Diajukan untuk Memenuhi Tugas Stase Ilmu Kedokteran Masyarakat Pada Program
Profesi Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Disusun oleh
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dan tidak dapat
disebutkan satu persatu, Jazakumullahu khairan katsiran.
Betapa banyaknya keterbatasan dan kekurangan dalam menyelesaikan
Mini research ini, semoga Allah SWT memberikan Barokah selalu untuk semua
pihak.
Billahittaufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yogyakarta, 9 November 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan, 2013).
Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2)
1
Nasional (JKN) upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun
dimulai dari unit terkecil pada masyarakat, yaitu keluarga (PMK RI nomor 19,
2017).
B. Perumusan Masalah
2
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat praktis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
(1) penerapan paradigm sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan dan (3)
2. Puskesmas
a. Definisi Puskesnas
4
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
b. Fungsi Puskesmas
perseorangan.
5
c. Pelaksanaan Pendekatam Keluarga Oleh Puskesmas
pengelola puskesmas
Pembina Keluarga
3. Pendekatan Keluarga
a. Definisi keluarga
dirinya sebagai bagian dari keluarga. Karena definisi ini bersifat luas,
6
termasuk didalamnya adalah keluarga yang tidak ada hubungan darah,
masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya,
b. Fungsi Keluarga
kekuatan dan keberanian untuk pasien, yang membuat merasa aman dan
secara umum didefinisikan sebagai hasil akhir atau akibat dari struktur
efektifitas alokasinya.
7
5) Fungsi perawatan kesehatan : Menyediakan kebutuhan fisik-
et al., 2013)
c. Peran Keluarga
Peran formal atau terbuka dan peran informal atau tertutup. Sementara
d. Pendekatan Keluarga
keluarga, yaitu :
8
Fungsi social yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
datanya
dalam gedung
manajemen Puskesmas
9
Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak
standar
ditelantarkan
(JKN)
10
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh warga di desa Bangunjiwo yang terdata
di PISPK 2017 dan Sampelnya adalah diambil 5 Keluarga dari setiap dusun.
C. Kriteria Inklusi dan eksklusi
Inklusi : Keluarga yang mempunya kartu keluarga dan menetap di desa
bangunjiwo dan keluarga yang terdaftar di data puskesmas kasihan 1.
Eksklusi : data kuesioner PISPK 2017 yang tidak terisi lengkap
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di Desa Bangunjiwo Kasihan bantul dan Waktu penelitian
dilakukan pada tanggal 31 Oktober – 4 November 2017
E. Instrumen penelitian
Data Sekunder berupa kuesioner hasil wawancara pada PISPK 2017
F. Cara Pengambilan Data
Menggunakan Kuesioner “data keluarga dan anggota keluarga” dari kemenkes
melakukan wawancara Mengumpulkan data.
G. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menguraikan data - data yang
dapat dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang didapat
dihitung presentasenya dan hasilnya disajikan dalam bentuk diagram pie.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keluarga sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan keluarga yang terdiri dari individu-individu yang dikepalai oleh
seorang kepala keluarga yang tinggal dalam satu lingkungan atau satu rumah dapat
hidup secara sosial dan ekonomis. Keluarga sehat dapat dinilai dengan
menggunakan indeks keluarga sehat dari 12 indikator. Gambaran data keluarga dan
anggota keluarga dapat dinilai dari beberapa indikator yang bertujuan untuk
menentukan keluarga yang dinilai termasuk kedalam keluarga sehat atau tidak
sehat.
Hasil mini research di wilayah desa bangunjiwo didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Usia Berdasarkan Indikator
Data menunjukkan terdapat 63 orang dengan usia >15 tahun, 8 orang dengan usia
antara 5-15 tahun, 4 orang dengan 2-59 bulan, dan tidak terdapat anggota keluarga
yang <12 bulan – 23 bulan.
13
Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin
Dari data diatas terdapat 36 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 39 orang
yang berjenis kelamin perempuan.
14
WANITA YANG MENIKAH (10-54
TAHUN)
Menikah Belum menikah Lansia
23%
28%
49%
Dari data diatas terdapat 11 anggota keluarga yang menikah, 19 orang anggota
keluarga belum menikah, dan 9 orang lansia.
No KB Jumlah Presentasi
1 Ikut 2 18,2
2 Tidak 9 81,8
Jumlah 11 100
18%
82%
15
menunjukkan bahwa banyak keluarga yang belum melaksanakan program keluarga
berencana. Program ini dilaksanakan untuk menurunkan angka mortalitas dan
morbiitas, tetapi masalah yang terjadi masih belum tertasi. Saat ini masih terjadi
laju pertumbuhan yang sangat tinggi, fertilitas relatif masih tinggi dengan
penyebaran yang tidak merata. Tetapi banyak masyarakat yang masih beropini
bahwa program keluarga berencana tidak terlalu penting karena banyak orang yang
masih berfikiran “banyak anak banyak rezeki”. Padahal dari permasalahan laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia dari tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan
laju pertumbuhan 1,49 persen pertahun dan jika tetap pada angka itu, pada 2045
jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa. Peningkatan yang
terus menerus inilah yang akan mengakibatkan permasalahan dan salah satu
solusinya yaiu dengan program keluarga berencana.
100%
16
secara terpadu melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, Posyandu serta
pelayanan rujukan melalui rumah sakit, pemerintah telah membangun Puskesmas
dan jaringannya di seluruh Indonesia. Rata-rata setiap kecamatan mempunyai dua
Puskesmas, setiap tiga desa mempunyai satu Puskesmas pembantu dan di setiap
desa memiliki satu Polindes. Puskesmas telah melaksanakan kegiatan dengan hasil
yang nyata, status kesehatan masyarakat semakin meningkat, ditandai dengan
menurunnya angka kematian ibu, makin meningkatnya status gizi masyarakat dan
umur harapan hidup (Depkes 2009). Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan sudah
hampir terpenuhi terutama untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan.
Tabel 6. Karakteristik bayi yang mendapat imunisasi lengkap berlaku untuk usia
12- 23 bulan di Desa Bangunjiwo
Dari indikator bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, tidak terdapat anak
usia 12-23 bulan sehingga presentase 0%. Imunisasi merupakan salah satu investasi
kesehatan yang paling cost-effective (murah), karena terbukti dapat mencegah dan
mengurangi kejadian sakit, cacat dan kematian akibat PD3I yang diperkirakan 2
hingga 3 juta kematian tiap tahunnya. Di indonesia, program imunisasi mewajibkan
setiap bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari
1 dosis hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-Hib, 4 dosis polio tetes, dan 1
dosis campak. Dibandingkan 2008-2011 cakupan imunisasi dasar lengkap periode
tahun 2012-2015 di indonesia mengalami penurunan. Proporsi imunisasi dasar
lengkap menurut survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 (53,8%) dan
2013 (59,2%) belum mencapai target yang ditetapkan pada tahun tersebut. Hal-hal
berikut terjadi karena beberapa masalah diantaranya pelaksanaan program belum
dilaksanakan secara optimal sesuai standart WHO, serta masih ditemukannya
penolakan imunisasi di masyarakat dan penentuan target belum sesuai dengan
sasaran yang ada.
17
Tabel 7. Bayi mendapat ASI Eksklusif berlaku untuk umur 7-23 bulan di Desa
Bangunjiwo
Dari indikator bayi mendapat ASI ekslusif, tidak didapatkan anak usia 7-23
bulan sehingga presentase 0%. Menurut penelitian yang dilakukan di wilayah
bangunjiwo puskesmas kasihan 1, hasil menunjukan tidak terdapat data di keluarga
yang mempunyai anak berusia 7-23 bulan, sehingga indikator bayi yang mendapat
asi ekslusif memiliki angka 0%
Millenium Development Goals (MDG’S) indonesia menargetkan pada
tahun 2015 angka kematian bayi dan angka kematian balita menurun sebesar dua
pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Menghadapi tantangan dari MDGS tersebut
maka perlu adanya program kesehatan anak yang mampu menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Salah satu program dalam proses
penurunan angka kematian bayi dan angka kematian balita adalah program asi
eksklusif, dan penyediaan konsultan asi eksklusif di puskesmas atau rumah sakit
(Badan Pusat Statistik, 2007). Berdasarkan pemantauan status gizi tahun 2016 bayi
di indonesia yang mendapatkan asi ekslusif sampai usia 6 bulan sebesar 29,5%
(Kemenkes RI, 2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Siswono dkk tentang gambaran pemberian
asi eksklusif yang terdapat di wilayah puskesmas sindang barang, bogor barat, kota
bogor tahun 2014 mendapatkan jumlah dari 99 responden yang memberikan asi
eksklusif adalah sebanyak 53,5%. Jumlah ini hanya sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang tidak memberikan asi eksklusif, yaitu
sebanyak 46,5%. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa didapatkan
hubungan antara dukungan suami dengan pemberian asi eksklusif di wilayah
kelurahan sindang barang, dimana ibu yang mendapatkan dukungan yang kuat dari
suami cenderung untuk menyusui asi eksklusif pada bayi 3,47 kali lebih besar
18
dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari suami.
Penelitian lainnya oleh Fjeld,. (2008) menyebutkan bahwa orang tua ibu yang tidak
memiliki pengetahuan yang baik tentang asi eksklusif sangat mempengaruhi
perilaku ibu dalam memberikan asi esklusif kepada anaknya. Menurut Amiruddin
dan Rostia (2007), kurangnya dukungan dari keluarga merupakan salah satu faktor
terhambatnya pemberian asi eksklusif sehingga walaupun ibu pernah menerima
atau tidak pernah menerima informasi asi eksklusif dari petugas kesehatan tidak
akan mempengaruhi tindakan ibu untuk memberikan asi eksklusif pada bayi
mereka.
50% 50%
19
pemantauan. Berdasarkan data UNICEF bahwa indonesia merupakan peringkat
kelima tertinggi di dunia, anak pendek (7,6 juta), anak kurus (2,8 juta) dan kurang
gizi (3,8 juta). Menurut hasil yang diperoleh dari 4 keluarga yang mempunyai balita
usia 2-59 bulan didapatkan sebesar 50.% dilakukan pemantauan pertumbuhan dan
50 % tidak dilakukan pemantauan. Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting
dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering)
secara dini. Anak umur 12-59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan, minimal 8x dalam setahun yang tercatat di kms, atau
buku pencatatan lainnya. Penimbangan balita dan penilaian status gizi merupakan
suatu bentuk pemantauan yang dapat dilakukan diberbagai tempat seperti
poskesdes, posyandu, puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan pemantauan pertumbuhan
balita di layanan kesehatan terutama posyandu yaitu, kehadiran balita di posyandu
yang berkurang. Berdasarkan data Riskesdas (2010) selama enam bulan terakhir
anak umur 6-59 bulan yang ditimbang secara rutin (4 kali atau lebih), ditimbang 1-
3 kali dan yang tidak pernah ditimbang berturut-turut 49,4%, 26,9%, dan 23,8%.
Berdasarkan informasi data kementrian RI penimbangan balita yang
dilakukan di Indonesia mengalami penurunan dari 80,8% pada tahun 2014 menjadi
72.4 % pada tahun 2015 sedangkan target yang harus dicapai untuk tahun 2015
adalah 80%. Selain itu, pada tahun 2015 kementerian kesehatan melaksanakan
pemantauan status gizi (PSG), didapatkan sebesar 29% balita indonesia termasuk
kategori pendek. Menurut WHO prevalensi balita pendek menjadi masalah
kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih. Hasil Riskesdas tahun
2007 menunjukkan bahwa alasan utama rumah tangga tidak memanfaatkan
posyandu walaupun sebenarnya membutuhkan adalah karena ; pelayanan tidak
lengkap (49,6%), lokasi jauh (26%) dan tidak tersedianya posyandu (24%).selain
itu, frekuensi kunjungan balita ke posyandu semakin berkurang dengan semakin
meningkatnya umur anak.
No TB Frekuensi Presentase
20
1 TB 0 0
2 Tidak TB 63 100
Jumlah 63 100
KARAKTERISTIK PERNAH
DIDIAGNOSA TB BERDASARKAN
ANGGOTA KELUARGA BERUMUR
(>15 TAHUN)
TB Tidak TB
100%
21
Tabel 10. Karakteristik didiagnosa HT berdasarkan usia > 15 tahun di desa
Bangunjiwo
No HT Frekuensi Presentase
1 HT 2 3,2
2 Tidak HT 61 96,8
Jumlah 63 100
KARAKTERISTIK DIDIAGNOSA HT
BERDASARKAN USIA > 15
HT Tidak HT
3%
97%
22
Tabel 11. Karakteristik penderita gangguan jiwa di Desa Bangunjiwo
KARAKTERISTIK PENDERITA
GANGGUAN JIWA DI DESA
BANGUNJIWO
Ada Tidak ada
100%
23
Tabel 12. Karakteristik anggota keluarga yang merokok
KARAKTERISTIK ANGGOTA
KELUARGA YANG MEROKOK
Merokok Tidak merokok
35%
65%
24
penggunaan rokok 9,9 batang perhari (Riskesdas, 2013). Jumlah tersebut
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil riset pada tahun 2010.
Perokok setiap hari pada umur 10 tahun ke atas sebesar 20,8% dan 7,0% yang
merupakan perokok kadang-kadang (Riskesdas, 2010). Data-data hasil riset
tersebut menunjukkan bahwa jumlah penggunaan rokok semakin meningkat,
padahal sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa merokok menjadi faktor risiko
terjangkitnya penyakit kronis, seperti kanker, penyakit paru-paru dan penyakit
kardiovaskuler.
37%
63%
25
sejahtera. Badan penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan merupakan bagian dari
badan penyelenggaraan JKN, BPJS menargetkan jumlah peserta JKN pada akhir
2017 adalah 201 juta orang, sedangkan Sampai 17 Maret 2017, jumlah peserta JKN-
sudah mencapai 175 juta jiwa dari berbagai segmen kepesertaan. lni berarti 70
persen penduduk Indonesia telah menjadi peserta JKN-KIS. Sejumlah kendala yang
dialami BPJS untuk menambah kepersertaan antara lain rendahnya kesadaran
masyarakat tentang program JKN, sulitnya dalam mengikuti alur JKN, serta
masalah ekonomi yang masih dipertimbangkan oleh sebagian masyarakat.
Tabel 14. Karakteristik keluarga memiliki sarana air bersih di Desa Bangunjiwo
26
Tabel 15. Karakteristik keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban
sehat di Desa Bangunjiwo
27
keluarga dengan baik yang dikarenakan oleh berbagai faktor seperti pengetahuan,
sikap, tindakan, sosial budaya, lingkungan dan ekonomi masyarakat yang masih
kurang.
28
BAB V
B. Saran
Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menganalisis penyebab atau faktor
dari setiap indikator yang mempengaruhi pada kondisi keluarga.
Dapat dilakukan penelitian secara kualitatif pada indikator KB, ASI Eksklusif,
Merokok, JKN
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Marilyn M. Friedman, Vicky R Bowden, Elaine G.Jones. (2013). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga. In V. R. Marilyn M. Friedman. Jakarta: EGC.
Data dan informasi profil kesehatan indonesia 2016. 2017. Kemenkes ri. Diakses di
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/data dan
informasi kesehatan profil kesehatan indonesia 2016 - smaller size - web.pdf
Fjeld,. (2008). „no sister, the breast alone is not enough for my baby‟ a qualitative
assessment of potentials and barriers in the promotion of exclusive
breastfeeding in southern zambia. International breastfeeding journal 2008,
3:26. Centre for international health, university of bergen Norway
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/Data dan
Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016 - smaller size -
web.pdf
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pemantauan-pertumbuhan-
anak
31
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-
pendek-2016.pdf
32