Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PENYELENGGARAAN

POSBINDU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kelompok Khusus dan Hiperkes
Dosen pembimbing : Bapak Syarif Zen Yahya, SKp, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Durotun Nafisah (P20620220049) 8. Ratri Prameswari (P20620220066)


2. Khansa Dinda p (P20620220058) 9. Sinta Wahyu Ning Tias
3. . (P20620220070)
4. 10. Sintia Imanida Pratama
5. Novita Sari (P20620220061) (P20620220071)
6. Nuraulya (P20620220063) 11. Siti Fatimah (P20620220072)
7. Putri Ramadhani (P20620220065) 12. Sri Wahyuni (P20620220076)
13. Wulida Amiladina (P20620220080)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN CIREBON
Jl. Pemuda Raya No.38 Sunyaragi Kec. Kesambi, Cirebon 45312

2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Swt yang telah
memberikanbanyaknikmat, taufik dan hidayah sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)”  dengan baik
tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak
terimakasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa dan susunan kalimat, oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku

penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Makalah ini
kami harap dapat membantu pembaca dalam memahami lebih tentang

pelaksanaan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). Demikian yang bisa kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat nyata bagi pembaca.

Cirebon 04 Februari 2023


Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemberdayaan masyarakat merupakan subjek sekaligus objek dari sistem
kesehatan. Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan
oleh masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki
kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.
Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat 1 menetapkan bahwa
upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap
hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat
kemanusiaan (dalam Ekasari, Riasmini, Tien, Hartini, 2018).
Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia di pelayanan kesehatan
dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok lansia melalui Posbindu. Posbindu adalah
salah satu program pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas hidup. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan Posbindu yaitu pekerjaan,
masyarakat yang bekerja dapat mempengaruhi keaktifan kunjungan dalam mengunjungi
posbindu, pendidikan serta mayoritas pengetahuan masyarakat masih rendah tentang
pemanfaatan Posbindu. Semakin rendah Pengetahuan maka dapat mempengaruhi
keinginan untuk datang ke pelayanan Posbindu (Purdiyani, 2016). Sebagai mahasiswa
keperawatan adalah hal yang wajib untuk memahaminya, oleh karena itu makalah ini
dibuat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah
yang akan disusun oleh penulis yaitu: “Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu)?”
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan melaksanakan kegiatan Posbindu (Pos binaan
terpadu) dengan baik.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Mampu mengetahui dan memahami tujuan diselenggarakannya Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu).
b. Mampu mengetahui sasaran program Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu).
c. Mampu mengetahui waktu pelaksanaan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu).
d. Mampu mengetahui penyelenggara kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu).
e. Mampu mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
f. Mampu mengetahui dan memahami bentuk – bentuk kegiatan dalam
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
g. Mampu mengetahui dan memahami peran serta lansia dalam
pelaksanaan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
h. Mampu mengetahui dan memahami mekanisme pelaksanaan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu).
i. Mampu mengetahui dan memahami jenis  –  jenis pelayanan yang
diberikan pada lansia dalam Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
j. Mampu mengetahui dan memahami kendala yang terjadi dalam
pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi POSBINDU

Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan


kesehatanyang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknisdari petugas kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang sehat
dan sejahtera.Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdayamasyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan
inisiatif dankebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut.

Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda


dengan Posyandu,karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua
baik yang akan memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes,
2007).

Posbindu PTM merupakan salah satu upaya kesehatan berbasis masyarakat


(UKBM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian
PTM dengan melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring sampai evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan, target
perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya. Dalam pelaksanaan
selanjutnya kegiatan Posbindu PTM menjadi upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, dimana kegiatan ini diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan sumber
daya, kemampuan, dan kebutuhan masyarakat(Kemenkes RI, 2012).

2.2 Tujuan POSBINDU


Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
danmutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata
kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia
lanjut untuk membinakesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk
keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia lanjut.
Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap
bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan
mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang butuh (Depkes,
2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :
1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
kemampuan hidupsehat.
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia
dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkanletak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia
dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan
masyarakat (Effendy, 1998)
Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap,
persepsi,perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap
situasi atau rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan
kesehatan.Secara umum perilaku kesehatan seseorang mencakup perilaku
terhadap sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan,
maupun perilaku terhadap program kesehatan.
Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan
adalahsebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya,
etnik,jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi
terhadapsarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).
2.3 SASARAN POSBINDU
2.3.1 Kelompok Masyarakat Sehat, Berisiko dan Penyandang PTM atau usia
produktif 15-59 Tahun.
2.3.2 Pada orang sehat agar faktor resiko tetap terjaga dalam kondisi normal.
2.3.3 Pada orang dengan faktor resiko adalah mengembalikan kondisi beresiko ke
kondisi normal.
2.3.4 Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor resiko pada
kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi PTM

2.4 Komponen Bentuk Kegiatan Posbindu


Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:
2.4.1 Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok,
kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam
rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi
masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas inidilakukan
saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
2.4.2 Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT),
lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan
pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan
ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
2.4.3 Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali
bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita
gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak
Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun.
Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang telah terlatih.
2.4.4 Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko
PTM atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk
pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
2.4.5 Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat
disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai fakto risiko PTM 6
bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal
3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut.
2.4.6 Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA
positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan,
jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil
IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan
IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan
dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas.
2.4.7 Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
2.4.8 Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
2.4.9 Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan
rutin setiap minggu.
2.4.10 Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana
dalam penanganan pra-rujukan.
2.5 Pelayanan pada POSBINDU
Kegiatan POSBINDU PTM menggunakan system 5 meja. Pelayanan system 5 meja
terdiri dari :
2.5.1 Klien mendaftarkan diri di meja 1 ( meja registrasi dan administrasi )
2.5.2 Meja 2 Petugas / kader melakukan wawancara (anamnesaberkaitan dengan
faktor risiko PTM antara lain riwayat merokok, kebiasaan minum minuman
manis, kopi dan beralkohol, kegiatan aktifitas fisik/olahraga, kebiasaan makan
sayur dan buah, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat penyakit dahulu dan
keluarga yang berkaitan dengan penyakit tidak menular.
2.5.3 Meja 3 Petugas / kader melakukan pengukuran Kegiatan pengukuran berat
badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali.
2.5.4 Meja 4 Petugas melakukan pemeriksaan Pemeriksaan, yaitu kegiatan
memeriksa tekanan darah, kadar glukosa darah, kadar kolesterol, kadar
trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara dan fungsi paru sederhana.
2.5.5 Meja 5 Petugas melakukan konseling, harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan
rutin setiap minggu.

2.6 SARANA PRASARANA


2.6.1 Posbindu disarankan diselenggarakan pada tempat yang mudah dijangkau dan
memiliki lingkungan yang bersih.
2.6.2 Sarana Pendukung Kegiatan/Posbindu Kit:
Kelengkapan paling kurang tersedia :
1. Alat pengukuran tekanan darah (tensimeter).
2. Alat pegukuran gula darah/ glukometer.
3. Alat pengukur berat badan/ timbangan.
4. Alat pengukur tinggi badan.
5. Alat ukur lingkar perut/ pita meteran.
6. Buku pemantauan peserta / buku monitoring.
7. Buku pencatatan/ register.

Bagi Posbindu yang memiliki kemampuan dapat menambah sarana berupa :


1. Alat pengukuran kolesterol.
2. Alat pengukuran tajam penglihatan.
3. Pengukuran tajam pendengaran.

(Kementerian Kesehatan RI, 2019)


Tipe Peralatan Deteksi Dini
Posbindu dan Monitoring Faktor Risiko Peralatan KIE dan Penunjang
PTM PTM
Posbindu Alat ukur Lingkar : 1 Unit Lembar Balik : 2 Buah
PTM Dasar Perut Leaflet / brosur : 1 Buah
Alat ukur tinggi : 1 Unit Poster : 1 Buah
badan Buku Pencatatan : 1 Buah
Tensimeter Digital : 1 Unit Buku Panduan : Serial
Alat Analisa Lemak : 1 Unit Buku Formulir : 1 Buah
Tubuh Rujukan : 1 Buah
Feakflow meter : 1 Unit KMS FR-PTM : Sesuai
Posbindu Posbindu PTM Dasar : 1 Paket Kursi dan Meja kebutuhan
PTM Utama kit Kamar khusus : Untuk
Alat Ukur Kadar : 1 Unit Alat Tulis kantor pemeriksaan
Gula, kolesterol total Model Makanan IVA
dan Trigliserid : 1 Set
Alat Ukur Kadar : 1 Unit : 1 Paket
Alkohol Pernafasan : 1 Paket
: 1 Paket
Tes Amfetamin Urin
Bahan IVA dan alat
kesehatan dan
penunjang lainnya
(Kementerian Kesehatan RI, 2019)

2.7 Mekanisme Pelaksanaan


Menurut (Kemenkes RI, 2012) Petunjuk teknis kegiatan posbindu PTM meliputi
langkah-langkah dan pelaksanaan posbindu :
Langkah-Langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM
2.7.1 Persiapan
1. Kabupaten /Kota berperan untuk melakukan inisiasi dengan berbagai
rangkaian kegiatan.
1) Langkah persiapan diawali dengan pengumpulan data dan informasi
besaran masalah PTM, sarana-prasarana pendukung dan sumber daya
manusia. Hal ini dapat diambil dari data RS Kabupaten/Kota,
Puskesmas, Profil Kesehatan Daerah, Riskesdas, atau hasil survei
lainnya. Informasi tersebut dipergunakan oleh fasilitator sebagai
bahan advokasi untuk mendapatkan dukungan kebijakan maupun
dukungan pendanaan sebagai dasar perencanaan kegiatan Posbindu
PTM.
2) Selanjutnya dilakukan identifikasi kelompok potensial baik ditingkat
kabupaten/kota maupun dilingkup Puskesmas. Kelompok potensial
antara lain kelompok/organisasi masyarakat,tempat kerja, sekolah,
koperasi, klub olah raga, karang taruna dan kelompok lainnya.
Kepada kelompok masyarakat potensial terpilih dilakukan sosialisasi
tentang besarnya masalah PTM, dampaknya bagi masyarakat dan
dunia usaha, strategi pengendalian serta tujuan dan manfaat Posbindu
PTM. Hal ini dilakukan sebagai advokasi agar diperoleh dukungan
dan komitmen dalam menyelenggarakan Posbindu PTM. Apabila
jumlah kelompok potensial terlalu besar pertemuan sosialisasi dan
advokasi dapat dilakukan beberapa kali. Dari pertemuan sosialisasi
tersebut diharapkan telah teridentifikasi ke lompok /l emba ga
/organis a si yang be rs edi a menyelenggarakan posbindu PTM.
3) Tindak lanjut yang dilakukan oleh pengelola program di
Kabupaten/Kota adalah melakukan pertemuan koordinasi dengan
kelompok potensial yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.
Pertemuan ini diharapkan menghasilkan kesepakatan bersama berupa
kegiatan penyelenggaraan Posbindu PTM, yaitu :
a) Kesepakatan menyelenggarakan Posbindu PTM.
b) Menetapkan kader dan pembagian peran, fungsinya sebagai tenaga
pelaksana Posbindu PTM.
c) Menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu PTM.
d) Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan.
e) Melengkapi sarana dan prasarana.
f) Menetapkan tipe Posbindu PTM sesuai kesepakatan dan
kebutuhan.
g) Menetapkan mekanisme kerja antara kelompok potensial dengan
petugas kesehatan pembinanya.
2. Peran Puskesmas :
1) Memberikan informasi dan sosialisasi tentang PTM, upaya
pengendalian serta manfaatnya bagi masyarakat, kepada pimpinan
wilayah misalnya camat, kepala desa/lurah.
2) Mempersiapkan sarana dan tenaga di Puskesmas dalam menerima
rujukan dari Posbindu PTM.
3) Memastikan ketersediaan sarana, buku pencatatan hasil kegiatan dan
lainnya untuk kegiatan posbindu PTM di kelompok potensial yang
telah bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.
4) Mempersiapkan pelatihan tenaga pelaksana Posbindu PTM, Ÿ
Menyelenggarakan pelatihan bersama pengelola program di
Kabupaten/kota.
5) Mempersiapkan mekanisme pembinaan.
6) Mengidentifikasi kelompok potensial untuk menyelenggarakan
Posbindu PTM serta kelompok yang mendukung terselenggarakannya
Posbindu PTM, misalnya swasta/dunia usaha, PKK, LPM, Koperasi
Desa, Yayasan Kanker, Yayasan Jantung Indonesia, organisasi profesi
seperti PPNI, PPPKMI, PGRI, serta lembaga pendidikan misalnya
Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Psikologi, Fakultas Keperawatan dan lainnya.
2.7.2 Pelatihan Ptm tenaga pelaksana/Kader Posbindu Ptm
1. Tujuan
1) Memberikan pengetahuan tentang PTM, faktor risiko, dampak, dan
pengendalian PTM.
2) Memberikan pengetahuan tentang Posbindu PTM.
3) Memberikan kemampuan dan ketrampilan dalam memantau faktor
risiko PTM.
4) Memberikan ketrampilan dalam melakukan konseling serta tindak
lanjut lainnya
2. Materi Pelatihan Kader/Pelaksana Posbindu PTM

3. Peserta pelatihan: Jumlah peserta maksimal 30 orang agar pelatihan


berlangsung efektif.
4. Waktu pelaksanaan pelatihan selama 3 hari atau disesuaikan dengan
kondisi setempat dengan modul yang telah dipersiapkan

2.7.3 Pelaksanaan Posbindu PTM


1. Waktu Penyelenggaraan
Posbindu PTM dapat diselenggarakan dalam sebulan sekali, bila
diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk kegiatan
pengendalian faktor risiko PTM lainnya, misalnya olahraga bersama,
sarasehan dan lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan
kesepakatan serta dapat saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi
setempat.
2. Tempat
Posbindu PTM dapat diselenggarakan dalam sebulan sekali, bila
diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk kegiatan
pengendalian faktor risiko PTM lainnya, misalnya olahraga bersama,
sarasehan dan lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan
kesepakatan serta dapat saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi
setempat.
3. Pelaksanaan Kegiatan
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yang disebut
sistem 5 meja, namun dalam situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa
pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta monitoring
terhadap faktor risiko penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke
Puskesmas. Dalam pelaksanaannya pada setiap langkah secara sederhana
dapat diuraikan sebagai berikut:
MEJA 1 : Pendaftaran
MEJA 2 : Wawancara
MEJA 3 : Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, IMT, Lemak Perut
MEJA 4 : Pemeriksaan Tekanan Darah, Glukosa Darah, Cholesterol
MEJA 5 : Edukasi / Konseling

Menurut (Khotimah, S.Si., 2015)

2.7.4 Kegiatan yang dapat dilakukan

1. Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan


dan perilaku.

2. Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa


Tubuh termasuk analisa lemak tubuh.

3. Melakukan pengukuran tekanan darah.

4. Melakukan pemeriksaan gula darah.

5. Melakukan pengukuran kadar lemak darah (kolesterol total dan trigliserida).


6. Melakukan pemeriksaan fungsi paru sederhana (Peakflowmeter)

7. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat) oleh tenaga bidan terlatih

8. Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain)


dan penyuluhan kelompok termasuk sarasehan.

9. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.

10. Melakukan rujukan ke Puskesmas

2.7.5 Tahap penyelenggaraan posbindu PTM

1. Satu hari sebelum pelaksanaan (Tahap Persiapan)

1) Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal kegiatan.

2) Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.

3) Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai waktu

2. Hari Pelaksanaan

1) Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi sesuai


dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.

2) Aktifitas bersama seperti berolahraga bersama, demo masak, penyuluhan,


sarasehan atau peningkatan ketrampilan bagi para anggotanya.

3. Satu hari setelah pelaksanaan (Tahap evaluasi )

1) Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan undangan lainnya)

2) Catatan pelaksanaan kegiatan

3) Masalah yang dihadapi

4) Mencatat hasil penyelesaian masalah


2.8 Rekuitmen dan Pelatihan Kader
Kader merupakan perpanjangan tangan dari petugas kesehatan. Kader
dibentuk untuk menjembatani program kesehatan dari puskesmas kepada warga
(Lusiyana, 2020 ; Bustamam et al., 2022)
Dibentuknya posbindu lansia dengan kader yang berasal dari masing-masing
desa, diharapkan dapat melakukan pemeriksaan dini terhadap gejala yang
memungkinkan timbulnya masalah kesehatan.
Materi pelatihannya adalah tentang peran, fungsi dan kompetensi kader
posbindu, pengukuran faktor risiko masalah kesehatan dan pengenalan alat posbindu
kit serta pencatatan dan pelaporan.
Keterampilan yang diperoleh oleh calon kader posbindu lansia meliputi
pengukuran indeks masa tubuh dengan menghitung hasil pengukuran tinggi badan dan
berat badan, obesitas sentral dengan pengukuran lingkar perut, serta tekanan darah.
Kader dilatih melakukan wawancara tentang pola makan dan olah raga, serta
melakukan pengisian KMS/buku monitoring faktor risiko PTM. Setelah diketahui
hasil wawancara dan pemeriksaan, kader dilatih tentang kapan harus diberikan
rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut ke puskesmas sekaligus diberikan pelatihan
konseling atau penyuluhan individu berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan ke puskesmas atau dokter layanan tingkat pertama
sesuai yang tertera pada kartu BPJS atau KIS (Kader et al., 2018)

2.8.1 Peran, Kriteria dan Tugas Kader

NO Peran Kriteria dan Tugas


1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab
kegiatan serta berkoordinasi terhadap
Puskesmas dan Para Pembina terkait di
wilayahnya.
2 Kader Anggota perkumpulan yang aktif,berpengaruh
Penggerak dan komunikatif bertugas menggerakkan
masyarakat, sekaligus melakukan wawancara
dalam penggalian informasi.
3 Kader Pemantau Anggota perkumpulan yang aktif dan
komunikatif bertugas melakukan pengukuran
Faktor risiko masalah kesehatan.
4 Kader Anggota perkumpulan yang aktif, komunikatif
Konselor/Edukat dan telah menjadi panutan dalam penerapan
or gaya hidup sehat, bertugas melakukan
konseling, edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas.
5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan
komunikatif bertugas melakukan pencatatan
hasil kegiatan Posbindu dan melaporkan
kepada koordinator Posbindu.

2.8.2 Tugas yang dilakukan oleh Kader


1. Pada H-1, Tahap Persiapan:
1) Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal kegiatan.
2) Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.
3) Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai waktu
pelaksanaan.
2. Pada hari H, tahap pelaksanan
1) Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.
2) Aktifitas bersama seperti berolahraga bersama, demo masak,
penyuluhan, konseling, sarasehan atau peningkatan keterampilan bagi
para anggotanya termasuk rujukan ke Puskesmas/klinik swasta/RS.
3. Pada H+1, tahap evaluasi
1) Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan undangan lainnya).
2) Mengisi catatan pelaksanaan kegiatan.
3) Mengindentifikasi masalah yang dihadapi.
4) Mencatat hasil penyelesaian masalah.
5) Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan rumah bila diperlukan.
6) Melakukan konsultasi teknis dengan pembina Posbindu PTM
(Kemenkes RI, 2012)
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Ekasari, dkk. 2018.  Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia: Konsep dan Berbagai Strategi
Intervensi. Malang: Wineka Media

Purdiyani, F. (2016). Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular


(Posbindu Ptm) Oleh Wanita Lansia Dalam Rangka Mencegah Penyakit Tidak
Menular Di Wilayah Kerja Puskesmas Cilongok 1. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Undip), 4(1), 470–480.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/11857

Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas kesehatan.
Direktorat kesehatan keluarga.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Petunjuk Teknis PosPembinaan


Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).

Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakart. EGC.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003, Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Jakarta:

Rineka Cipta

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003, Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Jakarta:Rineka Cipta

(Beji 2023)Beji, Uobf Puskesmas. 2023. “Pelayanan Posbindu PTM.” (3): 2022–24.

Kementerian Kesehatan RI (2019) ‘Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Posbindu


bagi Kader’, pp. 1–60.

Kemenkes RI. (2012). Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM). Ditjen Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan,
Kementerian Kesehatan RI, 1–39.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Petunjuk-Teknis-Pos-Pembinaan-
Terpadu-Penyakit-Tidak-Menular-POSBINDU-PTM-2013.pdf

Khotimah, S.Si., A. (2015). Petunjuk Pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit


Tidak Menular Diperkuat. In Kompas.
http://print.kompas.com/baca/2015/08/28/Pos-Pembinaan-Terpadu-Penyakit-Tidak-
Menular-Diper?utm_source=bacajuga

Bustamam, N., Fauziah, C., & Savitri, M. (2022). Edukasi Menggunakan Sosial Media
dan Pelatihan Bagi Kader Psbindu Dalam Mencegah dan Mengendalikan Hipertensi.
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(3), 434–440.
https://doi.org/10.31949/jb.v3i3.2902

Kader, P., Bimbingan, D. A. N., & Serta, K. (2018). PUSKESMAS COT IJUE
KECAMATAN PEUSANGAN BIREUEN. 1(2), 17–21.

Kemenkes RI. (2012). Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM). Ditjen Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan,
Kementerian Kesehatan RI, 1–39.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Petunjuk-Teknis-Pos-Pembinaan-
Terpadu-Penyakit-Tidak-Menular-POSBINDU-PTM-2013.pdf

Anda mungkin juga menyukai