Disusun Oleh :
KELOMPOK V & VI KOMUNITAS:
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa,
dan ber-negara (UU RI No 13 tahun 1998). Menurut WHO (World Health
Organization) membagi masa usia lanjut sebagai berikut a. Usia 45-60tahun,
disebut middle age (setengah baya atau A-Teda madya) b. Usia 60-75tahun,
disebut elderly (usia lanjut atau wreda utama) c. Usia 75-90 tahun,disebut old (tua
atau wreda prawasana) d. Usia diatas 90 tahun, disebut veryold (tua sekali atau
wreda wasana).
Masih tingginya penderita Hipertensi di tengarai masih kurangnya
kepedulian dan Kurangnya pengetahuan Masyarakat terhadap Kesehatan dan
Penyakit Hipertensi. Selain faktor tersebut masih banyak faktor yang
mempengaruhi tingginya penderita Hipertensi antara lain : Pola makan yang
kurang sehat, dukungan dari keluarga penderita hipertensi,serta terbatasnya tenaga
kesehatan terhadap cakupan wilayah untuk penyuluhan kesehatan terutama
Hipertensi,selain itu kurangnya kesadaran masyarakat terhadap Pemeriksaan
gejala - gejala dini.
Mengingat bahaya Lanjutan dari Hipertensi adalah Stroke bahkan
Kematian. Maka perlu diadakan Screening (Deteksi Dini) terhadap masyarakat
khususnya RW 01 kel Sendangguwo. Agar terdeteksi secara dini pada masyarakat
sehingga kesadaran masyarakat tumbuh terhadap kesehatan, terutama masyarakat
mau dan mampu untuk memeriksakan diri sedini mungkin. Dengan tumbuhnya
Kesadaran masyarakat memeriksakan diri sedini mungkin dapat menurunkan
angka penderita hipertensi. Untuk meningkatkan Kesadaran Masyarakat perlu
adanya team lapangan untuk melakukan screening.
Sehubungan dengan terbatasnya tenaga kesehatan dan harus melakukan
pelayanan di puskesmas maka Mahasiswa profesi Ners Unimus ingin bekerjasama
dengan pihak Puskesmas guna membentuk team yang membawahi pemeriksaan
(deteksi dini) pada masyarakat dengan kasus baru, yaitu dengan membentuk
POSBINDU ( Pos Pembinaan Terpadu ). Dalam hal ini mendeteksi kasus baru
terutama PTM dan Melakukan Rujukan ke Puskesmas jika di dapatkan penderita
Baru meliputi: Hipertensi, Diabetes Melitus, Asam urat, kholesterol, Obesitas dan
yang lainnya.
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang
sehat dan sejahtera.
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).
Posbindu lansia adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan
pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak dini
(Effendy, 2001).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kader RW 01
didapatkan informasi bahwa di wilayah RW 01 belum ada
Posbindu, Posbindu hanya berfokus di kelurahan Sendangguwo
dan bertempat di kelurahan Sendangguwo. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kader RT 05 didapatkan bahwa ada 4 lansia
yang menderita hipertensi, RT 07 ada 1 lansia yang menderita
hipertensi, dan dari RT 15 ada 5 lansia yang menderita
hipertensi. Menurut kader kesehatan penyakit hipertensi masih
menjadi salah satu penyakit yang setiap tahunnya selalu ada dan
penderitanya bertambah. sedangkan jumlah lansia di RW 01
yaitu berjumlah 188 lansia, dan yang sering mengikuti posyandu
lansia hanya 30 sampai 40 lansia saja. Hasil angket lansia yang
menderita penyakit hipertensi sebanyak 73 (74%) lansia dari 90
lansia. Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa terdapat 63
lansia (70%) dari 90 lansia yang tidak berolahraga. Data lansia
yang tidak mengikuti posyandu lansia adalah 68 lansia (76%)
dari 90 lansia.
B. Topik Kegiatan
Pelatihan kader posbindu
D. Sasaran
1. Sasaran
Kader posyandu
E. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu
diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya
serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut.
Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap
bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan
mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang
butuh (Depkes, 2007).
Tujuan khusus
Setelah diberikan pelatihan diharapkan masyarakat dapat
a. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
c. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang kemampuan hidup sehat.
d. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok
masyarakat lansia dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografis.
e. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok
masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-
usaha kesehatan masyarakat (Effendy, 1998).
F. Metode
Ceramah, simulasi, tanya jawab, dan pemilihan kader
J. Strategi Pelaksanaan
No Tahap Kegiatan Waktu
.
2. Evaluasi Hasil
a. Peserta posbindu mengetahui kondisi kesehatannya dan mampu
melakukan usaha untuk meningkatkan status kesehatannya
b. 50% jumlah undangan hadir dalam kegiatan posbindu.
c. 90% tidak meninggalkan tempat sebelum acara selesai
Lampiran Materi
A. DEFINISI
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepajang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti telah melalui 3 tahap
kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya pemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan postur tubuh tidak proporsional.
WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh yang berakhir dengan kematian.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk mememperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan) secara
alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan pada saraf dan jaringan lain,
hingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
v. Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik terdiri atas teori
oksidasi stress. Dalam teori ini dijelaskan terjadi kelebihan usaha
dengan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal
2. Teori Sosiologis
a) Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss
(1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi
sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar
lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk
terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan
status sosialnya untuk melakukan tukar menukar.
b) Teori Aktivitas atau Kegiatan
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972)
yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktifitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-pokok teori
aktivitas adalah:
Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
c) Teori Kesinambungan (Continuity theory)
Kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia, dengan demikian
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat ini menjadi lansia Gaya hidup perilaku dan harapan
seorang ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lansia. Pokok-pokok
dari continuity theory adalah:
Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi.
d) Teori Pembebasan atau penarikan diri
Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan
yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia
menarik diri, keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun
baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
e) Teori Perkembangan (Development theory)
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973)
menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna
mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase
kehidupannya. Pokok-pokok dalam development theory adalah:
Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun,
ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
f) Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia
kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan
kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua
elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan
prosesnya. Pokok-pokok dari teori ini adalah :
Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.
3. Teori Psikologis
a) Teori Kebutuhan Manusia Menurut Hierarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954).
b) Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) merupakan psikolog swiss yang mengembangkan
teori bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-
tahapan: masa kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia
pertengahan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya
ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif.
Teori ini mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan
kehidupan, pada masa usia petengahan maka seseorang mulai mencoba
menjawab hakikat kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai,
kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi
“krisis usia pertengahan” yang dapat mempengaruhi/menghambat proses
ketuaan itu sendiri secara psikologis.
c) Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang
menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian
ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui wawancara.
Mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati
klima fase proses perkembangan. Pemenuhan kebutuhan diri sendiri
merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan,
dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia
tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.
D. BATASAN-BATASAN LANSIA
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), kelompok umur lansia dibagi
menjadi:
a. usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua ( old ) : usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua ( very old ) : usia > 90 tahun
d. Sistem penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih suram (keruh), daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, menurunnya lapang pandang, dan
menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
e. Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku,
tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat
metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
H. POHON MASALAH
I. MASALAH KEPERAWATAN YANG TIMBUL
1. Fisik atau Biologis
a. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
b. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /
penglihatan.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam
merawat diri.
d. Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian penurunan
fungsi tubuh tidak adekuat.
e. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak
efektif, peristaltik lemah.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
g. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas /
adanya skret pada jalan napas.
h. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropi
serabut otot.
2. Psikologis Sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
mampu.
b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
menghilangkan perasaan secara tepat.
f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap
dengan kematian.
c. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan ibadah
secara tepat.
J. RENCANA KEPERAWATAN
1) Tujuan Perencanaan
Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan
dan kondisi fisik, psiko, sosial dengan tak tergantung pada orang lain.
2) Tujuan Tindakan Keperawatan
Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi :
- Pemenuhan kebutuhan keselamatan
- Peningkatan keamanan dan keselamatan
- Memelihara kebersihan diri
- Memelihara keseimbangan istirahat tidur
- Peningkatan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif
3) Rencana dan Rasional
a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
1) Makanan porsi kecil tapi sering, lunak.
Rasional menyesuaikan fungsi lambung dan melemahnya otot
lambung dan usus.
2) Banyak minum dan kurangi makanan asin.
Rasional mencegah kekeringan kulit dan kendor.
3) Makan mengandung serat.
Rasional membantu pencernaan karena peristaltik menurun.
4) Batasi makan yang mengandung gula tinggi, minyak tinggi, tinggi
lemak kecukupan kalori : laki-laki 2100 kal, perempuan 1800 kal
yang terdiri dari :
- KH 60% dari jumlah kal.
- Lemak 15-20%.
- Protein 20-25%.
- Vitamin dan mineral air 6-8 gelas / hari.
- Hindari kopi / teh.
- Insulin pemecahan glukosa dan lemah menurun.
b. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia
- Biarkan lansia menggunakan alat bantu / tongkat.
- Latih untuk pindah / mobilisasi.
- Menggunakan pengaman tempat tidur.
- Membantu ke kamar mandi.
- Menggunakan kacamata.
- Menemani bila bepergian.
- Ruangan dekat kantor.
- Meletakkan bel di bawah bantal.
- Tempat tidur tidak terlalu tinggi.
- Menyediakan meja kecil dekat tempat tidur.
- Lantai bersih, rata, tidak licin / basah.
- Peralatan menggunakan roda dikunci.
- Pasang pengaman di kamar mandi.
- Hindari lampu redup dan menyilaukan.
- Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet.
c. Memelihara kebersihan diri
- Mengingatkan / membantu waktu mandi, gosok gigi.
- Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin
lotion.
d. Memelihara Keseimbangan Istirahat
- Sediakan tempat tidur nyaman.
- Atur lingkungan cukup ventilasi, bebas bau.
- Melatih melakukan latihan fisik yang ringan.
e. Meningkatkan Hubungan Interpersonal
- Berkomunikasi dengan kontak mata.
- Memberi stimulus / mengingatkan terhadap kegiatan.
- Menyediakan waktu untuk berbincang.
- Menghargai pendapat lansia.
- Melibatkan kegiatan harian.
2. MATERI POSBINDU
A. PENGERTIAN
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan
pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka
pencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat
berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya
penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu,
program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk
pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa lansia maupun yang
sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).
Posbindu lansia adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan
pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak
dini (Effendy, 2001).
B. TUJUAN POSBINDU
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu
diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya
serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu
membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya
agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta melakukan
upaya rujukan bagi yang membutuhkan (Depkes, 2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah
1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang kemampuan hidup sehat.
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat
lansia dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkan letak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat
lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan
masyarakat (Effendy, 1998)
Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti
program kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan,
sikap, persepsi, perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa
perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar (kepercayaan) dan
keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan. Secara umum perilaku kesehatan
seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku terhadap
sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap program kesehatan.
Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada
kesehatan adalah sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga,
faktor sosial budaya, etnik, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya
pelayanan, jarak, persepsi terhadap sarana kesehatan, dan kekuatan
pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).
C. PEMBENTUKAN POSBINDU
Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan
dalam pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi
masing-masing daerah, misalnya mengambangkan kelompok-kelompok yang
sudah ada seperti kelompok pengajian, kelompok jemaat
gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain. Pembentukan Posbindu dapat
pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD)
Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum
dilaksanakan dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk
pembentukan Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey mawas diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian kegiatan
D. KOMPONEN
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat,
akan berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen
pokok, yaitu: adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses
pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan
memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang
dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya
berasal dari anggota Posbindu itu sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan
sebagainya. Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan beberapa seksi dan kader.
3. Anggota KelompoK
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu
diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam
penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup
kemungkinan anggota Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100
orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran
atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber
lain yang tidak mengikat.
E. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat
pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut
dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia
lanjut
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok
usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (public health nursing).
11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh
menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia
lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran
I. MEKANISME PELAKSANAAN
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah
di tingkat RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang rekrutmen
kader Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai pada waktu
yang ditetapkan masih sedikit, maka panitia bersama pengurus RW melakukan
musyawarah kembali untuk menentukan kader Posbindu berdasarkan
pertimbangan tokoh masyarakat setempat.
Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan
penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi pelatihan meliputi:
1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2. Surveilans hipertensi (survey mawas diri)
3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5. Pencegahan hipertensi
6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler
J. KEGIATAN POSBINDU
Kegiatan posyandu lebih di kenal dengan sistem lima meja yang, meliputi :
Meja 1 : Pendaftaran
Meja 2 : Penimbangan
Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat
Meja 4 : Penyuluhan Kesehatan pembarian oralit Vitamin A dan tablet
besi
Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan, serta pelayanan keluarga berencana
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas
kesehatan. Direktorat kesehatan keluarga
Sumiasih, Dkk. 2010. Pengetahuan Kader Tentang Proses Menua Dengan Keaktifan
Kader pada Pelaksanaan Posbindu Di Kelurah Sendangmulyo Kecamatan
Tembalang Semarang. Jurnal Kesehatan, Vol 6 no 1 Th 2010.: Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Sumber
: http://jurnal.unimus.ac.id.
Wijiat, Siti. 2009. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Perilaku
Mengikuti Posbindu Lansia Di Karanganyar Gunung Candi Lama
Semarang. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah
Semarang. Sumber: http://digilib.unimus.ac.id.
https://www.scribd.com/document/368310557/MAKALAH-POSBINDU