Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PROGRAM INDONESIA SEHAT PENDEKATAN

KELUARGA DAN KELAS IBU


Disusun untuk Memenuhi Tugas Kesehatan Masyarakat
Dosen: Sri Wahyuni, M.KM.

Disusun oleh :

Kelompok 4
1. Riski Melina (P17324218048)
2. Salsabila Ikrima (P17324218014)
3. Sekar Fortunawati (P17324218013)
4. Siti Chopipah N (P17324218039)
5. Jayanti Safitri (P17324217001)

TINGKAT II B

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga
dan Kelas Ibu ini. Dalam proses perdalaman materi ini, tentunya kami mendapat
bimbingan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih sedalam-dalamnya kami
sampaikan kepada ibu Sri Wahyuni, M.KM selaku dosen pembimbing mata
kuliah Kesehatan Masyarakat dan rekan-rekan mahasiswi yang telah banyak
memberi masukan untuk makalah ini
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan masyarakat.

Bogor, Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Program Indonesia Sehat ..................................................... 3
2.2 Upaya Kesehatan ................................................................................... 4
2.3 Arah dan Kebijakan .............................................................................. 10
2.4 Pendekatan Keluarga Dalam Pencapaian Prioritas Pembangunan
Kesehatan Konsep Keluarga................................................................. 13
2.5 Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat ............................................. 15
2.6 Kelas Ibu ............................................................................................... 17

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak dasar setiap warga negara. Kesehatan juga
merupakan investasi untuk mendukung pembangunan sebuah bangsa.
Setiap orang agar meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud pembangunan kesehatan harus dipandang
sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sesuai dengan amanat undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya
yang di laksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi semua
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan
dengan upaya–upaya yang telah dilaksanakan dalam periode sebelumnya.
(Kemenkes. 2016)
Upaya pemerintah dalam mewujudkan paradigma kesehatan adalah
dengan membuat program Indonesia sehat yang tujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang di dukung dengan perlindungan finansial
dan pemeratan pelyanan kesehatan. Progam lainnya adalah Program
Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia sehat ini selanjutnya dituangkan dalam bentuk
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 Keputusan
Menteri kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu program Indonesia sehat ?
2. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan indonesia sehat ?
3. Bagaimana arah dan kebijakan RJPMN 2020-2024?

1
4. Bagaimana pendekatan keluarga yang dapat dilakukan ?
5. Bagaimana pelaksanaan pendekatan keluarga sehat ?
6. Apa itu sekolah ibu ?
7. Tujuan dari diwujudkannya program sekolah ibu ?
8. Apa saja yang di ajarkan di sekolah ibu ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui mengenai program Indonesia sehat
2. Mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
indonesia sehat
3. Mengetahui arah dan kebijakan RJPMN 2020-2024.
4. Mengetahui bagaimana pendekatan keluarga yang dapat dilakukan.
5. Mengetahuni bagaimana pelaksanaan pendekatan keluarga sehat.
6. Mengetahui mengenai sekolah ibu
7. Mengetahui tujuan didirikannya sekolah ibu
8. Mengetahui hal hal yang diajarkan di sekolah ibu

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Program Indonesia Sehat


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda
ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program
Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama
Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya
melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/ 52/2015.
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan tingkat pendidikan yang membaik ke seluruh penduduk.
Yaitu meliputi : Kematian ibu dan bayi, kapasitas tenaga kesehatan, sistem
rujukan maternal, dan tata laksana pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta
pelayanan kesehatan reproduksi.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar
utama, yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan
kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarus utamaan
kesehatan dalam pembangunan,penguatan upaya promotif dan preventif,
serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care
dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta
kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya
keluarga-keluarga sehat.

3
Pada pembangunan Indonesia 2020-2024 ditujukan untuk
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing,
yaitu sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif,
terampil, dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan
pembangunan manusia diarahkan pada pengendalian penduduk dan
penguatan tata kelola kependudukan, pemenuhan pelayanan dasar dan
perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda,
pengentasan kemiskinan, serta peningkatan produktivitas dan daya saing
angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia tersebut dilakukan
berdasarkan pendekatan siklus hidup dan inklusif, termasuk
memperhatikan kebutuhan penduduk usia lanjut maupun penduduk
penyandang disabilitas.

4
2.2 Pengendalian Penduduk dan Penguatan Tata Kelola Kependudukan
Penduduk tumbuh seimbang merupakan salah satu prasyarat untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. Hal ini
dapat diwujudkan melalui pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas
dan pengarahan mobilitas penduduk. Dengan penduduk tumbuh seimbang,
daya tampung dan dukung lingkungan dapat tetap terjaga. Hal ini dapat
dicapai dengan menurunkan rata-rata angka kelahiran total (Total Fertility
Rate/ TFR) nasional sampai pada tingkat replacement rate yaitu 2,1.
Pendekatan siklus hidup mencakup 1000 Hari Pertama Kehidupan,
pendidikan usia dini, pola asuh dan pembentukan karakter anak dalam
keluarga, remaja, transisi dari sekolah menuju dunia kerja, serta penyiapan
kehidupan berkeluarga dan lansia.

2.3 Perlindungan Sosial Bagi Seluruh Penduduk


Perlindungan sosial ditujukan untuk melindungi seluruh penduduk
Indonesia dari goncangan ekonomi, maupun goncangan sosial, bahkan
karena adanya bencana alam dan perubahan iklim. Meskipun
kesejahteraan penduduk meningkat, jumlah penduduk yang rentan untuk
jatuh miskin saat terjadi guncangan masih cukup tinggi. Perlindungan
sosial bagi penduduk miskin dan rentan diberikan melalui pemberian
bantuan sosial untuk mengurangi beban pengeluaran mereka.
Perluasan kepesertaan jaminan sosial terutama kepesertaan pekerja
informal atau Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) melambat. Jumlah
peserta tidak aktif (berhenti membayar iuran) cukup banyak dan kepatuhan
para pemberi kerja maupun pada kelompok pekerja bukan penerima upah
belum baik. Regulasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan
Sosial bidang Ketenagakerjaan masih belum harmonis. Kelembagaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum optimal terutama dari sisi
koordinasi antar kelembagaan dan penegakan fungsi Dewan Jaminan
Sosial Nasional (DJSN). Respon lembaga pengawasan terhadap
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan ketetapan belum sekuat yang

5
diharapkan. Lembaga aktuaria yang diperlukan untuk memperkirakan dan
menegakkan keberlanjutan fiskal program belum terkoordinasi dengan
baik dan lembaga yang independen belum tersedia. Sistem monitoring dan
evaluasi masih parsial dan belum terintegrasi dengan baik.

2.4 Pemenuhan Layanan Dasar


Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan membaik, namun belum
menjangkau seluruh penduduk. Kematian ibu dan bayi masih tinggi.
Kapasitas tenaga kesehatan, sistem rujukan maternal, dan tata laksana
pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan reproduksi
belum berjalan optimal. Penggunaan kontrasepsi (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) cara modern menurun dari 57,9 persen (SDKI
2012) menjadi 57,2 persen (SDKI 2017).
Angka kelahiran (Age Specific Fertility Rate/ASFR) umur 15-19
tahun juga masih tinggi disebabkan rendahnya pemahaman remaja
terhadap kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga.
Pemahaman orangtua mengenai pola asuh yang baik, kesehatan
lingkungan serta kemampuan menyediakan gizi yang cukup masih rendah
sehingga prevalensi stunting masih tinggi. Prevalensi penyakit menular
utama (HIV/AIDS, TB dan malaria) masih tinggi disertai dengan ancaman
emerging diseases akibat tingginya mobilitas penduduk.
Pola hidup yang tidak sehat meningkatkan faktor risiko penyakit
seperti obesitas, merokok, dan tekanan darah tinggi, sehingga mendorong

6
meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung dan
diabetes. Kondisi lingkungan diperburuk dengan polusi udara, air dan
sanitasi dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang belum
terkelola dengan baik. Proporsi rumah tangga yang memiliki akses
terhadap rumah layak huni hanya 38,3 persen, dengan akses terhadap air
minum dan sanitasi masing-masing sebesar 61,29 persen dan 74,58 persen
(BPS, 2018).
Sistem rujukan pelayanan kesehatan belum optimal
dilihat dari banyaknya antrian pasien. Puskesmas dan fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP) swasta belum mampu secara maksimal berperan
sebagai gate keeper. Kekosongan obat dan vaksin serta penggunaan obat
yang tidak rasional masih terjadi, ketergantungan yang tinggi terhadap
impor bahan baku sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta sistem
pengawasan obat dan makanan belum optimal. Ketimpangan kinerja
sistem kesehatan antar wilayah juga masih tinggi misalnya cakupan
imunisasi yang rendah di Indonesia bagian timur. Fasilitas kesehatan
terakreditasi dan tenaga kesehatan menumpuk di Jawa-Bali dan daerah
perkotaan.

7
2.5 Arah Kebijakan dan Strategi
Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, KB dan Kesehatan Reproduksi
Peningkatan pelayanan kebidanan berkesinambungan (continuum of
obstetric care) di fasilitas publik dan swasta dengan mendorong seluruh
persalinan di fasilitas kesehatan, peningkatan cakupan dan kualitas
pelayanan antenatal, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan terutama
bidan, perbaikan sistem rujukan maternal, penyediaan sarana prasarana dan
farmasi terutama jaminan ketersediaan darah setiap saat, dan pencatatan
kematian ibu di fasilitas pelayanan kesehatan, perluasan imunisasi dasar
lengkap, peningkatan perilaku higiene, peningkatan gizi remaja putri dan
ibu hamil, peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga khususnya
pengasuhan, tumbuh kembang anak dan gizi.
Arah kebijakan dan strategi meliputi
a. Perluasan cakupan KB dan kespro meliputi peningkatan pengetahuan
dan akses layanan kesehatan reproduksi bagi remaja dan pra remaja
yang responsif gender, peningkatan kompetensi PKB/PLKB, penguatan
jejaring dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi khususnya
praktik mandiri bidan, dokter swasta dan penguatan advokasi, KIE dan
konseling
b. Percepatan perbaikan gizi masyarakatpercepatan penurunan stunting
dengan peningkatan efektivitas intervensi spesifik berbasis bukti dan
penajaman intervensi sensitif untuk percepatan perbaikan gizi secara
terintegrasi;penguatan advokasi, komunikasi sosial dan perubahan
perilaku terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis
konsumsi pangan (food based approach); danpenguatan sistem
surveilans gizi; danpeningkatan komitmen dan pendampingan bagi
daerah dalam intervensi perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi
setempatrespon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat
c. Peningkatan pengendalian penyakitdengan perhatian khusus pada
HIV/AIDS, TB, malaria, jantung, stroke, hipertensi, diabetes, emerging
diseases, penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa,

8
penyakit tropis terabaikan (kusta, filariasis, schistosomiasis), penyakit
jiwa, cedera dan gangguan penglihatanperluasan cakupan dan
peningkatan kualitas deteksi dini dan penemuan
kasuspenyakit;pengembangan real time surveilans;penguatan health
security termasuk penguatan alert system, pencegahan dan respon cepat
kejadian luar biasa, serta peningkatan kapasitas untuk deteksi,
pencegahan, respon dan karantina kesehatan di pintu-pintu masuk
negara;penguatan tata laksana penanganan penyakit dan cedera;
danpenguatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
d. Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)pengembangan
kawasan sehat antara lain kabupaten/kota sehat, pasar sehat, lingkungan
kerja sehat dan upaya kesehatan sekolah (UKS);penyediaan ruang
terbuka publik, transportasi masal dan konektivitas untuk mendorong
aktivitas fisik masyarakat dan lingkungan sehat serta penurunan polusi
udara yaitu regulasi yang mendorong pemerintah pusat dan daerah serta
swasta untuk menerapkan pembangunan berwawasan kesehatan dan
mendorong hidup sehat termasuk pengembangan standar dan pedoman
untuk sektor non kesehatan, peningkatan cukai rokok, pembatasan iklan
rokok, dan penerapan sin-tax produk pangan yang berisiko tinggi
terhadap kesehatan merupakan promosi perubahan perilaku hidup sehat
yang inovatif dan penggerakan masyarakat termasuk revitalisasi
posyandu dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat lainnya serta
pengembangan organisasi untuk hidup sehat dan peningkatan
penyediaan pilihan pangan sehat termasuk penerapan label pangan dan
perluasan akses terhadap buah dan sayur.
e. Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan.
Pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatandifokuskan
padapengembangan paket pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan,
fasilitas kesehatan, farmasi dan alat kesehatan), afirmasi pemenuhan
tenaga kesehatan strategis, dan afirmasi pendidikan (beasiswa dan tugas
belajar) tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah tertinggal,
perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan daerah kurang diminati;re-

9
distribusi tenaga kesehatan yang ditempatkan di puskesmas dan RS di
tingkat pusat,provinsi dan kabupaten/kota yang didukung penyediaan
insentif finansial dan non-finansial;pengembangan mekanisme
kerjasama pemenuhan tenaga kesehatan melalui kontrak
pelayanan;perluasan pelatihan tenaga kesehatan fokus pada pelayanan
kesehatan dasar; peningkatanmutu program studi bidang kesehatan
sesuai kebutuhan; danpemenuhan tenaga kesehatan puskesmas sesuai
standar dan non-kesehatan termasuk tenaga sistem informasi dan
administrasi keuangan untuk mendukung tata kelola pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan.
f. Penguatan pelaksanaan jaminan sosial keberlanjutan pendanaan SJSN;
penyesuaian sistem peningkatan iuran dan tarif, perluasan kepesertaan
SJSN terutama sektor informal dan pekerja penerima upah dan
peningkatan tata kelola; penerapan active purchasing terutama paket
manfaat JKN yang diikuti oleh peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan dan akuntabilitas pengelolaan JKN; penguatan kelembagaan
SJSN dan harmonisasi peraturan perundangan yang terkait;
pengembangan program SJSN yang komprehensif dan terintegrasi,
termasukpengembanganJaminan Pekerjaan (Unemployment Benefit),
Perawatan Jangka Panjang Berbasis Kontribusi (Long Term Care), dan
Program Rehabilitasi Kerja (Return to Work); pembangunan sistem
monitoring dan evaluasi yang terintegrasi; sinergi data dasar
kependudukan, basis data terpadu (BDT) dan data BPJS
kesehatan;integrasi data JKN dengan sistem informasi kesehatan dan
pemanfaatan data pelayanan BPJS kesehatan; danpenguatan health
technology assessment (HTA), dewan pertimbangan klinis, dan tim
kendali mutu dan kendali biaya.

2.6 Pendekatan Keluarga Dalam Pencapaian Prioritas Pembangunan


Kesehatan Konsep Keluarga
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses

10
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam
gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di
wilayah kerjanya.
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program
Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi
keluarga, yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan
tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya,
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

11
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.
Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini
merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan
perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas),
yang meliputi kegiatan berikut.
1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil
Kesehatan Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan
dalam gedung.
4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga
untuk pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen
Puskesmas.

2.7 Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat


Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah,
ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam
satu rumah tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka
rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk
menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah
penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia
Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status
kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

12
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks
Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-
masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang
bersangkutan.
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus
diadakan atau dikembangkan, yaitu:
a. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
b. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
c. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa
family folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data
keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi
komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan
akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga
mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap penyakit
(hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok,
ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI
eksklusif, dan lain-lain)
Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer

13
tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer
tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-lain.
Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat
berupa forum-forum berikut.
a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasa
c. Wisma dari PKK.
Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan
lain-lain).
Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim,
rembug desa, selapanan, dan lain-lain. Sedangkan keterlibatan tenaga dari
masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan menggunakan tenaga-
tenaga berikut Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader
Posbindu, kader Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.

2.8 Kelas Ibu


A. PERSIAPAN KEGIATAN
Kelas Ibu Balita dirancang untuk dilaksanakan di seluruh wilayah
Provinsi. Mengingat luasnya wilayah cakupan, kegiatan ini perlu dipersiapkan
sedemikian rupa sebelum dilaksanakan di seluruh daerah. Langkah penting
pertama adalah menginformasikan tentang organisasi pelaksana yang
menyangkut posisi penanggungjawab, keterlibatan aparat pemerintah tingkat
provinsi/kabupaten/kota serta lintas program, lintas sektor dan masyarakat,
sebagai berikut:

• Kelas Ibu Balita bukanlah program baru, tetapi merupakan kegiatan


lanjutan untuk membahas Buku KIA pada ibu Balita. Kegiatan Kelas Ibu
Balita terintegrasi dengan kegiatan lainnya yang ada di lapangan seperti
PAUD, BKB, Posyandu dll.

• Tim provinsi/kabupaten/kota secara bersama-sama bertugas memproduksi


rancangan program, melaksanakan supervisi, monitoring- evaluasi dan
merencanakan pengembangan.

14
• Keterlibatan lintas program, lintas sektor dan masyarakat lokal terlihat dari
adanya sinergi dengan program-program yang telah ada. Kelas Ibu Balita
dilaksanakan sejalan dengan kegiatan Posyandu, Puskesmas, PAUD
dengan melibatkan pemerintah desa/kelurahan dan kecamatan. Dengan
demikian Kelas Ibu Balita diposisikan sebagai kegiatan bersama untuk
kepentingan bersama.

Kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam Persiapan Kegiatan adalah:

1) Pertemuan Persiapan
Pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan serta menyamakan
persepsi diantara para stakeholders (aparatur Dinas, Puskesmas, Posyandu,
dan tokoh masyarakat) tentang Kelas Ibu Balita, diakhiri dengan membuat
kesepakatan-kesepakatan, antara lain tentang kriteria sasaran/peserta,
fasilitator/narasumber dan sebagainya. Hasil dari pertemuan ini adalah
kebijakan yang diberlakukan ditingkat provinsi.
a) Peserta
Peserta Kelas Ibu Balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang
mempunyai anak usia antara 0 – 5 tahun dengan pengelompokan 0-1
tahun, 1-2 tahun, 2-5 tahun. Peserta kelompok belajar terbatas, paling
banyak 15 orang. Proses belajar dibantu oleh seorang fasilitator
yang memahami bagaimana teknis pelaksanaan Kelas Ibu Balita.

 Fasilitator dan narasumber

Fasilitator Kelas Ibu Balita adalah bidan/perawat/tenaga kesehatan


lainnya yang telah mendapat pelatihan fasilitator Kelas Ibu Balita
atau melalui on the job training. Dalam pelaksanaan Kelas Ibu
Balita fasilitator bisa minta bantuan narasumber untuk
menyampaikan materi bidang tertentu. Narasumber adalah tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu, misalnya
dibidang gizi, gigi, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), penyakit
menular, dsb.

15
2) Pengkajian Kebutuhan/Data Dasar
Sebaiknya sebelum kelompok Kelas Ibu Balita dimulai terlebih dahulu
dilaksanakan musyawarah masyarakat untuk mengetahui masalah
kesehatan Balita dan materi prioritas yang akan dibahas dalam pertemuan
kelas Ibu Balita, kewenangan ini diberikan kepada fasilitator dengan
catatan materi tersebut merupakan bagian dari Buku KIA.
Tujuannya untuk memetakan kebutuhan-kebutuhan warga belajar serta
berbagai kebutuhan penyelenggaraan kelas. Kebutuhan warga belajar
diasumsikan tidak sama antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga
pengenalan dan pembuatan peta/data dasar kebutuhan merupakan kegiatan
persiapan yang sangat penting untuk menetapkan materi, supervisi,
monitoring dan evaluasi. Pemetaan dilaksanakan secara bertingkat,
dimulai dari Posyandu (nagari/kelurahan/jorong), diteruskan ke Polindes
dan Puskesmas (kecamatan), Dinas Kesehatan (kota/kabupaten), sampai
ke tingkat Dinas Kesehatan Provinsi.

3) Merancang Penyelenggaraan
Tujuannya untuk menetapkan kebijakan teknis, misalnya tentang waktu
dan lokasi penyelenggaraan, kriteria dan proses perekrutan fasilitator,
pelatihan bagi pelatih (training of trainer/TOT) dan fasilitator, pelibatan
tokoh-tokoh masyarakat, pembagian kerja diantara berbagai instansi,
sumber dana dan sebagainya.

a) Pelatihan bagi pelatih

Pelatihan bagi pelatih (TOT) dirancang untuk menghasilkan


personel yang mempunyai kemampuan mentransfer kemampuan
dan keterampilan menyelenggarakan Kelas Ibu Balita ke
fasilitator- fasilitator di tingkat Posyandu. Pelatihan dilakukan
berjenjang mulai dari tingkat provinsi sampai ke tingkat kabupaten.

b) Pelatihan bagi fasilitator

Pelatihan bagi fasilitator dimaksudkan untuk menghasilkan


fasilitator- fasilitator Kelas Ibu Balita di tingkat Puskesmas atau

16
Polindes.

Pendekatan kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat. Agar


Kelas Ibu Balita dapat dipahami seluruh komponen masyarakat
perlu dilakukan pendekatan kepada tokoh agama dan
tokoh masyarakat. Tokoh-tokoh tersebut diharapkan dapat
memahami pentingnya Kelas Ibu Balita dan memotivasi ibu bayi
untuk mengikuti secara seksama. Kegiatan pendekatan dilakukan
oleh penanggungjawab teknis di lapangan.

Materi yang perlu disampaikan kepada para tokoh tersebut adalah:


• Pengertian Kelas Ibu Balita
• Tujuan pelaksanaan Kelas Ibu Balita
• Manfaat Kelas Ibu Balita
• Peran tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam mendukung
Kelas Ibu Balita.
Tokoh masyarakat diharapkan tidak hanya memotivasi para ibu
mengikuti Kelas Ibu Balita, tapi juga memberikan dukungan
fasilitas. Diantaranya fasilitas ruang belajar yang tetap dan
memadai.

2.9 PELAKSANAAN KELAS IBU BALITA

1) Persiapan

Pelaksanaan Kelas Ibu Balita adalah kegiatan yang harus dipersiapkan


sebaik mungkin. Persiapan ini dilaksanakan dalam ruang lingkup yang
lebih kecil (kecamatan / desa / kelurahan) dengan melibatkan sejumlah unsur
lokal seperti Poskesdes / Polindes / Puskesmas, bidan, kader Posyandu, dan
tokoh masyarakat, PKK, Guru TK, Guru PAUD, Kader BKB. Poin paling
penting dari pertemuan awal adalah mendapatkan dukungan penuh dari
segenap pihak terutama sekali camat, kepala desa dan lurah berupa tenaga,
fasilitas maupun finansial.
Persiapan pelaksanaan Kelas Ibu Balita meliputi:

17
a. Identifikasi sasaran

Penyelenggara Kelas Ibu Balita perlu mempunyai data sasaran


jumlah ibu yang mempunyai balita antara 0 sampai 5 tahun dan
kemudian mengelompokannya jadi kelompok usia 0-1 tahun, 1-2
tahun, dan 2-5 tahun. Data dapat diperoleh dari Sistem informasi
Posyandu, Puskesmas atau dikumpulkan atas kerjasama dengan
Dasawisma. Mempersiapkan tempat dan sarana belajar

Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintahan


setempat (camat/desa/lurah). Tempat belajar sebaiknya tidak terlalu
jauh dari rumah warga belajar. Sarana belajar mencakup kursi, tikar,
karpet, alat peraga dan alat-alat praktek/demo. Jika peralatan
membutuhkan listrik perlu diperhatikan apakah tempat belajar
mempunyai aliran listrik.

Oleh karena ibu-ibu membutuhkan konsentrasi untuk mengikuti


setiap materi, gangguan yang ditimbulkan bayi perlu diatasi dengan
menyediakan ruangan untuk bayi bermain. Sebaiknya ibu-ibu peserta
dianjurkan datang dengan suami atau kerabat yang dapat mengasuh
bayi/anak saat ibu mengikuti kelas.

Di ruang bermain bayi perlu disediakan mainan sesuai usia.


Hindarkan penggunaan mainan yang menimbulkan bunyi supaya
tidak mengganggu kegiatan Kelas Ibu Balita.

a. Mempersiapkan materi

Persiapan materi mencakup pembuatan jadwal belajar yang terdiri


dari jam, topik/materi, nama fasilitator dan daftar alat bantu (flip
chart/lembar balik, kertas plano, spidol, kartu metaplan, dsb.) untuk
setiap materi.

b. Mengundang ibu yang mempunyai anak berusia antara 0–5


tahun

Undangan disampaikan secara lisan maupun tertulis. Pastikan


apakah undangan sudah sampai kepada sasaran.

18
c. Mempersiapkan tim fasilitator dan narasumber

Menyusun pembagian kerja diantara fasilitator dan narasumber.


Pembagian ini akan terlihat dalam jadwal belajar.

d. Menyusun rencana anggaran

Anggaran perlu ditata dengan baik, termasuk rancangan


pelaporannya. Perlu juga dipastikan apakah ada bantuan keuangan
dari pihak ketiga.

2) Penyelenggaraan Kelas Ibu Balita


a. Pertemuan Persiapan
Sebelum Kelas Ibu Balita dilaksanakan para penyelenggara
perlu melakukan pertemuan untuk membicarakan berbagai hal
yang berkaitan dengan teknis pengelolaan kelas. Misalnya, siapa
yang akan bertugas sebagai fasilitator, fasilitator pembantu,
perekam proses (pencatat proses pelaksanaan kelas), pengasuh
anak sementara ibu-ibu mengikuti kelas, dan sebagainya.
b. Pelaksanaan Kelas Ibu-balita

 Membuat kesan yang menyenangkan

Fasilitator dituntut untuk mampu membuat suasana kelas


menyenangkan bagi seluruh warga belajar. Untuk itu
diperlukan sikap ramah, tabah, dan kemampuan membuat
permainan- permainan yang memecah kebekuan (ice breaking)
dan mengasyikan.

 Memilih topik berdasarkan kebutuhan

Topik-topik yang dibahas dalam setiap pertemuan disesuaikan


dengan kebutuhan warga belajar. Oleh sebab itu fasilitator
perlu mengidentifikasi, baik melalui data maupun diskusi
dengan warga belajar, materi apa yang dianggap tepat.

 Menerapkan metode yang sudah ditentukan

19
Metode yang ditentukan adalah metode belajar orang dewasa
(andragogy) yang menekankan pada partisipasi warga belajar
dan penggunaan pengalaman sebagai sumber belajar.
Ceramah dibolehkan dalam batas waktu tertentu (tidak lebih
25% dari total waktu). Untuk sesi yang memerlukan praktek,
fasilitator menyiapkan materi-materi kebutuhan praktek
seperti alat-alat praktek memasak makanan, memberikan
pertolongan pertama, dan sebagainya.

 Disiplin waktu

Waktu penyelenggaraan Kelas Ibu Balita harus diatur


sedemikian rupa dan ditepati. Dari uji coba di lapangan waktu
yang ideal untuk setiap sesi adalah antara 45 sampai 60 menit.
Ibu-ibu kehilangan konsentrasi apabila satu sesi
menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Jika sesi memakan
waktu panjang fasilitator diharapkan dapat membuat
modifikasi sesuai dengan ketersediaan waktu warga belajar.

A. MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring adalah kegiatan pemantauan pelaksanaan Kelas


Ibu Balita. Pelaksanaan Kelas Ibu Balita diiringi oleh kegiatan
monitoring dan evaluasi berkala dan berkesinambungan.
Monitoring dilakukan oleh Tim Kecamatan, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota beserta sektor dan Dinas Kesehatan Provinsi
beserta sektor dengan menggunakan instrumen.

Data-data hasil monitoring secara bersama-sama dengan


data hasil evaluasi digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki
kualitas pelaksanaan Kelas Ibu Balita pada tahap berikutnya.
Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang
mulai dari tingkat kecamatan/nagari, kabupaten/kota dan
provinsi.

1) Evaluasi Dampak Kegiatan

20
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan perangkat
evaluasi (instrumen) yang lebih spesifik berupa daftar isian yang
disusun dengan indikator- indikator tertentu (lihat Lampiran).
Evaluasi oleh pelaksana (Bidan/Bidan kordinator/Dokter)
dilakukan pada setiap pertemuan Kelas Ibu Balita.

2) Pencatatan/Pelaporan

Menggunakan registrasi yang sudah ada seperti Kohort ibu,


kohort bayi dan kohort balita dan pelaporan menjadi kegiatan
stimulan tumbuh kembang balita (LB3 KIA).

B. INDIKATOR KEBERHASILAN

1. Indikator Input
 Jumlah tenaga kesehatan (fasilitator)
 Jumlah kader yang aktif pada kegiatan Kelas Ibu Balita
 Perbandingan antara tenaga kesehatan
(fasilitator) dengan jumlah ibu Balita (ideal
1:15)
 Kelengkapan sarana penyelenggaran
 Kelengkapan prasarana penyelenggaraan

2. Indikator Proses
 Penyelenggaraan kelas Ibu Balita yang sesuai dengan pedoman
 % ibu Balita yang hadir pada kelas Ibu Balita
 % ibu Balita yang aktif pada saat penyelenggaraan
 % ibu Balita yang nilai post-test lebih tinggi dari pre-test

3. Indikator Output
 % bayi yang memiliki Buku KIA

21
 % bayi yang mendapat ASI eksklusif (6 bulan)
 % bayi yang mendapat Imunisasi lengkap
 % bayi ( 6-11 bulan) yang mendapat Vit A 100.000 IU
 % bayi yang ditimbang 8 kali pertahun
 % bayi yang mendapat pelayanan Stimulasi
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang minimal 4 kali pertahun
 % Balita 6-24 bulan yang mendapat MP ASI
 % Balita (12-59 bulan) yang memiliki Buku KIA
 % Balita (12-59 bulan) yang mendapat Vitamin A 2 kali pertahun
 %Balita(12–59bulan) yang mendapatkan
pelayanan Stimulasi Deteksi Dini
Tumbuh Kembang minimal 2 kali pertahun.

C. Contoh Kelas Ibu Balita


Kelas ibu balita juga dapat dilaksanakan di Sekolah Paud. Selagi ibu-ibu
menunggu anaknya selesai sekolah, kelas ibu bias disisipkan di sela-sela waktu
tersebut dengan Kelompok ibu yang memiliki anak usia 2-5 tahun dengan Modul
C yang berisi tentang :
- Tumbuh kembang anak
- Pencegahan kecelakaan
- Gizi seimbang
- Penyakit pada anak (TBC, DBD, Diare, dsb)
- Obat pertolongan pertama
- Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu terobosan untuk
memenuhi hak rakyat akan kesehatan. Setelah berjalan beberapa waktu
program JKN saja tidaklah cukup untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, bahkan bila tidak cermat, program upaya kesehatan perorangan
itu dikhawatirkan akan menggeser prioritas program kesehatan ke arah
kuratif-rehabilitatif.
Untuk menjamin tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
prioritas harus ke arah promotif-preventif, dibarengi dengan pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan sektor lain yang berwawasan kesehatan.
Caranya adalah dengan mengembangkan indeks keluarga sehat, yang
merupakan komposit indikator dari 1 Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah
satu terobosan untuk memenuhi hak rakyat akan kesehatan. Setelah berjalan
beberapa waktu program JKN saja tidaklah cukup untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, bahkan bila tidak cermat, program upaya
kesehatan perorangan itu dikhawatirkan akan menggeser prioritas program
kesehatan ke arah kuratif-rehabilitatif. Untuk menjamin tercapainya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, prioritas harus ke arah promotif-
preventif, dibarengi dengan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
sektor lain yang berwawasan kesehatan.
Caranya adalah dengan mengembangkan indeks keluarga sehat, yang
merupakan komposit indikator dari 12 indikator keluarga sehat, yang
dirumuskan dari 4 program prioritas yaitu :
 Menurunkan angka kematian ibu
 Menurunkan angka kematian bayi dan prevalensi stunting
 Mengendalikan penyakit menular khususnya HIV (HIDS, tuberkolosis
dan malaria)

23
 Mengendalikan penyakit tidak menular khususnya hipertensi, diabetes
melitus, obesitas, kanker dan gangguan jiwa.

24
DAFTAR PUSTAKA

Taher,akhmal. dkk. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat Dengan


Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH NASIONAL IV 2020-2024. Jakarta: Kementrian PPN/BAPENAS

25

Anda mungkin juga menyukai