MEMUTUS RANTAI INFEKSI MELALUI FUNGSI PENGORGANISASIAN KEPALA
RUANG RAWAT Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien dan dapat menjadi media transmisi infeksi baik bagi perawat maupun pasien (Bartley & Russell, 2003; Kagan, Ovadia & Kaneti, 2009). Perawat mencegah terjadinya infeksi dengan cara memutuskan rantai penularan infeksi (Craven & Hirnle, 2007). Kegiatan ini berkaitan dengan perilaku perawat. Perilaku perawat dalam melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat dibentuk dengan aktivitas dalam menampilkan peran dan fungsi kepala ruang sebagai pemimpin. Kepemim-pinan kepala ruang dapat memengaruhi peri-laku bawahannya (Robbins, 2003; Sellgren, Ekval, & Tomson, 2006). Manajemen kepala ruang sangat penting dalam menunjang program pencegahan dan pengen-dalian infeksi di rumah sakit. Salah satu fungsi manajemen adalah pengorganisasian, dimana kepala ruang hendaknya mengembangkan organisasi keperawatan secara objektif sehingga memudahkan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Penelitian deskriptif korelatif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh karakteristik, peran kepemimpinan, dan fungsi manajemen kepala ruang terhadap perilaku perawat dalam memutus rantai infeksi. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian yang Pengambilan sampel dengan menggunakan systematic random sampling. Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner dan lembar observasi yang dikembangkan peneliti berdasarkan pedoman pencegahan infeksi di rumah sakit (Kemenkes RI, 2011). Dari penelitian yang telah dilakukan di dapatkan hasil Perilaku perawat berdasarkan kuesioner mayo- ritas baik namun berdasarkan observasi mayoritas perawat berperilaku kurang baik dalam memutus rantai infeksi. Peran interpersonal, peran pengambilan keputusan, dan fungsi pengorganisasian merupakan variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan peri-laku perawat (berdasarkan kuesioner) dalam memutus rantai infeksi. Pelatihan merupakan variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku perawat (berdasarkan observasi) dalam memutus rantai infeksi. Faktor yang paling dominan memengaruhi perilaku perawat (berdasarkan kuesioner) dalam memutus rantai infeksi adalah fungsi pengorganisasian. http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/465 HUBUNGAN FUNGSI PENGORGANISASIAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SAMARINDA Banyaknya tuntutan masyarakat dengan pelayanan keperawatan serta munculnya persaingan pada banyak instansi.Hal ini mendesak perawat harus bisa bersaing dalam memberikan jasa pelayanan yang berkualitas khususnya pelayanan keperawatan di rawat inap.Masyarakat selaku konsumen atau klien dirumah sakit akan merasakan pelayanan keperawatan yang memuaskan, jika pelayanannya berkualitas (Asmuji, 2013). Kinerja merupakan tindakan yang diperbuat oleh kelompok atau perorangan dalam suatu organisasi yang dilaksanakan dengan tanggung jawab masing – masing untuk memperoleh tujuan dan harus tidak melanggar hukum serta sesuai dengan moral maupun etika (Usman, 2011). Fungsi manajemen memudahkan pekerjaan perawat.Manajemen keperawatan memiliki fungsi dalam merencanakan, mengorganisasi, dan menilai saran dan prasarana.Hal ini agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Winarti, 2012). Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara fungsi pengorganisasian kepala ruangan dengan kinerja perawatdalam memberikan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Samarinda. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 72 responden dan teknik pengambilan sampel pada menggunakan propotinal Stratified Random sampling. Sampel penelitian ini ialah perawat yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini ialah perawat pelaksana di ruang Makaham, ruang Mumus dan ruang Asam, kepala ruang di ruang Makaham, ruang Mumus dan ruang Asam, bersedia menjadi responden dan menandatangani persetujuan. Kriteria ekslusi yaitu responden yang tidak ditempat saat dilaksanakan penelitian responden yang sedang cuti atau tidak sedang ditempat. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 61 responden dengan metode pengambilan sampel propotinal Stratified Random sampling. Instrument pada penelitian ini adalah dengan wawancara menggunakan kuesioner yang terstruktur dan diperjelas berdasarkan kisi-kisi dari teori fungsi pengorganisasian dan kinerja perawat pelaksana,dan kuesioner tentang karakteristik responden serta ketersediaan menjadi subjek penelitian untuk mengetahui identitas diri responden secara lengkap. Uji statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Samarinda, Kesimpulan yang didapat dari tujuan penelitian ini diantaranya Hasil penelitian berdasarkan Karakteristik 61 responden di RSUD Samarinda. Terdapat 40 orang (65.6%) yang berusia 26-35 tahun . Jenis kelamin perempuan sebanyak 47 orang (77,0%). Masa kerja dari 61 responden terdapat 24 orang (39,3%) masa kerja <5 tahun, 24 orang (39.3%). Pendidikan terdapat 51 orang (83,6%) yang berpendidikan D III Keperawatan. Hasil penelitian Fungsi pengorganisasian kepala ruang yang didapat berdasarkan 61 responden terdapat 32 orang (52.5%) yang memiliki tingkat fungsi pengorganisasian baik. Hasil penelitian dari kinerja perawat didapatkan berkinerja baik yaitu baik yaitu sebanyak 37 orang (60.7%). Hasil penelitian ini yaitu terhadap hubungan fungsi pengorganisasian kepala ruangan dengan kinerja perawat (p=0,008, α=0,05). Hasil penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara fungsi pengorganisasian kepala ruangan dengan kinerja perawat di RSUD Samarinda . https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/download/888/557 HUBUNGAN FUNGSI PENGORGANISASIAN KEPALA RUANGAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan di atur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan definisi tersebut, fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personil, finansial, material dan tatacara untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama (Muninjaya, 2004). Salah satu fungsi manajerial yang berpengaruh langsung pada kepuasan adalah pengorganisasian. Melalui fungsi ini, manajer keperawatan akan mengatur seluruh perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan yang disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan masing-masing sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara maksimal. Aspek yang di kemukakan pada pengorganisasian ini adalah struktur organisasi, pengelompokkan kegiatan, koordinasi kegiatan, evaluasi kegiatan serta kelompok kerja. Keberhasilan fungsi manajerial tidak terlepas dari faktor menjaga kualitas hubungan pimpinan dengan stafnya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf (Nursalam, 2008). Perilaku dan kemampuan pemimpin merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Gruenberg (1980 dalam Mangkunegara, 2004) menyebutkan bahwa hubungan yang akrab dan saling tolongmenolong dengan teman sekerja serta penyelia (pemimpin) adalah sangat penting dan memiliki hubungan kuat dengan kepuasan kerja dan tidak ada kaitannya dengan keadaan tempat kerja serta jenis pekerjaan. Disinilah peran kepemimpinan kepala ruangan sangat penting sebagai pemimpin yang mengatur perawat dalam memberikan pelayanan langsung pada pasien, terutama dalam menerapkan fungsi pengorganisasian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fungsi organisasi kepala perawat dengan kepuasan praktisi perawat di bangsal Mina, Rumah Sakit Islam Ibnu Sina. Penelitian ini adalah penelitian korelasi yang terdiri atas variabel bebas dan terikat dengan rancangan penelitian cross sectional dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan antara variabel bebas dan variabel terikat (Hidayat, 2011). Variabel bebas (independent) pada penelitian ini adalah fungsi pengorganisasian kepala ruangan dan variabel terikat (dependent) adalah tingkat kepuasan perawat pelaksana. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan fungsi pengorganisasian kepala ruangan terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana, 30 orang responden yang menjadi subjek penelitian menyatakan bahwa fungsi pengorganisasian kepala ruangan kurang berhasil sebanyak 18 orang (60%) dan perawat pelaksana menyatakan kurang puas terhadap pekerjaannya sebanyak 20 orang (66,7%). Hal ini dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara fungsi pengorganisasian kepala ruangan terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. https://www.neliti.com/publications/187233/hubungan-fungsi-pengorganisasian-kepala-ruangan- terhadap-tingkat-kepuasan-kerja IMPLEMENTASI FUNGSI PENGORGANISASIAN PUSKESMAS YANG BERORIENTASI PADA STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS DI PUSKESMAS MAESAN KABUPATEN BONDOWOSO Fungsi manajemen mempunyai empat sub kategori besar dalam pelaksanaannya pada bidang kesehatan maupun spesial dibidang keperawatan. Organisasi pelayanan kesehatan terutama puskesmas dalam menerapkan standar manajemen pelayanan untuk kepuasan kepuasan pasien menggunakan alat sebagai acuan. Alasannya tidak dipakainya akreditasi sebagai alat adalah tidak adanya standar yang dibuat oleh Departemen Kesehatan (Maharani, 2009). Fungsi pengorganisasian Puskesmas yang bagus harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan yang terdapat pada instrumen Akreditasi Puskesmas, akan tetapi belum banyak Puskesmas yang menerapkan standar tersebut untuk di aplikasikan didalam organisasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana akreditasi Puskesmas dijalankan dalam fungsi pengorganisasian Puskesmas. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian, atau dengan kata lain mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini bulan November –Januari 2016. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang mengadopsi dari standar akreditasi Puskesmas dimana menilai dokumen dengan memberikan skor 0 untuk tidak terpenuhi, 5 untuk yang terpenuhi sebagian dan 10 untuk terpenuhi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana fungsi pengorganisasian dijalankan sesuai dengan standar akreditasi Puskesmas. Dari penelitian yang telah dilakukan di dapatkan hasil bahwa Struktur organisasi ditetapkan dengan kejelasan tugas dan tanggung jawab, ada alur kewenangan dan komunikasi, kerjasama, dan keterkaitan dengan pengelola yang lain terpenuhi. Kejelasan tugas, peran, dan tanggung jawab pimpinan Puskesmas, penanggung jawab dan karyawan terpenuhi. Struktur organisasi pengelola dikaji ulang secara reguler dan kalau perlu dilakukan terpenuhi sebagian. Pengelola dan pelaksana Puskesmas memenuhi standar kompetensi yang dipersyaratkan dan ada rencana pengembangan sesuai dengan standar yang telah adalah terpenuhi sebagian. Implementasi fungsipengorganisasian Puskesmas pada standar akreditasi puskesmas di Puskesmas Maesan Kabupaten Bondowoso terhadap standar akreditasi sudah dijalankan dengan baik oleh Puskesmas Maesan. http://repository.unmuhjember.ac.id/922/ HUBUNGAN FUNGSI MANAJEMEN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS WAELENGGA KABUPATEN MANGGARAI TIMUR TAHUN 2019 Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Puskesmas Waelengga Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2019. Pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kinerja kerja perawat dan berdampak pada kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Fungsi manajerial kepala ruangan harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan kesehatan, sehingga perawat termotivasi meningkatkan kinerjanya dalam pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien, dengan demikian mutu kesehatan masyarakat dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi manajemen kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rawat inap Puskesmas Waelengga. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Waelengga, Manggarai Timur, periode Februari sampai maret 2019. Dalam penelitian ini, populasi Perawat yang bekerja di ruang rawat berjumlah 20 orang dengan menggunakan teknik total sampling yaitu jumlah sampel sama dengan populasi. Pada proses penelitian ini, pengambilan data penelitian menggunakan data primer, yaitu kuisione sebagai panduan yang dibagikan kepada responden untuk mendapatkan data mengenai variable independen dan dependen, serta data sekunder berupa jumlah perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Puskesmas Waelengga. Dari penelitian yang telah dilakukan di dapatkan hasil gambaran persepsi perawat tentang fungsi manajemen kepala ruangan yang baik yaitu sebanyak 17 responden (85%) dan yang kurang yaitu 3 responden (15%), gambaran kinerja perawat pelaksana yang baik yaitu sebanyak 17 responden (85%) dan kinerja yang kurang sebanyak 3 responden (15%) dan Ada hubungan yang significant antara fungsi manajemen kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rawat inap Puskesmas Waelengga Kabupaten Manggarai Timur. https://stikessantupaulus.e-journal.id/JWK/article/view/69 ANALISA JURNAL INTERNASIONAL PERAN FUNGSI MANAJER UNIT PERAWAT TERHADAP PRESTASI KERJA KEPERAWATAN: TINJAUAN SISTEMATIS Peran Manajer Unit Perawat adalah untuk meningkatkan kualitas perawat kinerja dalam konteks layanan profesional mereka. Peran ini terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerak dan pengendalian. Tujuan sistematis ini review untuk menentukan pengaruh manajer unit perawat fungsi manajemen terkait dengan kinerja perawat. Pengorganisasian adalah fungsi manajemen itu melibatkan pengembangan struktur organisasi dan mengalokasikan sumber daya manusia untuk memastikan pencapaian tujuan. Memimpin melibatkan sumber pengaruh sosial dan informal dulu menginspirasi tindakan yang diambil oleh orang lain. Jika manajer adalah pemimpin yang efektif, maka mereka akan menginspirasi mereka bawahan untuk dengan antusias mengerahkan upaya mereka mencapai tujuan organisasi bersama. Secara umum, prestasi kerja berkaitan dengan kesuksesan organisasi. Namun, itu lebih dari hanya satu orang yang melakukan pekerjaannya dengan baik karena mereka ingin. Kinerja adalah perilaku organisasi. Dalam lingkungan kerja yang dibatasi oleh keuangan kendala dan perubahan organisasi, pemimpin perawat dan manajer tetap bertanggung jawab atas keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Evaluasi kinerja menganalisis keterampilan dan kinerja manajer dengan menentukan kekuatan dan kelemahan mereka. Evaluasi kinerja juga diperhitungkan sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan manajerial (HM ousav. Isfahani, Aryankhesal, & Haghani, 2015). Tujuan dari ini tinjauan sistematis untuk mengetahui pengaruh dari fungsi manajemen dari manajer unit perawat pada kinerja perawat. Metode penelitian ini dengan Pencarian literatur dilakukan di PubMed, Scopus, ProQuest, Science Direct, dan database SAGE dengan kepala kata kunci perawat, 'fungsi manajemen', dan 'kinerja perawat'. Artikel itu ditinjau dengan menggunakan kriteria inklusi yaitu judul dan abstrak sesuai dengan topik yang diinginkan, yang ingin dianalisis oleh artikel tersebut pengaruh fungsi manajemen manajer unit perawat terkait dengan kinerja perawat dan dijelaskan dalam bahasa Inggris. Pengecualian kriterianya adalah judul, abstrak dan tujuan artikel tidak ada sesuai dengan topik fokus. Pencarian mengidentifikasi 15 relevan jurnal dari 276.303 artikel yang diterbitkan antara tahun 2014 dan 2019. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara peran manajer unit perawat dan prestasi kerja keperawatan. Untuk meningkatkan fungsi manajemen unit perawat manajer, perlu dilakukan pelatihan bagi manajer unit perawat untuk memungkinkan mereka untuk lebih memahami fungsi dan peran unit perawat Pengelola. https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/download/17108/9284 IMPLEMENTASI FUNGSI PENGORGANISASIAN DAN SUPERVISI OLEH KEPALA RUANGAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CINTA KASIH CIPUTAT STUDY PHENOMENOLOGY Pelaksanaan fungsi pengorganisasian dan supervisi oleh Kepala ruang di beberapa ruang rawat inap belum optimal. Kepala ruang mengatakan 90% staf belum pernah dilakukan audit asuhan keperawatan dan 80% staf belum pernah dilakukan supervisi keperawatan . Perawat dan Bidan yang belum mengetahui struktur dan organisasi keperawatan terdapat 90%, belum mengetahui uraian tugas dan tanggung jawab 60% dan belum mengetahui metode asuhan keperawatan yang diterapkan dalam memberikan pelayanan terdapat 62,5% staf Perawat dan Bidan (Hasil Residensi tahun 2018). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apa pengalaman kepala ruangan dalam implementasi fungsi pengorganisasian dan supervisi di RSIA Cinta Kasih Ciputat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam atau in depth interview kepada kepala ruangan dengan menggunakan pedoman wawancara. Setelah dilakukan wawancara dilakukan langkah- langkah pengolahan data berdasarkan analisa Colaizzi. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi eksploratif. Pendekatan ini digunakan untuk menemukan dan menjelaskan makna - makna yang tersembunyi dibalik fenomena-fenomena yang sulit untuk dipahami dari pengalaman kepala ruang dalam menerapkan fungsi pengorganisasian dan fungsi pelaksanaan di Rumah Sakit Cinta Kasih Ciputat. Dari penelitian yang telah dilakukan di dapatkan hasil temuan menemukan 9 tema yang meliputi: Memberikan bimbingan pada staf keperawatan, membuat jadwal prioritas pelaksanaan operasi, menyelesaikan masalah yang ada dengan manajemen situasional dan fleksible, evaluasi diri dan bersama mencari solusi dalam mengorganisasikan staf, power yang dimiliki dalam menjalankan tugas sebagai kepala ruangan, kerjasama dengan manajer keperawatan demi meningkatkan pelayanan, SPO yang digunakan dalam ruangan dapat membantu pekerjaan, Setiap ada job desk baru dilakukan sosialisasi, permintaan SDM yang belum dipenuhi. Premis yang dapat ditemukan meliputi: (a) Fungsi pengorganisasian dan supervisi berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan. (b) Fungsi pengorganisasian dan supervisi berpengaruh terhadap adanya hubungan komunikasi antar tim keperawatan. (c) Fungsi pengorganisasian dan supervisi berpengaruh terhadap kepuasan pasien (d) Ada pengaruh Supervisi terhadap peningkatan motivasi kerja staf. (e) Ada pegaruh koordinasi terhadap tanggung jawab perawat. (f) SPO berpengaruh terhadap ketepatan kerja. (g) Dukungan manajer Keperawatan meningkatkan kinerja perawat. (h) Bimbingan dapat berpengaruh terhadap motivasi kerja perawat. (i) SDM berpengaruh terhadap beban kerja perawat. https://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id/index.php/juiperdo/article/view/804