PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang sehat
dan sejahtera.
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).
Posbindu lansia adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan
bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak dini (Effendy, 2001).
B. TUJUAN POSBINDU
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata
kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia
lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat
termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan tugas pokok
Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi
usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta melakukan
upaya rujukan bagi yang membutuhkan (Depkes, 2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :
1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup
sehat.
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia
dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia
dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
(Effendy, 1998).
Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti
program kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap,
persepsi, perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap
situasi atau rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan
kesehatan. Secara umum perilaku kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap
sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku
terhadap program kesehatan.
Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan
adalah sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya,
etnik, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi
terhadap sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo,
2003).
Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu )
Posyandu merupakan jenis UKM yang paling memasyarakatkan dewasa ini.
Posyandu yang meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, Imunisasi dan
penanggulangan Diare. Terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan
angka kematian bayi. sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan
kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksikan
permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah.permasalahan gizi buruk anak
balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan lainnya menyangkut
kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindari jika posyandu kembali diprogramkan
secara menyeluruh .
C. PEMBENTUKAN POSBINDU
Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam
pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing-
masing daerah, misalnya mengambangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti
kelompok pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain.
Pembentukan Posbindu dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD).
Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum
dilaksanakan dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan
Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey mawas diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian kegiatan
D. KOMPONEN
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan
berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu:
adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota dan
kader serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin
penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai
hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota Posbindu itu
sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya pembagian
tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya. Struktur
organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa
seksi dan kader.
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu
diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam penentuan
jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota
Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok,
volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran
atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang tidak
mengikat.
E. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan
pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau
ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam
Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi
kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat
diberikan kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui kegiatan
dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan
yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut yang
tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (public health
nursing).
11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu makanan
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan
bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk
meningkatkan kebugaran
F. SARANA DAN PRASARANA
Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut
G. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di
kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem 5
tahapan/5 meja sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
status mental
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)
5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling
H. REKRUTMEN DAN PELATIHAN KADER POSBINDU
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau dapat
saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. Adapun
persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat;
2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela;
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin;
4. Sabar dan memahamil usia lanjut.
I. MEKANISME PELAKSANAAN
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah di tingkat
RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang rekrutmen kader Posbindu
sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai pada waktu yang ditetapkan masih
sedikit, maka panitia bersama pengurus RW melakukan musyawarah kembali untuk
menentukan kader Posbindu berdasarkan pertimbangan tokoh masyarakat setempat.
Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan
penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi pelatihan meliputi:
1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2. Surveilans hipertensi (survey mawas diri)
3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5. Pencegahan hipertensi
6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler
J. KEGIATAN POSBINDU
Kegiatan posyandu lebih di kenal dengan sistem lima meja yang, meliputi :
1. Meja 1 : Pendaftaran
2. Meja 2 : Penimbangan
3. Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat
4. Meja 4 : Penyuluhan Kesehatan pembarian oralit Vitamin A dan tablet besi
5. Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan, serta pelayanan keluarga berencana.
Untuk meja 1 sampai 4 dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Sejak
dicanangkan pada tahun 1984, penumbuhan jumlah posyandu sebagai berikut :
NO TAHUN JUMLAH
1. 1990 244.382
2. 1991 251.815
3. 1992 242.255
4. 1993 233.061
5. 2003 245.154
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia.
B. SARAN
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga
kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme
dalam wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang
memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.
H. Faktor – faktor Permasalahan pada Posbindu Lansia
1. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan manfaat dari posbindu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posbindu lansia jauh atau sulit dijangkau. Jarak posbindu yang
dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posbindu tanpa harus mengalami kelelahan
atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan
dalam menjangkau lokasi posbindu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang
ke posbindu lansia. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posbindu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator
kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia
ke posbindu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posbindu, dan berusaha membantu
Keluarga, bagi lansia merupakan sumber kepuasan. Data yang diambil oleh Henniwati
(2008) terhadap lansia berusia 50, 60 dan 70 tahun di Kelurahan Jambangan, menyatakan
mereka ingin tinggal ditengah-tengah keluarga. Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha.
Para lansia merasa bahwa kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai orang tua dan juga
sebagai kakek dan nenek, akan tetapi keluarga juga dapat menjadi frustasi bagi lansia. Hal ini
terjadi jika ada hambatan komunikasi antara lansia dengan anak atau cucu, dimana perbedaan
Ada juga lansia yang mempunyai kemandirian yang tinggi untuk hidup sendiri karena
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posbindu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik
terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti
kegiatan posbindu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau
mengikuti kegiatan yang diadakan di posbindu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap
seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan
Petugas kesehatan harus mampu berkomunikasi dengan efektif, baik dengan individu atau
kelompok maupun masyarakat, petugas kesehatan juga harus dapat membina kerjasama
dengan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan posbindu, serta untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan lansia pada hari buka posbindu yaitu penimbangan,
pengukuran tekanan darah, pencatatan/ pengisian KMS, penyuluhan dan pelayanan kesehatan
sesuai kewenangannya dan pemberian PMT, serta dapat melakukan rujukan jika diperlukan
Untuk meningkatkan citra petugas kesehatan, maka harus dipehatikan dalam hal sebagai
berikut:
a) Meningkatkan kualitas diri sebagai seorang yang dianggap masyarakat, yang dapat memberi
b) Melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai dalam pelayanan di Posbindu.
c) Membuat kesan pertama yang baik dan memperhatikan citra yang positif.
d) Menetapkan dan memutuskan perhatian secara cermat pada kebutuhan masyarakat.
e) Menampilkan diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu sendiri.