Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

“Konsep Program Kesehatan Dalam Pelayanan KIA”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat

Dosen Pengampu :
Husnul Khatimah, S.ST, M.K.M

Disusun Oleh :

Kelompok 4 Kelas 1A Kebidanan


Naya Fitriani (P17124023019)
Nida Khoirunnisa (P17124023020)
Nikmah Arbaini Panggabean (P17124023021)
Noor Halliza (P17124023022)
Novi Candra Puspita Dewi (P17124023023)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah Kesehatan Masyarakat
mengenai “Konsep Program Kesehatan Dalam Pelayanan KIA” dapat selesai pada waktunya.
Sehubungan dengan itu kami ingin menyampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. Tuhan yang selalu menjadi penuntun dan yang menyertai kami dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
2. Husnul Khatimah, S.ST, M.K.M selaku dosen penanggung jawab dan dosen
pengampu mata kuliah Kesehatan Masyarakat di Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jakarta 1.
Materi yang kami sampaikan dalam makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,
karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu arahan, koreksi, dan saran
yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca.

Jakarta, 30 Januari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Program Kesehatan Dalam Pelayanan KIA
A. Progam Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
B. 1000 Hari Pertama Kelahiran
C. SDGs
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan bayi neonatal. Salah satu tujuan
program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui
peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
prenatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer (Sistriani, 2014)
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator status Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dapat menggambarkan kualitas dan
aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2014) Japan International
Cooperation Agency (JICA) menyusun Buku Kesehatan Ibu dan Anak pada tahun 1947,
dan terbukti efektif menurunkan AKI dan AKB karena dapat mendeteksi kehamilan
resiko tinggi sejak awal (Wijhati, 2017).
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang KIA ini salah satu upaya mengatasi situasi
gawat darurat dari aspek non klinik terkait pada masa kehamilan sampai persalinan,
dalam pengertian ini tercakup pula menambah keterampilan para tenaga kesehatan serta
pembinaan di bidang kesehatan. Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah
tercapainya kemampuan hidup sehat dengan melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal bagi ibu dan keluarga serta mempercepat pencapaian target pembangunan
Kesehatan Indonesia.
Dari jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) dilihat dari target Sustainable Development
Goals (SDGs) yang akan menjadi acuan untuk melanjutkan berakhirnya pembangunan
Milenium Development Goals (MDGs) yang sudah mencapai tahap akhir pada tahun
2015. Target SDGs yang akan dicapai yaitu mengurangi rasio AKI hingga berkurang dari
70 per 100.000 kelahiran hidup sampai pada tahun 2030 yang akan datang, pada
kematian bayi baru lahir yang dapat dicegah dengan penurunan Angka Kematian
Neonatal (AKN) hingga mencapai 12 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita
sebesar 25 per 100 kelahiran hidup.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)?
2. Apa itu 1000 Hari Pertama Kelahiran?
3. Apa itu SDGs?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Menjelaskan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
2. Untuk mengetahui 1000 Hari Pertama Kelahiran
3. Untuk mengertahui penjelasan SDGs
Bab II
Pembahasan

1. Program Indonesia Sehat Dalam Pendekatan Keluarga (PIS-PIK)

Dilansir menurut World Health Organization (WHO, 1969) keluarga adalah


sekumpulan anggota keluarga yang memiliki hubungan pertalian darah,
perkawinan, dan adopsi. Program Indonesia Sehat adalah salah satu program dari
Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia di Indonesia.
Program ini juga didukung oleh program sektoral lainnya yaitu seperti Program
Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, serta Program Indonesia Sejahtera.
Program Indonesia Sehat disusun menjadi program utama Pembangunan Kesehatan
yang selanjutnya direncanakan proses pencapaiannya dengan Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52.2015 (Permenkes
RI, 2016).
Kebijakan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
suatu rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar perencanaan
dalam pelaksanaan suatu kegiatan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tentang
pemerintahan, organisasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip,
atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai
sasaran; garis haluan (KBBI, 2008). Kebijakan memiliki arti kebijaksanaan.
Kebijakan merupakan karakter atau sifat yang tetap dan melekat pada manusia,
sedangkan kebijaksanaan adalah sifat yang menetap pada sikap, tingkah laku, serta
perbuatan (Soenarko, 2000). Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga merupakan program yang diselenggarakan oleh Kemenkes RI untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku sehat, hidup dalam
lingkungan yang sehat, serta sadar akan pentingnya kesehatan.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) menjadi
salah satu upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk menanggulangi masalah
kesehatan di Indonesia. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
merupakan program utama Pembangunan Kesehatan, dan pencapaiannya telah ada
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang telah
ditetapkan. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar
gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya (Akmal Taher et al,
2016).
Program Indonesia Sehat bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung oleh perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Namun hingga saat ini Program Indonesia Sehat belum mencapai maksimal dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) (Akmal Taher, 2016).
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga adalah program
prioritas Kementerian Kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).
Dalam rangka melakukan penguatan promotif hingga preventif (paradigma
sehat) dan penguatan pelayanan kesehatan, pada periode Renstra 2015-2019 telah
diluncurkan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, yang pada
dasarnya adalah mengintegrasikan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga.
Puskesmas bertanggung jawab atas satu wilayah administrasi pemerintahan, yaitu
kecamatan atau bagian dari kecamatan. Paradigma sehat merupakan suatu model
atau cara pandang yang baru mengenai kesehatan. Paradigma sehat merupakan
model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang mendorong masyarakat
untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri. Tujuan dari
pembangunan kesehatan yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Sasaran pembangunan
kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat uang ditunjukkan oleh meningkatnya harapam hidup,
menurunnya angka kematian ibu, menurunnya angka kematian bayi, dan
menurunnya prevalensi undernutrisi pada balita (Kemenkes RI, 2020).
PIS-PK ini memiliki peran yang penting untuk melakukan perubahan
paradigma ke arah paradigma sehat. Berdasarkan prinsip paradigma sehat,
Puskesmas wajib mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. PIS-PK merupakan kegiatan kunjungan
rumah yang dilakukan oleh Puskesmas secara terintegrasi dalam memanajemen
Puskesmas dan memenfaatkan sumber daya yang tersedia dengan tujuan untuk
mendekatkan akses keluarga ke fasilitas kesehatan (Hartati, 2021)
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan RPJMN 2020-2024, yaitu: (1)
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya
pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan
(Indonesia, 2020).
Periode tahun 2020-2024 merupakan proses terakhir dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2025, sehingga
merupakan periode pembangunan jangka menengah yang sangat penting dan
strategis. Sesuai dengan RPJMN 2005-2024, sasaran pembangunan jangka
menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbagunnya infrastruktur perekonomian yang kokoh dan
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing (Indonesia, 2020).
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) ini
mengintegrasikan pelaksanaan program melalui pendekatan enam komponen
utama dalam penguatan sistem kesehatan (six building blocks), yaitu penguatan
upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, sistem informasi
kesehatan, akses terhadap ketersediaan obat esensial, pembiayaan, dan
kepemimpinan atau pemerintahan. Program ini bukanlah suatu kegiatan yang baru,
namun menekankan oleh sudut pandang dan tindakan Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya secara terintegrasi, sesuai
target sasaran seluruh anggota keluarga (total coverage). Integrasi program menjadi
kekuatan dalam pelaksanaan PIS-PK, dimana upaya kesehatan perorangan (UKP)
dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang terintegrasi dilakukan secara
berkesinambungan berdasarkan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga
(Gita Maya Koesmara Sakti, Dewi Roro Kumbini, 2017).
Keluarga merupakan komponen penting dalam upaya pencegahan penyakit
selain peran dari kualitas lingkungan dan sarana serta prasarana kesehatan.
Keluarga juga merupakan tempat pertama kali kehidupan sosial dan pendidikan
didapatkan oleh anak, termasuk pendidikan terkait kesehatan. Perilaku hidup sehat
yang didapatkan sejak dini akan memicu kesadaran terhadap pentingnya kesehatan
baik di keluarga maupun masyarakat. Mengingat betapa pentingnya peran keluarga
dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, Pemerintah membuat Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Program ini merupakan program
lanjutan dari kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) yang
dilakukan oleh puskesmas melalui kunjungan ke rumah-rumah untuk dilakukannya
pendataan terutama dari segi kesehatan. Pendataan dilakukan untuk basis data yang
akan menjadi dasar bagi pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan peningkatan dan
pemerataan pembangunan dan kesejahteraan keluarga (Kemenkes RI, 2016).
Pelaksanaan PIS-PK didasari oleh Permenkes Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. PIS-PK adalah program yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan dengan
cara mengunjungi setiap keluarga dalam cakupan wilayah Puskesmas dengan fokus
kesehatan, PIS-PK bermanfaat untuk mengetahui kesehatan keluarga melalui
kunjungan awal kesehatan keluarga yang dilakukan oleh petugas puskesmas
sehingga ditemukan prioritas masalah kesehatan dan dilakukan intervensi terhadap
masalah kesehatan yang ditemukan (Kemenkes RI, 2016).

2. Pengertian 1000 Hari Pertama Kehidupan


Periode 1000 hari pertama kehidupan
(1000 HPK) adalah masa sejak konsepsi sampai anak berusia 2 tahun1 Periode ini disebut juga
"Periode Emas” karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan otak sangat pesat, untuk itu
semua kebutuhan dasar berupa asupan nutrisi, kasih sayang, stimulasi,
imunisasi dan kebersihan harus terpenuhi.

Kebutuhan yang tidak terpenuhi pada 1000 HPK akan menimbulkan dampak bersifat
permanen yaitu terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kecerdasan dan
perilaku. Pengoptimalan pada tumbuh kembang anak pada 1000 HPK yaitu memperhatikan
asupan makan saat hamil, pemberian Air SusuIbu (ASI) Eksklusif selama 6 bulan dan dilanjut
Gizi 1000 HPK Page 6 pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) dengan tekstur bertahap
sampai usia 24 bulan dengan tetap pemberian ASI. Bila asupan gizi ibu kurang, maka bayi akan
melakukan penyesuaian melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran organ.
Penyesuaian yang terjadi bersifat permanen, artinya bila perbaikan gizi dilakukan setelah melewati
masa 1000 HPK, maka efek perbaikannya kecil, sebaliknya jika dilakukan pada masa 1000 HPK
maka efek perbaikannya bermakna2
.
Sembilan bulan dalam kandungan (9x30 hari)= 270 hari
Tahun I kelahiran (365 hari)
Tahun II kelahiran (365 hari) = 1000 hari awal
kehidupan + +

Berikut 9 pesan inti 1000 Hari Pertama Kehidupan, yaitu:

1. Makan makanan yang beraneka


ragam selama hamil
2. Periksa kehamilan 4x
3. Minum tablet tambah darah
4. Inisiasi Menyusui Dini pada bayi
baru lahir
5. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan
6. Timbang BB bayi secara rutin tiap
bulan
7. Berikan imunisasi dasar wajib bagi
bayi
8. Lanjutkan pemberian ASI hingga
berusia 2 tahun
9. Berikan MP-ASI secara bertahap
mulai usia 6 bulan dengan tetap
memberikan ASI

3. SDG's (Sustainable Development Goals)


Sustainable Development Goals (SDG’s) adalah tujuan pembangunan
berkelanjutan sebagai kesepakatan global untuk mengganti program Millennium
Development Goals (MDG’s) yang terdiri dari 193 negara anggota Perserikatan
Bangsa – Bangsa (PBB), dimana Indonesia merupakan salah satu dari 193 negara
tersebut. SDG’s mulai dijalankan pada tahun 2016, yang terdiri dari 17 tujuan dan
169 sasaran pembangunan yang akan dicapai pada tahun 2030 (SMERU Research
Institute, 2017). Salah satu program yang menjadi prioritas target SDG’s yaitu menjamin
kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala
usia 2030 (Ermalena, 2017). Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan salah
satu indikator yang menjadi target pencapaian dalam SDG’s. Dimana indikator
tersebut adalah dengan mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,
dengan menurunkan AKN hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup (Ermalena, 2017).
Sehingga semua negara memiliki target untuk mengurangi kematian neonatal
menjadi 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup (UNICEF, 2017). Angka Kematian Neonatal (AKN)
adalah jumlah kematian bayi usia sampai 28 hari yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2018).
Secara global, sekitar 7.000 bayi baru lahir mengalami kematian setiap harinya (UNICEF, 2018).
Pada tahun 2015,diperkirakan terdapat 5,9 juta kasus kematian anak di bawah 5 tahun, di mana
45% dari jumlah tersebut terjadi pada neonatus. Tingkat mortalitas neonatal diperkirakan
sebesar 19 kasus dari 1000 bayi lahir hidup (World Health Organization, 2016)
Pada dekade 1990-an, rata-rata penurunan angka kematian bayi baru lahir
di Indonesia mencapai lima persen per tahun, sedikit lebih tinggi daripada dekade
1980-an sebesar empat persen per tahun. Walaupun pencapaian telah begitu
menggembirakan, tingkat kematian bayi baru lahir di Indonesia masih tergolong
tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali
lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi
dari Thailand (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2012, angka kematian neonatal mencapai 19 kematian per 1000 kematian (dalam
periode lima tahun sebelum survei). Kemudian pada periode lima tahun sebelum
survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2017, diperoleh tingkat kematian
neonatal sebesar 15 kematian per 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2017). Data ini
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kematian neonatal sebesar 4 kematian per
1.000 kelahiran hidup dalam selama periode tahun 2012 sampai 2017. Kendati
mengalami penurunan, pencapaian angka kematian neonatal terkini belum dapat
dikatakan memuaskan karena belum mencapai target SGD’s yaitu 12 kematian per
1.000 kelahiran hidup.
Sebagian besar kematian neonatal (75%) terjadi dalam minggu pertama
pasca lahir, dan sekitar satu juta bayi baru lahir meninggal dalam waktu 24 jam
pertama. Prematur, komplikasi terkait persalinan (asfiksia atau kesulitan bernapas
3
saat lahir), infeksi dan cacat lahir merupakan penyebab utama kematian neonatus
pada tahun 2017 (World Health Organization, 2019). Asfiksia merupakan penyebab
utama kematian neonatal, disamping prematur dan infeksi (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015). Tingkat kematian neonatal di Indonesia yang
diakibatkan oleh asfiksia pada tahun 2017 mencapai 2,8 per 1000 kelahiran hidup
(World Health Organization, 2017).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2015). Kejadian asfiksia berkaitan erat dengan kondisi ibu hamil maupun janin
selama masa kehamilan, sehingga identifikasi awal resiko terjadinya asfiksia
neonatorum masih mungkin dilakukan. Beberapa keadaan pada ibu dapat
menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen
ke janin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. Peristiwa ini ini dapat
menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Preeklamsia menjadi salah dari keadaan
ibu tersebut (Rohmania, 2016). Preeklamsia merupakan salah satu gangguan
hipertensi pada kehamilan. Gangguan hipertensi pada kehamilan dialami sekitar
10% ibu hamil di seluruh dunia (World Health Organization, 2011).
Penelitian oleh Viviawati dkk. pada tahun 2017, melaporkan bahwa
sebagian besar dari ibu yang mengalami preeklampsia (19,5%) melahirkan bayi
asfiksia yaitu sejumlah (28,7%) responden. Sehingga penelitian ini menunjukkan
adanya hubungan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia neonatorum bayi
baru lahir. Dengan kata lain, Ibu yang mengalami preeklampsia cenderung akan
melahirkan bayi yang asfiksia.
4
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anak adalah antara lain dengan meningkatkan kepatuhan terhadap standar
melalui penguatan supervisi; meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga
kesehatan melalui review, sosialisasi dan peningkatan kapasitas tentang manajemen
program maupun teknis medis; melakukan penguatan terhadap sistem rujukan
dengan mematuhi manual rujukan maternal dan neonatal; melakukan penguatan
manajemen program melalui peningkatan pelaksanaan Pemantauan Wilayah
Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), penyeliaan fasilitatif dan
penyelenggaraan audit maternal dan peninatal di kabupaten/kota; melakukan
peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan kelas ibu hamil dan balita
serta perencanaan perslinan dan pencegahan komplikasi; dan memaksimalkan
penggunaan dana baik yang bersumber dari pusat maupun daerah termasuk dana
desa yang mendukung capaian standar pelayanan (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2018).
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul “Hubungan Preeklampsia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum”.

Bab III
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan

Dari pelaksanaan yang telah dilakukan dapat dievaluasi bahwa program KIA masih merupakan
program yang dalam konsep manajemen bersifat sentralisasi. Upaya desentralisasi hanya terbatas
pada hak dan kewenangan tingkat terbawah untuk memberikan usulan kebutuhan dengan justifikasi
data kebutuhan di wilayahnya. Hal ini terjadi pula dalam konteks pendanaan. Unit pelaksana
memang mempunyai hak dalam usulan pendanaan sesuai kebutuhan, namun dalam realisasinya
sering jauh dari yang diharapkan.

B. Saran

1. Kebijakan daerah dan kebijakan pusat harusnya lebih memperhatikan kondisi wilayah
disuatu daerah sasaran sehingga pelaksanaan program kegiatan menjadi lebih spesifik dirasakan di
masyarakat. Penambahan ketenagaan juga perlu di perhatikan dengan menyediakan tenaga
adminstrasi dan manejerial yang khusus membidangi masalah tertentu sehingga system kerja yang
dicapai akan lebih terarah, efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
2. Perlu adanya upaya dalam menyediakan solusi berbagai permasalahan dalam proses
pelaksanaan program KIA, karena pada hakikatnya semua proses kegiatan, pasti mempunyai
kendala- kendala yang secara serius harus ditangani agar dapat terlaksana dengan baik. Solusi
tidak hanya dipecahkan dengan kebijakan atasan atau kelompok elit tertentu, namun juga lebih
melibatkan peran pendapat pelaksana di tingkat fungsional

Daftar Pustaka

Athoillah, Anton. 2017. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Pustaka Setia.


Azwar, Azrul. 2017. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Tangerang:
Binapura Aksara.
Bappenas. 2013. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di
Indonesia 2011. Jakarta: Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.
Depkes. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat. Kemenkes: 2010.
Dharmawan, Dkk. 2015. Kinerja Petugas dalam Pencatatan dan Pelaporan PWS
KIA di Puskesmas Duren. Jurnal Kesehatan Masyarakat 10 (2). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Dinkes Kota Tasikmalaya. 2019. Laporan Kegiatan Antenatal Terpadu Kota
Tasikmalaya.
Dinkes Provinsi Jawa Barat. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Bandung: Dinkes Provinsi Jawa Barat.
Elfrianto. 2016. Manajemen Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan. Jurnal Edutech Vol. 2 (2) Hal 46-58. Medan:
FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Elvira, D., dkk. 2019. Studi Kualitatif Analisis Implementasi Standar Pelayanan
Antenatal Care 10 Terpadu Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Bungus Kota
Padang Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 (2) Hal 151-172.
Sumatera Utara: Universitas Al Asyariah Mandar.
Habibi, dkk. 2017. Gambaran Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan
Fungsi Manajemen pada Program Pengendalian Penyakit Menular (P2m)
di Puskesmas Tamangapa Makassar Tahun 2016. Public Health Science
Journal Vo. 9 (1). Hal 43-54. Makassar: FKIK UIN Alauiddin Makassar.
Heru, retno, dkk. 2012. Konseling Ibu Hamil pada Bidan Praktik Swasta dan
Puskesmas di Kabupaten Bantul. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol
1 (2). Hal 168-172. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Herujito, Yayat. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Bogor: PT. Grasindo.
Indartono, Setyabudi. 2016. Pengantar Manajemen: Character Inside. Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Kareth, Yokbeth, dkk. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan
Pelayanan KIA oleh Bidan di Puskesmas Kabupaten Nabire. Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia. Vol. 3 (1). Hal 34-43. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Karjatin, Atin. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Praktikum Keperawatan Maternitas.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2009. Undang-Undang No.36 tentang Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Program Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
KIA Tahun 2015-2019.
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kemenkes. 2014. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
Kemenkes. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
Kemenkes. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Kemenkes. 2018. Pentingnya Konsumsi Tablet Fe Bagi Ibu Hamil. (Online).
http://promkes.kemkes

Anda mungkin juga menyukai