 2x1 Amp IV
- Memberikan obat/rectal:
 3 tab Gastrul
- Merencanakan transfusi PRC 2 lb/hr s/d Hb ≥ 10 gr/dL
- PRC Lb 1 dihabiskan pukul 14.30
- Memberikan paracetamol tab (Pukul 15.00)
- Merencanakan memberikan PRC lb II Pukul 20.15

Helfi Kartika Dewi


CATATAN PERKEMBANGAN VI

Tanggal : 29 Maret 2014

Pukul : 21.00 WIB

S : Pasien tidak merasa pusing, namun pandangan kabur.

O : K/U : Cukup

TD : 110/70 S : 38,2º C

N : 87x/m RR : 19x/m

TFU : 2 jari di atas Symphisis

Hb : 9,2 gr/dL

Kontraksi Uterus : Baik

Genitalia : v/v Fluksus (+) Sedikit

VT : Fluksus (+) Sedikit

Dilatasi Cervix (+)

A : P1001 Ab000 Post Partum Spontan Hari ke-13dengan Late HPP


karena Sisa Plasenta post Syok Hipovolemik

P : - Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi diit TKTP.

- Berkolaborasi dengan dokter untuk merencanakan terapi injeksi:


 Injeksi Methergin 3x1 Amp IM (21.45)
 Injeksi Kalnex 3x1 IV (02.15)
 Injeksi Ceftriaxone 2x1 Amp IV (02.15)
- Merencanakan Pemberian Gastrul tiap 8 jam ( Rencana
diberikan pukul (02.15)
- Memfasilitasi transfusi PRC 2 lb/hr s/d Hb≥10 gr/dL
- Mengajarkan ibu untuk menjaga Personal Hygiene baju+softex
2x/hr

Helfi Kartika Dewi


CATATAN PERKEMBANGAN VII

Tanggal : 30 Maret 2014

Pukul : 09.00 WIB

S : Keluar darah sedikit—sedikit dari jalan lahir

O : K/U : Cukup

TD : 110/70 S : 38,2º C

N : 87x/m RR : 19x/m

TFU : 2 jari di atas Symphisis

Hb : 10,2 gr/dL

Kontraksi Uterus : Baik

Genitalia : v/v Fluksus (+) Sedikit

VT : Fluksus (+) Sedikit

Dilatasi Cervix (+)

A : P1001 Ab000 Post Partum Spontan Hari ke-13dengan Late HPP


karena Sisa Plasenta post Syok Hipovolemik

P : - Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi diit TKTP.

- Berkolaborasi dengan dokter untuk merencanakan terapi injeksi:


 Injeksi Methergin 3x1 Amp IM
 Injeksi Kalnex 3x1 IV
 Injeksi Ceftriaxone 2x1 Amp IV
- Merencanakan Pemberian Gastrul tiap 8 jam
- Mengajarkan ibu untuk menjaga Personal Hygiene baju+softex
2x/hr
- Merencanakan Kuretase

Helfi Kartika Dewi

Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik


29 Maret 2014
 Glukosa Acak 114.47 mg/dl
 BUN 10.1 mg/dl
 Kreatinin Serum 1.1 mg/dl
 Elektrolit Na 147.2 m.mol/l
 Elektrolit K 3.797 m.mol/l
 Elektrolit Cl 103.9 m.mol/l
 Elektrolit Ca 1.182 m.mol/l
 SGOT 18.2 u/l
 SGPT 11.6 u/l
 Albumin 3.2 gr/dl

30 Maret 2014
 Albumin : 2,7 gr/dL
HASIL PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP

Tanggal 29 Maret 2014


Pukul 06.15
WBC 10.1 K/uL
NEU 7.67 76.1 %N
LYM 1.54 15.3 %L
MONO 0.733 7.28 %M
EOS 0.059 0.582%E
BASO 0.072 0.710%B

RBC 2.60 M/uL


HGB 6.15 g/dL
HCT 22.0 %
MCV 84.4fL
MCH 23.6 pg
MCHC 28.0 g/dL
RDW 19.6 %

PLT 319 K/uL


MPV 5.58 fL

Pukul 10.46
WBC 8.94 K/uL
NEU 7.17 80.2 %N
LYM 1.15 12.9 %L
MONO 0.525 5.88 %M
EOS 0.059 0.304%E
BASO 0.072 0.726%B

RBC 1.60 M/uL


HGB 3.22 g/dL
HCT 14.0 %
MCV 87.5fL
MCH 20.1 pg
MCHC 23.0 g/dL
RDW 20.4 %

PLT 204 K/uL


MPV 5.47 fL
Tanggal 30 Maret 2014
WBC 9.3
LYM 1.1
MID 0.5
GRA 7.7
LYM% 12.0
MID% 5.3
GRA% 82.7

RBC 3.02 M/uL


HGB 8.3 g/dL
HCT 24.7 %
MCV 81.9 fL
MCH 27.5 pg
MCHC 33.6 g/dL
RDW 16.6 %

PLT 259
MPV 7.4
PCT 0.192
PDW 14.0

Tanggal 31 Maret 2014 (Post Transfusi 4 lb)


WBC 8.05 K/uL
NEU 6.13 76.2 %N
LYM 1.11 13.8 %L
MONO 0.678 8.42 %M
EOS 0.054 0.672%E
BASO 0.070 0.872%B

RBC 3.33 M/uL


HGB 8.99 g/dL
HCT 28.8 %
MCV 86.5fL
MCH 27.0 pg
MCHC 31.2 g/dL
RDW 16.6 %

PLT 232 K/uL


MPV 5.65 fL
LEMBAR OBSERVASI

Tanggal Jam S N TD RR Cairan Masuk Keterangan


28-03- 36. Infus RL+ Oksitosin Drip
06.00 84 110/70 20
2014 5 (OD) 20 IU  28 rpm Flas I
Injeksi Ceftriaxone 1gr 
08.45
Skin test (-)
RL+OD 20 IU  28 rpm Flas
12.00 37 80 110/80 20
II
RL+OD 20 IU  28 rpm Flas
18.00 37 80 110/80 22
III
20.45 Injeksi Ceftriaxone 1gr
Tangan Kanan (Taka) : RL
29-03- 36. 100/7 Grojok 1 Flas Fluxus ± 400
03.00 88 20
2014 6 0 Tangan Kiri (Taki) : RL + OD cc
20 IU Flas VI
04.00 Gastrul 3 tab / rectal
Taka : RL Grojok 1 Flas (Flas
36. 10 Fluxus ± 100
08.00 90/50 24 II)
6 5 cc
Taki : RL + OD 20 IU
36. 15
08.45 92/57 22 Injeksi Ceftriaxone
6 4
Taka : RL Grojok 1 Flas (Flas
36. 14 III) Fluxus ± 100
09.00 91/59 20
7 6 Taki : RL + OD 20 IU cc
O2 Non RBM
36. 14
09.30 91/59 20
6 2
Taka : RL Grojok 1 Flas (Flas
36. IV)
10.00 118 91/59 22
7 Taki : RL + OD 20 IU (Flas
VI)
Injeksi Gentamycin 80 mg
10.10
(IV)
10.15 Injeksi Kalnex 1000 (IV)
Gastrul 3 tab
Methergin 1 amp (IV)
36. 10
10.20 86/50 20 Taki : Ganti NS 250 cc
8 4
37. 10
10.55 90/50 20 PRC lb I masuk pelan
3 0
37.
11.07 99 84/49 27
9
37.
11.25 99 85/51 20
2
37.
12.05 95 87/51 23
7
37. 100/6 RL + OD 20 IU  28 rpm
12.35 97 27
2 5 Flas V
37. 10 102/6
13.05 23
9 4 4
37. 10
13.35 91/51 28
8 0
37. 10
14.15 94/60 27
8 2
37. PRC lb I habis
14.35 92 93/55 27 Spoel NS
8 Rx (-)
37. 105/6
15.05 88 28 NS 16 rpm
5 4
37.
15.35 84 98/58 28
1
104/6 Pamol 1 tab
16.05 38 110 28
7 RL + OD 20 IU  20 rpm
38. 100/6
16.35 99 25
2 2
100/6
17.00 38 96 26
2
17.30 38 97 99/58 26
38.
18.00 95 99/59 24
2
18.30 37. 91 99/59 24 Injeksi Methergin 1 amp (IV)
Kalnex1 amp (IV)
9
Gastrul 3 tab/ rectal
100/6
19.00 38 90 24
3
19.30 38 82 111/67 23
107/6
20.00 37 77 25 PRC lb II Masuk
6
Taka : Infus RL OD 20 IU28
21.45 37 81 112/76 25 rpm
Injeksi Ceftriaxone
30-03- PRC lb 2
01.15 Spoel NS
2014 Habis
Injeksi Methergin 1 amp (IV)
02.15 Kalnex 1 amp (IV)
Gastrul3 tab/rectal
02.30 Injeksi Antrain 1 amp
02.45 Injeksi Dexamethasone 2 amp
11.00 Transfusi Darah
11.15 PRC lb III masuk
12.30
13.10
13.30
14.00
PRC lb III
15.30
habis
19.50 PRC lb IV masuk
Injeksi Kalnex 1 amp
20.00
Gastrul3 tab/rect
BAB V

PEMBAHASAN

Ny.S datang ke RS dengan keluhan perdarahan yang dialami pagi hari


sekitar 04.00 WIB sangat banyak. Sebelumya, klien menyatakan bahwa lochea
yang dialami selama 12 hari postpartum berupa lochea rubra dengan jumlah yang
sedikit. Riwayat persalinan ini, Ny.S melahirkan di Bidan dan ini merupakan
kehamilan yang pertama. Bidan ini merupakan teman Ny.S sendiri. Pada saat
plasenta lahir, bidan menyatakan plasenta lengkap dan tidak melakukan eksplorasi
uterus. Namun, selama lebih dari satu minggu keluar fluksus, dari saat ini
seharusnya sudah harus dapat diwaspadai karena perdarahan termasuk abnormal.
Namun Ny.S belum menyadari kondisinya ini sampai postpartum hari ke-12
dimana perdarahan keluar sangat banyak.

Dari kasus yang didapatkan menyebutkan bahwa perdarahan yang terjadi


merupakan Late Hemorrhagia Postpartum yang disebabkan adanya sisa plasenta
yang tertinggal. Hal ini ditegakkan setelah pemeriksaan ultrasonografi terlihat
adanya jaringan. Setelah masuk RS, hal pertama yang dilakukan adalah
memperbaiki kondisi umum klien agar cukup stabil untuk dilakukan kuretase,
sehingga dipasang infus untuk mengganti cairan yang banyak keluar. Ny.S
memang butuh observasi yang ketat, karena setelah dilakukan perbaikan KU,
kondisi klien belum juga membaik, justru menjadi syok hipovolemik pada
keesokan harinya.

Sehingga dipasanglah infus double line dan pemantauan dengan


menggunakan monitor. Pada kondisi ini, dilakukan digital abortus tang untuk
menanggulangi dan meminimalkan perdarahan yang terjadi. Kemudian dilakukan
tes darah lengkap untuk mengetahui kadar Hb klien. Klien terus dipantau dan
diberikan transfuse darah. Setelah kondisi klien membaik yang ditunjukkan
dengan kadar Hb mencapai 10 mg/dL, klien dapat dijadwalkan untuk dilakukan
kuretase. Setelah kuretase dilakukan, perdarahan berangsur-angsur sedikit dan
kondisi klien membaik.

Analisis Data Dasar


Pengkajian data dasar pada kasus Ny. “S” P1001 Ab000 Post Partum hari ke-12
dilakukan pada saat pengamatan pertama kali yaitu ketika pasien dipindah ke
ruang nifas setelah masuk RSUD. Pengkajian meliputi pengkajian data subyektif
dimana diperoleh dari pasien, dan atau keluarga pasien. Dalam hal ini diperoleh
dari pasien sendiri karena Ibu dapat berkomunikasi secara sadar dan lancar.
Pengkajian data obyektif didapatkan melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan
tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik serta ditegakkan dengan pemeriksaan
penunjang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada kasus ini ditemukan adanya
tanda-tanda hemorrhagia postpartum, yaitu ditinjau dari pengeluaran darah
pervaginam yang melebihi batas normal (>500 ml) sejak tadi pagi disertai kondisi
badan yang lemas dan wajah nampak pucat. Namun setelah dilakukan
pemeriksaan fisik, vital sign masih dalam batas normal.

Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Dari pengkajian subjektif dan objektif didapatkan diagnosa untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan. Sedangkan masalah potensial
merupakan masalah yang berpotensi muncul dari diagnosa yang ada. Ibu memiliki
riwayat anemia selama kehamilan yang lalu, sehingga ini juga merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya perdarahan. Setelah dilakukan USG, ditemukan
adanya sisa jaringan yang berada di dalan uterus. Kemungkinan jaringan ini
merupakan lobus suksenturiatus. Inilah yang menyebabkan terbentuknya polip
plasenta dimana apabila serpihan polip terlepas dari miometrium, perdarahan
hebat dapat terjadi. Sehingga pada kasus ini diagnosa Ny. S adalah P1001Ab000 post
partum dengan Late HPP karena sisa plasenta.
Karena waspada akan rupturnya polip plasenta, klien masih diobservasi
lebih lanjut. Masih perlu diwaspadai adanya diagnosa potensial yang terjadi yaitu
perdarahan hebat yang menimbulkan syok hipovolemik.
Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi, dan Rujukan
Kebutuhan segera yang perlu dilakukan adalah diberikan penambahan
cairan intravena untuk mengantisipasi terjadinya perdarahan hebat tersebut.
Kolaborasi dilakukan dengan dokter untuk pemberian obat uterotonika. Rujukan
tidak diperlukan dalam kasus ini.

Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan berdasarkan kasus ini antara lain : menjelaskan pada klien
kondisinya saat ini dan tindakan yang akan di berikan, berkolaborasi dengan
Dokter dalam pemberian obat uterotonika, Observasi TTV, kontraksi Uterus dan
perdarahan secara berkala, mengajarkan klien untuk menjaga personal hygiene,
dan merencanakan jadwal kuretase setelah kondisi pasien stabil. Dari hasil
tindakan ini didapatkan Ibu mengerti akan penjelasan bidan, pasien mengerti akan
kondisinya saat ini dan telah mengerti cara menjaga personal hygiene, obat
uterotonika sudah diberikan, dan TTV klien masih dalam batas normal.

Evaluasi
Bentuk akhir dari tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan
evaluasi. Biasanya evaluasi dilakukan pada akhir jam jaga atau beberapa jam
setelah dilakukan tindakan. Evaluasi dari kasus ini dilakukan pada satu jam
setelah diberikan tindakan, serta akhir jam jaga untuk mengetahui keberhasilan
dari tindakan yang telah dilakukan.
BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan
1. Perdarahan adalah salah satu penyebab utama langsung kematian maternal,
terutama di Negara yang kurang berkembang Perdarahan merupakan
penyebab terbesar kematian maternal.
2. Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan 500 cc atau lebih yang terjadi
setelah anak lahir.
3. Perdarahan dapat terjadi secara massif dan cepat, atau secara perlahan – lahan
tapi secara terus menerus.
4. Perdarahan hanyalah gejala, harus dicari tahu penyebabnya untuk memberikan
pertolongan sesuai penyebabnya.
5. Dari kasus yang di dapatkan, klien mengalami late HPP atau disebut dengan
perdarahan skunder. Perdarahan ini terjadi 12 hari postpartum dengan sisa
plasenta sebagai penyebabnya.
6. Namun dari riwayat kesehatan klien, sebelum persalinan, Hb klien rendah
yaitu 8 mg/dL. Hal ini merupakan salah satu faktor resiko yang menunjang
adanya perdarahan.
7. Perdarahan yang terjadi adalah secara perlahan-lahan namun terus-menerus
selama 12 hari.
8. Penanganan yang diberikan pertama adalah berupa perbaikan kondisi umum,
dan observasi untuk melakukan tindakan selanjutnya, yaitu kuretase.

Saran
1. Untuk mengurangi AKI di Indonesia, Upaya penanganan perdarahan memang
harus diupayakan secara cepat dan tepat.
2. Perlu adanya penyuluhan masyarakat yang lebih efektif menganai tanda
bahaya masa kehamilan dan nifas agar masyarakat mengetahui kondisi
tubuhnya sendiri dan kejadian perdarahan dapat diintervensi sejak dini, untuk
mengurangi adanya komplikasi.
3. Dalam hal ini, tenaga kesehatan berperan aktif untuk memberikan konseling,
peningkatan informasi dan pendidikan masyarakat. Serta dapat menggerakkan
kesadaran masyarakat untuk lebih proaktif dalam upaya kesehatan diri dan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilmu Kebidanan, editor Prof.dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOg, edisi Ketiga


cetakan Kelima,Yayaan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 1999
2. Williams Obstretics 21 st Ed: F.Gary Cunningham (Editor), Norman F.Grant
MD,Kenneth J,.,Md Leveno, Larry C.,Iii,Md Gilstrap,John C.,Md Hauth,
Katherine D.,Clark,Katherine D.Wenstrom,by McGraw-Hill Profesional
(April 27,2001)
3. Prof.Dr.Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obstretis, edisi 2 jilid 1, Editor Dr.
Delfi Lutan, SpOG
4. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke tiga Jilid Pertama , Editor Arif Mansjoer ,
Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri , Wahyu Ika Wardani , Wiwiek Setiowulan.
5. http://www.geocities.com/yosemite/Rapids/1744/clobpt12.html (Diakses pada
tanggal 19 April Pukul 20.00 WIB)
6. Curren Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Tretment, Ninth edition : Alan
H. DeCherney and Lauren Nathan , 2003 by The McGraw-Hill Companies,
Inc.
7. http://www.fpnotebook.com/OB16.htm (Diakses pada tanggal 19 April Pukul
20.00 WIB)
8. http://www.medicine.com/EMERG/topic481.htm (Diakses pada tanggal 19
April Pukul 20.00 WIB)
9. http://www.healthsystem.virginia.edu/uvahealth/peds_hrpregnant/pospart.cf
(Diakses pada tanggal 19 April Pukul 20.00 WIB)
10. http://www.rashaduniversity.com/poshem.html (Diakses pada tanggal 19 April
Pukul 20.00 WIB)
11. http://www.midwiferytoday.com/articles/hemoraghe.asp (Diakses pada
tanggal 19 April Pukul 20.00 WIB)
12. http://www.reproline.jhu.edu/english/6read/6issues/6jtn/v4/tn110hemor.htm
(Diakses pada tanggal 19 April Pukul 20.00 WIB)
13. http://www.pregnancy.about.com/cs/postpartumrecover/a/pph.htm
(Diakses pada tanggal 19 April Pukul 20.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai