Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN KELOMPOK KECIL

Keperawatan Gerontik
“POSBINDU”
Puskesmas Lempuing Kota Bengkulu periode 12 Oktober 2020-17 Oktober
2020

Dosen Pembimbing:
Ns. Hendri Heriyanto., S. Kep., M. Kep

Disusun Oleh
Kelompok 6

1. Fiska (PO 5120420009)


2. Ruth Kristiani Dolok Saribu (PO 5120420029)
3. Widya Oktari (PO 5120420032)
4. Wisti Agustina (PO 5120420034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN
PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A. 2020/202
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek
dari sistem kesehatan dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan
proses yang dilakukan oleh masyarakat dengan atau tanpa campur tangan
pihak luar untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek
lainnya yang se$ara langsung maupun tidak  langsung berpengaruh dalam
kesehatan masyarakat. Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi
kualitas hidup adalah  pemberdayaan masyarakat miskin. faktor ini akan
mampu memutuskan ketinggalan rakyat baik dari segi pendidikan,
ekonomi maupun kesehatan. Faktor lain yang akan menjamin penguatan
akses guna mendukung masyarakat untuk memperolah dan memam/aatkan
input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi adalah
melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat. Pembangunan
merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf hidup dan
kesejahteaan masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan tersebut
telah mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa dampak
pada peningkatan taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat, diukur dengan
indikator-indikator yang umum  bersifat ekonomi.
Rendahnya tingkat perubahan kondisi kehidupan masyarakat
melalui kebijakan  pemerataan melahirkan paradigma pembangunan yang
berpusat pada manusia. Implementasinya tercermin pada pogram-pogram
yang secara lansung ditujukan kepada masyarakat lapisan bawah seperti
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, pangan, sandang, papan,
kesehatan, pandidikan, maupun pogram penanggulangan kemiskinan.
Kebijakn paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia
implementasinya cukup berhasil, namun se$ara proses terlihat lambat
akibat masih adanya intervensi kekuasaan pemerintahan dalam
menetapkan prioritas pogram yang diperuntukkan bagi kepentinagn
masyarakat dan menguatnya dominasi kekuasaan pemerintah dalam
pengololaan paradigma pemberdayaan masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu
3. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar mendapatkan informasi dan
pemahaman mengenai konsep Pos Pembinaan Terpadu
4. Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya
melalui media literatur perpustakaan dan elektronik
BAB II
TINJAUAN TEORI POSBINDU

A. Pengertian Posbindu
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat
dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pen$apai
masyarakat yang sehat dan sejahtera. Posbindu merupakan salah satu bentuk
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh
masyarakat berdasarkan inisiati/ dan kebutuhan masyarakat itu sendiri,
khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan
Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu
dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa
lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007). Posbindu lansia
adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan  bimbingan
kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak dini (Effendi,
2001)
B. Tujuan Posbindu
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan mutu kehidupan untuk men$apai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam
strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan adanya
kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan
peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia
lanjut. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap
bisa  beraktifitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan
mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang butuh
(Depkes, 2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :
1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang kemampuan hidup sehat. 4. Pendekatan dan pemerataan
pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia dalam usia
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografis.
4. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok
masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-
usaha kesehatan masyarakat (Effendi, 1998).
Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap,
persepsi,  perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan
terhadap situasi atau rangsangan dari luar kepercayaan dan keterjangkauan
sarana pelayanan kesehatan. Secara umum perilaku kesehatan seseorang
men$akup perilaku terhadap sakit dan  penyakit, perilaku terhadap sistem
pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap  program kesehatan. Faktor
lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan adalah
sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial
budaya, etnik,  jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga biaya pelayanan,
jarak, persepsi terhadap sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan
keputusan (Notoatmodjo, 2003)
C. Pembentukkan Posbindu
Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan
dalam pembentukan  posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi
masing-masing daerah, misalnya mengambangkan kelompok-kelompok yang
sudah ada seperti kelompok   pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok
arisan usia lanjut dan lain-lain. Pembentukan Posbindu dapat pula
menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD). Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum
dilaksanakan dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk
pembentukan Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey Mawas Diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader 
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian kegiatan
D. Komponen
Posbindu sebagai adalah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan
berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen
pokok, yaitu: adanya  proses kepemimpinan, terjadinya proses
pengorganisasian, adanya anggota dan kader  serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat% Untuk   
pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin
penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan
men$apai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari
anggota Posbindu itu sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas,  penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan
sebagainya. Struktur
Organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, bendahara
dan  beberapa seksi dan kader.
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 48-88 orang. Perlu
diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam
penentuan  jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup
kemungkinan anggota Posbindu kurang dari 48 orang atau lebih dari 88
orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 0 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran
atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain
yang tidak  mengikat.
E. Pelayanan Kesehatan
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat
pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia
lanjut dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari ((Activity Daily Living) melipui
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan, minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi  badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquis  atau Sahli.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes Melitus).
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal .
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan.
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan giBi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia
lanjut
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia
lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (Public Health Nursing).
11. Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan $ontoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran
F. Sarana Dan Prasarana
Untuk kelan$aran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi
badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana
termometer 
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut
G. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di
kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan
sistem 5 tahapan/5 meja sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Wawancara, Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan
usila,
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental serta penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana)
5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling
Berikut ini sebagai salah satu contoh pemberdayaan masyarakat dalam
kegiatan  posbindu:
1. Surveilans hipertensi
Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan
surveilans yaitu survey lapangan untuk mengumpulkan data tentang
prevalensi hipertensi di masyarakat. Surveilans dilakukan oleh kader
Posbindu yang telah diberikan pelatihan surveilans, dan data yang terkumpul
diolah dan dianalisis bersama oleh kader, tokoh masyarakat, dan tenaga
kesehatan. Instrumen surveilans berupa angket/kuesioner yang terlebih
dahulu telah disiapkan oleh tim pengabdian masyarakat.
2. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi data hasil surveilans dijadikan dasar
untuk menyusun peta kewaspadaan hipertensi di komunitas. Peta ini sekaligus
sebagai bukti dokumentasi hasil surveilans yang telah dilakukan dan diberi
kode-kode khusus berdasarkan kesepakatan tim tentang kategori masyarakat
dalam kaitannya dengan kewaspadaan hipertensi.
3. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Pemeriksaan ini secara rutin
merupakan bagian pelayanan Posbindu. Namun dalam kasus tertentu,
pemeriksaan tekanan darah tidak dilakukan secara pasif/ menunggu di
Posbindu, tetapi justru dilakukan secara aktif dari rumah ke rumah ( door to
door )+ pada kelompok masyarakat yang memiliki /aktor risiko dan kelompok
lansia atau dikenal sebagai penemuan kasus hipertensi se$ara akti/ f (Active
Case Finding). Penemuan kasus secara aktif ini merupakan upaya penapisan
(Screening) kasus hipertensi di masyarakat sebagai salah satu upaya deteksi
dini kasus hipertensi dan komplikasinya
4. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin. Kegiatan
senam jantung sehat dan senam lansia merupakan bagian dari pelayanan
Posbindu. dalam konteks ini, pelaksanaan senam juga bukan saja diikuti
kelompok  masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja, tetapi juga bisa
diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata
dari upaya pen$egahan  penyakit jantung dan pembuluh darah serta
pengendalian salah /aktor risiko hipertensi.
5. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi. Promosi
kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program ini diran$ang untuk 
membawa perubahan (perbaikan), baik dalam masyarakat itu sendiri, maupun
dalam organisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka strategi
promosi kesehatan yang akan dikembangkan dalam rangka pen$egahan
hipertensi adalah:
a. Advokasi (Advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu
kebijakan di tingkat kecamatan dan desa.
b. Dukungan social
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama
yang ada di desa. Diharapkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama
tersebut dapat menjembatani komunikasi antara pengelola program
kesehatan dan masyarakat
c. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment) 
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran primer   
promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya
sendiri. Bentuk kegiatannya lebih ditekankan pada penggerakkan
masyarakat untuk kesehatan, dalam hal ini adalah pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga
(rumah tangga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan tingkat
pelayanan kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang dilakukan
hanya berada pada level promosi kesehatan, perlindungan spesifik, serta
diagnosis dini dan  pengobatan segera. Kegiatan promosi kesehatan pada
setiap level tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan: Senam jantung sehat dan senam lansia, Kampanye
antirokok, Penyuluhan gizi lansia, Pelatihan pemeriksaan tekanan
darah bagi keluarga lansia
2) pencegahan spesifik: Pemberian multivitamin bagi lansia, diagnosis
dini dan pengobatan segera
3) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
4) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan protein
urin,  pemeriksaan neurologis, dan lain-lain
d. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi kesehatan
yang tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat menghindari
perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan kejadian hipertensi dan/atau
melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi pada
masyarakat dan keluarga  penderita hipertensi
e. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan keluarga
penderita hipertensi Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya
memperpendek akses  pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita
hipertensi dalam melakukan  pemantauan (monitoring terhadap kondisi
kesehatannya). Pada akhirnya setiap keluarga dari penderita hipertensi
dapat melakukan pemantauan tekanan darah  penderita hipertensi se$ara
teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang memakan waktu dan biaya
transportasi. Karena itu, ketersediaan tensimeter
atau sphymomanometer di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi
kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah se$ara mandiri oleh
keluarga  penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang dilatih
adalah mereka yang memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan
mampu menguasai dalam mempraktikkan dan menginterpretasikan hasil
pengukuran tekanan darahnya.
f. Pengumpulan dana sosial Tanggap Dipertensi. Kegiatan ini merupakan
manifestasi nyata dari strategi gerakan masyarakat sebagai salah satu
strategi promosi kesehatan, dalam hal pengumpulan dana sosial maka
dibutuhkan dukungan dari para pengambil keputusan di tingkat desa dan
kecamatan, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Tentu dalam
kondisi yang tidak mengikat, kegiatan ini bersifat fleksibel terutama
ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan tingkat kemampuan ekonomi
menengah ke atas. Dana sosial ini ditujukan untuk membantu pembiayaan
warga masyarakat yang mengalami komplikasi hipertensi sehingga
membutuhkan pengobatan lebih kompleks atau rujukan ke rumah sakit.
H. Rekrutmen Dan Pelatihan Kader Posbindu
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau dapat
saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader.
Adapun  persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan
kondisi setempat;
2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin
4. Sabar dan memahamil usia lanjut.
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah di tingkat
RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang rekrutmen kader 
Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai pada waktu yang
ditetapkan masih sedikit, maka panitia bersama pengurus RW melakukan
musyawarah kembali untuk menentukan kader Posbindu berdasarkan
pertimbangan tokoh masyarakat setempat. Setelah rekrutmen kader Posbindu
selesai, maka dilanjutkan dengan  penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu
dengan materi pelatihan meliputi:
1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2. Surveilans hipertensi (Survei Mawas Diri)
3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5. Pencegahan hipertensi
6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler 
Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu
oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat.

NO. TENAGA PERAN


1. Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab kegiatan
serta  berkoordinasi terhadap Puskesmas dan Para Pembina
terkait di Wilayahnya
2. Kader penggerak Anggota perkumpulan yang aktif, berpengaruh dan
komunikatif  bertugas menggerakkan masyarakat,
sekaligus melakukan wawancara dalam penggalian
informasi
3. Kader Pemantau Anggota Perkumpulan yang akti/ dan komunikati/ bertugas
melakukan pengukuran faktor risiko PTM
4. Kader Konselor/ Anggota Perkumpulan yang aktif, komunikatif dan telah
Edukator menjadi panutan dalam penerapan gaya hidup sehat,
bertugas melakukan konseling, edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas
5. Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas
melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan
melaporkan kepada koordinator Posbindu PTM.

Syarat menjadi seorang kader;


1. Berasal dari anggota kelompok masyarakat/lembaga/institusi  
2. Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia melaksanakan
kegiatan Posbindu PTM.
3. Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas)
Tugas Kader:
1. Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi
2. Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.
3. Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah termasuk   
penentuan jadwal penyelenggaraan posbindu PTM.
4. Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi
untuk  datang ke posbindu PTM (mengajak anggota keluarga/masyarakat
agar hadir, memberikan serta menyebarluaskan in/ormasi kesehatan,
menggali dan menggalang sumber daya termasuk dana yang berasal dari
masyarakat)
5. Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila
diperlukan.
6. Melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM
I. Indikator Keberhasilan
Meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut yang
berperan serta se$ara akti/ dalam pelayanan kesehatan usia lanjut,
Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat,
meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut yang dilaksanakan
oleh 50% puskesmas dan menjangkau 100% panti werda, menurunnya angka
kesakitan akibat penyakit degenerati/, dengan jangkauan  pelayanan yang
mencakup 40% usia lanjut.
J. Masalah Kesehatan pada Lansia
Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang
lain karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan
yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada
lansia menyatakan bahwa ada 14 yang menjadi masalah kesehatan pada
lansia, yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan
faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf dan penyakit jantung.
2. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor
intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses
menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh) seperti
obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa
sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini
akan menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan
perasaan takut akan terjadi.
3. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan
frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi
sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini akan
membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
4. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan
kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan
ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
kehidupan sehari-hari.
5. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting
pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan
asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
6. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalencence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi,
penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua dimana
semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf
dan otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit
menjadi lebih kering, rapuh dan  mudah rusak dengan trauma yang
minimal.
7. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari
kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung serat, kurang
minum, dan lainnya.
8. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul
adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan
fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang,
gangguan pecernaan, dan lain-lain.
9. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan
untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari
masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera;
sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan
tidur, obat-obatan, dan lainnya.
10. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka
kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semakin
berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai
penghasilan.
11. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia
yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam
waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan
timbulnya penyakit akibat obat-obatan.
12. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka
mengalami sulit untuk masuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan
mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur
kembali, terbangun pada dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu
akibat dari proses menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat
dari penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.
14. Impotence (impotensi), merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan
atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama
yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini
disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin
sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena
proses menua atau penyakit.
Data penyakit lansia di Indonesia (umumnya pada lansia berusia lebih dari 55
tahun) adalah sebagai berikut:
a. Penyakit Cardiovascular
b. Penyakit otot dan persendian
c. Bronchitis, asma dan penyakit respirasi lainnya
d. Penyakit pada mulut, gigi dan saluran cerna
e. Penyakit syaraf
f. Infeksi kulit
g. Malaria
h. Lain-lain
K. Penilaian Keberhasilam Upaya Pembinaan Lansia melalui Posbindu Lansia
Menurut Henniwati, penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan
pelayanan kesehatan di posbindu, dilakukan dengan menggunakan data
pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan
tersebut dapat dilihat dari :
1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya
jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas
pengembangannya
2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
3. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
5. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia
L. Faktor – faktor Permasalahan pada Posbindu Lansia
Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan posbindu lansia, antara lain:
1. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari
posbindu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posbindu lansia jauh atau sulit dijangkau.
Jarak posbindu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posbindu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik
karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan
dalam menjangkau lokasi posbindu ini berhubungan dengan faktor
keamanan atau keselamatan bagi lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun
mengingatkan lansia untuk datang ke posbindu lansia. Dukungan
keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posbindu lansia. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri
untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posbindu, mengingatkan
lansia jika lupa jadwal posbindu, dan berusaha membantu mengatasi
segala permasalahan bersama lansia.
Keluarga, bagi lansia merupakan sumber kepuasan. Data yang diambil
oleh Henniwati (2008)  terhadap lansia berusia 50, 60 dan 70 tahun di
Kelurahan Jambangan, menyatakan mereka ingin tinggal ditengah-
tengah keluarga. Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha. Para
lansia merasa bahwa kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai
orang tua dan juga sebagai kakek dan nenek, akan tetapi keluarga juga
dapat menjadi frustasi bagi lansia. Hal ini terjadi jika ada hambatan
komunikasi antara lansia dengan anak atau cucu, dimana perbedaan
faktor generasi memegang peranan. Ada juga lansia yang mempunyai
kemandirian yang tinggi untuk hidup sendiri karena keinginan untuk
hidup tanpa merepotkan orang lain.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posbindu. Penilaian pribadi
atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan
atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posbindu. Dengan
sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau
mengikuti kegiatan yang diadakan di posbindu lansia. Hal ini dapat
dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respon.
5. Posbindu Lansia.
Petugas kesehatan harus mampu berkomunikasi dengan efektif, baik
dengan individu atau kelompok maupun masyarakat, petugas
kesehatan juga harus dapat membina kerjasama dengan semua pihak
yang terkait dengan pelaksanaan posbindu, serta untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan lansia pada hari buka posbindu yaitu
penimbangan, pengukuran tekanan darah, pencatatan/ pengisian KMS,
penyuluhan dan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya dan
pemberian PMT, serta dapat melakukan rujukan jika diperlukan.
Untuk meningkatkan citra petugas kesehatan, maka harus dipehatikan 
dalam hal sebagai berikut:
a) Meningkatkan kualitas diri sebagai seorang yang dianggap
masyarakat, yang dapat memberi informasi terkini tentang
kesehatan.
b) Melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai dalam
pelayanan di Posbindu.
c) Membuat kesan pertama yang baik dan memperhatikan citra
yang positif.
d) Menetapkan dan memutuskan perhatian secara cermat pada
kebutuhan masyarakat.
e) Menampilkan diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu
sendiri.
f) Mendorong keinginan masyarakat untuk datang ke Posbindu.
BAB III
PRE PLANNING
PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DAN SENAM PROLANIS
DI RT 08 KELURAHAN SAWAH LEBAR BARU

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami
peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di
tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya
stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan
hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga dapat
menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit
lainnya (Syahrini et al., 2012). Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada
orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak
menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan
gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya (Gunawan, 2012). Hal ini
serupa seperti yang dikemukakan oleh Yogiantoro (2006), Hipertensi tidak
mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya.
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak
600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun
2008 (WHO, 2013). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan
tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi,
yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang
dewasa, terdapat 1 orang yang menderita hipertensi (Riskesdas, 2008). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh 2 Riskesdas menemukan prevalensi hipertensi
di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung
menjadi daerah dengan prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu sebesar
30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan
Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013). Angka kesakitan
Di Kota Bengkulu saat ini terutama disebabkan oleh penyakit Hipertensi
sebanyak 7,037 orang.
Masih banyak masyarakat khususnya lansia yang ada di Rt 8 Kelurahan
sawah lebar baru kota Bengkulu yang masih banyak mengalami penyakit
Hipertensi namun tidak mengetahui pantangan dan cara pengalihan nyeri saat
hipertensi. Untuk itu saat ini kami Mahasiswa prodi Profesi Ners angkatan 3
jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu tahun 2020 ini ingin
melakukan penyuluhan tentang Hipertensi dan senam prolanis saat hipertensi
di Rt 8 Kelurahan sawah lebar baru kota Bengkulu

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan diharapkan lansia dapat
menambah pengetahuan, mampu meningkatkan dan menerapkan
penatalaksanaan keperawatan hipertensi dirumah dan gerakkan senam
prolanis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan 75% lansia dapat
menyebutkan:
a. Pengertian Hipertensi pada lansia
b. Penyebab Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
c. Tanda gejala Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
d. Lansia mampu menjelaskan kembali 4 dari 5 penyebab terjadinya
hipertensi
e. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 5 tanda gejala hipertensi
f. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 4 pencegahan terjadinya
hipertensi

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik/Judul Kegiatan
Penyuluhan penyakit Hipertensi pada lansia dan senam Prolanis di Rt 8
Kelurahan sawah lebar baru kota Bengkulu
3. Sasaran/Target
Seluruh lansia di Rt 8 Kelurahan sawah lebar baru kota Bengkulu
4. Metode
Ceramah dan tanya jawab
5. Media dan Alat
a. LCD
b. Laptop
c. Leaflet (Materi:
Terlampir)
d. Lembar Balik
6. Waktu dan Tempat
a. Hari/tanggal :
Kamis, 15 Oktober 2020
b. Jam :
10.00-12.00 WIB
c. Tempat
: Posyandu lansia
7. Pengorganisasian
Penanggung jawab acara : Raden Hafidh Adam F
a. Mengkoordinir
persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator
: Tria Pratiwi
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan pelaksanaan kegiatan
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan
4) Membuat kontrak waktu
c. Penyaji
: Nathasa Nur
Rahmah
1) Memberikan penyuluhan pada lansia
2) Menjawab pertanyaan
d. Notulen
: Nova Hijjah Suryani
Mencatat pelaksanaan dan hasil tanya jawab
e. Observer
: Ruth Kristiani Dolok
Saribu
1) Mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan dari awal
sampai akhir
2) Membuat laporan hasil penyuluhan yang dilaksanakan
f. Fasilitator
: Winda Aprillia,
Dahlia Habibah, Feni Melani, Gita Novera, Okta Fitri Yani, Wisti
Agustina, Widya Oktari
Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama penyuluhan
g. Dokumentasi
: Al Adrian Dwi
Mendokumentasikan kegiatan
h. Konsumsi
: Okta Fitri & Wisti
Agustina
Mempersiapkan konsumsi
i. Perlengkapan
: Fiska, Al adrian dwi, Raden Hafidh Adam Mempersiapkan alat-alat
untuk kegiatan

D. Setting Tempat
Keterangan:

: Pembimbing
: Penyaji
: Notulen
: Fasilitator
: Moderator
: Lansia
: Observer

E. Susunan Acara
No Acara Kegiatan Audiens Waktu
.
1. Pembukaan 5 menit
 Memberi salam  Menjawab salam
 Menjelaskan kontrak  Mendengarkan dan
waktu dan tujuan memperhatikan
pertemuan
 Mengemukakan
 Menanyakan
permasalahan (jika
permasalahan yang
ada)
dirasakan saat ini
 Mendiskusikan
 Mendiskusikan masalah
(jika ada)
2. Pelaksanaan 35 menit
 Mengkaji pengetahuan  Mengemukakan
warga tentang Hipertensi pendapat
 Memberi reinforcement  Mendengarkan dan
memperhatikan
 Menjelaskan pengertian
 Mendengarkan dan
Hipertensi
memperhatikan
 Menjelaskan penyebab
 Mendengarkan dan
Hipertensi
memperhatikan
 Menjelaskan tanda gejala
 Mendengarkan dan
Hipertensi
memperhatikan
 Menjelaskan komplikasi
 Mendengarkan dan
Hipertensi
memperhatikan
 Memberikan cara
 Mendengarkan dan
memperlancar predaran
memperhatikan
darah
 Mengememukakan
 Mengajarkan senam
pertanyaan
prolanis
 Memperhatikan
 Menstimulasi lansia untuk
mendemonstari ulang
senam Prolanis
 Menjawab pertanyaan
(jika ada)
3. Penutup 10 menit
 Bersama warga  Ikut menyimpulkan
menyimpulkan materi
 Menjawab salam
 Memberi salam

F. Rencana Evaluasi
Kriteria evaluasi
1. Struktur
a. Lebih dari 70% undangan menghadiri acara
b. Alat dan media sesuai dengan rencana
c. Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan
2. Proses
a. Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif
selama jalannya diskusi
3. Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan 75% peserta mampu:
a. Pengertian Hipertensi pada lansia
b. Penyebab Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
c. Tanda gejala Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
d. Lansia mampu menjelaskan kembali 4 dari 5 penyebab terjadinya
hipertensi
e. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 5 tanda gejala hipertensi
f. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 4 pencegahan terjadinya
hipertensi
Lampiran 1

A. Konsep Dasar Teori Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus
menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut (Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial Hipertensi primer atau
hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani,
2014)
1) Genetik Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor
genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga
yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah 11 meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3) Diet Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga
berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25%
diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan
tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup
dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu
hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan
jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat
menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas.salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang
terjadi akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan
angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan
darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada
stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan
kembali ke normal (Aspiani, 2014).
3. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf
otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular (Udjianti, 2010). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat
vasomotor ini bermula pada 13 saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila,
2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga
memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah
dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah,
kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin,
2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah (Padila, 2013). Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi
(Padila, 2013).
4. Tanda dan Gejala
Hipertensi Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)
menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang
timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera Menurut
teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri
kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah
akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan
peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan
menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.
5. Klasifikasi
Hipertensi Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah
tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik
kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg.
Lampiran 2

Leaflet
Lampiran 3

Lembar Observasi 1

PENYULUHAN PRAKTIK
PROFESI PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU

Ruang :
Nama Observer :
No. Hal yang diobservasi Baik Cukup Kurang Keterangan
1. Persiapan
- ruang Posyandu lansia
Puskesmas Kuala
Lempuing
- Perlengkapan: LCD,
laptop, leaflet dan
absensi
- Undangan
- Tepat waktu
2. Moderator
- Salam
- Menjelaskan tujuan
- Kontrak waktu

3. Penyaji
- Sistematis
- Cara penyampaian
- Atraktif
- Tanggap situasi
4. Fasilitator
- Penjelasan mudah
dipahami
- Memotivasi peserta
dalam bertanya dan
menjawab
- Menjadi contoh dalam
kegiatan
5. Peserta
-Antusiasme
-Pemahaman materi
Lembar observer 2

No Acara Kegiatan Audiens Waktu ket


.
1. Pembukaan 5 menit
 Memberi salam  Menjawab salam
 Menjelaskan  Mendengarkan dan
kontrak waktu dan memperhatikan
tujuan pertemuan
 Menanyakan  Mengemukakan
permasalahan yang permasalahan (jika
dirasakan saat ini ada)
 Mendiskusikan  Mendiskusikan
masalah (jika ada)
2. Pelaksanaan 35 menit
 Mengkaji  Mengemukakan
pengetahuan warga pendapat
tentang Hipertensi
 Memberi  Mendengarkan dan
reinforcement memperhatikan
 Menjelaskan  Mendengarkan dan
pengertian memperhatikan
Hipertensi
 Menjelaskan  Mendengarkan dan
penyebab memperhatikan
Hipertensi
 Menjelaskan tanda  Mendengarkan dan
gejala Hipertensi memperhatikan
 Menjelaskan  Mendengarkan dan
komplikasi memperhatikan
Hipertensi
 Memberikan cara  Mendengarkan dan
memperlancar memperhatikan
predaran darah
 Mengajarkan  Mengemukakan
senam prolanis pertanyaan
 Menstimulasi  Memperhatikan
lansia untuk
mendemonstari
ulang senam
Prolanis
 Menjawab
pertanyaan (jika
ada)
3. Penutup 10 menit
 Bersama warga  Ikut menyimpulkan
menyimpulkan
materi  Menjawab salam
 Memberi salam
Lampiran 4

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


SENAM PROLANIS

PROSEDUR KET

1. Input
1. DVD
2. DVD senam Prolanis
3. Speaker (pengeras suara)
2. Proses

1. Pemanasan (warming up), gerakan umum, yang melibatkan otot


dan sendi, dilakukan secara lambat dan hati-hati. Pemanasan
dilakukan bersama dengan peregangan lamanya kira-kira 8-10
menit. Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat,
pemanasan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi cedera
dan mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam
proses metabolisme yang meningkat.
2. Latihan/gerakan inti senam lansia dilakukan 10-20 menit,
gerakannya meliputi :
a. Jalan ditempat sambil mengatur napas
b. bergantian ke depan dan tangan diangkat setinggi bahu
c. Melangkah kesamping dua langkah, posisi tangan seperti
mendorong
d. Ulangi gerakan diatas 4 set
e. Jalan ditempat sambil mengatur napas
f. Maju dengan mengangkat lutut sejajar paha dan kedua siku
diayun didepan dada
g. Melangkah ke samping satu langkah dan tangan didorong ke
atas dengan mengepal
h. Ulangi  gerakan e,f,g selama 4 set
i. Jalan ditempat sambil mengatur napas
j. Mengangkat lutut serong dan siku seolah-olah menyentuh
lutut
k. Mengankat ke depan dan mengangkat tangan ke pinggang
l. Ulangi gerakan i,j,k selama 4 set
m. Jalan ditempat sambil mengatur napas
n. maju dan mundur 2 langkah dan tangan mengepal
diluruskan kedepan
o. dibuka jinjit kesamping dan tangan bertepuk dan dibuka
p. Ulangi latihan m,n,o selama 4 set
q. Jalan ditempat sambil mengatur napas
r. Melangkah ke samping 2 langkah sambil merentangkan
lengan sejajar bahu
s. Menghadap kesamping, ujung dibuka-tutup sambil tangan
didorong ke atas
t. Ulangi q,r,s selama 4 set
u. Jalan ditempat sambil mengatur napas
v. Mengayun tangan diatas sampai sejajar bahu
w. Mengayun tangan dibawah sampai sejajar bahu
x. Bertepuk tangan
3. Pendinginan (cooling down), dilakukan secara aktif artinya,
setelah latihan inti perlu gerakan umum yang ringan sampai
suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan pulihnya
denyut nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan
seperti pada pemanasan yaitu selama 8-10 menit.
C Output

1. Dokumentasi
ABSENSI KEHADIRAN
PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DAN SENAM PROLANIS
DI RT 08 KELURAHAN SAWAH LEBAR BARU
TAHUN 2020

MAHASISWA

NO. NAMA PARAF KETERANGAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

DOSEN
NO. NAMA PARAF KETERANGAN

1.
2.
BAB IV
LAPORAN HASIL PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DAN
SENAM PROLANIS DI RT 08 KELURAHAN SAWAH LEBAR BARU
KOTA BENGKULU

A. Tahap persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan preplanning
penyuluhan Hipertensi pada lansia dan senam prolanis yang kemudian
dikonsultasikan dengan pembimbing, persiapan media penyajian
(powerpoint, lembar balik dan leaflet), tempat dan alat-alat lainnya
disiapkan oleh anggota kelompok sesuai dengan tugas masing-masing.
Pemberitahuan penyuluhan dilakukan satu hari sebelum kegiatan
dilaksanakan yaitu pada hari Rabu, 14 Oktober 2020 di RT 08 Kelurahan
Sawah Lebar Baru Kota Bengkulu.

B. Tahap Pelaksaaan
1. Pelaksanaan kegiatan:
a. Hari/Tanggal : Kamis, 15 Oktober 2020
b. Waktu : 10.00 WIB
c. Tempat : Di Kediaman Bapak Asran
d. Jumlah peserta: 7 orang lansia
2. Struktur Kepanitiaan:
a. Penanggung jawab acara : Raden Hafidh Adam Fernanda
b. Moderator : Tria Pratiwi
c. Penyaji : Nathasa Nur Rahmah
d. Notulen : Nova Hijjah Suryani
e. Observer : Ruth Kristiani Dolok Saribu
f. Fasilitator : 1. Widya Oktari
2. Gita Novera
3. Dahlia Habibah
4. Wisty Agustina
5. Okta Fitri Yani
6. Feni Melani
7. Winda Aprillia
g. Dokumentasi :
1. Al adrian Dwi Amandha
2. Fiska
h. Konsumsi :
1. Okta Fitri Yani
2. Wisty Agustina
i. Perlengkapan :
1. Fiska
2. Al adrian dwi
3. Raden hafidh adam Fernanda
3. Rangkaian Kegiatan
a. Pembukaan
Acara penyuluhan dimulai pada pukul 10.00 wib dan dipandu
oleh moderator.
b. Acara Inti
Kegiatan penyuluhan dimulai dengan menggali pengetahuan yang
dimiliki oleh lansia yang mengikuti penyuluhan di RT 08
Kelurahan Sawah LebarBaru tentang Hipertensi. Setelah menggali
pengetahuan sebelumnya, penyaji memberikan penyuluhan tentang
Hipertensi. Setelah diberikan materi tentang hal terkait, penyaji
memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta kegiatan
penyuluhan, setelah penyajian materi kemudian dilanjutkan dengan
mendemonstrasikan sekaligus mempraktekkan senam prolanis
yang berfungsi untuk memperlacar sistem peredaran darah dalam
tubuh bersama-sama dengan lanisa peserta kegiatan penyuluhan.
Setelah itu penyaji mengevaluasi materi yang sudah disampaikan
pada lansia, kemudian penyaji memberikan kesempatan pada lansia
untuk bertanya apabila ada yang kurang dimengerti.
c. Penutup
Kegiatan penyuluhan ditutup oleh moderator setelah sesi tanya
jawab selesai dilakukan.

C. Evaluasi
1. Struktur
a. Undangan secara lisan satu hari sebelum dilaksanakan acara dan
diingatkan kembali saat 1 jam sebelum acara dimulai.
b. Tempat dan alat yang disediakan panitia sudah sesuai dengan
yang direncanakan. Tempat pelaksanaan kegiatan bertempat di
halaman rumah Bapak Asran bertempatan di RT 08 dengan
keadaan pencahayaan baik, bersih dan sudah diatur tempat duduk
untuk lansia dan penyaji serta tempat panitia duduk selama acara
berlangsung, LCD, wireless, kursi dan meja disiapkan oleh
mahasiswa.
c. Peran dari mahasiswa sesuai dengan perencanaan sebagian besar
telah berjalan dengan baik, pembawa acara dapat membuka dan
membawa jalannya acara dengan baik, mampu membuat warga
ikut berpartisipasi dengan baik dan sesuai dengan susunan acara,
moderator dapat memimpin jalannya acara. Fasilitator sudah aktif
mengajak warga untuk mengikuti jalannya penyuluhan dengan
aktif. Merangsang warga untuk mengusulkan kegiatan yang dapat
dilaksanakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada RT 08
kelurahan Sawah Lebar Baru kota Bengkulu. Dokumentasi sudah
mengumpulkan hasil dokumentasi acara dengan baik,
perlengkapan sudah disiapkan, tidak ada perlengkapan yang
kurang, konsumsi sudah disiapkan dan diberikan pada lansia saat
jalannya penyuluhan sudah berlangsung.
2. Proses
a. Dari 10 warga yang diundang di lokasi POSBINDU sebanyak 8
orang warga yang hadir
b. Pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan waktu yang
direncakanan pukul 10.00 WIB, kemudian waktu penyuluhan
dimulai pukul 10.05 WIB sampai pukul 10.40 WIB
c. Para undangan yang hadir 7 lansia dapat mengikuti kegiatan
sampai akhir dan 1 lansia yang meninggalkan lokasi POSBINDU
sebelum waktu yang di tentukan
d. Lansia berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
3. Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan 70% peserta mampu:
a. Pengertian Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
b. Penyebab Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
c. Tanda gejala Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
d. Lansia mampu menjelaskan kembali 4 dari 5 penyebab terjadinya
hipertensi
e. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 5 tanda gejala
hipertensi
f. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 4 pencegahan terjadinya
hipertensi

D. Faktor Pendukung
Adanya keantusiasan lansia RT 08 Kelurahan Sawah Lebar Baru untuk
mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi yang dilaksanakan
pada hari Kamis, 15 Oktober 2020 pukul 10.00 wib di Rumah Bapak
Asran salah satu warga RT 08 Kelurahan Sawah Lebar Baru. Hal ini
ditunjukkan dengan ketepatan waktu acara dimulai karena peserta kegiatan
acara penyuluhan telah berada ditempat kegiatan bahkan sebelum acara
dimulai.
E. Hambatan
Tempat pelaksanaan POSBINDU kurang luas sedangkan peserta lansia
dan fasilitator yang hadir melebihi space yang disediakan oleh
mahasiswa sehingga saat dilaksanakan kegiatan senam prolanis lansia
sedikit kesulitan bergerak.
Lampiran 1

HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Teori Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus
menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut (Aspiani, 2014) :
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial Hipertensi primer atau
hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani,
2014)
1) Genetik Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor
genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga
yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah 11 meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3) Diet Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat
badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB
ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah
atau hipertensi.
5) Gaya hidup Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup
dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu
hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah
rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan
berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan
darah pasien.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas.salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renalis, yang
terjadi akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan
aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II.
Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan darahdan secara
tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi
natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila
ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike normal
(Aspiani, 2014).
3. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf
otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini
bermula pada 13 saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
(Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila,
2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga
memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah
dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah,
kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin,
2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah (Padila, 2013). Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi
(Padila, 2013).
4. Tanda dan Gejala
Hipertensi Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)
menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang
timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera Menurut
teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri
kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah
akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan
peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan
menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.
5. Klasifikasi
Hipertensi Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah
tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik
kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg.
Lampiran 2

Leaflet
Lampiran 3

Lembar Observasi

PENYULUHAN PRAKTIK
PROFESI PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU

Ruang : Posyandu lansia Puskesmas Kuala Lempuing


Nama Observer : Ruth Kristiani Dolok Saribu
No. Hal yang diobservasi Baik Cukup Kurang Keterangan
1. Persiapan 
- ruang Posyandu  Disusun sesuai
lansia Puskesmas dengan alur kegiatan
Kuala Lempuing posbindu yang
- Perlengkapan: LCD, terdiri dari 5 meja
laptop, leaflet dan  Lengkap
absensi  Undangan secara
- Undangan lisan
- Tepat waktu  Dimulai tepat waktu
2. Moderator  Moderator belum
- Salam menyampaikan kontrak
- Menjelaskan tujuan waktu kegiatan
- Kontrak waktu penyuluhan berlangsung
untuk disepakati
bersama
3. Penyaji  Dapat menyampaikan
- Sistematis materi dengan baik,
- Cara penyampaian menggunakan bahasa
- Atraktif yang lebih sederhana
- Tanggap situasi sehingga lebih mudah
dipahami oleh lansia,
memancing ketertarikan
peserta terhadap
penyuluhan
4. Fasilitator  Dapat memotivasi
- Penjelasan mudah peserta untuk aktif
dipahami dalam kegiatan serta
- Memotivasi peserta dapat
dalam bertanya dan mendemonstrasikan
menjawab kegiatan senam prolanis
- Menjadi contoh dalam dengan baik
kegiatan
5. Peserta   Mampu memberikan
-Antusiasme feed back yang
-Pemahaman materi diberikan oleh
penyaji dan
fasilitator
 Mampu menjawab
pertanyaa dari
penyaji
 Belum dapat
memberikan
pertanyaan terkait
materi penyuluhan
Lembar observer 2

No Acara Kegiatan Audiens Waktu ket


.
1. Pembukaan 5 Pelaksanaan
 Memberi salam  Menjawab salam menit sesuai
dengan
 Menjelaskan  Mendengarkan dan perencanaan
kontrak waktu dan memperhatikan
tujuan pertemuan
 Mengemukakan
 Menanyakan
permasalahan (jika
permasalahan
ada)
yang dirasakan
 Mendiskusikan
saat ini
 Mendiskusikan
masalah (jika ada)
2. Pelaksanaan 35 Pelaksanaan
menit sesuai
 Mengkaji  Mengemukakan
dengan
pengetahuan pendapat perencanaan
warga tentang
Hipertensi  Mendengarkan dan
 Memberi memperhatikan
reinforcement  Mendengarkan dan
 Menjelaskan memperhatikan
pengertian
Hipertensi  Mendengarkan dan
 Menjelaskan memperhatikan
penyebab
Hipertensi  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tanda memperhatikan
gejala Hipertensi  Mendengarkan dan
 Menjelaskan memperhatikan
komplikasi
Hipertensi  Mendengarkan dan
 Memberikan cara memperhatikan
memperlancar
predaran darah  Mengemukakan
 Mengajarkan pertanyaan
senam prolanis  Memperhatikan
 Menstimulasi
lansia untuk
mendemonstari
ulang senam
Prolanis
 Menjawab
pertanyaan (jika
ada)
3. Penutup 10 Pelaksanaan
 Bersama warga  Ikut menyimpulkan menit sesuai
dengan
menyimpulkan perencanaan
materi  Menjawab salam

 Memberi salam
Lembar Observer 3

Kesimpulan posbindu :

1. Waktu kegiatan 09.50 wib


2. Peserta yang hadir diarahkan untuk melalui setiap meja yang ada mulai
dari meja pendaftaran, wawancara, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan
tekanan darah dan konseling
3. Setelah beberapa peserta hadir, alur pelayannan posbindu sedikit berubah
dimodifikasi untuk kemudahan dan kenyamanan baik bagi peserta maupun
mahasiswa yang menjadi penyelenggara. Meja pemeriksaan tekannan
darah di pindahkan keluar (sebelumnya berada didalam), hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah lansia saat pengukuran tekanan darah
dilaksanakan
4. Setelah peserta melalui 5 meja posbindu, peserta diarahkan untuk
mengikuti kegiatan penyuluhan hipertensi yang telah disiapkan.
Lembar observasi 4

Kesimpulan penyuluhan :

a. Waktu kegiatan dimulai pukul 10.05 wib


b. Peserta yang hadir 8 orang (7 orang Pr 1 Lk)
c. Proses :
1. Pembukaan dipimpin oleh moderator sesuai dengan konteksnya.
Dimulai dari salam, tujuan dan urutan kegiatan sesuai dengan yang
telah direncanakan
2. Penyajian materi disampaikan oleh penyaji dengan menggunakan
bahasa yang lebih mudah dipahami oleh peserta, dapat menarik minat
peserta terhadap materi penyuluhan yang disampaikan dan bisa
memberikan umpan balik ke peserta
3. Proses kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan, peserta dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji namun belum dapat
memberikan pertanyaan kembali terkait dengan mater yang belum
dipahami. Tetapi bertanya sekitar masalah penyakit yang sering dialami
sehari-hari.
4. Evaluasi posbindu berjalan sesuai dengan alur, penyukuhan sesuai
dnegan perencanaan yang dilanjutkan dengan mendemonstrasikan
senam prolanis bersama-sama, senam berjalan dengan lancer tetapi ada
satu orang laki-laki yang tidak mengikuti kegiatan senam karena merasa
kurang nyaman.
Lampiran 4

STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR SENAM PROLANIS

PROSEDUR KET

1. Input
1. DVD
2. DVD senam Prolanis
3. Speaker (pengeras suara)
2. Proses

1. Pemanasan (warming up), gerakan umum, yang


melibatkan otot dan sendi, dilakukan secara lambat dan
hati-hati. Pemanasan dilakukan bersama dengan
peregangan lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5 menit
terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat, pemanasan
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi cedera dan
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta
dalam proses metabolisme yang meningkat.
2. Latihan/gerakan inti senam lansia dilakukan 10-20
menit, gerakannya meliputi :
a. Jalan ditempat sambil mengatur napas
b. bergantian ke depan dan tangan diangkat setinggi
bahu
c. Melangkah kesamping dua langkah, posisi tangan
seperti mendorong
d. Ulangi gerakan diatas 4 set
e. Jalan ditempat sambil mengatur napas
f. Maju dengan mengangkat lutut sejajar paha dan
kedua siku diayun didepan dada
g. Melangkah ke samping satu langkah dan tangan
didorong ke atas dengan mengepal
h. Ulangi  gerakan e,f,g selama 4 set
i. Jalan ditempat sambil mengatur napas
j. Mengangkat lutut serong dan siku seolah-olah
menyentuh lutut
k. Mengankat ke depan dan mengangkat tangan ke
pinggang
l. Ulangi gerakan i,j,k selama 4 set
m. Jalan ditempat sambil mengatur napas
n. maju dan mundur 2 langkah dan tangan mengepal
diluruskan kedepan
o. dibuka jinjit kesamping dan tangan bertepuk dan
dibuka
p. Ulangi latihan m,n,o selama 4 set
q. Jalan ditempat sambil mengatur napas
r. Melangkah ke samping 2 langkah sambil
merentangkan lengan sejajar bahu
s. Menghadap kesamping, ujung dibuka-tutup sambil
tangan didorong ke atas
t. Ulangi q,r,s selama 4 set
u. Jalan ditempat sambil mengatur napas
v. Mengayun tangan diatas sampai sejajar bahu
w. Mengayun tangan dibawah sampai sejajar bahu
x. Bertepuk tangan
3. Pendinginan (cooling down), dilakukan secara aktif
artinya, setelah latihan inti perlu gerakan umum yang
ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang
ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya
keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada
pemanasan yaitu selama 8-10 menit.
C Output

2. Dokumentasi
DISKUSI TANYA JAWAB
1. Ibu H mengeluh kaki terasa nyeri saat dilipat sudah 1 tahun yang lalu,
pembatasan aktifitas karenya nyeri. Apa penatalaksanaan mandiri yang
harus di lakukan untuk pengurangan nyeri?
2. Ibu S mengeluh penglihatan kabur, pusing dan berputar-putar. Apa
penatalaksanaan mandiri yang harus di lakukan ?
3. Ibu Y mengeluh kadar gula darah 280 mg/dL. Jantung berdebar-debar.
Dianjurkan minum air pare selama 1 bulan. Setelah minum air pare kadar
gula darah 140 mg/dL.

PENJELASAN :
1. Mengatur pola makan sehat untuk pengurangan makanan berbahan
santan, dan bahan makanan yang dapat memicu terjadinya rematik dan
asam urat. Mengurangi BB berlebih untuk mengurangi beban kerja pada
sendi yang memicu minculnya nyeri.
Penatalaksanaan keperawatan: Mengkonsumsi bahan herbal yang bersifat
panas seperti serai, jahe, bunga melati, bunga mawar untuk menetralkan
emosi karena bahan jahe membuat tubuh panas dan bisa mempengaruhi
emosional.
2. Pengaruh sistem saraf, pengaruh dari TD pada lansia yang cenderung
meningkat karena beban kerja jantung, ada juga yang melemah. Banyak
makanan yang tinggi protein, serat.
3. Penyakit DM di picu oleh pola makan, usia, stress serta keturunan.
ABSENSI KEHADIRAN
PENYULUHAN DIABETES PADA LANSIA DAN SENAM PROLANIS
DI RT 08 KELURAHAN SAWAH LEBAR BARU
KAMIS, 15 OKTOBER 2020

MAHASISWA

NO. NAMA PARAF KETERANGAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Dokumentasi
BAB V
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi tubuh.Hipertensi sering dihubungkan dengan pengerasan dan
hilangnya elastisitas dinding arteri. Tahanan vaskular perifer meningkat
dalam pembuluh darah yang keras dan tidak elastis.Hal ini bisa
dipengaruhi oleh faktor umur. Pada lanjut usia terjadi perubahan struktur
dan fungsi pembuluh darah, yaitu sifat elastisitas pembuluh darah menjadi
berkurang dan terjadinya kekakuan pada dinding pembuluh darah arteri,
sehingga pengembangan pembuluh darah menjadi terganggu
(Potter&Perry, 2005).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan berbeda. (Elizabeth J. Corwin,2009).
Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik≥ 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada klien tiga
kejadian terpisah (Wajan,2011)

2. Etiologi dan Faktor Risiko Hipertensi


Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan- perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
Hal ini menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri
memompa sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan
ini disebut dengan Isolated aortic incompetence, selain itu akan terjadi
juga penurunan dalam tekanan diastolik (Adi, 2014)
b. Ateroklerosis
Suatu proses inflamasi sehingga didapatkan pembuluh darah arteri yang
kaku (Rahman, 2012)
c. Kurangnya kemampuan jantung dalam memompa darah
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan


darah pada lansia adalah :
a. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat
proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus:
hipertensi glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus
menerus.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan
bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau
penurunan kadar natrium.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang
mengakibatkan hipertensi sistolik.
d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan
disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai
sitokin dan substansi kimia lain yang kemudian menyebabkan
resorbsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses
sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan
dengan kenaikan tekanan darah (Stockslager & Schaeffer, 2008).

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang


dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain :
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
1) Genetik
Genetik merupakan faktor predisposisi yang membuat
seseorang lebih rentan terhadap hipertensi karena gen yang
diturunkan dari orang tua. Pada kelompok kulit hitam terdapat
hubungan dengan nilai natrium intraselular dan terjadi penurunan
rasio kalium dan natrium.Seseorang dengan orang tua yang
memiliki hipertensi berisiko dua kali lebih besar terkena hipertensi
dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki keluarga
dengan riwayat hipertensi.
2) Usia
Kejadian hipertensi mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya usia seseorang. Pada usia di atas 60 tahun, 50-60%
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90
mmHg. Kejadian tersebut disebabkan karena pengaruh degenerasi
yang terjadi pada seorang lansia. Bertambahnya usia seseorang
menyebabkan terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah
yang berperan terhadap peningkatan tekanan perifer total yang
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah.
b. Faktor yang dapat dikontrol
1) Stres
Stres merupakan ketidakmampuan seseorang dalam
menghadapi ancaman baik secara fisik maupun psikis yang
berdampak pada terganggunya kesehatan seseorang.Stres
meningkatkan resistan vascular perifer, cardiac output, dan
aktifitas sistem saraf parasimpatis.Stres dalam jangka waktu yang
lama dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi.Stres terjadi
melalui aktifitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat
beraktifitas).Peningkatan aktifitas saraf simpatis mengakibatkan
meningkatnya tekanan darah secara intermitten karena merangsang
kelenjar adrenal sehingga melepaskan hormon adrenal dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat yang menyebabkan
meningkatnya tekanan darah.
2) Obesitas
Pada usia pertengahan (± 50tahun ) dan dewasa lanjut
asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energy
karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan
meningkat.Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia karena
dapat memicu timbulnya penyakit seperti hipertensi, arthritis,
jantung.
3) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengolahan penyakit
tidak menular, karena olahraga isotonic dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi
terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih
berat karena adanya kondisi tertentu.
4) Kebiasaan merokok
Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan
insiden hipertensi dan resiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif pler
dr. Thomas S Bowman dari Brigmansand Women’s Hospital
Massachussets terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada
riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36 % merukapan
perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang perhari dan 8%
subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus
diteliti dan dalam median waktu 9.8 tahun..
5) Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu WHO merekomendasikan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi resiko terjadinya
hipertensi.Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat.Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga bedampak
kepada timbulnya hipertensi.
6) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat
merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah.
Kebiasaan minum alkohol berlebih termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi.
7) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir
kopi nmengandung 75-200 mg kafein, dimana dalam satu cangkir
kopi tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmhg.

3. Klasifikasi hipertensi
a. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer
Hipertensi esensial atau hipertensi primer merupakan hipertensi
yang penyebabnya tidak jelas.Namun, sebagian besar disebabkan oleh
ketidaknormalan tertentu pada arteri. Kelainan hemodinamik utama
pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer (kekakuan
atau kekurangan elastisitas) pada arteri-arteri yang kecil yang paling
jauh dari jantung. Penyebabnya adalah multifaktor, diantaranya yaitu
faktor genetik dan lingkungan.Faktor genetik mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, stres, dan reaktifitas pembuluh darah terhadap
vasokonstriksi. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan adalah
pola diet, kebiasaan merokok, emosi, obesitas, dan penerapan pola
hidup yang kurang baik.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.
Penyebab yang dimaksud diantaranya yaitu penyakit ginjal, kelainan
hormonal, adanya tumor kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon
epinefrin dan norepinefrin.
Menurut The seventh Report of the Joint National Commite on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII), klasifikasi
hipertensi dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,
hipertensi derajat I dan derajat II.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi berdasarkan JNC VII

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II ≥160 ≥100

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomtor ini bermula dari syaraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di torak dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui simtem syaraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut syaraf pasca ganglion ke pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstiktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepineprin,
meskipun tidak deketahui secara jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi, medulla adrenal
mensekresi kortisol dan asteroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosrteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (brunner & suddart, 2002).
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan
peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan
meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan
penambahan intravaskuler yang sedikit menunjukkan kekakuan pembuluh
darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai
dengan penurunan kelenturan pembuluh darah arteri besar resistensi
perifer yang tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa
ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan output jantung disertai
kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan tekanan diastolik.
Perubahan aktivitas sistem saraf simpatis dengan bertambahnya
nerophinephrine menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem
reseptor beta adrenergik sehingga berakibat pada penurunan fungsi
relaksasi otot pembuluh darah. Lanjut usia mengalami kerusakan
struktural dan fungsional pada arteri besar yang membawa darah dari
jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan
tingginya tekanan darah ( Adi, 2014).
5. Tanda dan Gejala
Menurut Udjianti (2010) tanda dan gejala hipertensi yang sering terjadi
adalah:
a. Sakit kepala (rasa berat di tengkuk)
b. Kelelahan
c. Keringat berlebihan
d. Tremor otot
e. Mual dan muntah

Menurut Sustrani et al (2004), bahwa tanda dan gejala hipertensi antara


lain:
a. Sakit kepala
b. Jantung berdebar-debar
c. Sulit bernafas setelah bekerja keras
d. Mudah lelah
e. Penglihatan kabur
f. Dunia terasa berputar (vertigo)
g. Hidung berdarah
h. Wajah memarah

6. Komplikasi hipertensi
Menurut Sutrani (2010), hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung
dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kali dibandingkan
dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.Selain itu hipertensi juga
menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan
kebutaan. Penelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa hipertensi dapat
mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi
kognitif dan intelektual. Efek jangka panjang yang paling parah berupa
kematian mendadak.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di
akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan adanya DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).

8. Penatalaksanaan
a. Tatalaksana farmakologi
Terapi farmakologi dimulai pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak
mengalami penurunan setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat dan
pada pasien hipertensi serajat >2. Salah satu prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan
minimalisasi efek samping adalah dengan melaukan pemantauan efek
samping obat secara teratur (PERKI 2015).
b. Tatalaksana Non Farmakologi
Terapi non farmakologi harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya
(Yogiantoro 2009). Terapi non farmakologi dapar dilakukan dengan
menjalani pola hidup sehat diantaranya dengan:
1) Menurunkan berat badan dilakukan dengan mengganti makanan
tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayur dan buah (PERKI
2015).
2) Mengurangi asupan garam dengan menghindari makanan capat saji,
makanan kaleng, daging olahan an sebagainya. Dianjurkan garam
tidak lebih 2 gram perhari (PERKI 2015).
3) Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit
perhari minimal 3 hari perminggu dapat membantu menurunkan
tekanan darah. Bila pasien tidak dapat melakukan olahraga khusus,
dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau meniki
tangga (PERKI 2015)
4) Merokok merupakan salah satu faktor resiko penyakit
kardiovaskuler, pasien hipertensi dianjurkan unutk berhenti
merokok. Penting juga untuk beristirahat cukup 6-8 jam perhari
(PERKI 2015).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status
Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit kepala terutama pada bagian tengkuk
dan mata berkunang-kunang.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh sakit kepala terutama pada bagian tengkuk,
mata berkunang-kunang, susah tidur serta pemeriksaan fisik di
peroleh tekanan darah lebih dari normal.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji lamanya menderita hipertensi dan penyakit penyerta yang dapat
menyebabkan hipertensi
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji Riwayat garis keluarga tentang hipertensi dan penggunaan obat
yang memicu hipertensi.
d. Aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas/istirahat
 Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
2) Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik dan Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan
yang berkaitan dengan pekerjaan).
3) Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.,
mual, muntah dan perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat
atau menurun).
4) Nyeri atau ketidak nyamanan:
Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung, nyeri hilang
timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah
terjadi sebelumnya dan nyeri abdomen.
e. Pengkajian Persistem :
1) Sirkulasi
 Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
 Episode palpitasi,perspirasi.
2) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3) Neurosensori
 Keluhan pusing.
 Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4) Pernapasan
 Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
 Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
 Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
 Riwayat merokok
f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual Klien
1) Pengkajian Fungsional
Kaji kemampuan klien dengan menggunakan KATZ index.
2) Pengkajian tingkat kemandirian
Barthel Indeks

Dengan
No Kriteria Mandiri Skor Keterangan
Bantuan

1 Makan 5 10

2 Minum 5 10

Berpindah dari kursi roda


3 ke tempat tidur dan 5-10 15
sebaliknya

Personal toilet (cuci


4 muka, menyisisr rambut, 0 5
gosok gigi)

Keluar masuk toilet


(mencuci pakaian,
5 5 10
menyeka tubuh,
menyiram)

6 Mandi 5 15

7 Jalan di permukaan datar 0 5

8 Naik turun tangga 5 10

9 Mengenakan pakaian 5 10

10 Kontrol bowel (BAB) 5 10

11 Kontrol bladder (BAK) 5 10

12 Olah raga / Latihan 5 10

Rekreasi/ pemanfaatan
13 5 10
waktu luang

Total Skor

Keterangan :
A : 130 = mandiri

B : 65-125 = Ketergantungan sebagian

C : 60 = ketergantungan total

3) Pengkajian Sistem Mental


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)

Benar Salah No Pertanyaan

1 Tanggal berapa hari ini?

2 Hari apa sekarang ini ?

3 Apa nama tempat ini ?

4 Di mana Alamat anda?

5 Berapa Umur anda?

6 Kapan anda lahir (minimal tahun lahir)

7 Siapa Presiden Indonesia Sekarang?


8 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya?

9 Siapa nama Ibu anda?

Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari


10
setiap angka baru, semua secara menurun

Score total :

Interpretasi Hasil :

A. Salah 0-3 ; Fungsi Intelektual utuh

B. Salah 4-5 ; Kerusakan intelektual ringan

C. Salah 6- 8 ; Kerusakan Intelektual sedang

D. Salah 9-10 ; Kerusakan Intelektual berat

4) Identifikasi aspek kognitif dari fengsi mental dengan


menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE) meliputi :
- Orientasi
- Registrasi
- Perhatian
- Kalkulasi
- Mengingat Kembali
- Bahasa

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Max Klien

1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :


- Tahun :
- Musim :
- Tanggal :
- Hari :
- Bulan :

Dimana kita sekarang berada ?

- Negara :

2 Orientasi 5 - Provinsi :
- Kota :
- PKM :
- Alamat :

Sebutkan nama 3 objek (oleh


pemeriksa)

1 detik untuk masing-masing objek


kemudian tanyakan kepada klien
3 Registrasi 3
ketiga objek tadi (untuk disebutkan)

- Objek Kertas
- Objek Pulpen
- Objek Jam

3 Perhatian 5 Minta klien untuk memulai dari


dan angka 100 kemudian dikurangi 7
Kalkulasi sampai 5 kali/tingkat:

- 93
- 86
- 79
- 72
- 65

Minta klien untuk mengulangi


ketiga objek pada No 2 (Registrasi)
4 Mengingat 3
tadi. Bila benar, nilai 1 point untuk
masing-masing objek

5 Bahasa 9  Tunjukkan pada klien suatu


benda dan tanyakan namanya
pada klien.
- Misal ; Buku, Tas
 Minta klien untuk mengulangi
kata berikut “ tak ada, jika, dan,
atau, tetapi”. Bila benar, nilai
satu point .
- pernyataan benar:
 Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah yaitu:
- Ambil kertas dan
pegang
- Lipat dua
- Letakkan diatas meja
 Perintahkan kepada klien untuk
hal sebagai berikut (bila
aktivitas sesuai perintah nila 1
point)
- “tutup mata anda”
- Tuliskan satu kalimat
- menyalin gambar :
.

TOTAL NILAI :

Interpretasi Hasil :

>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik

18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan

≤17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

5) Pengkajian keseimbangan untuk lansia (Tinneti dan Ginter,


1998)
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam
bergerak yaitu :

Kriteria Nilai

a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di


bawah ini, atau beri nilai 1 jika klien menunjukkan
salah satu dari kondisi di bawah ini:

 Bangun dari duduk dengan satu kali gerakan,


tetapi mendorong badan ke atas dengan tangan
atau bergeser bagian depan kursi terlebih dahulu
dan atau tidak stabil saat pertama kali duduk
 Duduk dengan menjatuhkan diri ke kursi atau
tidak duduk di tengah kursi
Ket : Gunakan kursi yang keras dan tanpa lengan
 Menahan dorongan sternum (pemeriksa
mendorong sternum perlahan-lahan sebanyak 3
kali).
 Klien menggerakkan kaki, memegang obyek
untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya.
 Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti diatas tapi
klien disuruh menutup mata (periksa
kepercayaan pasien tentang input penglihatan
untuk keseimbangannya)
 Perputaran leher,
 Menggerakkan kaki, menggenggam obyek
untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya, keluhan vertigo, pusing, atau keadaan
tidak stabil.
 Gerakan menggapai sesuatu.
 Tidak mampu untuk menggapai sesuatu
dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung-ujung jari kaki tidak stabi,
memegang sesuatu untuk dukungan
 Membungkuk.
 Tidak mampu membungkuk untuk
mengambil obyek-obyek kecil (missal
pulpen) dari lantai, memegang obyek untuk
bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha
multipel untuk bangun
b. Komponen gaya berjalan atau bergerak

Beri nilai 0 jika klien menunjukkan kondisi dibawah


ini, atau beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah
satu kondisi di bawah ini :

 Minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan.


 Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek
untuk dukungan
 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat
melangkah)
 Kaki tidak naik lantai secara konsisten
(menggeser atau menyeret kaki), mengangkat
kaki terlalu tinggi (>5 cm). Nilai 1
 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi
dari samping klien).
 Setelah langkah-langkah awal, langkah
menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara yang lain
menyentuh lantai
 Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari
samping pasien).
 Tidak berjalan dalam garis lurus,
bergelombang dari sisi ke sisi
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik
diobservasi dari sampin kiri klien)
 Tidak berjalan dalam garis lurus,
bergelembong dari sisi ke sisi
 Berbalik
 Berhenti sebelum mulai berbalik,jalan
sempoyongan, bergoyang, memegang
obyek untuk dukungan.

Interpretasi hasil :
0-5 : resiko jatuh rendah
6-10 : resiko jatuh sedang
11-15 : resiko jatuh tinggi

6) Pengkajian kondisi depresi

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda ?

Apakah anda telah meninggalkan banyak


2
kegiatan ?

3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ?

4 Apakah anda sering merasa bosan ?

Apakah anda punya semangat yang baik setiap


5
saat ?

6
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk
akan menimpa anda ?

7 Apakah anda merasa tidak bahagia ?

8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?

Apakah anda lebih senang dirumah dari pada


9
pergi keluar ?

Apakah anda banyak masalah dibanding


10
kebanyakan orang ?

Apakah anda pikir hidup anda sekarang


11
menyenangkan ?

12 Apakah anda merasa tidak berharga saat ini ?

13 Apakah anda merasa penuh semangat ?

Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak


14
ada harapan ?

Apakah anda pikir bahwa 3 orang lain lebih


15
baik dari anda ?

Ket : Ya = 1 , Tidak =0
Kesimpulan : 5 - 9 : Suspek Depresi

>10 : Depresi

7) Pengkajian Sosial

Komponen Skore Nilai

A Adaptation 2 : Selalu

Saya puas bahwa saya dapat 1 : Kadang- kadang


kembali pada keluarga (teman-
0 : Tidak pernah
teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan
saya

P Partnership (hubungan) 2 : Selalu

Saya puas dengan cara keluarga 1 : Kadang- kadang


(teman-teman) saya
0 : Tidak pernah
membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya

G Growth ( pertumbuhan ) 2 : Selalu

Saya puas bahwa keluarga 1 : Kadang- kadang


(teman-teman saya menerima dan
0 : Tidak pernah
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah
baru
A Affection ( afeksi ) 2 : Selalu

Saya puas dengan cara keluara 1 : Kadang- kadang


(teman-teman) saya
0 : Tidak pernah
mengekpresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya
seperti marah, sedih atau
mencintai

R Resolve ( Pemecahan ) 2 : Selalu

Saya puas dengan keluarga 1 : Kadang- kadang


(teman-teman) saya menyediakan
0 : Tidak pernah
waktu bersama-sama

Penilaian :

<3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi

4–6 : Disfungsi keluarga sedang

7 -10 : Disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga

8) Pengenalan Resiko Osteoporosis


Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki resik terkena
osteoporosis, maka dapat dilihat dari pertanyaan 1 – 12. Jika
jawaban “Ya” lebih dari 4 berarti orang tersebut termasuk orang
yang berisiko untuk osteoporosis.

No Pertanyaan Ya Tidak

Apakah anda seorang wanita ?

Apakah di keluarga ada yang menderita


osteoporosis ?

Apakah anda berusia > 75 tahun ?

Apakah anda sudah menopouse ?

Apakah anda tidak suka susu/produk susu


dimasa kanak-kanak

Apakah anda memiliki tubuh bentuk kecil ?

Apakah anda merokok ?

Apakah anda meminum minuman berakohol 4


gelas atau lebih setiap hari ?

Apakah produk olahan susu tidak termasuk


dalam daftar makanan harian anda ?

Apakah anda mengonsumsi lebih dari 6


cangkir kola, kopi dan teh ?

Apakah anda melakukan olahraga secara


teratur ?

Apakah anda banyak mengonsumsi makanan


yang mengandung garam (telur asin dan ikan
asin) ?

9) Pengkajian Resiko Andropause


Dalam penegakkan diagnosa andropuse,bagi bagian geriatria
univerrsitass St.Louis membuat 10 pertanyaan berdasarkan keluhan
yang sering dirasakan oleh penderita.pertanyaan tersebut yaitu :

NO PERTANYAAN Ya Tidak

1 Apakah libido atau dorongan seksual menurun


akhir–akhir ini?
2 Apakah anda merasa lemas atau kurang tenaga?

3 Apakah daya tahan dan kekuatan fisik anda


menurun?

4 Apakah tinggi badan anda berkurang?

5 Apakah anda merasa kenikmatan hidup menurun?

6 Apakah anda sering merasa kesal atau cepat marah?

7 Apakah ereksi anda kurang kuat?

8 Apakah anda merasakan penurunan kemampuan


dalam berolahraga?

9 Apakah anda sering mengantuk dan tertidur


sesudah makan malam?

10 Apakah anda merasakan adanyanya perubahan atau


penurunan prestasi kerja?
Jika jawaban nomor 1 dan 7 adalah “Ya” atau ada 3 jawaban “Ya”
selain no tersebut,maka kemungkinan besar kadar testosteron
menurun atau pria tersebut mengalami andropause.

10) Pencegahan Jatuh Dengan Pengkajian Skala Jatuh Morse Fall


Scale

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI


KET

1 Riwayat jatuh : apakah lansia Tidak 0


pernah jatuh dalam 3 bulan
terakhir?
Ya 25
2 Diagnosa sekunder : apakah Tidak 0
lansia memiliki lebih dari satu
penyakit?
Ya 15

3 Alat baju jalan : 0

- Bad rest/dibantu perawat

- Kruk/tongkat/walker 15

- Berpegangan pada benda 30


benda disekitar (kursi,
lemari, meja)

4 Terapi intravena : apakah saat Tidak 0


ini lansia terpasang infus?

Ya 20

5 Gaya berjalan/cara berpindah : 0

- Normal/bad
rest/immobIle(tidak dapat
bergerak sendiri)

- Lemah (tidak dapat


bertenaga) 10

- Gangguan / tidak normal


(pincang/diseret) 20

6 Status normal 0 0

- Lansia menyadari kondisi


dirinya

- Lansia mengalami 15
keterbatasan daya ingat

Total Nilai
Keterangan:

Nilai 0 – 24 : Tidak berisiko jatuh

25– 50 : Risiko Rendah

>51 : Resiko Tinggi Untuk Jatuh

11) Lembar Pengkajian Keamanan Rumah


(HOME-Safety Assessment)

No Situasi dan Kondisi rumah Ya Tidak Ket


(1) (0)

Apakah penerangan rumah cukup (tidak


gelap) ?

Apakah sinar matahari dapat masuk


kedalam rumah ?

Apakah penataan barang-barang di dalam


rumah rapih (tidak berantakan) ?

Apakah di dalam rumah ada tangga atau


lantai yang tidak rata ?

Apakah lantai kamar mandi licin ?

Apakah tempat buang air besar memakai


kloset duduk ?

Apakah tempat tidur lansia terlalu tinggi ?

Apakah WC dekat dengan kamar lansia ?

Apakah tempat duduk terlalu tinggi bagi


lansia

Hasil :
Skore lebih dari 5 : berisiko jatuh
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (peningkatan
tekanan vaskuler serebral pada region sub oksipital)
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardia.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Nyeri akut Setelah di berikan intervensi NIC:Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama x24 jam, Mandiri :
dengan Agen diharapkan pasien mampu - Mempertahankan tirah baring selama - Meminimalkan stimulasi/
pencedera menunnjukkan: fase akut. meningkatkan relaksasi
fisiologis NOC: Tingkat Nyeri - Berikan tindakan nonfarmakologi - Tindakan yang menurunkan tekanan
(peningkatan - Dipertahankan pada: untuk menghilangkan sakit kepala, vaskuler serebral dan yang
tekanan vascular - Ditingkatkan pada: mis : kompres dingin pada dahi, pijat memperlambat/memblok respons
Cerebral) 1= Berat punggung dan leher, tenang, redupkan simpatis efektif dalam menghilangkan
2= Cukup Berat lampu kamar. sakit kepala dan komplikasinya.
3= Sedang - Minimalkan aktivitas vasokonstriksi - Aktivitas yang meningkatkan
4= Ringan yang dapat meningkatkan sakit kepala, vasokonstriksi menyebabkan sakit
5= Tidak Ada mis : mengejan saat bab, batuk panjang, kepala karena adanya peningkatan
Dengan Kriteria hasil: membungkuk. tekanan vaskular serebral
- Nyeri berkurang - Bantu pasien dalam ambulasi sesuai - Pusing dan penglihatan kabur sering
- Panjangnya episode nyeri kebutuhan. berhubungan dengan sakit kepala.
berkurang Kolaborasi:
- Dapat mengenali kapan nyeri - Berikan obat sesuai indikasi Analgesik - Menurukan/mengontrol nyeri dan
terjadi menurunkan rangsang sistem saraf
- Ttv dalam batas normal - Antiansietas,mis lorazepam, diazepam simpatis.
- Tidak mengalami gangguan tidur - Dapat mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan yang diperberat oleh
stres.
Penurunan Setelah di berikan intervensi NIC: Perawatan Jantung : Akut
curah jantung keperawatan selama x24 jam, Mandiri :
berhubungan diharapkan pasien mampu - Pantau tekanan darah, ukur pada kedua - Perbandingan dari tekanan
dengan menunnjukkan: tangan untuk evaluasi awal. memberikan gambaran yang lebih
peningkatan NOC: Keefektivan pompa jantung lengkat tentang penyakit vaskuler.
afterload - Dipertahankan pada: - Catat keberadaan, kualitas denyutan - Denyutan karotis,jugularis, radialis,
- Ditingkatkan pada: sentral dan perifer. dan femoralis mungkin teramati/
1= Berat terpalpasi. Denyut pada tungkai
2= Cukup Berat mungkin menurun, mencerminkan
3= Sedang efek dari vasokontriksi dan kongesti
4= Ringan vena.
5= Tidak Ada - Amati warna kulit, kelembaban,suhu, - Adanya pucat, dingin kulit lembab
Dengan Kriteria hasil: masa pengisian kapiler. dan masa pengisian kapiler lambat
- Distensi vena leher mungkin berkaitan dengan
- Disritmia vasokontriksi atau mencerminkan
- Suara jantung abnormal dekompensasi/penurunan curah
- Angina jantung.
- Edema perifer - Berikan lingkungan tenang, nyaman, - Membantu untuk menurunkan
- Edema paru kurangi aktivitas/keributan lingkungan. rangsang simpatis, meningkatkan
- Mual relaksasi.
- Kelelahan - Anjurkan teknik relaksasi - Dapat menurukan rangsangan yang
- Dyspnea pada saat istirahat menimbulkan stres, membuat efek
- Peningkatan berat badan tenang, sehingga dapat menurukan
- Pucat Kolaborasi tekanan darah
- Asites - Pantau renspons terhadap obat untuk - Respons terhadap terapi obat
- Sianosis mengontrol tekanan darah tergantung pada individu dan efek
- Wajah kemerahan sinergis obat.
Intoleransi Setelah di berikan intervensi NIC: Manajemen Energi
aktivitas keperawatan selama x24 jam, Mandiri :
berhubungan diharapkan pasien mampu - Identifikasi makna attivitas rutin - mempermudah menyusun kegiatan
dengan menunnjukkan: yang dapat dilakukan
kelemahan NOC: Toleransi Aktivitas - Kaji respons pasien terhadap aktivitas, - Menyebutkan parameter membantu
- Dipertahankan pada: perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 dalam mengkaji respons fisiologis
- Ditingkatkan pada: kali permenit di atas frekuensi istirahat, terhadap stres aktivitas
1= Meningkat kaji dispnea, nyeri dada, keletihan dan
2= Cukup Meningkat kelemahan yang berlebihan.
3= Sedang - Instruksikan pasien tentang teknik - Teknik menghemat energi
4= Cukup Menurun penghematan energi, mis menggunakan mengurangi penggunaan energi. Juga
5= Menurun kursi saat mandi, duduk saat menyisir membantu keseimbangan antara
Dengan Kriteria hasil: rambut atau menyikat gigi, melakukan suplai dan kebutuhan oksigen.
- Keluhan lelah aktivitas dengan perlahan.
- Dyspnea saat aktivitas - Berikan dorongan untuk melakukan - Kemajuan aktivitas bertahap
- Perasaan lemah aktivitas/perawatan diri bertahap jika mencegah peningkatan kerja jantung
- Aritmia saat aktivitas dapat ditoleransi. tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya
- Aritmia setelah aktivitas sebatas kebutuhan mendorong
- Sianosis kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan. - Berbagai tingkat bantuan mungkin
perlu direnacanakan yang di dasarkan
atas kebutuhan yang bersifat
individual.
- anjurkan tirah baring - Mencegah komplikasi yang lebih
parah
- monitor respon fisik, emosi, sosial dan - Respon ini yang mempengaruhi
spritual dalam melakukan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media.
Baradero, Marry. 2005. Seri asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskuler.
Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.

Franklin, A. 2015. Laporan Keperawatan Gerontik Profesi Ners Angkatan V


STIKES TMS. Bengkulu

Huda Nurarif & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi
Action.

Doenges. E. Marilynn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :


EGC

Muttaqin,arif .2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler. Jakarta : Salemba medika.

Mansjoer, Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta : Media Aesculapius.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC


HASIL JURNAL TERKAIT DARI KASUS HIPERTENSI LANSIA

Jurnal
No. Peneliti Analisa
1. Meriem Evidence : Pengaruh Senam Prolanis
Meisyaroh a. P (Populasi) : Terhadap Penurunan
Syamson, Nur 10 Responden Tekanan Darah Pada
Fitri, Hasrul b. I (intervensi) : Penderita Hipertensi
(2020). Senam Prolanis
c. C (Intervensi pembanding) : Holistik Jurnal Kesehatan,
Tidak ada intervensi pembanding Vol. 14, No. 1, Maret 2020
d. O (outcomes) :
Penurunan tekanan darah

Hasil Penelitian :
Kegiatan senam ini menimbulkan efek
bloker yang dapat memenangkan
sistem saraf simpatikus, dimana bila
terjadi penurunan aktivitas simpatik
pada pembuluh darah perifer dapat
menjadi penunjang penurunan tekanan
darah. Dengan dilakukan kegiatan
senam prolanis maka respon fisiologi
akan meningkatkan aliran darah
keseluruh tubuh dan merelaksasikan
tubuh sehingga otot-otot tubuh
menjadi rileks dan meningkatkan
kualitas kesehatan pada penderita
hipertensi. Semakin sering melakukan
aktivitas fisik maka kekuatan otot,
tulang akan semakin membaik dan
membuat aliran darah didalam tubuh
penderita hipertensi pada lansia
semakin lancar. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dari 10
responden didapatkan nilai rerata skor
tekanan darah sebelum dilakukan
intervensi sebesar 1,90, standar deviasi
0,568, dengan nilai maximum 3 dan
minimum 2. Sedangkan nilai rerata
skor tekanan darah setelah dilakukan
intervensi sebesar 1,20, standar deviasi
422, dengan nilai maximum 2 dan
minimum 1.
2. Kusumawati, Evidence : Hidroterapi Air Hangat
Meilirianta, a. P (Populasi) : Terhadap Penurunan
Rustandi B 35 Responden Tekanan Darah pada
(2018) b. I (intervensi) : Lansia Penderita Hipertensi
Hidroterapi Air Hangat di Panti Sosial Tresna
c. (Intervensi pembanding) : Werdha Senjarawi Bandung
Hanya diberikan Hidroterapi Air
Hangat Jurnal Keperawatan
d. O (outcomes) : ‘Aisyiyah (JKA)
Penurunan tekanan darah pada Volume 5, Nomor 1, Juni
lansia 2018
Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian ini
didapatkan ada pengaruh hidroterapi
air hangat terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi
dengan nilai signifikansi p=0,000
(p<0,05). Hal ini disebabkan karena
saat dilakukan hidroterapi air
hangat dapat mengakibatkan
pelebaran pembuluh darah dan
ini dapat mempengaruhi tekanan
arteri oleh Baroreseptor pada sinus
kortikus dan arkus aorta kemudian
dapat merangsang sistem saraf
parasimpatis yang mengakibatkan
penurunan output jantung (meliputi
isi sekuncup dan denyut jantung)
dan vasodilatasi pembuluh darah.
(Roni, Setiawan, Fatimah, 2009).
Ketika pembuluh darah melebar, maka
ventrikel dengan mudahnya
mendorong darah ke seluruh tubuh
dan masuk kejantung kemudian
dapat menurunkan tekanan
sistolik. Pada saat ventrikel
berelaksasi, tekanan di dalam
ventrikel menjadi turun, sehingga
dapat menyebabkan aliran darah
menjadi lancar dan dapat
menurunkan tekanan diastolik.

3. Muhammad Evidance : Pengaruh Musik


Ikram Hikmatyar, a. P (Populasi) : Instrumental Tempo Lambat
Nurfitri 29 Responden yang Disukai dan Tidak
Bustamam, b. I (Intervensi) : Disukai terhadap Tekanan
Kristina Pemberian musik instrumental Darah Pasien Hipertensi
Simanjuntak tempo lambat yang disukai
(2018) c. C (Intervensi Pembanding) JK Unila, Vol. 2, No. 2, Juli
Pemberian musik instrumental 2018
tempo lambat yang tidak
disukai
d. O (Outcomes) :
Penurunan Nilai Tekanan
Darah

Hasil Penelitian:
Stimulus musik akan diteruskan ke
nukleus kokhlearis di batang otak.
Selanjutnya impuls akan diteruskan ke
thalamus dan korteks auditorik yang
berada di lobus temporalis. Hasil
penelitian menggunakan functional
neuroimaging menunjukkan bahwa
musik dapat memodulasi amigdala,
hipotalamus dan hipokampus.
Amigdala merupakan komponen
utama sistem limbik yang berperan
dalam mengatur emosi dan perilaku.
Hipotalamus selanjutnya akan
meneruskan stimulus tersebut ke
substansia retikularis sebagai penyalur
impuls menuju serat otonom, yaitu
saraf simpatis dan parasimpatis yang
kemudian akan mempengaruhi sistem
kardiovaskuler. Hipotalamus yang
terstimulasi akan merangsang
pengeluaran gelombang otak pada
bagian frontal dan parietal korteks
serebri. Gelombang yang dihasilkan
dari stimulasi musik tempo lambat
(relaxing music) adalah gelombang
alfa. Gelombang alfa ini
menggambarkan tubuh dalam keadaan
rileks.
Setelah mendengarkan musik tempo
lambat yang disukai, median tekanan
darah sistolik dan diastolik menurun
dari 145 mmHg dan 85 mmHg
menjadi 135 mmHg dan 80 mmHg,
sedangkan setelah mendengarkan
musik tempo lambat yang tidak
disukai median tekanan darah sistolik
dan diastolik menurun dari 145 mmHg
dan 85 mmHg menjadi 140 mmHg
dan 84 mmHg. Hasil uji t
menunjukkan terdapat perbedaan
penurunan tekanan darah setelah
mendengarkan musik instrumental
tempo lambat yang disukai dan yang
tidak disukai (p=0,00). Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh
pemberian terapi musi instrumental
tempo lambat yang disukai dan yang
tidak disukai terhadap tekanan darah
pasien hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai