Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY.P P1001Ab100 USIA 25 TAHUN POST PARTUM KURANG DARI 24 JAM
DENGAN PREEKLAMSIA

DI RSUD KANJURUHAN

Periode Praktik 09 Oktober – 04 November 2022

Disusun guna memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan Patologis

Disusun Oleh :

Khania Wahyu Maulidah

P17311203016

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG

TAHUN 2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Pada Ny.P P1001ab100 Usia 25 Tahun Post Partum Kurang Dari 24 Jam
Dengan Preeklamsia

DI RSUD KANJURUHAN

Periode Praktik 9 Oktober – 4 November 2023

Mahasiswa

Khania Wahyu Maulidah


NIM.P17311203016

Dan disetujui serta disahkan oleh :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Rita Yulifah,S.Kp,.M.Kes Bd. Awaliyah, S.Tr.Keb

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.P P1001ab100 Usia 25
Tahun Post Partum Kurang Dari 24 Jam Dengan Preeklamsia Di RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang

Asuhan kebidanan kehamilan ini disusun untuk memenuhi target asuhan


kebidanan nifas dan mneyusui. Penulisan asuhan kebidanan ini dapat berjalan lancar
berkat bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih pada :

1. Ibu Rita Yulifah, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Malang
2. Ibu Dr. Heny Astutik, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Progam Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang
3. Ibu Ibu Rita Yulifah, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing institusi
4. Ibu Bd. Awaliyah, S.Tr.Keb selaku pembimbing klinik
5. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan, serta semua pihak yang
membantu menyelesaikan dokumentasi asuhan kebidanan ini.

Semoga apa yang disampaikan penulis dapat bermanfaat. Penulis sangat


mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
perbaikan dokumentasi asuhan kebidanan ini, dan atas semua bantuan yang telah
diberikan dapat menjadi amal sholih yang mendapat balasan Allah SWT.

Malang, 18 Oktober 2023

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa
nifas berlangsung kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009;
Saifuddin, 2002).
Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah masa
persalanian, yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta, yakni setelah
berakhirnya kala IV dalam persalinan dan berakhir sampai dengan 6 minggu (42
hari) yang ditandai dengan berhentinya perdarahan. Masa nifas berasal dari bahasa
latin dari kata puer yang artinya bayi, dan paros artinya melahirkan yang berarti
masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan sampai organ-organ reproduksi
kembali seperti sebelum kehamilan(Azizah & Rosyidah, 2019b).
Preeklampsia merupakan penyulit yang sering terjadi pada periode
kehamilan, persalian, dan postpartum yang akut. Preeklampsia postpatum
merupakan kondisi langka yang ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah
140/90 mmHg atau lebih tinggi, terdapat protein dalam urin, pandangan mata
kabur, sakit kepala, pembengkakan wajah dan anggota badan, nyeri ulu hati, mual
muntah, berat badan bertambah 0,9 dalam seminggu. Sebagian besar kasus
preeklampsia postpatum gejalanya akan menghilang dalam waktu 48 jam setelah
melahirkan. Tetapi dimungkinkan preeklampsia postpatum dapat berkembang
sampai 6 minggu masa nifas(Ns.Dini Kurniawati et al., n.d.).
Menurut World Health Organization (WHO), menyatakan tindakan
operasi Sectio Caesarea (SC) sekitar 5-15%. Data WHO dalam Global Survey on
Maternal and Perinatal Health tahun 2021 menunjukkan sebesar 46,1% dari seluruh
kelahiran dilakukan melalui Sectio Caesarea (SC) (World Health Organization,
2019). Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2021, jumlah persalinan dengan
metode Sectio Caesarea (SC) di Indonesia sebesar 17,6%. Indikasi dilakukannya
persalinan secara Sectio Caesarea (SC) disebabkan oleh beberapa komplikasi
dengan persentase sebesar 23,2% dengan posisi janin melintang/sungsang (3,1%),
perdarahan (2,4%,) eklamsi (0,2%), ketuban pecah dini (5,6%), partus lama (4,3%),
lilitan tali pusat (2,9%), plasenta previa (0,7%), plasenta tertinggal (0,8%),
hipertensi (2,7%), dan lainnya (4,6%) (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Menurut
data SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2021, menyatakan
angka kejadian persalinan di Indonesia dengan metode SC sebanyak 17% dari total
jumlah kelahiran di fasilitas kesehatan. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
angka persalinan melaluimetode Sectio Caesarea (SC)(Kementerian Kesehatan RI,
2017). Menurut data RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan pada bulan

4
Januari – Desember (2022) didapatkan data jumlah ibu bersalin pada tahun 2022
sebanyak 2176 orang, ibu yang bersalin secara SC sebanyak 1449 orang. Dari
jumlah Sectio Caesarea (SC) yang didapatkan penyebabnya karena Pre-eklamsia
sebanyak 48 (10%), PEB sebanyak 294 (60%), dan HPP sebanyak 54 (30%)
(Komarijah et al., 2023).
Preeklamsia sampai sekarang belum diketahui penyebabnya. Preeklampsia
dapat bermula pada masa antenatal, intrapartum, atau postnatal sekitar 10% ibu
mengalami hipertensi akibat kehamilan. 3-4 % merupakan penyebab terjadinya
preeklamsia, dan 5% hipertensi pada kehamilan, 1-2% menyebabkan hipertensi
kronis. Penyebab lain preeklamsia yaitu bertambahnya frekuensi pada
primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, 3 mola hidatidosa, tuanya
kehamilan, timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma (Noor et al.,
2021).
Berdasarkan data tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan
studi kasus “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Preeklamsia di RSUD
Kanjuruhan”

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan kebidanan
nifas kurang dari 24 jam dengan preeklamsia dan sesuai dengan manajemen
kebidanan.
1.2.2 Khusus
1. Melakukan pengkajian data pada ibu nifas dengan preeklamsia.
2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada ibu nifas dengan
preeklamsia.
3. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada ibu nifas dengan
preeklamsia.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas dengan preeklamsia.
5. Melaksanakan rencana asuhan/ implementasi pada ibu nifas dengan
preeklamsia
6. Membuat evaluasi asuhan yang telah diberikan
7. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada masa nifas kurang dari 24
jam dengan preeklamsia menggunakan metode Varney.

1.3 Metode Pengumpulan


1. Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada pasien
2. Wawancara
Melakukan tanya jawab secara langsung pada pasien
3. Praktik
Melakukan pemeriksaan langsung melalui pendekatan manajemen kebidanan

5
4. Studi Pustaka
Membaca dari buku dan data pendukung lainnya.
5. Studi Dokumentasi
Pada asuhan kebidanan komprehensif ini mengumpulkan data dari buku KIA
dan catatan kesehatan pasien.

1.4 Sistematika Penulisan


Halaman Judul
Lembar Pengesahan
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan

BAB II Tinjauan Teori

2.1 Konsep Dasar Masa Nifas

2.2. Konsep Preeklampsia

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan

BAB III Tinjauan Kasus

3.1 Pengkajian Data

3.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah

3.3 Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial

3.4 Identifikasi Kebutuhan/ Tindakan Segera

3.5 Intervensi

3.6 Implementasi

3.7 Evaluasi

BAB IV Pembahasan

BAB V Penutup

Daftar Pustaka

6
BAB II

TINJAUAN TEORI
1.5 Konsep Masa Nifas
2.1.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah masa
persalanian, yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta, yakni setelah
berakhirnya kala IV dalam persalinan dan berakhir sampai dengan 6 minggu
(42 hari) yang ditandai dengan berhentinya perdarahan. Masa nifas berasal dari
bahasa latin dari kata puer yang artinya bayi, dan paros artinya melahirkan yang
berarti masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan sampai organ-organ
reproduksi kembali seperti sebelum kehamilan (Azizah & Rosyidah, 2019).

Pada masa nifas juga dapat timbul berbagai masalah baik yang berupa
komplikasi fisik maupun komplikasi psikologis, oleh karena itu sangatlah
penting perhatian khusus dari tenaga kesehatan terutama bidan. Oleh karena itu
masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerpuralis, perdarahan(Azizah &
Rosyidah, 2019: 1-2).

2.1.2 Tahapan Masa Nifas


Menurut Ambarwati, nifas dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu (Azizah
& Rosyidah, 2019);
a. Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan
berjalan, serta menjalankan aktifitas layaknya wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediate yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalian yang lamanya sekitar 6-8 minggu
c. Puerperium remote yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi
2.1.3 Perubahan Masa Nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi addalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Proses ini di mulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah,
kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama beasr

7
uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kirakira sebesar jeruk asam) dan
baratnya kira-kira 100 gr (Azizah & Rosyidah, 2019).

Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum


hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan seminggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada
seminggu ke enam beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan kadar
ekstrogen dan progestron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masih
selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung pada hiperplasia,
peningkatan jumlah-jumlah sel otot dan hipertrofi sel-sel yang telah ada.
Pada masa postpartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang berbentuk selama masa hamil menetap.
Hal inilah yang menjadi ukuran sedikit lebih setelah hamil. Subinvolusi
adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab sub involusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen
plasenta dan infeksiSubinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali
pada keadaan tidak hamil. Penyebab sub involusi yang paling sering adalah
tertahannya fragmen plasenta dan infeksi (Azizah & Rosyidah, 2019; 10-
13).
Perubahan uterus dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi dengan meraba bagian dari TFU (tinggi fundus uteri) (Azizah &
Rosyidah, 2019).
a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat
1000gram.
b) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.
c) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis
dengan berat 500 gram.
d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat
350 gram.
e) Pada 6 minggu post partum , fundus uteri mengecil (tidak teraba)
dengan berat 50 gram.
Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan miometrium
yang bersifat proteolysis.
2) Involusi tempat implantasi plasenta
Setelah persalinan, tempat implantasi plasenta merupakan tempat
dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 2-
4cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. penyembuhan luka bekas implantasi
plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung

8
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus(Azizah &
Rosyidah, 2019).
Biasanya luka yang sembuh akan menjadi jaringan parut, tetapi luka
bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan
karena luka ini sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti
pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium
ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka
(Azizah & Rosyidah, 2019 : 13-14).
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta
selama sekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi meluas ke dalam dari sisi
tempat ini dan dari lapisan sekitar uterus serta di bawah tempat implantasi
plasenta dari sisa-sisa kelenjar basilar endometrial di dalam desidua basalis.
Pertumbuhan kelenjar ini pada hakikatnya mengikis pembuluh darah yang
membeku pada tempat implantasi plasenta yang menyebabkannya menjadi
terkelupas dan tidak dipakai lagi pada pembuangan lokea (Azizah &
Rosyidah, 2019 : 13-14).
3) Perubahan pada ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan proses persalinan, setelah janin lahir, berangsur-
angsur mengerut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun”
setelah melahirkan oleh karena ligamen, fascia, dan jaringan penunjang alat
genitalia menjadi agak kendur (Azizah & Rosyidah, 2019 : 14).
4) Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan yang
terjadi pada serviks pada masa postpartum adalah dari bentuk serviks yang
akan membuka seperti corong. Bentuk ini disebabkan karena korpus uteri
yang sedang kontraksi, sedangkan serviks uteri tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk
semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena
penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama
berdilatasi selama persalinan, maka serviks tidak akan pernah kembali lagi
seperti keadaan sebelum hamil (Azizah & Rosyidah, 2019 : 15).
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan
maka akan menutup seacara bertahap. Setelah 2 jam pasca persalinan,
ostium uteri eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak
rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu
pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi

9
berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikalis. Pada minggu ke 6
post partum serviks sudah menutup kembali (Azizah & Rosyidah, 2019:14).
5) Lokhea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan
keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua
tersebut dinamakan lochea, yang biasanya berwarna merah muda atau putih
pucat (Azizah & Rosyidah, 2019 : 14-15).
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Sekret
mikroskopik lochea terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan
bakteri. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi (Azizah &
Rosyidah, 2019 : 15-16).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya
di antaranya sebagai berikut :
a) Lochea rubra / mrah (kruenta)
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan
mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari
desidua dan chorion. Lochea terdiri atas sel desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah.
b) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir karena pengaruh
plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 4 hingga hari ke 7 hari
postpartum.
c) Lochea serosa
Lochea ini muncul pada hari ke 7 hingga hari ke 14 pospartum.
Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochea ini terdiri atas
lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan
robekan laserasi plasenta
d) Lochea alba
Lochea ini muncul pada minggu ke 2 hingga minggu ke 6 postpartum.
Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak
mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks, dan
serabut jaringan yang mati.
Lochea yang menetap pada periode awal postpartum menunjukkan
adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin dapat disebabkan

10
oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lochea alba atau serosa yang
berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam (Azizah & Rosyidah, 2019: 16-
17).
Bila pengeluaran lochea tidak lancar, maka disebut lochiastasis.
Jika lochea tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan
tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna yang
sering disebabkan retroflexio uteri. Lochea mempunyai suatu karakteristik
bau yang tidak sama dengan sekret menstrual. Bau yang paling kuat pada
lochea serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang menandakan
infeksi (Azizah & Rosyidah, 2019;17).
Lochea disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam
postpartum yang selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagai lochea
rubra, sejumlah kecil sebagai lochea serosa, dan sejumlah lebih sedikit lagi
lochea alba. Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita postpartum
berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat
pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam
berbaring dan kemudia akan mengalir keluar manakala dia berdiri. Total
jumlah rata-rata pembuangan lochea kira-kira 8-9 oz atau sekita 240-270 ml
(Azizah & Rosyidah, 2019:17).
6) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan, akibat dari penekanan tersebut vulva
dan vagina akan mengalami kekenduran, hingga beberapa hari pasca proses
persalinan, pada masa ini terjadi penipisan mukosa vagina dan hilangnya
rugae yang diakibatkan karena penurunan estrogen pasca persalinan.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada
ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat sekitar minggu kempat, walaupun tidak akan menonjol
pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara
permanen. Mukosa tetap atrofik, pada wanita yang menyusui sekurang-
kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina
terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium (Azizah & Rosyidah, 2019 : 17-
18).
Pada perineum setelah melahirkan akan menjadi kendur, karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Post natal hari
ke 5 perinium sudah mendapatkan kembali tonusnya walapun tonusnya
tidak seperti sebelum hamil. Pada awalnya, introitus vagina mengalami
eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomy atau jahitan
laserasi. Proses penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka operasi

11
lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, dan bengkak) atau tepian
insisi tidak saling melekat bisa terjadi. Penyembuhan akan berlangsung
dalam dua sampai tiga minggu. Luka jalan lahir yang tidak terlalu luas akan
sembuh secara perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali luka jahitan
yang terinfeksi akan menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar hingga
terjadi sepsis (Azizah & Rosyidah, 2019).
7) Perubahan pada sistem pencernaan
a) Nafsu makan
Ibu biasanya merasa lapar segera pada 1-2 jam setelah proses
persalinan, Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia dan
keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk
memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi
disertai konsumsi camilan sering ditemukan, untuk pemulihan nafsu
makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun
asupan makanan juga mengalami penurunan selama 1 atau 2 hari, gerak
tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
melahirkan diberikan enema (Puji Wahyuningsih, 2018).
b) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal (Puji Wahyuningsih, 2018).
c) Pengosongan usus
Pada masa nifas sering terjadi konstipasi setelah persalinan. hal
ini disebabkan karena pada waktu persalinan alat pencernaan
mengalami tekanan, dan pasca persalinan tonus otot menurun sehingga
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada
waktu persalinan, kurangnya asupan makanan, cairan dan aktivitas
tubuh (Azizah & Rosyidah, 2019) .
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari
setelah ibu melahirkan. Ibu nifas seringkali ketakutan saat defekasi
karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat laserasi, atau
hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur dapat dicapai kembali
setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus
secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan
usus. Agar dapat buang air besar kembali normal dapat diatasi dengan
diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal (Azizah
& Rosyidah, 2019).

12
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang
berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak
akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa
sakit saat defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung kejadian
konstipasi pada ibu nifas pada minggu pertama. Supositoria dibutuhkan
untuk membantu eliminasi pada ibu nifas akan tetapi, terjadinya
konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan
kekhawatiran terhadap lukanya akan terbuka apabila ibu buang air besar
(Azizah & Rosyidah, 2019; 19-20).
8) Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, ibu nifas akan kesulitan
untuk berkemih dalam 24 jam pertama. Kemungkinan dari penyebab ini
adalah terdapar spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih yang telah
mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung.
Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post
partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok (diuresis). Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam 6 minggu (Puji Wahyuningsih, 2018).
Dinding kandung kemih memperlihatkan oedem dan hyperemia,
kadang-kadang oedem trigonum yang dapat menimbulkan alostaksi dari
uretra sehingga dapat menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa
nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali
kencing masih tertinggal urin residual (normal kurang lebih 15 cc). dalam
hal ini, sisa urin dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat
beresiko terjadinya infeksi (Azizah & Rosyidah, 2019; 20).
9) Perubahan sistem musculoskeletal / diastasis recti abdominalis
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh
darah yang berada di myometrium uterus akan menjepit, pada proses ini
akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen,
diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara
berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga kadang
membuat uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Hal ini akan kembali normal pada
6-8 minggu setelah persalinan (Puji Wahyuningsih, 2018).
Pada proses persalinan juda dapat menyebabkan putusnya serat-
serat elestik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus
pada waktu hamil, dinding abdomen mengendur,. Untuk memulihkan
kembali jaringan penunjang genetalia, serta otot dinding perut dan dasar
panggul , dianjurkan untuk melakukan latihan tertentu, pada 2 hari post

13
partum sudah dapat dilakukan latihan atau fisioterapi (Puji Wahyuningsih,
2018).
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pasca partum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim(Azizah &
Rosyidah, 2019).
a) Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang pada
wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis
sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari
peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol
kalau berdiri atau mengejan (Puji Wahyuningsih, 2018).
b) Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak
melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau berbulan-
bulan (striae). Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen
dapat kembali dalam beberapa minggu (Puji Wahyuningsih, 2018).
c) Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang smar. Ibu post partum memiliki
diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominal dapat
dilihat pada pengkajian umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang
dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal (Puji
Wahyuningsih, 2018).
Perubahan sistem muskuloskelatal akan kembali secara bertahap
seperti pada keaadaan sebelum hamil dalam periode waktu selama 3 bulan
setelah persalinan. Kembalinya tonus otot dasar panggung dan abdomen
pulih secara bersamaan. Pemulihan pada masa nifas ini dapat berlangsung
normal atau atau cepat dengan melakukan latihan fisik ringan, sepeti senam
nifas. Otot rectus abdominis kemungkinan akan tergang (>2,5 cm) pada
garis tengah/umbilikus, pada kondisi ini dikenal dengan Diastasis Recti
Abdominis (DRA), karena pada kondisi tersebut linea alba terjadi
peregangan mekanis pada dinding abdomen yang berlebihan, hal ini juga
dikarenakan adanya pengaruh hormone ibu (Puji Wahyuningsih, 2018).
Diaktasis Rekti Abdominal sering muncul pada grandemultipara,
kehamilan ganda, polihidramnion, dan bayi dengan makrosomia,
kelemahan abdomen dan postur yang salah. Peregangan yang berlebihan
dan berlangsung lama ini menyebabkan serat-serat elastis kulit yang putus

14
sehingga pada masa nifas dinding abdomen cenderung lunak dan kendur.
Senam nifas dapat membantu memulihkan ligament, dasar panggung, otot-
otot dinding perut dan jaringan penunjang lainnya (Azizah & Rosyidah,
2019).
Dampak dari diaktasis rekti ini dapat menyebabkan hernia
epigastric dan umbilikalis. Oleh karena itu pemeriksaan terhadap rektus
abdominal perlu dilakukan pada ibu nifas, sehingga dapat diberikan
penanganan secara cepat dan tepat.
10) Perubahan tanda-tanda vital
a) Suhu badan
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5-38 ̊C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi
biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi kaena ada
pembentukan ASI dan payudara menjadi bengka, berwarna merah
karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium, mastisis, traktu genitalis, atau sistem lain
(Puji Wahyuningsih, 2018).
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat (Puji
Wahyuningsih, 2018).
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi
pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia post partum
(Azizah & Rosyidah, 2019).
d) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubugan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas
(Puji Wahyuningsih, 2018).
b. Perubahan psikologi pada masa nifas
Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu
tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita
atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai seorang ibu
merupakan faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual, dan
tingkah laku pada seorang wanita. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh
wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai seorang ibu.
Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian

15
lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-
gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh para
peneliti dan klinisi disebut post-partum blues (Azizah & Rosyidah, 2019).
Banyak faktor yang diduga berperan pada sindrom post-partum
blues, salah satu yang penting adalah kecukupan dukungan sosial dari
lingkungannya (terutama suami). Kurangnya dukungan sosial dari keluarga
dan teman khususnya dukungan suami selama peiode pasca salin (nifas)
diduga kuat merupakan factor penting dalam terjadinya post-pastum blues.
Ada banyak perubahan yang telah terjadi di masa 9 bulan saat kehamilan,
dan bahkan bisa lebih yang terjadi pada masa nifas, bahkan mungkin merasa
sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari lingkungannya (Azizah &
Rosyidah, 2019).
Banyak hal yang dapat menambah beban hingga membuat seorang
wanita merasa down. Banyak juga wanita yang merasa tertekan setelah
melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran seorang
ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dukungan positif
dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan suatu hal
yang dibutuhkan oleh ibu. Dalam menjalani adaptasi masa nifas, sebagian
ibu dapat mengalami fase-fase sebagai berikut (Septianti et al., 2015):
a) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan berlangsung pada
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu baru umumnya
pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali
diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya. Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan
menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak
ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada
fase ini. Petugas kesehatan dapat menganjurkan kepada suami dan
keluarga untuk memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu
untuk mendengarkan semua yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat
melewati fase ini dengan baik (Azizah & Rosyidah, 2019).
b) Fase taking hold
Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-
10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam
berkomunikasi dengan ibu (Kasmiati, 2023).

16
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai masukan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. Tugas
sebagai tenaga kesehatan yakni mengajarkan cara merawat bayi,
cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan
senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu
seperti gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain (Azizah &
Rosyidah, 2019).
c) Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta
kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidian kesehatan yang kita
berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu agar lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Azizah &
Rosyidah, 2019).
Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.
Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan
urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu lelah dan terbebani. Ibu
memerlukan istirahat yang cukup sehinga mendapatkan kondisi fisik
yang bagus untuk dapat merawat bayinya (Puji Wahyuningsih, 2018).
Pada periode ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap
perawatan bayi dan harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi
sangat bergantung pada ibu, hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan serta hubungan sosial. Jika hal ini tidak dapat dilalui dengan
baik maka dapat menyebabkan terjadinya post partum blues dan depresi
post partum (Azizah & Rosyidah, 2019).
2.1.4 Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Kebutuhan dasar masa nifas menurut Siti Saleha antara lain (Septianti et
al., 2015);

1. Nutrisi dan cairan


Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan gizi, antara lain ;
a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
d) Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca persalinan.
e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI

17
2. Kebutuhan ambulasi
Ambulansi dini (early am’bulation) yaitu kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimibing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya
dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu
menahan lagi ibu post partum telentang ditempat tidurnya selama 7 samapi
14 hari setelah melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24 sampai 48 jam post partum (Septianti et al., 2015).
3. Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan eliminasi menurut Saleha, terdiri atas (Sukma et al., 2021):
a) Miksi
Buang air kecil sendiri sebainya dilakukan secepatnya, miksi normal bila
dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.Kesulitan BAK dapat disebabkan
karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritaso
muskulo spingter ani selama persalinan, atau dikarenkan oedem kandung
kemih selama persalinan.Lakukan kateterilasi apabila kandung kemih
penuh dan sulit berkemih.
b) Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan;
komsumsi makanan berserat; plahraga; berikan obatrangsangan per
oral/per rectal atau lakukan klisma bila mana perlu.
c) Kebutuhan Personal hygiene
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman.Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur maupun lingkungan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan
diri, adalah sebagai berikut (Sukma et al., 2021) :
1) Mandi teratur minimal 2 kali sehari.
2) Manganti pakaian dan alas tempat tidur.
3) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.
4) Melakukan lingkungan sekitar perineum.
5) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.
6) Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia
4. Kebutuhan istirahat dan tidur
Hal-hal yang dapat dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat
dan tidur adalah sebagai berikut (Sukma et al., 2021);
a) Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

18
c) Kurang istirahat dapat mengalami ibu beberapa hal :
(1) Mengurangi jumlah ASI yang di produksi.
(2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
(3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
5. Senam Nifas
Selama kehamilan dan pesalinan ibu banyak mengalami perubahan
fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama, dan
otot dasar panggul. Untuk mengambalikan kepada keadaan normal dan
menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada
ibu setelah melahirkan. Ibu tiadak perlu takut untuk banyak bergerak, karena
dengan ambulasi secara dini dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk
semula (Septianti et al., 2015).
Senam nifas adalah senam yag dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari yag kesepuluh, terdiri dari sederetan
gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan ibu (Azizah &
Rosyidah, 2019).
6. Seksualitas Masa Nifas
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti.Namum
demikian hubungan seksual dilakukan tegantung suami istri tersebut.Selama
periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang (Puji Wahyuningsih,
2018).
Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas
berkurang antara lain (Sukma et al., 2021);
a). Gangguan/ketidaknyamanan fisik
b). Kelelahan
c). Ketidakseimbangan hormon
7. Kecemasan berlebihan
Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari
(6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu.Pada saat melakukan
hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi,
dispareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri. Beberapa cara yang
dapat mengatasi kemesraan suami istri setelah periode nifas, Saleha antara lain
(Savita et al., 2022);
a. Hindari menyebut ayah dan ibu
b. Mencari pengasuh bayi
c. Membantu kesibukan istri
d. Menyempatkan berkencan
e. Meyakinkan diri
f. Bersikap terbuka

19
g. Konsultasi dengan ahlinya.
2.1.5 Penyulit dan Komplikasi masa nifas
Masa nifas di mulai setelah 2 Jam lahirnya plasenta atau setelah prose
persalinan dari kala I – IV selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan berarti
ibu terbatas dari bahaya komplikasi. Berbagai komplikasi dapat di alami ibu
pada masa nifas dan bila di tangani dengan baik akan memberi kontribusi yang
cukup besar terhadap tingginya angka kematian ibu ( AKI ). Beberpa penyulit
dan komplikasi yang di lamai ibu selama masa nifas akan di bahas berikut ini
(Kasmiati, 2023) :
1. Endometritis
Adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada endometrium. Infeksi ini
merupakan infeksi yang sering terjadi pada masa nifas. Mickroorganisme
masuk ke dalam endometerium melalui luka bekas insersi plasenta dan
dalam waktu singkat dapat menyebar ke seluruh endometrium.
2. Peritonitis
Adalah peredangan atau infeksi yang terjadi pada peritonium (selaput
dinding perut). Pada masa nifas peritonitis terjadi akibat menyebarnya atau
meluasnya infeksi yang terjadi pada uterus melalui pembulu limfe. Berbeda
dengan peritonitis umum, peritonitis ini biasanya terbatas pada daerah
perfis sehingga gejalanya tidak seberat pada peritonitis umum.
3. Mastitis
Adalah perdangan atau infeksi yang terjadi pada payudara atau mamae.
Dalam masa nifas dapat terjadi peradangan atau infeksi pada mamae,
terutama pada primipara. Penyebab infeksi yang papling sering adalah
staphilococusaureus. Manifestasi klinik atau tanda-tanda ibu yang
mengalami mastitis adalah rasa panas dingin dengan meningkatnya suhu
tubuh, lesu dan tidak ada napsu makan, mamae membesar, nyeri lochea,
kulit merah, dan membesar. Jika tidak segera di tangani dapat terjadi abses.
Berdasarkan tempatnya infeksi di bedakan menjadi (Savita et al., 2022) :
a. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mamae.
b. Mastitis di tengah-tengah mamae yang menyebabkan abses di tempat
tersebut.
c. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mamae dan otot-otot di bawahnya. Mastitits
dapat di cegah dengan perawatan yang benar pada mamae terutama pada
puting susu (areola dan papilla mamae).
4. Thrombophlebitis
Thrombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena. Hal ini terjadi
pada masa nifas karena terbukanya vena selama proses persalinan.
Sehingga memudahkan masuknya mikroorganisme pathogen.

20
Thrombophlebitis sering menyebabkan kematian karena mikroorrganisme
dapat dengan mudah dan cepat menjalar keseluruh tubuh melalui sistem
peredaran darah dan menyebabkan infeksi pada organ tertentu.
Dua golongan vena yang memegang peran dalam menyebabkan
Thrombophlebitis yaitu :
a. Vena-vena dinding rahim ligamentum latum seperti vena ovarica, vena
uterine dan vena hipogastika (Thrombophlebitis pelviks) vena ovarica
merupakan vena yang sering meradang karena vena ini mengalirkan
darah darri luka bekas plasenta.
b. Vena-vena Tungkai seperti vena vemorali, poplitea dan saphead
(Thrombophlebitis femorali). Perdangan dari vena ini berasasl dari
Thrombophlebitis vena saphead magna atau perdangan vena femorali
sendiri.
c. nfensi luka perineum Adalah infeksi yang terjadi masuknya
mikroorganisme ke dalam luka perineum. Luka perineum dapat terjadi
karena episiotomy atau robekan / rupture pada saat proses persalinan.
Luka perinium yang mengalami infeksi akan tersa lebih nyeri, merah
dan bengkak bila tidak segera di tangani luka tersebut akan melebar,
terbuka dan mengeluarka getah bernana.
2.1.6 Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran asuhan


post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas, antara lain
(Savita et al., 2022) :

1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai


dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
3) Mendorong ibu untuk menyusui banyinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan
anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
pencegahan perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8) Memberikan asuhan secara professional

21
2.2 Konsep Preeklamsia
2.2.1 Pengertian Preeklampsia
Pre eklampsiaa berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteinuria dan
oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Nugroho, 2010). Pre eklampsiaa
adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan
mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat
akibat tibuh membenegkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai
protein didalam urin (proteinuria). (Feryanto, 2011). Hipertensi akibat
kehamilan atau hipertensi gestasional adalah istila yang digunakan untuk
menggambarkan hipertensi yang baru terjadi di trimester kedua kehamilan
diperiode postnatal (sama dengan proteinuria gestasional) (Ns.Dini Kurniawati
et al., n.d.).
Pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin,
renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peradaran darah dan
metabolisme dapat berlangsung. Pada pre eklampsia dan eklampsia terjadi
penurunan angiotensin, renin, dan aldosteron tetapi dijumpai edema, hipertensi
dan proteinuria (Noor et al., 2021). Menurut Manuaba (2008) peningkatan
kepastian preeklampsia adalah sebagai berikut :
1. Tekanan darah 160/110 mmHg.
2. Proteinuria 2g/24 jam atau 2+ pada dipstrick.
3. Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali telah meningkat sebelumnya..
4. Trombosit < 100.000/mm3
5. Hemolisis mikroangiopatik.
6. Peningkatan ALT/AST.
7. Nyeri kepala menetap atau gangguan serebrum atau penglihatan lainya.
8. Nyeri epigastrium menetap.
Pada penderita pre eklampsia akan kejang, umumnya memberi gejala-
gejala atau tanda-tanda yang khaas, yang dapat dianggap sebagai tanda
prodoma akan terjadinya kejang pre eklampsia yang disertai tanda-tanda
prodoma disebut sebagai impending eklampsia. Impending eklampsia adalah
gejala pre eklampsia berat yang disertai salah satu atau beberapa gejala dari
nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, dan nyeri epigastrium
(Noor et al., 2021).
2.2.2 Etiologi Preeklampsia
Penyebab timbulnya sampai sekarang belum di ketahui secara pasti.
Tetapi pada umumnya di sebabkan oleh vascopasme arteriola. Faktor - faktor
yang di perkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsiaa antara lain:
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatirosa, multigravida,

22
malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta
anemia (Apriyanti et al., 2021).
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan
tersebut sehingga kelainan ini sering di kenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut di antara lain (Noor et al., 2021):
a. Peran faktor imonologis. Beberapa studi juga mendapatkan adanya
aktivitas system komplemen pada pre eklampsiaa atau eklampsiaa.
b. Peran faktor genetik atau familial.terdapatnya kecenderungan
meningkatnya frekuesi pre eklampsia atau eklampsia pada anak-anak dari
ibu yang menderita pree eklampsia atau eklampsia. Kecendurungan
meningkatnya frekuensi pre eklampsia pada anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat pre eklampsia atau eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
Peran Reninangiotensin-aldosteron system (RAAS) Menurut sukasrni
(2013) faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia adalah :
1) Nuliparitas
2) Kehamilan ganda
3) Diabetes
4) Riwayat keluarga dengan preeklamsia atau eklamsia
5) Hipertensi kronik
6) Molahidatidosa.
2.2.3 Patofisilogi Preeklamsia
Patofisiologi Preeklamsia Patofisiologi preeklamsia dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu(Syahadatina Noor et al., n.d.) :
1. Keseimbangan faktor angiogenik
Faktor yang berperan adalah vascular endothelial growth factor (VEGF)
dan placental growth factor (PIGF). VEGF merupakan faktor yang
berperan dalam angiogenesis dan menstabilkan endotel pembuluh darah
yang matur. PIGF juga merupakan faktor pertumbuhan angiogenik yang
memperkuat sinyal VEGF (Vitoratos dkk., 2012).
2. Relaksin
Relaksin diproduksi oleh korpus luteum ovarium dan kadarnya meningkat
pada awal kehamilan. Produksi relaksin dipicu oleh human chorionic
gonadotropin (HCG). Relaksin memiliki efek vasodilator renal (Vitoratos
dkk., 2012).
3. Sitokin
Sitokin inflamasi berhubungan dengan iskemia plasenta dan disfungsi
kardiovaskular dan ginjal. Perfusi darah ke uterus yang berkurang dapat
menginisiasi timbulnya preeklamsia. (Vitoratos dkk., 2012).
4. Renin angiotensin system (RAS)

23
RAS merupakan salah datu pengontrol tekanan darah. Reseptor angiotensin
II terletak di villi dan ekstra villi trofoblast. Kadar angiotensin II sistemik
meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan pada kehamilan normal.
Kadar angiotensin II sedikit berkurang pada kehamilan dengan preeklamsia
(Vitoratos dkk., 2012).

2.3 Konsep Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berpikir logis sistematis
dan memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur
pikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/ kerangka dalam menangani
kasus yang menjadi tanggung jawabnya. (Varney, 2007) (Noor Lathifah, 2016)

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang


digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 2007).

2.3.1 Pengkajian data


1. Data Subyektif
a. Biodata

Nama : Nama klien dan suami dikaji jelas dan lengkap agar
tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan asuhan
kebidanan
Usia : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko
tinggi atau tidak
Agama : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh terhadap
kebiasaan kesehatan klien yang berhubungan dengan
perawatan klien misal ada yang dilarang oleh agama
klien
Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien
sebagai dasar dalam memberikan konseling dan
asuhan kebidanan sesuai dengan tingkat
pendidikannya. Tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap dan perilaku kesehatan klien.
Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga
yang berhubungan dengan kesejahteraan/nutrisi dan
untuk mengetahui aktifitas pekerjaan klien yang akan
mempengaruhui pada masa nifasnya
Alamat : Agar dapat mengenal klien dan tidak keliru dengan
klien lainnya. Mempermudah hubungan bila dalam

24
keadaan mendesak dan mengetahui kondisi tempat
tinggal klien dan lingkungannya
b. Alasan datang
Menanyakan kepada ibu keperluan kedatangan ketempat pelayanan.
c. Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong klien ke bidan.
Pada kasus masa nifas hari 3 biasanya ibu sudah mulai adaptasi terhadap
masa nifasnya. Keluhan yang sering terjadi biasanya kurang tidur pada
saat malam hari karena bayinya menangis
d. Riwayat Menstruasi
Menarche : Untuk mengetahui pertama kali haid klien
Siklus : Untuk mengetahui siklus menstruasi klien
Lama : Untuk mengetahui lama haid dalam kondisi normal
Dismenorhae : Dikaji apakah ibu mengalami keluhan nyeri pada
saat menstruasi.
e. Gangguan alat reproduksi
Ditanyakan untuk mengetahui apakah mempunyai kelainan atau
gangguan alat reproduksi
f. Riwayat kehamilan
Dikaji untuk mengetahui keluhan atau tandda bahaya yang dirasakan,
serta ketidaknyamanan sesuai usia kehamilannya.
g. Riwayat Obstetrik yang lalu
1) Kehamilan
Apakah pernah mengalami tanda bahaya dalam kehamilan seperti
muntah hebat, nyeri perut bagian bawah, perdarahan dari jalan lahir,
pusing hebat, tekanan darah tinggu dan lain-lain.
2) Persalinan dan bayi baru lahir
Menanyakan proses persalinan serta penyulit-penyulit yang
mungkin terjadi pada proses persalinannya serta keadaan bayinya.
3) Nifas
Riwayat tanda bahaya seperti demam tinggi, perdarahan, kejang,
bendungan ASI dan lain-lain.
4) Riwayat kontrasepsi
Mengetahui metode KB yang pernah digunakan, lama pemakaian
kontrasepsi tersebut serta masalah saat menggunakan kontrasepsi
tersebut.
h. Riwayat Kesehatan Ibu
Dari data ini dapat digunakan sebagai penanda (warning akan adanya
penyulit masa hamil). Adanya perubahan fisik pada ibu masa hamilyang
melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang

25
mengalami gangguan. Riwayat ini meliputi riwayat kesehatan sekarang
(sedang dialami) dan riwayat kesehatan yang lalu.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit keturunan dan menular dalam
keluarga.
j. Riwayat psikologi, sosial, ekonomi dan spiritual.
Dalam riwayat ini termasuk riwayat pernikahan serta respon ibu,
keluarga serta lingkungan terhadap kehamilan saat ini.
k. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Nutrisi
Untuk mengetahui asupan gizi ibu selama nifas , seberapa banyak
dan sering mengkonsumsinya, apa saja yang dimakan dalam sehari
misal seperti nasi, sayur, lauk, buah, makanan selingan dan lain-
lain.
2) Pola eliminasi
Seberapa sering buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB),
dikarenakan ibu nifas takut nyeri saat BAB dan BAK
3) Aktivitas
Dikaji utuk mengetahui aktivitas yang akan mempengaruhi pada
masa nifas hari ke tiga. Ibu nifas boleh melakukan aktivitas seperti
biasanya, jangan terlalu berat agar tidak menimbulkan keletihan
yang akan berdampak pada kesehatan tubuhnya.
4) Istirahat dan tidur
Ibu nifas dianjurkan untuk istirahat yang cukup yang teratur
khususunya seiring kemajuan kehamilan dan untuk mengetahui
keluhan pada saat istirahat. Pada masa nifas tidur dan istirahat
sangat perlu karena akan mempengaruhi pengeluaran ASI.
Kebutuhan durasi tidur yang disarankan untuk masa nifas adalah 7-
9 jam per hari.
5) Personal hygine
Dikaji kebiasaan ibu dalam menjaga kebersihan dirinya yaitu
mandi, gosok gigi bila ada kerusakan gigi perlu diperhatikan agar
tidak terjadi infeksi.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Meliputi tingkat energi, keadaan emosi dan
postur badan ibu selama pemeriksaan.
Kesadaran : Meliputi composmentis (baik/sempurna),
apatis (perhatian kurang), somnolen (mudah

26
tertidur), koma hingga menyatakan keadaan
gelisah, gaduh, dan disorientasi.
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : Tekanan darah normalnya 90/60 – 120/130
mmHg.
Nadi : > 100 x/menit disertai nyeri dada hebat, batuk,
napas pendek merupakan keadaan yang perlu
mendapatkan perhatian dimana
memungkinkan masalah yang mungkin terjadi
seperti serangan jantung atau bekuan darah di
dalam paru.
Berat badan : Untuk mengetahui pada saat masa nifas apakah
nutrisinya sudah terpenuhi dengan baik karena
akan berpengaruh pada kualitas ASI.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tidak ada lesi, bersih, tidak ada benjolan.
Wajah : Ada atau tidak hiperpigmentasi seperti cloasma
gravidarum.
Mata : Tidak oedema pada kelopak mata, sklera berwarna
putih/kuning, conjungtiva berwarna merah
muda/pucat karena jika sklera berwarna kuning
menandakan kemungkinan indikasi
adanya/penyakit hati dan konjungtiva pucat
menandakan ibu mengalami anemia.
Mulut : Didapatkan hasil simetris, lembab, bersih, tidak
stomatitis, lidah bersih.
Leher : Pengecekan pembesaran kelenjar tiroid untuk cek
penyakit hipertiroid dan cek pembesaran vena
jugularis
Payudara : Dada yang tampak kemerahan dan seperti kulit
jeruk perlu dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut
untuk menentukan tumor jinak atau kanker
payudara. Adakah pengeluaran ASI atau tidak.
Adakah hiperpigmentasi areola dan putting
menonjol atau tidak
Abdomen : Cek linea nigra
Genetalia : Apakah ada perdarahan pervaginam atau
pengeluaran secret vagina, melihat lockhea

27
Ekstremitas : Cek adanya simetris, varises, dan
oedema/pembengkakan ekstremitas

Palpasi
Leher : Cek tidak teraba oedema pada vena jugularis, kelenjar tiroid,
dan kelenjar getah bening.

Payudara : Cek adakah benjolan pada payudara.

Abdomen : Mengecek kontraksi ibu, mengukur TFU

Ekstremitas : Melakukan pemeriksaan thrombophlebitis (Homan Sign’s)

2.3.2 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Aktual


Dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data data yang telah dikumpulkan. Data
dasar yang telah diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
yang spesifik. Diagnosa kebidanan adalalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar. Interpretasi data pada masa
nifas hari ke tiga secara fisiologis :
1) Diagnosis kebidanan (Dx)
P….Ab…, janin tunggal/ kembar, hidup, intrauteri dengan kehamilan
normal.
2) Data dasar subjektif (Ds)
Pernyataan ibu terkait masa nifasnya dan hal-hal lain yang terkait dari hasil
anamnesa yang mendukung diagnosa masalah.
3) Data dasar objektif (Do)
4) Dari hasil pemeriksaan oleh bidan yang mendukung diagnosa masalah.
2.3.3 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
1) Perdarahan
Keluarnya darah (lochea) adalah hal yang wajar pada masa nifas. Waspada
jika terjadi perdarahan hebat pasca melahirkan. Kondisi ini disertai dengan
demam, pusing dan detak jantung yang tidak teratur. Masalah ini biasanya
disebabkan karena ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim.
2) Nyeri dada dan sesak napas
Masalah yang selanjutnya bisa muncul adalah emboli paru, biasanya ditandai
dengan nyeri dada yang disertai sesak napas. Emboli paru adalah penyakit
yang terjadi karena tersumbatnya aliran darah di paru-paru, yang terjadi
karena ada gumpalan darah. Waspadai kondisi ini sebab bisa memicu
penurunan kesadaran bahkan mengancam nyawa.
3) Preeklamsia

28
Setelah persalinan, kondisi tubuh ibu perlu dipantau secara rutin baik oleh
dokter maupun bidan seperti pengecekan suhu tubuh dan tekanan darah.
4) Baby blues
Kejadian ini terjadi karena adanya perubahan drastis pada ibu setelah
melahirkan, mulai dari perubahan fisik, hormonal hingga perubahan
aktivitas. Jika mengalami baby blues, ibu akan sulit mengendalikan emosi
sehingga mudah menangis atau marah pada hal-hal kecil. Pada kondisi yang
lebih parah.
2.3.4 Identifikasi kebutuhan Segera
1) Perdarahan
Pemberian obat-obatan untuk memperkuat kontraksi uterus, seperti
oksitosin. Melakukan tindakan kuret apabila terdapat sisa jaringan plasenta
yang tertinggal di dalam uterus. Pemberian transfusi darah dan komponen
darah apabila terdapat perdarahan masif pada pengidap.
2) Nyeri dada dan sesak napas
Melakukan pemeriksaan kardiomiopati postpartum, biasanya dokter akan
menyarankan agar dapat melakukan pemeriksaan seperti ekokardiografi
(USG jantung) untuk melihat kondisi jantung secara detail. Sehingga,
penanganan akan dilakukan sedini mungkin.
3) Preeklamsia
Menangani preeklampsia setelah melahirkan (postpartum pre-
eclampsia) dengan tepat diperlukan agar terhindar dari komplikasi.
Pencegahan preeklampsia dapat dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin ke fasiltas kesehatan seperti cek tekanan
darah rutin saat hamil dan sesudah melahirkan, menjaga berat badan selama
kehamilan, melakukan pola makan sehat dengan gizi yang seimbang.
4) Baby blues
a) Jangan memaksakan diri jika tidak sanggup mengerjakan
b) cukupi waktu tidur
c) mengkonsumsi makanan bernutrisi dan olahraga secara rutin
d) curhat dengan orang terdekat
2.3.5 Rencana Intervensi
Dx : Ny…P….Ab…
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan masa
nifasnya berjalan normal tanpa ada komplikasi.
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 90/60 -130/90 mmHg
Nadi : 60-90 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,50 C

29
Pernapasan : 16-24 x/Menit
Intervensi :
1) Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaannya.
2) Anjurkan pada ibu istirahat yang cukup agar tidak kelelahan yaitu 7-9 jam
per hari.
3) Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi.
4) Jelaskan pada ibu pentingnya senam nifas.
5) Jelaskan pada ibu tanda bahaya dalam masa nifas.
6) Anjurkan ibu untuk minum vitamin.
7) Anjurkan ibu untuk periksa nifas minimal 4 kali atau apabila sewaktu-waktu
apabila ada keluhan.
2.3.6 Implementasi
Dilakukan atas dasar intervensi yang sudah dibuat
2.3.7 Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan keberhasilan intervensi
berdasarkan asuhan yang diberikan, mengacu pada kriteria hasil. Evaluasi
keefektifan asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan untuk menentukan apakah benar-benar telah terpenuhi berdasarkan
kebutuhan yang teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis (Tyastuti &
Wahyuningsih, 2016).

30
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari, tanggal : Jumat, 11 November 2022


Pukul : 09.20 WIB
Di : PMB Eny Islamiati,S.Tr.Keb
Oleh : Khania Wahyu Maulidah

3.1 Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)

3.1.1 Subyektif

3.1.1.1 Identitas

No. Reg : 02154


Nama klien : Ny. N Nama Suami : Tn. A
Umur : 38 Tahun Umur : 42 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Sidodadi 1, Wandanpuro Alamat : Jl. Sidodadi 1, Wandanpuro

3.1.1.2 Alasan Datang

Ibu mengatakan bahwa melakukan kunjungan nifas yang ke dua

3.1.1.3 Keluhan Utama

Ibu mengatakan bahwa ibu 2 hari ini kurang tidur dikarenakan bayinya sering
menangis pada malam hari
3.1.1.4 Riwayat Menstruasi

Menarche : 15 Tahun
Siklus : 25 hari
Lama : 6-7 hari
Dismenorhae : Tidak ada
Volume : 2-3 kali ganti pembalut/ hari
Bau : Normal

1. Riwayat Kehamilan sekarang


- HPHT : 13 Februari 2022
- HTP : 20 November 2022

• Trimester 1 : Ibu baru melakukan kunjungan antenatal sebanyak 1 kali di usia


kehamilan 10-12 minggu dengan keluhan pusing dan mual. Ibu disarankan
untuk beristirahat, makan sedikit tapi sering, dan mengikuti ANC Terpadu.

31
• Trimester 2 : Ibu melakukan kunjungan 1 kali, karena tidak ada keluhan sama
sekali
• Trimester 3 : Ibu melakukan kunjungan 3 kali, kunjungan yang ke 2 ibu
mengatakan jika sering kram kaki tetapi hanya bagian kanan. ibu disarankan
untuk rajin olahraga seperti jalan-jalan pagi, tidak melakukan aktivitas yang
berlebih, dan istirahat yang cukup
2. Riwayat Obstetrik
a. P3003Ab100
b. Penolong persalinan : Bidan
c. Bayi ; Umur, BB, Jenis Kelamin : Uk 38 Minggu, 3200 gr, Laki-Laki
- Riwayat persalinan sekarang
a. Berapa lama : 4 jam
b. Tindakan : persalinan pervaginam
c. Komplikasi : Tidak ada
3. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan tidak menggunakan KB
4. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan bahwa ibu dalam keadaan sehat, tidak sedang mengalami
atau memiliki riwayat menderita penyakit seperti hipertensi, jantung, tiroid,
alergi, autoimun, diabetes, asma, tuberculosis, hepatitis B, jiwa, sifilis atau
penyakit menular seksual lainnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa di keluarganya ada yang memiliki penyakit turunan
seperti hipertensi.
6. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan menikah pertama kali pada usia 23 tahun dengan status
pernikahan sah dengan lama pernikahan 15 tahun dan memiliki 1 pasangan
seksual baik ibu maupun suaminya.
7. Pola Kebutuhan sehari-hari
1. Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x sehari, Porsi sedang dengan nasi, sayur, ikan
dan kadang-kadang buah. Serta minum 7-8 x gelas sehari
2. Personal hygiene :
Ibu mengatakan mandi 2x sehari, dan gosok gigi 2-3x sehari, serta
keramas 2 hari sekali
3. Eliminasi
BAB : 1-2x sehari
BAK : 5-6x sehari
4. Istirahat : ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam 7-8 jam.
Namun, dalam 2 hari masa nifas ini ibu mengatakan kurang tidur
5. Seksual : ibu mengatakan selama masa nifas ibu tidak melakukan
hubungan seksual

32
6. Keadaan psikologis : Ibu mengatakan merasa bahagia dan sangat senang
dengan kelahiran anak keempatnya dalam keadaan sehat.

3.1.1.12 Psikologi, sosial, spiritual, budaya

a. Psikologi : Ibu senang dengan kelahiran anak ke empatnya


b. Sosial : Keluarga ibu sangat senang dengan kelahiran
anak ke empatnya, suami mengantarkan ibu saat
pemeriksaan kehamilan, persalinan, serta
kungjungan nifas
c. Spiritual : Ibu berdoa agar tidak ada komplikasi atau
gangguan pada saat masa nifas
d. Budaya : Ibu tidak memiliki pantangan dalam kehamilan

ii. Data Obyektif


3.1.2.1 Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
2. Pemeriksaan tanda- tanda vital
a. Tekanan darah : 130/90 mmHg
b. Nadi : 80x/ menit
c. Suhu : 36,60 C
d. Pernapasan : 22x/ menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Wajah : Tidak ada hiperpigmentasi seperti cloasma gravidarum
Mata : Tidak ada oedema pada kelopak mata, sklera putih,
konjungtiva berwarna merah muda
Mulut : Simetris, lembab, bersih, tidak ada stomatitis, lidah
bersih
Gigi : Tidak ada caries gigi
Leher : Tidak ada pembengkakak vena jugularis maupun
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
Payudara : Simetris,tidak tampak bengkak, ada hiperpigmentasi
areola dan puting menonjol, ada pengeluaran ASI
Abdomen : Tidak ada streae, tidak ada bekas luka operasi
Genetalia : Tidak ada laserasi jalan lahir, ada pengeluaran lokhea
rubra berwarna merah, tidak ada varises, tidak ada
hemoroid

33
Ekstremitas : Tidak ada varises, tidak ada oedema, tidak ada tanda
homan sign’s
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembengkakak vena jugularis
maupun kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening
Payudara : Tidak ada benjolan pada payudara (-/-)
Abdomen : : tidak ada diastasis rectus abdominalis, TFU 3
jari diatas simpisis teraba keras
c. Perkusi
Refleks patella : (+/+)

3.2 Identifikasi Diagnosis atau Masalah Aktual

1. Diagnosa kebidanan (Dx)


P3003Ab100 Post partum hari ke tiga, bayi tunggal, hidup, Sehat
2. Data Dasar Subjektif (Ds)
a. Ibu mengatakan ingin kunjungan ulang nifas
b. Ibu mengatakan ini anak ke empatnya
c. Ibu mengatakan bahwa waktu tidurnya terganggu
d. Ibu mengatakan bayinya sering menangis di malam hari
3. Data dasar objektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan darah : 130/90 mmHg
d. Nadi : 80x/ menit
e. Suhu : 36,60 C
f. Pernapasan : 22x/ menit
g. Konjungtiva : Merah muda
3.3 Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Kurang tidur pada ibu nifas dapat menyebabkan kelelahan parah, stress,
gangguan mood dan nafsu makan serta konsentrasi. Kurang tidur pada ibu nifas
bahkan bisa meningkatkan risiko baby blues.
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
1. Bagi tugas dengan suami
2. Hindari konsumsi kafein seperti kopi
3. Melakukan senam nifas
4. Pemenuhan istirahat tidur
5. Manajemen keluhan ketidaknyamanan masa nifas
3.5 Rencana Intervensi

34
Dx : P3003Ab100 Post partum hari ke tiga, bayi tunggal,
hidup, Sehat
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan masa
nifas berjalan normal tanpa ada komplikasi
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 90/60 - 130/90 mmHg
Nadi : 60 - 90x/ menit
Suhu : 36,5 – 37,5°C
Pernapasan : 16 – 24 x/menit
Konjungtiva : Merah muda

Intervensi :
1). Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa kaadaan ibu normal. Tekanan
darah ibu 130/90 mmhg, nadi 80x/ menit, suhu 36,6 0 C, pernapasan 22x/ menit,
konjungtiva berwarna merah mudah.

2). Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang dan beragam,
yaitu nasi, lauk pauk, sayur dan buah-buahan, terutama yang tinggi protein
seperti: ati ayam, telur, ikan, dan lain lain.

Rasionalnya : Makanan yang bergizi seimbang dan beragam dapat memenuhi


kebutuhan gizi ibu secara lengkap selama masa nifas

3). Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar tidak kelelahan yaitu 7-
9 jam per hari

Rasionalnya : Dengan istirahat cukup, ibu akan lebih rileks dan bugar, karena
kurang istirahat juga mempengaruhi produksi ASI

4). Anjurkan ibu untuk rutin melakukan senam nifas

Rasionalnya : Agar tubuh lebih relaks yang mendukung kesehatan ibu sehingga
mempercepat pemulihan

5). Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan nifas minimal 4 kali atau
sewaktu-waktu apabila ada keluhan

Rasionalnya : Agar kesehatan ibu dapat dipantau oleh petugas kesehatan

6). Jelaskan pada ibu tanda bahaya masa nifas, terutama yang berkaitan dengan
kurang tidur

Rasionalnya ; Kurang istirahat atau kurang tidur membuat ibu mudah


kelelahan, mood berantakan sehingga mudah marah.

3.6 Implementasi

35
Hari, tanggal : Sabtu, 5 November 2022
Pukul : 09.50 WIB

1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu normal.


Tekanan darah ibu 130/90 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu 36,6 o C, pernapasan
22x/ menit. konjungtiva berwarna merah muda

2. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang dan


beragam, yaitu nasi, lauk pauk, sayur dan buah-buahan, terutama yang tinggi
protein, seperti ; telur, ayam, ikan, dan lain-lain.
3. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup agar tidak kelelahan yaitu 7-9 jam
per hari.
4. Menjelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan umum masa nifas, yaitu
kurang istirahat, konstipasti, keringat berlebih
5. Menjelaskan pada ibu tentang cara mengatasi ketidaknyamanan berupa
kurang tidur.
6. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya pada ibu nifas, terutama yang berkaitan
dengan kurang tidur
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas.
8. Menganjurkan ibu untuk kembali memeriksakan atau melakukan kunjungan
nifas minimal 4 kali atau sewaktu-waktu ada keluhan.
3.7 Evaluasi

Hari, tanggal : Sabtu, 11 November 2022

Pukul : 10.10 WIB

1). Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya

2). Ibu bersedia makan makanan bergizi seimbang

3). Ibu bersedia istirahat/tidur 7-9 jam sehari, ibu akan tidur siang apabila ada waktu.

4). Ibu mengerti ketidaknyamanan umum masa nifas.

5). Ibu mengetahui cara mengatasi ketidaknyamanan berupa kurang tidur

6). Ibu mengerti tanda bahaya masa nifas

7). Ibu bersedia senam nifas

8). Ibu bersedia untuk kembali atau melakukan kunjungan ulang minimal 4 kali atau
sewaktu-waktu ada keluhan.

BAB IV

PEMBAHASAN

36
Pada tanggal 11 November 2022 telah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan
pada ibu nifas Ny. N P3003Ab100 Post partum hari ke tiga dengan ketidaknyamanan
masa nifas berupa kurang tidur di PMB Eny Islamiati,S.Tr.Keb. Hasil anamnesis
didapatkan bahwa ibu bersalin pada tanggal 8 November 2022, sehingga pada saat ini
dilakukan pemeriksaan atau kunjungan nifas yang ke 2.

Ibu memiliki keluhan kurang tidur dimana hal tersebut adalah ketidaknyamanan
umum yang dialami ibu nifas yang disebabkan oleh perubahan peran menjadi seorang
ibu. Kurang tidur pada masa nifas bisa menyebabkan ibu kurang fokus dan sulit
berkonsentrasi dalam melakukan berbagai kegiatan, mudah marah dan tersinggung,
serta kurang tidur yang berkepanjangan bisa menyebabkan ibu mengalami post partum
blues. Penatalaksanaan dari ketidaknyamanan ini adalah menyampaikan pada ibu
untuk istirahat yang cukup selama 7-9 jam per hari serta menginformasikan kondisi
atau tanda bahaya nifas yang perlu diwaspadai.

Hasil evaluasi menyatakan bahwa ibu mengerti tentang penjelasan dan KIE
yang telah diberikan serta ibu bersedia untuk melakukannya. Hal yang perlu
diwaspadai pada masa nifas ini adalah ibu mengalami post partum blues jika ibu kurang
istirahat yang berkepanjangan.

BAB V

PENUTUP

37
5.1 Kesimpulan
Mahasiswa telah melaksanakan dan menuliskan asuhan kebidanan post
partum di hari ke tiga dan sesuai dengan manajemen kebidanan yang meliputi ;
pengkajian data pada ibu nifas, mengidentifikasi diagnose dan masalah pada
ibu nifas dengan ketidaknyamanan waktu istirahat post partum di hari ke tiga,
mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada ibu nifas dihari ke tiga,
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada ibu nifas dihari ke tiga
dengan ketidaknyamanan waktu istirahat, membuat rencana asuhan atau
intervensi pada ibu nifas di hari ke tiga, melaksanakan rencana
asuhan/implementasi pada ibu post partum di hari ke tiga dengan
ketidaknyamanan waktu tidur, membuat evaluasi asuhan yang telah diberikan,
dan mendokumentasikan asuhan kebidanan post partum hari ke tiga dengan
menggunakan metode Varney.
5.2 Saran
1. Untuk klien agar memenuhi kebutuhan gizi seimbang dan beragam,
mengkonsumsi makanan tinggi protein seperti telur, ikan, dan daging. Selain
itu, ibu juga harus mencukupi kebutuhan waktu istirahat sekitar 7-9 jam sehari.
2. Untuk keluarga, perlu mendukung ibu dalam menjalani masa nifasnya, seperti
: gantian menjaga bayi di malam hari, mengingatkan ibu untuk makan teratur,
dan membantu atau mengantar ibu untuk kunjungan ulang masa nifas ke
fasilitas kesehatan.
3. Untuk tenaga kesehatan, perlu lebih proaktif dalam melakukan pemantauan,
misal dengan menanyakan keadaan ibu dan bayinya serta melakukan KIE
melalui media whatsapp
4. Untuk mahasiswa, agar selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam melakukan asuhan kebidanan nifas pada klien.

38
DAFTAR PUSTAKA
Elvera, D. (2016, Mei 2016). Asuhan kebidanan ibu nifas patologi Ny.W umur 37
tahun P1A0A post partum hari ke-1 dengan anemia sedang di RSUD
Wonosari. Retrieved November 16, 2022, from
http://elibrary.almaata.ac.id/665/1/STADI%20KASUS%20DESI.pdf
Hapsari Windayanti, F. P. (2020, september ). Hypnobreastfeeding dan Kualitas
Tidur pada Ibu Menyusui. Volume 3 Nomor 2,. Retrieved November
16, 2022, from http://s1-
kebidanan.unw.ac.id/assets/images/penelitian/631-2216-1-PB(1).pdf
Pane, d. M. (2022, Juli 30). Alami, Kurang Tidur setelah Melahirkan? Ini Dampak
yang Bisa Bunda. Retrieved from Halodok :
https://www.alodokter.com/kurang-tidur-setelah-melahirkan-ini-
dampak-yang-bisa-kamu-alami

39

Anda mungkin juga menyukai