POSBINDU
(POS PEMBINAAN TERPADU)
Disusun oleh:
dr. Nur Zakiah
dr. Ida Ayu Praba Mahimadevi
dr. Alfiani Rosyida Arisanti
dr. Sweety
dr. Abdillah Habib
dr. Rossy Yolanda Constanti
dr. Mokh Syaifulloh Gondo Kusumo
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada penyusun sehingga Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat, F1 – Upaya Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, tentang POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu)
ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai tugas dalam program internsip dokter
Indonesia serta melatih keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan program usaha
kesehatan masyarakat khususnya POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) dan untuk evaluasi
pelaksanaan POSBINDU yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ngronggot.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dokter pembimbing internsip di Puskesmas
Ngronggot Kabupaten Nganjuk, dr. Danang Zulkifli yang telah meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan selama penyelesaian tugas. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak sehingga dalam penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran
dan kritik dari dokter pembimbing dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan
ini. Atas saran dan kritik pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca serta rekan-rekan lain yang
membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
Dokter Internsip
Periode Oktober 2016-November 2017
1
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................1
DAFTAR ISI ...................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................3
1.2 Ruusan Masalah ..................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................3
1.4 Metode.................................................................................................3
1.5 Sistematika...........................................................................................3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Posbindu.............................................................................4
2.2 Tujuan Posbindu..................................................................................4
2.3 Pembentukkan Posbindu......................................................................5
2.4 Komponen............................................................................................5
2.5 Pelayanan Kesehatan............................................................................6
2.6 Sarana dan Prasarana...........................................................................7
2.7 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan.......................................................7
2.8 Rekutmen dan Pelatihan Kader Posbindu..........................................10
2.9 Indikator Keberhasilan ......................................................................11
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Latar Belakang Posbindu Ngronggot.................................................12
3.2 Dasar Pembentukan Posbindu Ngronggot.........................................12
3.3 Tujuan Posbindu Ngronggot..............................................................13
3.4 Komponen Posbindu Ngronggot........................................................14
3.5 Pelayanan Kesehatan Posbindu Ngronggot.......................................15
3.6 Sarana dan Prasarana Posbindu Ngronggot.......................................17
3.7 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posbindu Ngronggot...................17
3.8 Peran Linprog dan Linsek Posbindu Ngronggot................................18
3.9 Tata Nilai Posbindu Ngronggot.........................................................19
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................20
4.2 Saran ..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................21
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 METODE
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui
media literatur perpustakaan dan elektronik.
1.5 SISTEMATIKA
Secara umum makalah ini terbagi menjadi empat bagian yaitu; Bab I pendahuluan,
Bab II tinjauan pustaka, Bab III pembahasan dan Bab IV kesimpulan dan saran.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan.
Secara umum perilaku kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap
program kesehatan.
Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan adalah
sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya, etnik,
jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap
sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).
2.4 KOMPONEN
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan
dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu: adanya
proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota dan kader
serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin
penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai
hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota Posbindu itu
sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya pembagian tugas,
penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya. Struktur
5
organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
beberapa seksi dan kader.
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu
diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam penentuan
jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota
Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok,
volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran atau
sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang tidak
mengikat.
6
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (public
health nursing).
11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya
untuk meningkatkan kebugaran
7
Berikut ini sebagai salah satu contoh pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan
posbindu:
1. Surveilans hipertensi
Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan surveilans
yaitu survey lapangan untuk mengumpulkan data tentang prevalensi hipertensi di
masyarakat. Surveilans dilakukan oleh kader Posbindu yang telah diberikan pelatihan
surveilans, dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh kader, tokoh
masyarakat, dan tenaga kesehatan. Instrumen surveilans berupa angket/kuesioner yang
terlebih dahulu telah disiapkan oleh tim pengabdian masyarakat.
2. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi
Data hasil surveilans dijadikan dasar untuk menyusun peta kewaspadaan hipertensi
di komunitas. Peta ini sekaligus sebagai bukti dokumentasi hasil surveilans yang telah
dilakukan dan diberi kode-kode khusus berdasarkan kesepakatan tim tentang kategori
masyarakat dalam kaitannya dengan kewaspadaan hipertensi.
3. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
Pemeriksaan ini secara rutin merupakan bagian pelayanan Posbindu. Namun dalam
kasus tertentu, pemeriksaan tekanan darah tidak dilakukan secara pasif (menunggu di
Posbindu), tetapi justru dilakukan secara aktif dari rumah ke rumah (door to door) pada
kelompok masyarakat yang memiliki faktor risiko dan kelompok lansia atau dikenal
sebagai penemuan kasus hipertensi secara aktif (active case finding). Penemuan kasus
secara aktif ini merupakan upaya penapisan (screening) kasus hipertensi di masyarakat
sebagai salah satu upaya deteksi dini kasus hipertensi dan komplikasinya.
4. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin
Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia merupakan bagian dari pelayanan
Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam juga bukan saja diikuti kelompok
masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja, tetapi juga bisa diikuti oleh seluruh
elemen masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya pencegahan
penyakit jantung dan pembuluh darah serta pengendalian salah faktor risiko hipertensi.
5. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi
Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program ini dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik dalam masyarakat itu sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka strategi promosi
kesehatan yang akan dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi adalah:
a. Advokasi (advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu kebijakan
di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui advokasi ini, semua aparatur
pemerintahan di Desa Randobawa Ilir bisa memberikan dukungan, baik dukungan
moral maupun material, terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya.
b. Dukungan sosial (social support)
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang
ada di Desa. Diharapkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama tersebut dapat
menjembatani komunikasi antara pengelola program kesehatan dan masyarakat.
8
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran primer
promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri (self reliance
in health). Bentuk kegiatannya lebih ditekankan pada penggerakkan masyarakat
untuk kesehatan, dalam hal ini adalah pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga (rumah
tangga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan tingkat pelayanan
kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang dilakukan hanya berada pada
level promosi kesehatan, perlindungan spesifik, serta diagnosis dini dan
pengobatan segera. Kegiatan promosi kesehatan pada setiap level tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan: Senam jantung sehat dan senam lansia, Kampanye anti-
rokok, Penyuluhan gizi lansia, Pelatihan pemeriksaan tekanan darah bagi
keluarga lansia
2) Pencegahan spesifik: Pemberian multivitamin bagi lansia,Diagnosis dini
dan pengobatan segera:
3) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
4) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan protein urin,
pemeriksaan neurologis, Dan lain-lain)
d. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan & penatalaksanaan hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi kesehatan yang
tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat menghindari perilaku-perilaku
yang berisiko meningkatkan kejadian hipertensi dan/atau melakukan tindakan
yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi pada masyarakat dan keluarga
penderita hipertensi.
e. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan keluarga
penderita hipertensi
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek akses
pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam melakukan
pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya. Pada akhirnya setiap
keluarga dari penderita hipertensi dapat melakukan pemantauan tekanan darah
penderita hipertensi secara teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang
memakan waktu dan biaya transportasi. Karena itu, ketersediaan tensimeter
atau sphygmomanometer di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi
kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah secara mandiri oleh keluarga
penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang dilatih adalah mereka yang
memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan mampu menguasai dalam
mempraktikkan dan menginterpretasikan hasil pengukuran tekanan darahnya.
f. Pengumpulan dana sosial Tanggap Hipertensi
Kegiatan ini merupakan manifestasi nyata dari strategi gerakan masyarakat
sebagai salah satu strategi promosi kesehatan. Dalam hal pengumpulan dana
sosial maka dibutuhkan dukungan dari para pengambil keputusan di tingkat desa
dan kecamatan, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Tentu dalam kondisi
yang tidak mengikat, kegiatan ini bersifat fleksibel terutama ditujukan bagi
9
kelompok masyarakat dengan tingkat kemampuan ekonomi menengah ke atas.
Dana sosial ini ditujukan untuk membantu pembiayaan warga masyarakat yang
mengalami komplikasi hipertensi sehingga membutuhkan pengobatan lebih
kompleks atau rujukan ke rumah sakit.
Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu oleh
tenaga kesehatan dari puskesmas setempat.
No Tenaga Peranan
10
melakukan pengukuran Faktor risiko PTM
Tugas Kader;
a. Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi.
b. Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.
c. Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah termasuk
penentuan jadwal penyelenggaraan posbindu PTM.
d. Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi untuk
datang ke posbindu PTM ( mengajak anggota keluarga/masyarakat agar hadir,
memberikan serta menyebarluaskan informasi kesehatan, menggali dan
menggalang sumber daya termasuk dana yang berasal dari masyarakat).
e. Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila diperlukan.
f. Melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM
BAB III
11
PEMBAHASAN
12
1. Penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
PP ini bertujuan untuk melindungi kesehatan perseorangan/individu, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan; melindungi penduduk usia produktif, terutama anak-
anak, remaja, dan perempuan hamil dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan;
meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok;
melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain
PP 109/2012 memberikan kekuatan hukum ekstra dalam aturan hukum yang telah ada
sebelumnya terkait kebijakan KTR (Kawasan Tanpa Rokok). Pasal 49 pada PP
109/2012 ini mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Sampai saat ini sudah 104 kabupaten/kota di 29
Propinsi yang sudah memiliki kebijakan KTR dalam berbagai bentuk, dengan target
kebijakan KTR di seluruh propinsi pada tahun 2014.
Sejalan dengan hal ini juga telah dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 28
Tahun 2012 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan
Pada Kemasan Produk Tembakau untuk meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap bahaya dari konsumsi tembakau dan Permenkes No. 40 tahun 2013 tentang
Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan yang bertujuan
untuk mewujudkan penyelenggaraan upaya pengendalian dampak konsumsi rokok
yang terintegrasi, efektif, dan efisien.
2. Permenkes No 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan
Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan
Pangan Siap Saji.
Permenkes ini merupakan upaya untuk memberikan edukasi dan promosi kesehatan
kepada masyarakat untuk mengatur konsumsi gula, garam dan lemak mereka.Pesan
kesehatanberbunyi “ Konsumsi Gula lebih dari 50 gram, Natrium lebih dari 2000
miligram, atau lemak total lebih dari 67 gram per orang per hari berisiko
hipertensi,stroke,diabetes dan serangan jantung.
13
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia
dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia
dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
(Effendy, 1998).
Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap, persepsi,
perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap situasi atau
rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan.
Secara umum perilaku kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap
program kesehatan.
Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan adalah
sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya, etnik,
jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap
sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).
Tujuan POSBINDU Puskesmas Ngronggot
1. Tujuan Umum
Terciptanya Kemandirian dan Kesadaran Masyarakat terhadap Kesehatan.
2. Tujuan Khusus
1. Menurunya Angka Penderita PTM
2. Meningkatkan peran serta Keluarga terhadap penderita
3. Melakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya Komplikasi
4. Meningkatkan kesadaran penderita agar rutin kontrol.
14
organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
beberapa seksi dan kader.
Pengorganisasian POSBINDU Puskesmas Ngronggot mempunyai kader
sebanyak 2-3 kader. Struktur organisai posbindu terdiri dari ketua dan
beberapa seksi dan kader.
c. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu
diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam penentuan
jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota
Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.
Anggota kelompok POSBINDU Puskesmas Ngronggot sejumlah 20-30 orang.
d. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok,
volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
Kader POSBINDU Puskesmas Ngronggot jumlahnya tergantung pada jumlah
angghota kelompok, volume, dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
e. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran atau
sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang tidak
mengikat.
Pendanaan POSBINDU Puskesmas Ngronggot mandiri dari desa. Awalnya
dibayar oleh dinas kesehatan untuk modal.
15
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT).
Pemeriksaan status gizi Posbindu Puskesmas Ngronggot melalui
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat
pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit.
Pengukuran tekanan darah Posbindu Puskesmas Ngronggot dengan
tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama 1 menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli.
Pemeriksaan hemoglobin Posbindu Puskesmas Ngronggot dirujuk ke
Puskesmas Ngronggot.
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus) dilakukan di Posbindu Ngronggot juga
untuk kontrol pasien DM yang dilakukan secara berkala sekaligus
disediakan pemeriksaan kadar asam urat darah dan kolesterol darah.
g. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal
Pemeriksaan protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal pada pasien Posbindu Puskesmas Ngronggot dirujuk ke
Puskesmas Ngronggot.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan juga berlaku di Posbindu Puskesmas Ngronggot.
i. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
Penyuluhan di Posbindu Kecamatan Ngronggot juga dilakukan oleh
kader tiap Posbindu juga oleh Dokter Internsip yang sedang bertugas
dan dilaksanakan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia
lanjut.
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia
lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (public health nursing).
Kunjungan rumah juga dilakukan Posbindu Puskesmas Ngronggot oleh
kader disertai petugas kesehatan bagi anggota kelompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (public health nursing).
16
k. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.
Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Posbindu Puskesmas
Ngronggot berupa penyuluhan contoh menu makanan dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan
bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.
l. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya
untuk meningkatkan kebugaran.
Kegiatan olah raga Posbindu Puskesmas Ngronggot seperti senam lansia,
gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.
17
1. Melakukan pemeriksaan dan deteksi dini penyakit tidak menular di Posbindu
2. Penyuluhan dan sosialisasi program PTM (Penyakit Tidak Menular) pada
masyarakat.
c. Cara Melaksanakan Kegiatan
Tim pelaksana POSBINDU PTM terdiri dari 5 orang kader yang menempati di
meja pemeriksaan masing-masing. Kader di setiap meja mempunyai tugas masing –
masing dalam melakukan pemeriksaan Deteksi dini terhadap Penyakit Tidak Menular.
d. Sasaran
Seluruh Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Ngronggot
dengan Usia di atas 18 Tahun.
e. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
N0 KEGIATAN TEMPAT WAKTU SASARAN PELAKSANA
1 Posbindu Posbindu Desa Tanggal 12 masyarakat Pelaksana program PTM
PTM Kalianyar setiap bulan dan Bidan Wilayah
Posbindu Desa Sabtu masyarakat Pelaksana program PTM
Betet Minggu ke-3 dan Bidan Wilayah
Posbindu Desa Tanggal 20 masyarakat Pelaksana program PTM
Trayang setiap bulan dan Bidan Wilayah
18
1. Malu
Malu bila tidak melaksanakan tugas dengan baik
Malu jika terlambat
2. Netral
Tidak membeda bedakan pasien ketika memberikan pelayanan
3. Inovatif
Selalu berusaha menciptakan terobosan baru
4. Semangat
Selalu semangat dalam menjalankan tugas
BAB IV
PENUTUP
19
4.1 KESIMPULAN
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia.
Dalam pelaksanaannya, Posbindu Kecamatan Ngronggot secara umum sudah
sesuai dengan konsep Posbindu yang baik dan benar serta terlaksana secara rutin dan
berkala khususnya di 3 Desa yaitu Desa Kalianyar, Desa Betet dan Desa Trayang.
4.2 SARAN
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga
kesehatan agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian konseling
pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung
jawab dokter, perawat serta bidan sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan
pelayanan secara komprehensif.
20
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas kesehatan.
Direktorat kesehatan keluarga.
Handayani, Eka. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Lansia Tentang Posbindu Dengan
Motivasi pada Lansia Berkunjung Ke Posbindu Di Wilayah RW 03 Kelurahan
Utama Kecamatan Cimahi Selatan. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Indonesia. Sumber : http://Lontar.ui.ac.id. Diakses Tanggal 25 November 2016.
Rahayu, Y.,P., 2012. Posbindu Lansia. Diakses Tanggal 28 November 2016. Sumber :
http://duniapintardancemerlang.blogspot.com.
Sumiasih, Dkk. 2010. Pengetahuan Kader Tentang Proses Menua Dengan Keaktifan Kader
pada Pelaksanaan Posbindu Di Kelurah Sendangmulyo Kecamatan Tembalang
Semarang. Jurnal Kesehatan, Vol 6 no 1 Th 2010.: Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Diakses Tanggal 17 November
2016. Sumber : http://jurnal.unimus.ac.id.
Wijiat, Siti. 2009. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Perilaku Mengikuti
Posbindu Lansia Di Karanganyar Gunung Candi Lama Semarang. Skripsi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang. Diakses Tanggal 20
November 2016. Sumber: http://digilib.unimus.ac.id.
21