Anda di halaman 1dari 22

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

F 1 – UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

POSBINDU
(POS PEMBINAAN TERPADU)

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun oleh:
dr. Nur Zakiah
dr. Ida Ayu Praba Mahimadevi
dr. Alfiani Rosyida Arisanti
dr. Sweety
dr. Abdillah Habib
dr. Rossy Yolanda Constanti
dr. Mokh Syaifulloh Gondo Kusumo

Dokter Pendamping Internsip:


dr. Danang Zulkifli

UPTD PUSKESMAS NGRONGGOT


DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGANJUK
PERIODE OKTOBER 2016 – FEBRUARI 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada penyusun sehingga Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat, F1 – Upaya Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, tentang POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu)
ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai tugas dalam program internsip dokter
Indonesia serta melatih keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan program usaha
kesehatan masyarakat khususnya POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) dan untuk evaluasi
pelaksanaan POSBINDU yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ngronggot.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dokter pembimbing internsip di Puskesmas
Ngronggot Kabupaten Nganjuk, dr. Danang Zulkifli yang telah meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan selama penyelesaian tugas. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak sehingga dalam penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran
dan kritik dari dokter pembimbing dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan
ini. Atas saran dan kritik pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca serta rekan-rekan lain yang
membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Nganjuk, Januari 2017


Penyusun

Dokter Internsip
Periode Oktober 2016-November 2017

1
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................1
DAFTAR ISI ...................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................3
1.2 Ruusan Masalah ..................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................3
1.4 Metode.................................................................................................3
1.5 Sistematika...........................................................................................3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Posbindu.............................................................................4
2.2 Tujuan Posbindu..................................................................................4
2.3 Pembentukkan Posbindu......................................................................5
2.4 Komponen............................................................................................5
2.5 Pelayanan Kesehatan............................................................................6
2.6 Sarana dan Prasarana...........................................................................7
2.7 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan.......................................................7
2.8 Rekutmen dan Pelatihan Kader Posbindu..........................................10
2.9 Indikator Keberhasilan ......................................................................11
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Latar Belakang Posbindu Ngronggot.................................................12
3.2 Dasar Pembentukan Posbindu Ngronggot.........................................12
3.3 Tujuan Posbindu Ngronggot..............................................................13
3.4 Komponen Posbindu Ngronggot........................................................14
3.5 Pelayanan Kesehatan Posbindu Ngronggot.......................................15
3.6 Sarana dan Prasarana Posbindu Ngronggot.......................................17
3.7 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posbindu Ngronggot...................17
3.8 Peran Linprog dan Linsek Posbindu Ngronggot................................18
3.9 Tata Nilai Posbindu Ngronggot.........................................................19
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................20
4.2 Saran ..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................21
LAMPIRAN

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem
kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan
oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki
kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah
pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan ketinggalan
rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Fektor lain yang akan
menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung masyarakat untuk
memperolah dan memamfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembangunan merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf hidup dan
kesejahteaan masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan tersebut telah mampu
menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa dampak pada peningkatan taraf
hidup dan kesejahtraan masyarakat, diukur dengan indikator-indikator yang umum
bersifat ekonomi.
Rendahnya tingkat perubahan kondisi kehidupan masyarakat melalui kebijakan
pemerataan melahirkan paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia.
Implementasinya tercerminpada pogram-pogram yang secara lansung ditujukan kepada
masyarakat lapisan bawah seperti pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (pangan,
sandang, papan, kesehatan, pandidikan) maupun pogram penanggulangan kemiskinan.
Kebijakn paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia implementasinya
cukup berhasil, namun secara proses terlihat lambat akibat masih adanya intervensi
kekuasaan pemerintahan dalam menetapkan prioritas pogram yang diperuntukkan bagi
kepentinagn masyarakat dan menguatnya dominasi kekuasaan pemerintah dalam
pengololaan paradigma pemberdayaan masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)?
1.3 TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar mendapatkan   informasi  dan
pemahaman mengenai konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU).

1.4 METODE
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui
media literatur perpustakaan dan elektronik.

1.5 SISTEMATIKA
Secara umum makalah ini terbagi menjadi empat bagian yaitu; Bab I pendahuluan,
Bab II tinjauan pustaka, Bab III pembahasan dan Bab IV kesimpulan dan saran.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN POSBINDU


Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan kesehatan
yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis
dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat  itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan  untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).
Posbindu lansia adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan
bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak dini (Effendy, 2001).

2.2 TUJUAN POSBINDU


Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi
dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina
kesehatannya serta meningkatkan  peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut.
Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa
beraktivitas, namun  sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri
selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang butuh (Depkes, 2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :
1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup
sehat.
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia
dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia
dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
(Effendy, 1998).
 Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap, persepsi,
perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap situasi atau

4
rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan.
Secara umum perilaku kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap
program kesehatan.
Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan adalah
sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya, etnik,
jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap
sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).

2.3 PEMBENTUKKAN POSBINDU


Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan  masyarakat
usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan  yang digunakan  dalam pembentukan
posbindu  dimasyarakat sesuai dengan kondisi  dan situasi masing-masing daerah,
misalnya  mengambangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti kelompok
pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain.
Pembentukan Posbindu dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat  Desa (PKMD).
Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum dilaksanakan 
dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan Posbindu baru.
Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey mawas diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian  kegiatan

2.4 KOMPONEN
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan
dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu: adanya
proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota  dan kader
serta tersedianya  pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang  yang mampu mengurus  dan memimpin
penyelenggaraan  kegiatan tersebut  sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai 
hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota Posbindu itu
sendiri. 
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat  dari adanya pembagian tugas,
penunjukan kader, jadwal  kegiatan  yang teratur dan sebagainya. Struktur

5
organisasi  Posbindu sedikitnya terdiri dari  Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
beberapa seksi dan kader.     
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu 
diperhatikan  juga  jarak antara  sasaran dengan lokasi  kegiatan  dalam penentuan 
jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa  tidak tertutup  kemungkinan anggota 
Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang. 
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok,
volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran atau
sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain  yang tidak
mengikat.

2.5 PELAYANAN KESEHATAN


Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman
masalah  kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan 
yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan
kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya protein  dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut

6
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi  anggota kelompok usia lanjut 
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat  (public
health nursing).
11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan  bahan  makanan yang berasal dari daerah tersebut
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya
untuk meningkatkan kebugaran

2.6 SARANA DAN PRASARANA


Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana 
penunjang  antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut

2.7 MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di
kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem 5
tahapan/5 meja sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Wawancara, Pencatatan kegiatan  sehari-hari  yang dilakukan usila,
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
status mental serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium  sederhana)
5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling

7
Berikut ini sebagai salah satu contoh pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan
posbindu:
1. Surveilans hipertensi
Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan surveilans
yaitu survey lapangan untuk mengumpulkan data tentang prevalensi hipertensi di
masyarakat. Surveilans dilakukan oleh kader Posbindu yang telah diberikan pelatihan
surveilans, dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh kader, tokoh
masyarakat, dan tenaga kesehatan. Instrumen surveilans berupa angket/kuesioner yang
terlebih dahulu telah disiapkan oleh tim pengabdian masyarakat.
2. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi
Data hasil surveilans dijadikan dasar untuk menyusun peta kewaspadaan hipertensi
di komunitas. Peta ini sekaligus sebagai bukti dokumentasi hasil surveilans yang telah
dilakukan dan diberi kode-kode khusus berdasarkan kesepakatan tim tentang kategori
masyarakat dalam kaitannya dengan kewaspadaan hipertensi.
3. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
Pemeriksaan ini secara rutin merupakan bagian pelayanan Posbindu. Namun dalam
kasus tertentu, pemeriksaan tekanan darah tidak dilakukan secara pasif (menunggu di
Posbindu), tetapi justru dilakukan secara aktif dari rumah ke rumah (door to door) pada
kelompok masyarakat yang memiliki faktor risiko dan kelompok lansia atau dikenal
sebagai penemuan kasus hipertensi secara aktif (active case finding). Penemuan kasus
secara aktif ini merupakan upaya penapisan (screening) kasus hipertensi di masyarakat
sebagai salah satu upaya deteksi dini kasus hipertensi dan komplikasinya.
4. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin
Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia merupakan bagian dari pelayanan
Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam juga bukan saja diikuti kelompok
masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja, tetapi juga bisa diikuti oleh seluruh
elemen masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya pencegahan
penyakit jantung dan pembuluh darah serta pengendalian salah faktor risiko hipertensi.
5. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi
Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program ini dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik dalam masyarakat itu sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka strategi promosi
kesehatan yang akan dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi adalah:
a. Advokasi (advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu kebijakan
di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui advokasi ini, semua aparatur
pemerintahan di Desa Randobawa Ilir bisa memberikan dukungan, baik dukungan
moral maupun material, terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya.
b. Dukungan sosial (social support)
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang
ada di Desa. Diharapkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama tersebut dapat
menjembatani komunikasi antara pengelola program kesehatan dan masyarakat.

8
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran primer
promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri (self reliance
in health). Bentuk kegiatannya lebih ditekankan pada penggerakkan masyarakat
untuk kesehatan, dalam hal ini adalah pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga (rumah
tangga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan tingkat pelayanan
kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang dilakukan hanya berada pada
level promosi kesehatan, perlindungan spesifik, serta diagnosis dini dan
pengobatan segera. Kegiatan promosi kesehatan pada setiap level tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan: Senam jantung sehat dan senam lansia, Kampanye anti-
rokok, Penyuluhan gizi lansia, Pelatihan pemeriksaan tekanan darah bagi
keluarga lansia
2) Pencegahan spesifik: Pemberian multivitamin bagi lansia,Diagnosis dini
dan pengobatan segera:
3) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
4) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan protein urin,
pemeriksaan neurologis, Dan lain-lain)
d. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan & penatalaksanaan hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi kesehatan yang
tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat menghindari perilaku-perilaku
yang berisiko meningkatkan kejadian hipertensi dan/atau melakukan tindakan
yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi pada masyarakat dan keluarga
penderita hipertensi.
e. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan keluarga
penderita hipertensi
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek akses
pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam melakukan
pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya. Pada akhirnya setiap
keluarga dari penderita hipertensi dapat melakukan pemantauan tekanan darah
penderita hipertensi secara teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang
memakan waktu dan biaya transportasi. Karena itu, ketersediaan tensimeter
atau sphygmomanometer di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi
kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah secara mandiri oleh keluarga
penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang dilatih adalah mereka yang
memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan mampu menguasai dalam
mempraktikkan dan  menginterpretasikan hasil pengukuran tekanan darahnya.
f. Pengumpulan dana sosial Tanggap Hipertensi
Kegiatan ini merupakan manifestasi nyata dari strategi gerakan masyarakat
sebagai salah satu strategi promosi kesehatan. Dalam hal pengumpulan dana
sosial maka dibutuhkan dukungan dari para pengambil keputusan di tingkat desa
dan kecamatan, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Tentu dalam kondisi
yang tidak mengikat, kegiatan ini bersifat fleksibel terutama ditujukan bagi

9
kelompok masyarakat dengan tingkat kemampuan ekonomi menengah ke atas.
Dana sosial ini ditujukan untuk membantu pembiayaan warga masyarakat yang
mengalami komplikasi hipertensi sehingga membutuhkan pengobatan lebih
kompleks atau rujukan ke rumah sakit.

2.8 REKRUTMEN DAN PELATIHAN KADER POSBINDU


Kader sebaiknya berasal  dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau dapat saja
diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. Adapun
persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi
setempat;
2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela;
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin;
4. Sabar dan memahamil usia lanjut.
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah
di tingkat RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang rekrutmen kader
Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai pada waktu yang ditetapkan
masih sedikit, maka panitia bersama pengurus RW melakukan musyawarah kembali
untuk menentukan kader Posbindu berdasarkan pertimbangan tokoh masyarakat
setempat.
Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan
penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi pelatihan meliputi:
1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2. Surveilans hipertensi (survey mawas diri)
3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5. Pencegahan hipertensi
6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler

Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu oleh
tenaga kesehatan dari puskesmas setempat.
No Tenaga Peranan

1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab kegiatan


serta berkoordinasi terhadap Puskesmas dan Para Pembina
terkait di wilayahnya.

2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif, berpengaruh dan


komunikatif bertugas menggerakkan masyarakat, sekaligus
melakukan wawancara dalam penggalian informasi

3 Kader Pemantau Anggota Perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas

10
melakukan pengukuran Faktor risiko PTM

4 Kader Anggota Perkumpulan yang aktif, komunikatif dan telah


Konselor/Edukator menjadi panutan dalam penerapan gaya hidup sehat,
bertugas melakukan konseling, edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas

5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas


melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan
melaporkan kepada koordinator Posbindu PTM.

Syarat menjadi seorang kader;


a. Berasal dari anggota kelompok masyarakat/lembaga/institusi
b. Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia melaksanakan
kegiatan Posbindu PTM
c. Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)

Tugas Kader;
a. Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi.
b. Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.
c. Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah termasuk
penentuan jadwal penyelenggaraan posbindu PTM.
d. Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi untuk
datang ke posbindu PTM ( mengajak anggota keluarga/masyarakat agar hadir,
memberikan serta menyebarluaskan informasi kesehatan, menggali dan
menggalang sumber daya termasuk dana yang berasal dari masyarakat).
e. Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila diperlukan.
f. Melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM

2.9 INDIKATOR KEBERHASILAN


 Meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut yang berperan
serta secara aktif dalam pelayanan kesehatan usia lanjut
 Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat
 Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut yang dilaksanakan oleh
50% puskesmas dan menjangkau 100% panti werda
 Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, dengan jangkauan
pelayanan yang mencakup 40% usia lanjut.

BAB III

11
PEMBAHASAN

2.1 LATAR BELAKANG POSBINDU KECAMATAN NGRONGGOT


Masih tingginya penderita Hipertensi di tengarai masih kurangnya kepedulian dan
Kurangnya pengetahuan Masyarakat terhadap Kesehatan dan Penyakit Hipertensi.
Selain faktor tersebut masih banyak faktor yang mempengaruhi tingginya penderita
Hipertensi antara lain : Pola makan yang kurang sehat, dukungan dari keluarga
penderita hipertensi,serta terbatasnya tenaga kesehatan terhadap cakupan wilayah untuk
penyuluhan kesehatan terutama Hipertensi,selain itu kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap Pemeriksaan gejala - gejala dini.
Mengingat bahaya Lanjutan dari Hipertensi adalah Stroke bahkan Kematian.
Maka perlu diadakan Screening (Deteksi Dini) terhadap masyarakat khususnya
kecamatan Ngronggot. Agar terdeteksi secara dini pada masyarakat sehingga kesadaran
masyarakat tumbuh terhadap kesehatan, terutama masyarakat mau dan mampu untuk
memeriksakan diri sedini mungkin. Dengan tumbuhnya Kesadaran masyarakat
memeriksakan diri sedini mungkin dapat menurunkan angka penderita hipertensi.
Untuk meningkatkan Kesadaran Masyarakat perlu adanya team lapangan untuk
melakukan screening. Sehubungan dengan terbatasnya tenaga kesehatan dan harus
melakukan pelayanan di puskesmas maka pihak Puskesmas akan membentuk team
yang membawahi pemeriksaan (deteksi dini) pada masyarakat dengan kasus baru, pada
tahun ini UPTD Puskesmas Ngronggot membuat Program baru yaitu POSBINDU PTM
( Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular ). Dalam hal ini mendeteksi kasus
baru terutama PTM dan Melakukan Rujukan ke Puskesmas jika di dapatkan penderita
Baru meliputi: Hipertensi, Diabetes Melitus, Asam urat, kholesterol, Obesitas dan yang
termasuk Penyakit Tidak Menular.

2.2 DASAR PEMBENTUKAN POSBINDU NGRONGGOT


Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan  masyarakat
usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan  yang digunakan  dalam pembentukan
posbindu  dimasyarakat sesuai dengan kondisi  dan situasi masing-masing daerah,
misalnya  mengambangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti kelompok
pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain.
Pembentukan Posbindu dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat  Desa (PKMD). Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah
umum dilaksanakan  dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk
pembentukan Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey mawas diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian  kegiatan
Dasar Pembentukan POSBINDU PTM di Kecamatan Ngronggot:

12
1. Penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
PP ini bertujuan untuk melindungi kesehatan perseorangan/individu, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan; melindungi penduduk usia produktif, terutama anak-
anak, remaja, dan perempuan hamil dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan;
meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok;
melindungi kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain
PP 109/2012 memberikan kekuatan hukum ekstra dalam aturan hukum yang telah ada
sebelumnya terkait kebijakan KTR (Kawasan Tanpa Rokok). Pasal 49 pada PP
109/2012 ini mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Sampai saat ini sudah 104 kabupaten/kota di 29
Propinsi yang sudah memiliki kebijakan KTR dalam berbagai bentuk, dengan target
kebijakan KTR di seluruh propinsi pada tahun 2014.
Sejalan dengan hal ini juga telah dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 28
Tahun 2012 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan
Pada Kemasan Produk Tembakau untuk meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap bahaya dari konsumsi tembakau dan Permenkes No. 40 tahun 2013 tentang
Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan yang bertujuan
untuk mewujudkan penyelenggaraan upaya pengendalian dampak konsumsi rokok
yang terintegrasi, efektif, dan efisien.
2. Permenkes No 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan
Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan
Pangan Siap Saji.
Permenkes ini merupakan upaya untuk memberikan edukasi dan promosi kesehatan
kepada masyarakat untuk mengatur konsumsi gula, garam dan lemak mereka.Pesan
kesehatanberbunyi “ Konsumsi Gula lebih dari 50 gram, Natrium lebih dari 2000
miligram, atau lemak total lebih dari 67 gram per orang per hari berisiko
hipertensi,stroke,diabetes dan serangan jantung.

2.3 TUJUAN POSBINDU KECAMATAN NGRONGGOT


Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi
dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina
kesehatannya serta meningkatkan  peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut.
Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa
beraktivitas, namun  sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri
selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang butuh (Depkes, 2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :
1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dari kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat.

13
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia
dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia
dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
(Effendy, 1998).
 Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap, persepsi,
perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap situasi atau
rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan.
Secara umum perilaku kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap
program kesehatan.
Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan adalah
sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya, etnik,
jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap
sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).
Tujuan POSBINDU Puskesmas Ngronggot
1. Tujuan Umum
Terciptanya Kemandirian dan Kesadaran Masyarakat terhadap Kesehatan.
2. Tujuan Khusus
1. Menurunya Angka Penderita PTM
2. Meningkatkan peran serta Keluarga terhadap penderita
3. Melakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya Komplikasi
4. Meningkatkan kesadaran penderita agar rutin kontrol.

2.4 KOMPONEN PUSKESMAS NGRONGGOT


Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan
dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu: adanya
proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota  dan kader
serta tersedianya  pendanaan.
a. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang  yang mampu mengurus  dan memimpin
penyelenggaraan  kegiatan tersebut  sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai 
hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota Posbindu itu
sendiri. 
Kepemimpinan POSBINDU Puskesmas Ngronggot berasal dari anggota
Posbindu itu sendiri.
b. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat  dari adanya pembagian tugas,
penunjukan kader, jadwal  kegiatan  yang teratur dan sebagainya. Struktur

14
organisasi  Posbindu sedikitnya terdiri dari  Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
beberapa seksi dan kader.   
Pengorganisasian POSBINDU Puskesmas Ngronggot mempunyai kader
sebanyak 2-3 kader. Struktur organisai posbindu terdiri dari ketua dan
beberapa seksi dan kader. 
c. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu 
diperhatikan  juga  jarak antara  sasaran dengan lokasi  kegiatan  dalam penentuan 
jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa  tidak tertutup  kemungkinan anggota 
Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang. 
Anggota kelompok POSBINDU Puskesmas Ngronggot sejumlah 20-30 orang.
d. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok,
volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
Kader POSBINDU Puskesmas Ngronggot jumlahnya tergantung pada jumlah
angghota kelompok, volume, dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
e. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran atau
sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain  yang tidak
mengikat.
Pendanaan POSBINDU Puskesmas Ngronggot mandiri dari desa. Awalnya
dibayar oleh dinas kesehatan untuk modal.

2.5 PELAYANAN KESEHATAN


Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman
masalah  kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan 
yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan
kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari  (activity of daily living)
Posbindu Puskesmas Ngronggot meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik
turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit.
Pemeriksaan status mental Posbindu Puskesmas Ngronggot tidak ada.

15
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT).
Pemeriksaan status gizi Posbindu Puskesmas Ngronggot melalui
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat
pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit.
Pengukuran tekanan darah Posbindu Puskesmas Ngronggot dengan
tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama 1 menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli.
Pemeriksaan hemoglobin Posbindu Puskesmas Ngronggot dirujuk ke
Puskesmas Ngronggot.
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus) dilakukan di Posbindu Ngronggot juga
untuk kontrol pasien DM yang dilakukan secara berkala sekaligus
disediakan pemeriksaan kadar asam urat darah dan kolesterol darah.
g. Pemeriksaan adanya protein  dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal
Pemeriksaan protein  dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal pada pasien Posbindu Puskesmas Ngronggot dirujuk ke
Puskesmas Ngronggot.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan juga berlaku di Posbindu Puskesmas Ngronggot.
i. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
Penyuluhan di Posbindu Kecamatan Ngronggot juga dilakukan oleh
kader tiap Posbindu juga oleh Dokter Internsip yang sedang bertugas
dan dilaksanakan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia
lanjut.
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi  anggota kelompok usia
lanjut  yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat  (public health nursing).
Kunjungan rumah juga dilakukan Posbindu Puskesmas Ngronggot oleh
kader disertai petugas kesehatan bagi  anggota kelompok usia lanjut 
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat  (public health nursing).

16
k. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan  bahan  makanan yang berasal dari daerah tersebut.
Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Posbindu Puskesmas
Ngronggot berupa penyuluhan contoh menu makanan dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan 
bahan  makanan yang berasal dari daerah tersebut.
l. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya
untuk meningkatkan kebugaran.
Kegiatan olah raga Posbindu Puskesmas Ngronggot seperti senam lansia,
gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.

2.6 SARANA DAN PRASARANA


Sarana dan Prasarana Posbindu Puskesmas Ngronggot sudah sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan demi kelancaran pelaksanaan Posbindu, sarana dan
prasarana  penunjangnya  antara lain:
a. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
b. Meja dan kursi
c. Alat tulis
d. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
e. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi
badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer.
f. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut.

2.7 MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di
kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem 5
tahapan/5 meja dan Posbindu Ngronggot sudah melaksanakannya dengan baik.
Tahapan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Wawancara, Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila,
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
status mental serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium  sederhana)
5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling
Rincian kegiatan Posbindu Kecamatan Ngronggot adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Pokok
Pemeriksaan penyakit tidak menular yang di lakukan oleh petugas.
b. Rincian Kegiatan

17
1. Melakukan pemeriksaan dan deteksi dini penyakit tidak menular di Posbindu
2. Penyuluhan dan sosialisasi program PTM (Penyakit Tidak Menular) pada
masyarakat.
c. Cara Melaksanakan Kegiatan
Tim pelaksana POSBINDU PTM terdiri dari 5 orang kader yang menempati di
meja pemeriksaan masing-masing. Kader di setiap meja mempunyai tugas masing –
masing dalam melakukan pemeriksaan Deteksi dini terhadap Penyakit Tidak Menular.
d. Sasaran
Seluruh Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Ngronggot
dengan Usia di atas 18 Tahun.
e. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
N0 KEGIATAN TEMPAT WAKTU SASARAN PELAKSANA
1 Posbindu Posbindu Desa Tanggal 12 masyarakat Pelaksana program PTM
PTM Kalianyar setiap bulan dan Bidan Wilayah
Posbindu Desa Sabtu masyarakat Pelaksana program PTM
Betet Minggu ke-3 dan Bidan Wilayah
Posbindu Desa Tanggal 20 masyarakat Pelaksana program PTM
Trayang setiap bulan dan Bidan Wilayah

f. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Petugas menevaluasi kegiatan posbindu penyakit tidak menular dengan cara
supervisi posbindu penyakit tidak menular. System pelaporan langsung di kirimkan ke
dinkes kesehatan.
g. Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi Kegiatan
Pelaporan di laksanakan setiap bulan dan akan di evaluasi sesuai perkembangan
dalam system pelaporan penderita penyakit tidak menular.

2.8 PERAN LINPROG DAN LINSEK


NO KEGIATAN PERAN LINTAS PROGRAM
1 POSBINDU PTM Promkes Penyuluhan kesehatan dan informasi
Tentang PTM
KIA Membantu dalam pelaksanaan POSBINDU

NO KEGIATAN PERAN LINTAS SEKTOR


1 POSBINDU PTM Kepala Memberi ijin kepada petugas pada saat
desa kegiatan POSBINDU PTM.
kader Membantu dalam pelaksanaan POSBINDU

2.9 TATA NILAI KEGIATAN POSBINDU KECAMATAN NGRONGGOT


Tata nilai Puskesmas Ngronggot adalah : MaNIS

18
1. Malu
Malu bila tidak melaksanakan tugas dengan baik
Malu jika terlambat
2. Netral
Tidak membeda bedakan pasien ketika memberikan pelayanan
3. Inovatif
Selalu berusaha menciptakan terobosan baru
4. Semangat
Selalu semangat dalam menjalankan tugas

BAB IV
PENUTUP

19
4.1 KESIMPULAN
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat  itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan  untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia.
Dalam pelaksanaannya, Posbindu Kecamatan Ngronggot secara umum sudah
sesuai dengan konsep Posbindu yang baik dan benar serta terlaksana secara rutin dan
berkala khususnya di 3 Desa yaitu Desa Kalianyar, Desa Betet dan Desa Trayang.

4.2 SARAN
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga
kesehatan  agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian konseling
pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung
jawab dokter, perawat serta bidan sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan
pelayanan secara komprehensif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas kesehatan. 
Direktorat kesehatan keluarga.

Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakart. EGC.

Handayani, Eka. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Lansia Tentang Posbindu Dengan
Motivasi pada Lansia Berkunjung Ke Posbindu Di Wilayah RW 03 Kelurahan
Utama Kecamatan Cimahi Selatan. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Indonesia. Sumber : http://Lontar.ui.ac.id. Diakses Tanggal 25 November 2016.

Itachi, Uciha. 2013.’ Posbindu’. Sumber : http://macrofag.blogspot.com. Diakses Tanggal 20


November 2016.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003, Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


Rineka Cipta

Rahayu, Y.,P., 2012. Posbindu Lansia. Diakses Tanggal 28 November 2016. Sumber :
http://duniapintardancemerlang.blogspot.com.

Sumiasih, Dkk. 2010. Pengetahuan Kader Tentang Proses Menua Dengan Keaktifan Kader
pada Pelaksanaan Posbindu Di Kelurah Sendangmulyo Kecamatan Tembalang
Semarang. Jurnal Kesehatan, Vol 6 no 1 Th 2010.: Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Diakses Tanggal 17 November
2016. Sumber : http://jurnal.unimus.ac.id.

Wijiat, Siti. 2009. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Perilaku Mengikuti
Posbindu Lansia Di Karanganyar Gunung Candi Lama Semarang. Skripsi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang. Diakses Tanggal 20
November 2016. Sumber: http://digilib.unimus.ac.id.

21

Anda mungkin juga menyukai