KEPERAWATAN KOMUNITAS II
“POSBINDU”
DOSEN PENGAMPU:
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang mana atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Tentang Posbindu
Blok Keperawatan komunitas II dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang memberikan bimbingan serta dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan laporan ini,baik dari segi moril maupun materil.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
berharap kritik dan saranyang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang
akan datang.
Akhir kata penulis mengharapkan makalah ini dapat diterima dan bermanfaa
t bagi banyak pihak.
Jambi,28Maret 2021
Kelompok 2
BAB I
1
PENDAHULUAN
2
Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
yang baru dikembangkan oleh Pemerintah sesuai dengan rekomendasi WHO
agar memusatkan penanggulangan PTM melalui tiga komponen utama, yaitu
surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan pencegahan melalui inovasi
dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan adalah pos pembinaan terpadu
penyakit tidak menular (Posbindu).5
Pada tahun 2017 posbindu di wilayah Puskesmas Singgani sebanyak
12 Posbindu pada 5 kelurahan. Terdiri dari kelurahan, besusu barat, besusu
tengah, besusu timur, lasoani, dan poboya. Posbindu dilaksanankan ditiap
kelurahan dengan tempat pelaksanaan yang menyeseuaikan keadaan
penduduk saat pelaksanaan kegiatan. Posbindu diharapkan dapat terlaksana
tiap bulan setiap kelurahan.Kegiatan Posbindu yang dilaksanakan adalah
pemeriksaan kesehatan, pengobatan, penyuluhan.Meskipun demikian
kegiatan posbindu belum optimal karena belum semua warga memanfaatkan
keberadaan posbindu atau tersebut.4
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia
lanjut dikelompok sebagai berikut5:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living)
melipui kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh
(IMT);
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit;
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli;
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus);
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal;
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan;
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok usia lanjut;
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok
usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat (public health nursing)
11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh
menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia
lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut;
5
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.
6
e) Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana
termometer.
f) Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut
Dana
7
lansia Posbindu hari melipui kegiatan 53 % OR
adalah dapat dibagi dasar dalam kehidupan 2. Posbin-
untuk menjadi dua seperti makan/minum, du
meningkat kelompok di berjalan, mandi, Lansia
kan mana berpakaian, naik turun 100%
derajat kelompok tempat tidur, buang air 3. PTM
kesehatan yang pertama besar/kecil dan Hiperte
dan mutu adalah sebagainya. nsi :
kehidupan sasaran 14. Pemeriksaan status 26 %
untuk langsung mental. Pemeriksaan ini 4. PTM
mencapai meliputi berhubungan dengan DM :
8
yaitu adalah, adanya penyakit gula
Mening- keluarga (diabetes mellitus)
katkan yang 19. Pemeriksaan adanya
peran mempunyai protein dalam air seni
serta Lansia, sebagai deteksi awal
masyarak- masyarakat adanya penyakit ginjal
at dalam di 20. Pelaksanaan rujukan
mencegah lingkungan ke Puskesmas bilamana
dan Lansia ada keluhan dan atau
penemuan berada, ditemukan kelainan
dini faktor organisasi 21. Penyuluhan bisa
resiko sosial yang dilakukan di dalam
PTM bergerak maupun di luar kelompok
dalam dalam rangka kunjungan
pembinaan rumah dan konseling
Lansia,petug kesehatan dan gizi sesuai
as kesehatan dengan masalah kesehatan
usia lanjut, yang dihadapi oleh
dan individu dan atau
masyarakat kelompok usia lanjut
b. Posbindu 22. Kunjungan rumah
PTM : oleh kader disertai petugas
sasaran dari bagi anggota kelompok
program ini usia lanjut yang tidak
adalah usia ≥ datang, dalam rangka
15 tahun kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat
23. Pemberian Makanan
Tambahan (PMT),
penyuluhan contoh menu
makanan dengan
9
memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi usia
lanjut serta menggunakan
bahan makanan yang
berasal dari daerah
tersebut
24. Kegiatan olah raga
seperti senam lansia,
gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk
meningkatkan kebugaran.
Posbindu PTM
1. Melakukan
wawancara untuk
menggali informasi faktor
resiko keturunan dan
perilaku.
2. Melakukan
penimbangan dan
mengukur lingkar perut,
serta Indeks Massa Tubuh
termasuk analisa lemak
tubuh.
3. Melakukan
pengukuran tekanan
darah.
4. Melakukan
pemeriksaan gula darah.
5. Melakukan
pengukuran kadar lemak
darah (kolesterol total dan
10
trigliserida).
6. Melakukan
pemeriksaan fungsi paru
sederhana
(Peakflowmeter)
7. Pemeriksaan IVA
(Inspeksi Visual Asetat)
oleh tenaga bidan terlatih
8. Melaksanakan
konseling (diet, merokok,
stress, aktifitas fisik dan
lain-lain) dan penyuluhan
kelompok termasuk
sarasehan.
9. Melakukan olah
raga/aktifitas fisik
bersama dan kegiatan
lainnya.
10. Melakukan rujukan
ke Puskesmas
a. Input
Tabel 3.1 Input
Input Puskesmas
SDM 1 pemegang program
Pemegang program bertugas mengkoordinasi
semua kegiatan posbindu dan bertanggung jawab
dalam pelaporan manajemen. Kinerja dari pemegang
program sudah cukup baik namun masih perlu
11
ditingkatkan untuk mengontrol kader dilapangan.
-5 anggota pelaksana
Tiap kegiatan pobindu terdapat 2-3 orang anggota
pelaksana. Semua anggota cukup aktif dalam kegiatan.
-27 kader pelaksana
Sesuai pedoman posbindu seharusnya tiap
posbindumemiliki 5 orang kader. Namun di lapangan
hanya 2-3 orang kader yang dipilih karena
mempertimbangkan jumlah lansia tiap posbindu
memiliki sedikit kunjungan.
Sarana dan Terdapat 12 lokasi posbindu,Terdapat alat dan bahan
Prasarana yang digunakan saat dilapangan. Akomodasi untuk
menuju ke tempat pelaksanaan Posbindu adalah
kendaraan roda 2 dan roda 4 sehingga jika hujan
posbindu tetapdapat dilkasanakan. Hanya saja saja alat
dan bahan yang digunakan jumlahnya terbatas.
Akses Mudah diakses
Pendanaan Sumber pembiayaan dapat berasal dari pemerintah dan
donor. Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah
berbeda-beda pada tiap tingkat administrasi.
Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu di lapangan dicatat pada buku
yang dipegang oleh pemegang program. KMS
posbindu belum terlaksana.
b. Proses1
a. Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan
dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan. Dalam perencanaan telah dilakukan
rapat setiap bulan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan.
Selain itu, koordinasi dengan lintas sektor dan kader lebih ditingkatkan
lagi dalam promosi mengenai posbindu. Selain itu, puskesmas berencana
melakukan pengadaan barang pemeriksaan laboratorium namun masih
terkendala dalam hal pendanaan.
12
b Organizing
13
a. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
Pada Posbindu Puskesmas Singgani, tahap pertama dilaksanakan oleh 1
kader yang bertugas memanggil nama peserta dan mengisi daftar hadir.
Pada posbindu puskesmas Singgani ada beberapa masyarakat yang
tidakmemiliki KMS bagi peserta.Hal tersebut dikarenakan kurangnya
tenaga pelaksana terutama kader untuk memasukkan data ke buku
pencatatan serta kurangnya keaktivan para peserta1.
Kader di setiap kelurahan biasanya ada yang tidak datang ke
posbindu karena kader merupakan ibu-ibu rumah tangga usia produktif
dan mempunyai kesibukan mengurus rumah tangga, sehingga tidak
menyempatkan diri untuk datang ke Posbindu. Selain itu berdasarkan hasil
wawancara menunjukkan bahwa tidak ada uang transportasiuntuk kader,
hal tersebut dapat mempengaruhi keaktifan kader.Petugas kesehatan yang
melaksanakan kegiatan posbindu hanya 2 yaitu pemegang program dan 1
bisan pembantu sehingga jika petugas tersebut sakit atau berhalangan
hadir maka posbindu tidak dilaksanakan.
14
b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia,
wawancara sederhana tentang faktor resiko PTM, serta penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan1.
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
2001 hal yang perlu dinilai pada pencatat kegiatan sehari-hari meliputi :
makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur,
buang air besar / kecil dan sebagainya. Kegiatan melakukan pekerjaan
diluar rumah seperti : berbelanja, mencari nafkah, mengambil pensiun,
arisan, pengajian dan lain-lain.
Kategori A : Apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, sehingga sangat tergantung orang lain
(ketergantungan)
Kategori B : Apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri, hingga
kadang-kadang perlu bantuan (ada gangguan)
Kategori C : Apabila usia lanjut masih mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri)
Menurut Juknis Posbindu PTM tahun 2012 Kegiatan penggalian
informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana yaitu meliputi
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik,
merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan
kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan
untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.
Aktifitas inidilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan
sekali.
Pada Posbindu Puskesmas Singgani tahap kedua yang dilaksanakan
hanyalah penimbangan berat badan, tinggi badan, dan lingkarperut,namun
tidak dilakukan pengukuran indeks masa tubuh dan kadang sempat
ditanyakan sekilas tentang kegiatan sehari-hari dan faktor resiko PTM
namun tidak dilakukan pencatatan dan tidak semua peserta dilakukan
wawancara sederhana. Wawancara faktor risiko perilaku pada sasaran
kegiatan biasanya tidak dilakukan karena petugas pelaksana enggan
15
melakukan wawancara dengan alasan sasaran kegiatan tidak
memeriksakan diri secara rutin, Posbindu Puskesmas Singgani masih
menggunakan formulir pelaporan manual yang tidak mencantumkan data
hasil wawancara sehingga petugas tidak melakukan wawancara dan
sasaran kegiatan tidak perlu diwawancarai karena langsung dikonseling di
meja lima. Tahap 2 harusnya dilaksanakan oleh kader namun apabila saat
kegiatan kader tidak mencukupi maka pemegang program (bidan) yang
melakukan tahap 2.
16
Pada Posbindu Puskesmas Singgani, tahap 3 yang dilakukan
pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan fisik (jika ada dokter yang
ikut dalam kegiatan Posbindu), dan tidak dilakukan pemeriksaan status
mental.
17
Pada Posbindu Puskesmas Singgani pemeriksaan laboratorium
sederhana yang rutin tidak rutin tiap bulan, pemeriksaan laaboratorium
yang dilakukanadalah pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol,
kadang jika bahan habis pakai yang dibawa terbatas maka hanya dilakukan
pemeriksaan laboratorium pada pasien yang memiliki riwayat DM, asam
urat maupun kolesterol tinggi.Seringkali di lapangan hanya terdapat
pemeriksaan gula darah saja.Pemeriksaan IVA pada tahun 2017
dilaksanakan telah 2 kali di wilayah kerja Puskesmas Singgani.
18
Gambar 5. Meja 2 Obat-obatan yang disediakan
C .Controlling
Kontrol pelaksanaan kegiatan posbindu di puskesmas Singgani sudah
cukup baik namun masih membutuhkan peningkatan kerjasama dengan
kader dan lintas sektor dalam hal promosi kegiatan posbindu agar dapat
memotivasi kesadaran lansia dan keluarganya untuk datang pemeriksaan
tiap bulan ke posbindu6.
c. Output
Melalui pedoman ini diketahui bahwa output dari program ini adalah
usia ≥ 15 tahun tapi lebih mengutamakan lansia. Pada output program ini
telah mencaai target 100% pada lansia, menurut wawancara dengan
pemegang program untuk lansia. Hal ini dikarenakanLansia lebih sadar dan
peduli terhadap kesehatan dirinya sehingga berkunjung ke posbindu hanya
untuk mengecek kesehatannya walaupun mereka tidak merasakan sakit, Hal
ini karena lansia menganggap dirinya telah tua dan telah mengalami banyak
kemunduran kerja dari organ tubuh6
Masyarakat belum paham dengan fungsi dari posbindu, mereka
menganggap posbindu merupakan pengobatan gratis.Jadi yang datang ke
posbindu merupakan orang yang merasa dirinya sakit dan setiap pulang dari
posbindu masyarakat harus membawa obat.Hasil wawancara dengan
pemegang program harusnya posbindu bersamaan dengan dengan kesling
sehingga dapat dilakukan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pengobatan
sekaligus, namun kurangnya koordinasi dengan penanggung jawab program
kesling menyebabkan hambatan kedua program tersebut tidak berjalan
19
bersamaan. Kegiatan posbindu memiliki jadwal yang tetap setiap bulan dan
tempat pelaksanaan tidak berpindah-pindah6.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
Proses kegiatan Posbindu di Puskesmas Singgani yang meliputi belum
senada dengan juknis Posbindu lansia. Hal tersebut dipengaruhi oleh
inputyang meliputi kurangnya ketersediaan SDM, kurangnya sarana dan
peralatan serta kurangnya kesadaran masyarakat yang menjadikan banyaknya
masyarakat yang belum memanfaatkan pelayanan Posbindu sehingga
mempengaruhi jumlah kunjungan. Selain itu, pembiayaan yang belum mandiri
dan cara penyelenggaraan yang tidak rutin setiapbulannya mempengaruhi
proses kegiatan Posbindu. Proses pelaksanaan kegiatan yang belum semuanya
dilakukan sesuai dengan Pedoman di tahap 2 pencatatan kegiatan sehari-hari,
pengukuran tinggi badan, di tahap 3 pemeriksaan status mental, di tahap 4
pemeriksaan laboratorium dilakukan tidak setiap pelayanan Posbindu kepada
setiap lansia baik yang telah didiagnosis berkaitan dengan pemeriksaan
tersebut maupun yang belum, sedangkan padaoutputyaknimencapai target
pada Lansia
3.2 Saran
Untuk meningkatkan program ini perlu
1) Diharapkan ada tenaga dokter yang turun saat pelaksanaan program
serta pembekalan kembali kepada seluruh petugas kesehatan dan kader
yang ikut serta sehingga semua tahap kegiatan posbindu dilaksanakan.
2) Monitoring kader oleh pemegang program dalam pemberian informasi
sebelum kegiatan posbindu dilaksanakan. Dapat juga bekerjasama
dengan lintas sektor seperti pemerintahan setempat untuk memotivasi
keluarga dalam memberikan dukungan terhadap lansia.
3) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan pemeriksaan darah ke Dinas
Kesehatan dan melakukan pemeriksaan tiap bulan di posbindu.
4) Mengusulkan pengadaan tensimeter untuk setiap tempat posbindu yang
dapat di gunakan lansia kapanpun diluar jadwal posbindu. Alternatif
lain sumber dana adalah dari sumbangan sukarela masyarakat.
5) Memberikan penyuluhan rutin setiap kegiatan posbindu dengan
mengoptimalkan peran dari bidang Promkes Puskesmas.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
3. Mengko V.V., Kandou G., Massie R.G. 2015. Pemanfaatan Posyandu
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado. JIKMU.
Diunduh dari
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article/download/7856/7947
)
4. Puskesmas Singgani, 2016. Profil Puskesmas Singgani Tahun 2016
5. Purdiyanti F. 2016. Pemanfaatan pos binaan terpadu penyakit
tidakmenular oleh wanita binaan lansia dalam rangka mencegah
penyakit tidak menular di wilayah kerja Puskesmas Cilongo 1. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol.4,No.1. Diunduh dari <http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm>
6. Topatimasang R .2012. Memanusiakan Lanjut Usia Penuaan Penduduk
&Pembangunan Indonesia. Yogyakarta; SurveyMeter
7. Haniek, T.U., 2015. Dukungan Keluarga dan Tokoh Masyarakat
Terhadap Keaktifan Penduduk ke Posbindu penyakit Tidak Menular.
Vol. 1 No. 1. diakses tanggal 24 juni 2018.
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=350415&val=5652&title=DUKUNGAN%20KELUARGA
%20DAN%20TOKOH%20MASYARAKAT%20TERHADAP
%20KEAKTIFAN%20PENDUDUK%20KE%20POSBINDU
%20PENYAKIT%20TIDAK%20MENULAR
8. Emi, D.A., 2016. Gambaran Proses Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwang.
Vol. 4 No. 1. Diakses tanggal 24 juni 2018.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=431587&val=5039.
Dokumentasi
24
Gambar 1. Melakukan anamnesis dengan pasien
25
26