Keperawatan Gerontik
“POSBINDU”
Puskesmas Lempuing Kota Bengkulu periode 12 Oktober 2020-17 Oktober
2020
Dosen Pembimbing:
Ns. Hendri Heriyanto., S. Kep., M. Kep
Disusun Oleh
Kelompok 6
A. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek
dari sistem kesehatan dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan
proses yang dilakukan oleh masyarakat dengan atau tanpa campur tangan
pihak luar untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek
lainnya yang se$ara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam
kesehatan masyarakat. Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi
kualitas hidup adalah pemberdayaan masyarakat miskin. faktor ini akan
mampu memutuskan ketinggalan rakyat baik dari segi pendidikan,
ekonomi maupun kesehatan. Faktor lain yang akan menjamin penguatan
akses guna mendukung masyarakat untuk memperolah dan memam/aatkan
input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi adalah
melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat. Pembangunan
merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf hidup dan
kesejahteaan masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan tersebut
telah mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa dampak
pada peningkatan taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat, diukur dengan
indikator-indikator yang umum bersifat ekonomi.
Rendahnya tingkat perubahan kondisi kehidupan masyarakat
melalui kebijakan pemerataan melahirkan paradigma pembangunan yang
berpusat pada manusia. Implementasinya tercermin pada pogram-pogram
yang secara lansung ditujukan kepada masyarakat lapisan bawah seperti
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, pangan, sandang, papan,
kesehatan, pandidikan, maupun pogram penanggulangan kemiskinan.
Kebijakn paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia
implementasinya cukup berhasil, namun se$ara proses terlihat lambat
akibat masih adanya intervensi kekuasaan pemerintahan dalam
menetapkan prioritas pogram yang diperuntukkan bagi kepentinagn
masyarakat dan menguatnya dominasi kekuasaan pemerintah dalam
pengololaan paradigma pemberdayaan masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu
3. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar mendapatkan informasi dan
pemahaman mengenai konsep Pos Pembinaan Terpadu
4. Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya
melalui media literatur perpustakaan dan elektronik
BAB II
TINJAUAN TEORI POSBINDU
A. Pengertian Posbindu
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat
dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pen$apai
masyarakat yang sehat dan sejahtera. Posbindu merupakan salah satu bentuk
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh
masyarakat berdasarkan inisiati/ dan kebutuhan masyarakat itu sendiri,
khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan
Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu
dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa
lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007). Posbindu lansia
adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan bimbingan
kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak dini (Effendi,
2001)
B. Tujuan Posbindu
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan mutu kehidupan untuk men$apai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam
strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan adanya
kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan
peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia
lanjut. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap
bisa beraktifitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan
mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang butuh
(Depkes, 2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :
1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang kemampuan hidup sehat. 4. Pendekatan dan pemerataan
pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia dalam usia
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografis.
4. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok
masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-
usaha kesehatan masyarakat (Effendi, 1998).
Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap,
persepsi, perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan
terhadap situasi atau rangsangan dari luar kepercayaan dan keterjangkauan
sarana pelayanan kesehatan. Secara umum perilaku kesehatan seseorang
men$akup perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem
pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap program kesehatan. Faktor
lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan adalah
sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial
budaya, etnik, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga biaya pelayanan,
jarak, persepsi terhadap sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan
keputusan (Notoatmodjo, 2003)
C. Pembentukkan Posbindu
Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan
dalam pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi
masing-masing daerah, misalnya mengambangkan kelompok-kelompok yang
sudah ada seperti kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok
arisan usia lanjut dan lain-lain. Pembentukan Posbindu dapat pula
menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD). Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum
dilaksanakan dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk
pembentukan Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey Mawas Diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian kegiatan
D. Komponen
Posbindu sebagai adalah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan
berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen
pokok, yaitu: adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses
pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat% Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin
penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan
men$apai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari
anggota Posbindu itu sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan
sebagainya. Struktur
Organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, bendahara
dan beberapa seksi dan kader.
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 48-88 orang. Perlu
diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam
penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup
kemungkinan anggota Posbindu kurang dari 48 orang atau lebih dari 88
orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 0 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran
atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain
yang tidak mengikat.
E. Pelayanan Kesehatan
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat
pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia
lanjut dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari ((Activity Daily Living) melipui
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan, minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquis atau Sahli.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes Melitus).
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal .
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan.
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan giBi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia
lanjut
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia
lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (Public Health Nursing).
11. Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan $ontoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran
F. Sarana Dan Prasarana
Untuk kelan$aran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi
badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana
termometer
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut
G. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di
kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan
sistem 5 tahapan/5 meja sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Wawancara, Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan
usila,
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental serta penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana)
5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling
Berikut ini sebagai salah satu contoh pemberdayaan masyarakat dalam
kegiatan posbindu:
1. Surveilans hipertensi
Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan
surveilans yaitu survey lapangan untuk mengumpulkan data tentang
prevalensi hipertensi di masyarakat. Surveilans dilakukan oleh kader
Posbindu yang telah diberikan pelatihan surveilans, dan data yang terkumpul
diolah dan dianalisis bersama oleh kader, tokoh masyarakat, dan tenaga
kesehatan. Instrumen surveilans berupa angket/kuesioner yang terlebih
dahulu telah disiapkan oleh tim pengabdian masyarakat.
2. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi data hasil surveilans dijadikan dasar
untuk menyusun peta kewaspadaan hipertensi di komunitas. Peta ini sekaligus
sebagai bukti dokumentasi hasil surveilans yang telah dilakukan dan diberi
kode-kode khusus berdasarkan kesepakatan tim tentang kategori masyarakat
dalam kaitannya dengan kewaspadaan hipertensi.
3. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Pemeriksaan ini secara rutin
merupakan bagian pelayanan Posbindu. Namun dalam kasus tertentu,
pemeriksaan tekanan darah tidak dilakukan secara pasif/ menunggu di
Posbindu, tetapi justru dilakukan secara aktif dari rumah ke rumah ( door to
door )+ pada kelompok masyarakat yang memiliki /aktor risiko dan kelompok
lansia atau dikenal sebagai penemuan kasus hipertensi se$ara akti/ f (Active
Case Finding). Penemuan kasus secara aktif ini merupakan upaya penapisan
(Screening) kasus hipertensi di masyarakat sebagai salah satu upaya deteksi
dini kasus hipertensi dan komplikasinya
4. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin. Kegiatan
senam jantung sehat dan senam lansia merupakan bagian dari pelayanan
Posbindu. dalam konteks ini, pelaksanaan senam juga bukan saja diikuti
kelompok masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja, tetapi juga bisa
diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata
dari upaya pen$egahan penyakit jantung dan pembuluh darah serta
pengendalian salah /aktor risiko hipertensi.
5. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi. Promosi
kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program ini diran$ang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik dalam masyarakat itu sendiri, maupun
dalam organisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka strategi
promosi kesehatan yang akan dikembangkan dalam rangka pen$egahan
hipertensi adalah:
a. Advokasi (Advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu
kebijakan di tingkat kecamatan dan desa.
b. Dukungan social
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama
yang ada di desa. Diharapkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama
tersebut dapat menjembatani komunikasi antara pengelola program
kesehatan dan masyarakat
c. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran primer
promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya
sendiri. Bentuk kegiatannya lebih ditekankan pada penggerakkan
masyarakat untuk kesehatan, dalam hal ini adalah pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga
(rumah tangga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan tingkat
pelayanan kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang dilakukan
hanya berada pada level promosi kesehatan, perlindungan spesifik, serta
diagnosis dini dan pengobatan segera. Kegiatan promosi kesehatan pada
setiap level tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan: Senam jantung sehat dan senam lansia, Kampanye
antirokok, Penyuluhan gizi lansia, Pelatihan pemeriksaan tekanan
darah bagi keluarga lansia
2) pencegahan spesifik: Pemberian multivitamin bagi lansia, diagnosis
dini dan pengobatan segera
3) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
4) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan protein
urin, pemeriksaan neurologis, dan lain-lain
d. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi kesehatan
yang tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat menghindari
perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan kejadian hipertensi dan/atau
melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi pada
masyarakat dan keluarga penderita hipertensi
e. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan keluarga
penderita hipertensi Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya
memperpendek akses pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita
hipertensi dalam melakukan pemantauan (monitoring terhadap kondisi
kesehatannya). Pada akhirnya setiap keluarga dari penderita hipertensi
dapat melakukan pemantauan tekanan darah penderita hipertensi se$ara
teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang memakan waktu dan biaya
transportasi. Karena itu, ketersediaan tensimeter
atau sphymomanometer di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi
kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah se$ara mandiri oleh
keluarga penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang dilatih
adalah mereka yang memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan
mampu menguasai dalam mempraktikkan dan menginterpretasikan hasil
pengukuran tekanan darahnya.
f. Pengumpulan dana sosial Tanggap Dipertensi. Kegiatan ini merupakan
manifestasi nyata dari strategi gerakan masyarakat sebagai salah satu
strategi promosi kesehatan, dalam hal pengumpulan dana sosial maka
dibutuhkan dukungan dari para pengambil keputusan di tingkat desa dan
kecamatan, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Tentu dalam
kondisi yang tidak mengikat, kegiatan ini bersifat fleksibel terutama
ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan tingkat kemampuan ekonomi
menengah ke atas. Dana sosial ini ditujukan untuk membantu pembiayaan
warga masyarakat yang mengalami komplikasi hipertensi sehingga
membutuhkan pengobatan lebih kompleks atau rujukan ke rumah sakit.
H. Rekrutmen Dan Pelatihan Kader Posbindu
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau dapat
saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader.
Adapun persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan
kondisi setempat;
2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin
4. Sabar dan memahamil usia lanjut.
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah di tingkat
RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang rekrutmen kader
Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai pada waktu yang
ditetapkan masih sedikit, maka panitia bersama pengurus RW melakukan
musyawarah kembali untuk menentukan kader Posbindu berdasarkan
pertimbangan tokoh masyarakat setempat. Setelah rekrutmen kader Posbindu
selesai, maka dilanjutkan dengan penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu
dengan materi pelatihan meliputi:
1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2. Surveilans hipertensi (Survei Mawas Diri)
3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5. Pencegahan hipertensi
6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler
Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu
oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat.
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami
peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di
tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya
stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan
hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga dapat
menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit
lainnya (Syahrini et al., 2012). Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada
orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak
menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan
gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya (Gunawan, 2012). Hal ini
serupa seperti yang dikemukakan oleh Yogiantoro (2006), Hipertensi tidak
mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya.
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak
600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun
2008 (WHO, 2013). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan
tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi,
yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang
dewasa, terdapat 1 orang yang menderita hipertensi (Riskesdas, 2008). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh 2 Riskesdas menemukan prevalensi hipertensi
di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung
menjadi daerah dengan prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu sebesar
30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan
Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013). Angka kesakitan
Di Kota Bengkulu saat ini terutama disebabkan oleh penyakit Hipertensi
sebanyak 7,037 orang.
Masih banyak masyarakat khususnya lansia yang ada di Rt 8 Kelurahan
sawah lebar baru kota Bengkulu yang masih banyak mengalami penyakit
Hipertensi namun tidak mengetahui pantangan dan cara pengalihan nyeri saat
hipertensi. Untuk itu saat ini kami Mahasiswa prodi Profesi Ners angkatan 3
jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu tahun 2020 ini ingin
melakukan penyuluhan tentang Hipertensi dan senam prolanis saat hipertensi
di Rt 8 Kelurahan sawah lebar baru kota Bengkulu
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan diharapkan lansia dapat
menambah pengetahuan, mampu meningkatkan dan menerapkan
penatalaksanaan keperawatan hipertensi dirumah dan gerakkan senam
prolanis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan 75% lansia dapat
menyebutkan:
a. Pengertian Hipertensi pada lansia
b. Penyebab Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
c. Tanda gejala Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
d. Lansia mampu menjelaskan kembali 4 dari 5 penyebab terjadinya
hipertensi
e. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 5 tanda gejala hipertensi
f. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 4 pencegahan terjadinya
hipertensi
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik/Judul Kegiatan
Penyuluhan penyakit Hipertensi pada lansia dan senam Prolanis di Rt 8
Kelurahan sawah lebar baru kota Bengkulu
3. Sasaran/Target
Seluruh lansia di Rt 8 Kelurahan sawah lebar baru kota Bengkulu
4. Metode
Ceramah dan tanya jawab
5. Media dan Alat
a. LCD
b. Laptop
c. Leaflet (Materi:
Terlampir)
d. Lembar Balik
6. Waktu dan Tempat
a. Hari/tanggal :
Kamis, 15 Oktober 2020
b. Jam :
10.00-12.00 WIB
c. Tempat
: Posyandu lansia
7. Pengorganisasian
Penanggung jawab acara : Raden Hafidh Adam F
a. Mengkoordinir
persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator
: Tria Pratiwi
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan pelaksanaan kegiatan
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan
4) Membuat kontrak waktu
c. Penyaji
: Nathasa Nur
Rahmah
1) Memberikan penyuluhan pada lansia
2) Menjawab pertanyaan
d. Notulen
: Nova Hijjah Suryani
Mencatat pelaksanaan dan hasil tanya jawab
e. Observer
: Ruth Kristiani Dolok
Saribu
1) Mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan dari awal
sampai akhir
2) Membuat laporan hasil penyuluhan yang dilaksanakan
f. Fasilitator
: Winda Aprillia,
Dahlia Habibah, Feni Melani, Gita Novera, Okta Fitri Yani, Wisti
Agustina, Widya Oktari
Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama penyuluhan
g. Dokumentasi
: Al Adrian Dwi
Mendokumentasikan kegiatan
h. Konsumsi
: Okta Fitri & Wisti
Agustina
Mempersiapkan konsumsi
i. Perlengkapan
: Fiska, Al adrian dwi, Raden Hafidh Adam Mempersiapkan alat-alat
untuk kegiatan
D. Setting Tempat
Keterangan:
: Pembimbing
: Penyaji
: Notulen
: Fasilitator
: Moderator
: Lansia
: Observer
E. Susunan Acara
No Acara Kegiatan Audiens Waktu
.
1. Pembukaan 5 menit
Memberi salam Menjawab salam
Menjelaskan kontrak Mendengarkan dan
waktu dan tujuan memperhatikan
pertemuan
Mengemukakan
Menanyakan
permasalahan (jika
permasalahan yang
ada)
dirasakan saat ini
Mendiskusikan
Mendiskusikan masalah
(jika ada)
2. Pelaksanaan 35 menit
Mengkaji pengetahuan Mengemukakan
warga tentang Hipertensi pendapat
Memberi reinforcement Mendengarkan dan
memperhatikan
Menjelaskan pengertian
Mendengarkan dan
Hipertensi
memperhatikan
Menjelaskan penyebab
Mendengarkan dan
Hipertensi
memperhatikan
Menjelaskan tanda gejala
Mendengarkan dan
Hipertensi
memperhatikan
Menjelaskan komplikasi
Mendengarkan dan
Hipertensi
memperhatikan
Memberikan cara
Mendengarkan dan
memperlancar predaran
memperhatikan
darah
Mengememukakan
Mengajarkan senam
pertanyaan
prolanis
Memperhatikan
Menstimulasi lansia untuk
mendemonstari ulang
senam Prolanis
Menjawab pertanyaan
(jika ada)
3. Penutup 10 menit
Bersama warga Ikut menyimpulkan
menyimpulkan materi
Menjawab salam
Memberi salam
F. Rencana Evaluasi
Kriteria evaluasi
1. Struktur
a. Lebih dari 70% undangan menghadiri acara
b. Alat dan media sesuai dengan rencana
c. Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan
2. Proses
a. Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif
selama jalannya diskusi
3. Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan 75% peserta mampu:
a. Pengertian Hipertensi pada lansia
b. Penyebab Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
c. Tanda gejala Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
d. Lansia mampu menjelaskan kembali 4 dari 5 penyebab terjadinya
hipertensi
e. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 5 tanda gejala hipertensi
f. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 4 pencegahan terjadinya
hipertensi
Lampiran 1
Leaflet
Lampiran 3
Lembar Observasi 1
PENYULUHAN PRAKTIK
PROFESI PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU
Ruang :
Nama Observer :
No. Hal yang diobservasi Baik Cukup Kurang Keterangan
1. Persiapan
- ruang Posyandu lansia
Puskesmas Kuala
Lempuing
- Perlengkapan: LCD,
laptop, leaflet dan
absensi
- Undangan
- Tepat waktu
2. Moderator
- Salam
- Menjelaskan tujuan
- Kontrak waktu
3. Penyaji
- Sistematis
- Cara penyampaian
- Atraktif
- Tanggap situasi
4. Fasilitator
- Penjelasan mudah
dipahami
- Memotivasi peserta
dalam bertanya dan
menjawab
- Menjadi contoh dalam
kegiatan
5. Peserta
-Antusiasme
-Pemahaman materi
Lembar observer 2
PROSEDUR KET
1. Input
1. DVD
2. DVD senam Prolanis
3. Speaker (pengeras suara)
2. Proses
1. Dokumentasi
ABSENSI KEHADIRAN
PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DAN SENAM PROLANIS
DI RT 08 KELURAHAN SAWAH LEBAR BARU
TAHUN 2020
MAHASISWA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
DOSEN
NO. NAMA PARAF KETERANGAN
1.
2.
BAB IV
LAPORAN HASIL PENYULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DAN
SENAM PROLANIS DI RT 08 KELURAHAN SAWAH LEBAR BARU
KOTA BENGKULU
A. Tahap persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah pembuatan preplanning
penyuluhan Hipertensi pada lansia dan senam prolanis yang kemudian
dikonsultasikan dengan pembimbing, persiapan media penyajian
(powerpoint, lembar balik dan leaflet), tempat dan alat-alat lainnya
disiapkan oleh anggota kelompok sesuai dengan tugas masing-masing.
Pemberitahuan penyuluhan dilakukan satu hari sebelum kegiatan
dilaksanakan yaitu pada hari Rabu, 14 Oktober 2020 di RT 08 Kelurahan
Sawah Lebar Baru Kota Bengkulu.
B. Tahap Pelaksaaan
1. Pelaksanaan kegiatan:
a. Hari/Tanggal : Kamis, 15 Oktober 2020
b. Waktu : 10.00 WIB
c. Tempat : Di Kediaman Bapak Asran
d. Jumlah peserta: 7 orang lansia
2. Struktur Kepanitiaan:
a. Penanggung jawab acara : Raden Hafidh Adam Fernanda
b. Moderator : Tria Pratiwi
c. Penyaji : Nathasa Nur Rahmah
d. Notulen : Nova Hijjah Suryani
e. Observer : Ruth Kristiani Dolok Saribu
f. Fasilitator : 1. Widya Oktari
2. Gita Novera
3. Dahlia Habibah
4. Wisty Agustina
5. Okta Fitri Yani
6. Feni Melani
7. Winda Aprillia
g. Dokumentasi :
1. Al adrian Dwi Amandha
2. Fiska
h. Konsumsi :
1. Okta Fitri Yani
2. Wisty Agustina
i. Perlengkapan :
1. Fiska
2. Al adrian dwi
3. Raden hafidh adam Fernanda
3. Rangkaian Kegiatan
a. Pembukaan
Acara penyuluhan dimulai pada pukul 10.00 wib dan dipandu
oleh moderator.
b. Acara Inti
Kegiatan penyuluhan dimulai dengan menggali pengetahuan yang
dimiliki oleh lansia yang mengikuti penyuluhan di RT 08
Kelurahan Sawah LebarBaru tentang Hipertensi. Setelah menggali
pengetahuan sebelumnya, penyaji memberikan penyuluhan tentang
Hipertensi. Setelah diberikan materi tentang hal terkait, penyaji
memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta kegiatan
penyuluhan, setelah penyajian materi kemudian dilanjutkan dengan
mendemonstrasikan sekaligus mempraktekkan senam prolanis
yang berfungsi untuk memperlacar sistem peredaran darah dalam
tubuh bersama-sama dengan lanisa peserta kegiatan penyuluhan.
Setelah itu penyaji mengevaluasi materi yang sudah disampaikan
pada lansia, kemudian penyaji memberikan kesempatan pada lansia
untuk bertanya apabila ada yang kurang dimengerti.
c. Penutup
Kegiatan penyuluhan ditutup oleh moderator setelah sesi tanya
jawab selesai dilakukan.
C. Evaluasi
1. Struktur
a. Undangan secara lisan satu hari sebelum dilaksanakan acara dan
diingatkan kembali saat 1 jam sebelum acara dimulai.
b. Tempat dan alat yang disediakan panitia sudah sesuai dengan
yang direncanakan. Tempat pelaksanaan kegiatan bertempat di
halaman rumah Bapak Asran bertempatan di RT 08 dengan
keadaan pencahayaan baik, bersih dan sudah diatur tempat duduk
untuk lansia dan penyaji serta tempat panitia duduk selama acara
berlangsung, LCD, wireless, kursi dan meja disiapkan oleh
mahasiswa.
c. Peran dari mahasiswa sesuai dengan perencanaan sebagian besar
telah berjalan dengan baik, pembawa acara dapat membuka dan
membawa jalannya acara dengan baik, mampu membuat warga
ikut berpartisipasi dengan baik dan sesuai dengan susunan acara,
moderator dapat memimpin jalannya acara. Fasilitator sudah aktif
mengajak warga untuk mengikuti jalannya penyuluhan dengan
aktif. Merangsang warga untuk mengusulkan kegiatan yang dapat
dilaksanakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada RT 08
kelurahan Sawah Lebar Baru kota Bengkulu. Dokumentasi sudah
mengumpulkan hasil dokumentasi acara dengan baik,
perlengkapan sudah disiapkan, tidak ada perlengkapan yang
kurang, konsumsi sudah disiapkan dan diberikan pada lansia saat
jalannya penyuluhan sudah berlangsung.
2. Proses
a. Dari 10 warga yang diundang di lokasi POSBINDU sebanyak 8
orang warga yang hadir
b. Pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan waktu yang
direncakanan pukul 10.00 WIB, kemudian waktu penyuluhan
dimulai pukul 10.05 WIB sampai pukul 10.40 WIB
c. Para undangan yang hadir 7 lansia dapat mengikuti kegiatan
sampai akhir dan 1 lansia yang meninggalkan lokasi POSBINDU
sebelum waktu yang di tentukan
d. Lansia berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
3. Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan 70% peserta mampu:
a. Pengertian Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
b. Penyebab Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
c. Tanda gejala Hipertensi pada lansia dan senam prolanis.
d. Lansia mampu menjelaskan kembali 4 dari 5 penyebab terjadinya
hipertensi
e. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 5 tanda gejala
hipertensi
f. Lansia mampu menjelaskan kembali 3 dari 4 pencegahan terjadinya
hipertensi
D. Faktor Pendukung
Adanya keantusiasan lansia RT 08 Kelurahan Sawah Lebar Baru untuk
mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi yang dilaksanakan
pada hari Kamis, 15 Oktober 2020 pukul 10.00 wib di Rumah Bapak
Asran salah satu warga RT 08 Kelurahan Sawah Lebar Baru. Hal ini
ditunjukkan dengan ketepatan waktu acara dimulai karena peserta kegiatan
acara penyuluhan telah berada ditempat kegiatan bahkan sebelum acara
dimulai.
E. Hambatan
Tempat pelaksanaan POSBINDU kurang luas sedangkan peserta lansia
dan fasilitator yang hadir melebihi space yang disediakan oleh
mahasiswa sehingga saat dilaksanakan kegiatan senam prolanis lansia
sedikit kesulitan bergerak.
Lampiran 1
HIPERTENSI
Leaflet
Lampiran 3
Lembar Observasi
PENYULUHAN PRAKTIK
PROFESI PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU
Memberi salam
Lembar Observer 3
Kesimpulan posbindu :
Kesimpulan penyuluhan :
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR SENAM PROLANIS
PROSEDUR KET
1. Input
1. DVD
2. DVD senam Prolanis
3. Speaker (pengeras suara)
2. Proses
2. Dokumentasi
DISKUSI TANYA JAWAB
1. Ibu H mengeluh kaki terasa nyeri saat dilipat sudah 1 tahun yang lalu,
pembatasan aktifitas karenya nyeri. Apa penatalaksanaan mandiri yang
harus di lakukan untuk pengurangan nyeri?
2. Ibu S mengeluh penglihatan kabur, pusing dan berputar-putar. Apa
penatalaksanaan mandiri yang harus di lakukan ?
3. Ibu Y mengeluh kadar gula darah 280 mg/dL. Jantung berdebar-debar.
Dianjurkan minum air pare selama 1 bulan. Setelah minum air pare kadar
gula darah 140 mg/dL.
PENJELASAN :
1. Mengatur pola makan sehat untuk pengurangan makanan berbahan
santan, dan bahan makanan yang dapat memicu terjadinya rematik dan
asam urat. Mengurangi BB berlebih untuk mengurangi beban kerja pada
sendi yang memicu minculnya nyeri.
Penatalaksanaan keperawatan: Mengkonsumsi bahan herbal yang bersifat
panas seperti serai, jahe, bunga melati, bunga mawar untuk menetralkan
emosi karena bahan jahe membuat tubuh panas dan bisa mempengaruhi
emosional.
2. Pengaruh sistem saraf, pengaruh dari TD pada lansia yang cenderung
meningkat karena beban kerja jantung, ada juga yang melemah. Banyak
makanan yang tinggi protein, serat.
3. Penyakit DM di picu oleh pola makan, usia, stress serta keturunan.
ABSENSI KEHADIRAN
PENYULUHAN DIABETES PADA LANSIA DAN SENAM PROLANIS
DI RT 08 KELURAHAN SAWAH LEBAR BARU
KAMIS, 15 OKTOBER 2020
MAHASISWA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Dokumentasi
BAB V
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi tubuh.Hipertensi sering dihubungkan dengan pengerasan dan
hilangnya elastisitas dinding arteri. Tahanan vaskular perifer meningkat
dalam pembuluh darah yang keras dan tidak elastis.Hal ini bisa
dipengaruhi oleh faktor umur. Pada lanjut usia terjadi perubahan struktur
dan fungsi pembuluh darah, yaitu sifat elastisitas pembuluh darah menjadi
berkurang dan terjadinya kekakuan pada dinding pembuluh darah arteri,
sehingga pengembangan pembuluh darah menjadi terganggu
(Potter&Perry, 2005).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan berbeda. (Elizabeth J. Corwin,2009).
Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik≥ 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada klien tiga
kejadian terpisah (Wajan,2011)
3. Klasifikasi hipertensi
a. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer
Hipertensi esensial atau hipertensi primer merupakan hipertensi
yang penyebabnya tidak jelas.Namun, sebagian besar disebabkan oleh
ketidaknormalan tertentu pada arteri. Kelainan hemodinamik utama
pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer (kekakuan
atau kekurangan elastisitas) pada arteri-arteri yang kecil yang paling
jauh dari jantung. Penyebabnya adalah multifaktor, diantaranya yaitu
faktor genetik dan lingkungan.Faktor genetik mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, stres, dan reaktifitas pembuluh darah terhadap
vasokonstriksi. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan adalah
pola diet, kebiasaan merokok, emosi, obesitas, dan penerapan pola
hidup yang kurang baik.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.
Penyebab yang dimaksud diantaranya yaitu penyakit ginjal, kelainan
hormonal, adanya tumor kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon
epinefrin dan norepinefrin.
Menurut The seventh Report of the Joint National Commite on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII), klasifikasi
hipertensi dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,
hipertensi derajat I dan derajat II.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi berdasarkan JNC VII
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomtor ini bermula dari syaraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di torak dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui simtem syaraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut syaraf pasca ganglion ke pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstiktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepineprin,
meskipun tidak deketahui secara jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi, medulla adrenal
mensekresi kortisol dan asteroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor yang kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosrteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (brunner & suddart, 2002).
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan
peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan
meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan
penambahan intravaskuler yang sedikit menunjukkan kekakuan pembuluh
darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai
dengan penurunan kelenturan pembuluh darah arteri besar resistensi
perifer yang tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa
ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan output jantung disertai
kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan tekanan diastolik.
Perubahan aktivitas sistem saraf simpatis dengan bertambahnya
nerophinephrine menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem
reseptor beta adrenergik sehingga berakibat pada penurunan fungsi
relaksasi otot pembuluh darah. Lanjut usia mengalami kerusakan
struktural dan fungsional pada arteri besar yang membawa darah dari
jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan
tingginya tekanan darah ( Adi, 2014).
5. Tanda dan Gejala
Menurut Udjianti (2010) tanda dan gejala hipertensi yang sering terjadi
adalah:
a. Sakit kepala (rasa berat di tengkuk)
b. Kelelahan
c. Keringat berlebihan
d. Tremor otot
e. Mual dan muntah
6. Komplikasi hipertensi
Menurut Sutrani (2010), hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung
dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kali dibandingkan
dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.Selain itu hipertensi juga
menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan
kebutaan. Penelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa hipertensi dapat
mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi
kognitif dan intelektual. Efek jangka panjang yang paling parah berupa
kematian mendadak.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di
akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan adanya DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
8. Penatalaksanaan
a. Tatalaksana farmakologi
Terapi farmakologi dimulai pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak
mengalami penurunan setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat dan
pada pasien hipertensi serajat >2. Salah satu prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan
minimalisasi efek samping adalah dengan melaukan pemantauan efek
samping obat secara teratur (PERKI 2015).
b. Tatalaksana Non Farmakologi
Terapi non farmakologi harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya
(Yogiantoro 2009). Terapi non farmakologi dapar dilakukan dengan
menjalani pola hidup sehat diantaranya dengan:
1) Menurunkan berat badan dilakukan dengan mengganti makanan
tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayur dan buah (PERKI
2015).
2) Mengurangi asupan garam dengan menghindari makanan capat saji,
makanan kaleng, daging olahan an sebagainya. Dianjurkan garam
tidak lebih 2 gram perhari (PERKI 2015).
3) Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit
perhari minimal 3 hari perminggu dapat membantu menurunkan
tekanan darah. Bila pasien tidak dapat melakukan olahraga khusus,
dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau meniki
tangga (PERKI 2015)
4) Merokok merupakan salah satu faktor resiko penyakit
kardiovaskuler, pasien hipertensi dianjurkan unutk berhenti
merokok. Penting juga untuk beristirahat cukup 6-8 jam perhari
(PERKI 2015).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status
Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit kepala terutama pada bagian tengkuk
dan mata berkunang-kunang.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh sakit kepala terutama pada bagian tengkuk,
mata berkunang-kunang, susah tidur serta pemeriksaan fisik di
peroleh tekanan darah lebih dari normal.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji lamanya menderita hipertensi dan penyakit penyerta yang dapat
menyebabkan hipertensi
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji Riwayat garis keluarga tentang hipertensi dan penggunaan obat
yang memicu hipertensi.
d. Aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas/istirahat
Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
2) Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik dan Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan
yang berkaitan dengan pekerjaan).
3) Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.,
mual, muntah dan perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat
atau menurun).
4) Nyeri atau ketidak nyamanan:
Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung, nyeri hilang
timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah
terjadi sebelumnya dan nyeri abdomen.
e. Pengkajian Persistem :
1) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
Episode palpitasi,perspirasi.
2) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3) Neurosensori
Keluhan pusing.
Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4) Pernapasan
Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok
f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual Klien
1) Pengkajian Fungsional
Kaji kemampuan klien dengan menggunakan KATZ index.
2) Pengkajian tingkat kemandirian
Barthel Indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Skor Keterangan
Bantuan
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
6 Mandi 5 15
9 Mengenakan pakaian 5 10
Rekreasi/ pemanfaatan
13 5 10
waktu luang
Total Skor
Keterangan :
A : 130 = mandiri
C : 60 = ketergantungan total
Score total :
Interpretasi Hasil :
- Negara :
2 Orientasi 5 - Provinsi :
- Kota :
- PKM :
- Alamat :
- Objek Kertas
- Objek Pulpen
- Objek Jam
- 93
- 86
- 79
- 72
- 65
TOTAL NILAI :
Interpretasi Hasil :
Kriteria Nilai
Interpretasi hasil :
0-5 : resiko jatuh rendah
6-10 : resiko jatuh sedang
11-15 : resiko jatuh tinggi
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda ?
6
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk
akan menimpa anda ?
Ket : Ya = 1 , Tidak =0
Kesimpulan : 5 - 9 : Suspek Depresi
>10 : Depresi
7) Pengkajian Sosial
A Adaptation 2 : Selalu
Penilaian :
No Pertanyaan Ya Tidak
NO PERTANYAAN Ya Tidak
- Kruk/tongkat/walker 15
Ya 20
- Normal/bad
rest/immobIle(tidak dapat
bergerak sendiri)
6 Status normal 0 0
- Lansia mengalami 15
keterbatasan daya ingat
Total Nilai
Keterangan:
Hasil :
Skore lebih dari 5 : berisiko jatuh
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (peningkatan
tekanan vaskuler serebral pada region sub oksipital)
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardia.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Nyeri akut Setelah di berikan intervensi NIC:Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama x24 jam, Mandiri :
dengan Agen diharapkan pasien mampu - Mempertahankan tirah baring selama - Meminimalkan stimulasi/
pencedera menunnjukkan: fase akut. meningkatkan relaksasi
fisiologis NOC: Tingkat Nyeri - Berikan tindakan nonfarmakologi - Tindakan yang menurunkan tekanan
(peningkatan - Dipertahankan pada: untuk menghilangkan sakit kepala, vaskuler serebral dan yang
tekanan vascular - Ditingkatkan pada: mis : kompres dingin pada dahi, pijat memperlambat/memblok respons
Cerebral) 1= Berat punggung dan leher, tenang, redupkan simpatis efektif dalam menghilangkan
2= Cukup Berat lampu kamar. sakit kepala dan komplikasinya.
3= Sedang - Minimalkan aktivitas vasokonstriksi - Aktivitas yang meningkatkan
4= Ringan yang dapat meningkatkan sakit kepala, vasokonstriksi menyebabkan sakit
5= Tidak Ada mis : mengejan saat bab, batuk panjang, kepala karena adanya peningkatan
Dengan Kriteria hasil: membungkuk. tekanan vaskular serebral
- Nyeri berkurang - Bantu pasien dalam ambulasi sesuai - Pusing dan penglihatan kabur sering
- Panjangnya episode nyeri kebutuhan. berhubungan dengan sakit kepala.
berkurang Kolaborasi:
- Dapat mengenali kapan nyeri - Berikan obat sesuai indikasi Analgesik - Menurukan/mengontrol nyeri dan
terjadi menurunkan rangsang sistem saraf
- Ttv dalam batas normal - Antiansietas,mis lorazepam, diazepam simpatis.
- Tidak mengalami gangguan tidur - Dapat mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan yang diperberat oleh
stres.
Penurunan Setelah di berikan intervensi NIC: Perawatan Jantung : Akut
curah jantung keperawatan selama x24 jam, Mandiri :
berhubungan diharapkan pasien mampu - Pantau tekanan darah, ukur pada kedua - Perbandingan dari tekanan
dengan menunnjukkan: tangan untuk evaluasi awal. memberikan gambaran yang lebih
peningkatan NOC: Keefektivan pompa jantung lengkat tentang penyakit vaskuler.
afterload - Dipertahankan pada: - Catat keberadaan, kualitas denyutan - Denyutan karotis,jugularis, radialis,
- Ditingkatkan pada: sentral dan perifer. dan femoralis mungkin teramati/
1= Berat terpalpasi. Denyut pada tungkai
2= Cukup Berat mungkin menurun, mencerminkan
3= Sedang efek dari vasokontriksi dan kongesti
4= Ringan vena.
5= Tidak Ada - Amati warna kulit, kelembaban,suhu, - Adanya pucat, dingin kulit lembab
Dengan Kriteria hasil: masa pengisian kapiler. dan masa pengisian kapiler lambat
- Distensi vena leher mungkin berkaitan dengan
- Disritmia vasokontriksi atau mencerminkan
- Suara jantung abnormal dekompensasi/penurunan curah
- Angina jantung.
- Edema perifer - Berikan lingkungan tenang, nyaman, - Membantu untuk menurunkan
- Edema paru kurangi aktivitas/keributan lingkungan. rangsang simpatis, meningkatkan
- Mual relaksasi.
- Kelelahan - Anjurkan teknik relaksasi - Dapat menurukan rangsangan yang
- Dyspnea pada saat istirahat menimbulkan stres, membuat efek
- Peningkatan berat badan tenang, sehingga dapat menurukan
- Pucat Kolaborasi tekanan darah
- Asites - Pantau renspons terhadap obat untuk - Respons terhadap terapi obat
- Sianosis mengontrol tekanan darah tergantung pada individu dan efek
- Wajah kemerahan sinergis obat.
Intoleransi Setelah di berikan intervensi NIC: Manajemen Energi
aktivitas keperawatan selama x24 jam, Mandiri :
berhubungan diharapkan pasien mampu - Identifikasi makna attivitas rutin - mempermudah menyusun kegiatan
dengan menunnjukkan: yang dapat dilakukan
kelemahan NOC: Toleransi Aktivitas - Kaji respons pasien terhadap aktivitas, - Menyebutkan parameter membantu
- Dipertahankan pada: perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 dalam mengkaji respons fisiologis
- Ditingkatkan pada: kali permenit di atas frekuensi istirahat, terhadap stres aktivitas
1= Meningkat kaji dispnea, nyeri dada, keletihan dan
2= Cukup Meningkat kelemahan yang berlebihan.
3= Sedang - Instruksikan pasien tentang teknik - Teknik menghemat energi
4= Cukup Menurun penghematan energi, mis menggunakan mengurangi penggunaan energi. Juga
5= Menurun kursi saat mandi, duduk saat menyisir membantu keseimbangan antara
Dengan Kriteria hasil: rambut atau menyikat gigi, melakukan suplai dan kebutuhan oksigen.
- Keluhan lelah aktivitas dengan perlahan.
- Dyspnea saat aktivitas - Berikan dorongan untuk melakukan - Kemajuan aktivitas bertahap
- Perasaan lemah aktivitas/perawatan diri bertahap jika mencegah peningkatan kerja jantung
- Aritmia saat aktivitas dapat ditoleransi. tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya
- Aritmia setelah aktivitas sebatas kebutuhan mendorong
- Sianosis kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
- Berikan bantuan sesuai kebutuhan. - Berbagai tingkat bantuan mungkin
perlu direnacanakan yang di dasarkan
atas kebutuhan yang bersifat
individual.
- anjurkan tirah baring - Mencegah komplikasi yang lebih
parah
- monitor respon fisik, emosi, sosial dan - Respon ini yang mempengaruhi
spritual dalam melakukan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media.
Baradero, Marry. 2005. Seri asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskuler.
Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta : Media Aesculapius.
Jurnal
No. Peneliti Analisa
1. Meriem Evidence : Pengaruh Senam Prolanis
Meisyaroh a. P (Populasi) : Terhadap Penurunan
Syamson, Nur 10 Responden Tekanan Darah Pada
Fitri, Hasrul b. I (intervensi) : Penderita Hipertensi
(2020). Senam Prolanis
c. C (Intervensi pembanding) : Holistik Jurnal Kesehatan,
Tidak ada intervensi pembanding Vol. 14, No. 1, Maret 2020
d. O (outcomes) :
Penurunan tekanan darah
Hasil Penelitian :
Kegiatan senam ini menimbulkan efek
bloker yang dapat memenangkan
sistem saraf simpatikus, dimana bila
terjadi penurunan aktivitas simpatik
pada pembuluh darah perifer dapat
menjadi penunjang penurunan tekanan
darah. Dengan dilakukan kegiatan
senam prolanis maka respon fisiologi
akan meningkatkan aliran darah
keseluruh tubuh dan merelaksasikan
tubuh sehingga otot-otot tubuh
menjadi rileks dan meningkatkan
kualitas kesehatan pada penderita
hipertensi. Semakin sering melakukan
aktivitas fisik maka kekuatan otot,
tulang akan semakin membaik dan
membuat aliran darah didalam tubuh
penderita hipertensi pada lansia
semakin lancar. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dari 10
responden didapatkan nilai rerata skor
tekanan darah sebelum dilakukan
intervensi sebesar 1,90, standar deviasi
0,568, dengan nilai maximum 3 dan
minimum 2. Sedangkan nilai rerata
skor tekanan darah setelah dilakukan
intervensi sebesar 1,20, standar deviasi
422, dengan nilai maximum 2 dan
minimum 1.
2. Kusumawati, Evidence : Hidroterapi Air Hangat
Meilirianta, a. P (Populasi) : Terhadap Penurunan
Rustandi B 35 Responden Tekanan Darah pada
(2018) b. I (intervensi) : Lansia Penderita Hipertensi
Hidroterapi Air Hangat di Panti Sosial Tresna
c. (Intervensi pembanding) : Werdha Senjarawi Bandung
Hanya diberikan Hidroterapi Air
Hangat Jurnal Keperawatan
d. O (outcomes) : ‘Aisyiyah (JKA)
Penurunan tekanan darah pada Volume 5, Nomor 1, Juni
lansia 2018
Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian ini
didapatkan ada pengaruh hidroterapi
air hangat terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi
dengan nilai signifikansi p=0,000
(p<0,05). Hal ini disebabkan karena
saat dilakukan hidroterapi air
hangat dapat mengakibatkan
pelebaran pembuluh darah dan
ini dapat mempengaruhi tekanan
arteri oleh Baroreseptor pada sinus
kortikus dan arkus aorta kemudian
dapat merangsang sistem saraf
parasimpatis yang mengakibatkan
penurunan output jantung (meliputi
isi sekuncup dan denyut jantung)
dan vasodilatasi pembuluh darah.
(Roni, Setiawan, Fatimah, 2009).
Ketika pembuluh darah melebar, maka
ventrikel dengan mudahnya
mendorong darah ke seluruh tubuh
dan masuk kejantung kemudian
dapat menurunkan tekanan
sistolik. Pada saat ventrikel
berelaksasi, tekanan di dalam
ventrikel menjadi turun, sehingga
dapat menyebabkan aliran darah
menjadi lancar dan dapat
menurunkan tekanan diastolik.
Hasil Penelitian:
Stimulus musik akan diteruskan ke
nukleus kokhlearis di batang otak.
Selanjutnya impuls akan diteruskan ke
thalamus dan korteks auditorik yang
berada di lobus temporalis. Hasil
penelitian menggunakan functional
neuroimaging menunjukkan bahwa
musik dapat memodulasi amigdala,
hipotalamus dan hipokampus.
Amigdala merupakan komponen
utama sistem limbik yang berperan
dalam mengatur emosi dan perilaku.
Hipotalamus selanjutnya akan
meneruskan stimulus tersebut ke
substansia retikularis sebagai penyalur
impuls menuju serat otonom, yaitu
saraf simpatis dan parasimpatis yang
kemudian akan mempengaruhi sistem
kardiovaskuler. Hipotalamus yang
terstimulasi akan merangsang
pengeluaran gelombang otak pada
bagian frontal dan parietal korteks
serebri. Gelombang yang dihasilkan
dari stimulasi musik tempo lambat
(relaxing music) adalah gelombang
alfa. Gelombang alfa ini
menggambarkan tubuh dalam keadaan
rileks.
Setelah mendengarkan musik tempo
lambat yang disukai, median tekanan
darah sistolik dan diastolik menurun
dari 145 mmHg dan 85 mmHg
menjadi 135 mmHg dan 80 mmHg,
sedangkan setelah mendengarkan
musik tempo lambat yang tidak
disukai median tekanan darah sistolik
dan diastolik menurun dari 145 mmHg
dan 85 mmHg menjadi 140 mmHg
dan 84 mmHg. Hasil uji t
menunjukkan terdapat perbedaan
penurunan tekanan darah setelah
mendengarkan musik instrumental
tempo lambat yang disukai dan yang
tidak disukai (p=0,00). Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh
pemberian terapi musi instrumental
tempo lambat yang disukai dan yang
tidak disukai terhadap tekanan darah
pasien hipertensi.