Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI PADA PRA LANSIA

USIA 45 TAHUN – 59 TAHUN DI PUSKESMAS TEGALREJO

KOTA YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :

MUHAMMAD SUTRIYANTO

1710201224

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2017/2018
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

arterial abnormal yang berlangsung terus menerus dimana tekanan darah

sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg dan diastolik sama dengan

atau lebih dari 90 mmHg, secra global hampir satu milyar orang memiliki

tekanan darah tinggi atau hipertensi, dua pertiganya adalah negara

berkembang. Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun di

seluruh dunia. Masalah ini akan terus berkembang , di tahun 2025

diperkirakan 1,56 milyar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi. Di Asia

Tenggara sekitar sepertiga dari populasi memiliki tekanan darah tinggi dan

hampir 1,5 juta orang meninggal setiap tahun karenanya (WHO, 2014).

Hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala tetapi setelah penyakit

ini menunjukkan keganasannya maka dalam waktu yang singkat penderitanya

mengalami gangguan kesehatan yang sangat hebat. Oleh karena itu hipertensi

dijuluki silent killer. Selain hipertensi mengakibatkan kematian yang tinggi

(high case fatality rate) juga berdampak kepada penurunan kualitas hidup

penderitanya. Hal ini masih ditambah dengan mahalnya pengobatan serta

perawatan yang harus ditanggung penderita sepanjang hidupnya (Sudarmoko

cit lestari, 2011).


Menurut World Health Organization (WHO), tekanan darah dianggap

normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dan diantara nilai tersebut dikatakan

normal tinggi. Namun untuk orang Indonesia, banyak dokter berpendapat

bahwa tekanan darah yang ideal adalah sekitar 110-120/80-90 mmHg.

Batasan ini berlaku bagi orang dewasa di atas 18 tahun. Selain itu, menurut

Joesoef Direktur Pelayanan medis pusat jantung nasional Harapan Kita,

mengatakan bahwa, ‘’ Tekanan darah 120-139/80-90 mmHg dikategorikan

sebagai Prehipertensi dan perbaikan dalam gaya hidup dibutuhkan untuk

menurunkan tekanan darah, sedangkan tekanan darah 140-159/90-99 mmHg

merupakan hipertensi stadium 1 dan tekanan darah >160/>100 mmHg

merupakan hipertensi stadium II (Adib, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam 2

kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat diubah seperti jenis kelamin,

umur, genetik, riwayat keturunan dan faktor yang dapat diubah seperti pola

makan, gaya hidup, stress kejiwaan dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi

perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama-sama (common underlying

risk factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup

menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes, 2003).

Hasil Riskesdes Tahun 2013, Penyakit tidak menular, terutama

hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen

tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat

pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah


mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan. Terjadi peningkatan prevalensi

hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan

minum obat hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun

2013 (Riskesdes 2013).

Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013,

tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat

hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus

hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan

kesehatan (Kemenkes RI, 2013 ). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011

menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan

kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi

kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia

(Kemenkes RI, 2012).

Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit di

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi (Dinkes

DIY, 2013). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan D.I

Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah kasus hipertensi di Indonesia

berdasarkan diagnosis 3 dan/atau riwayat minum obat. Hal ini mengalami

kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007,

dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus

hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat (Kemenkes RI,

2013).
Masa Pra lanisa merupakan masa perubahan diri untuk mencapai masa

usia lanjut yang sehat aktif dan produktif. Oleh karena pada masa ini banyak

perubahan yang terjadi seperti menopouse, puncak karir, masa menjelang

pensiun dan rasa kehilangan (kedudukan, kekuasaan, teman, anggota

keluarga, pendapatan). (Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya Salemba

Medika, 2008 ).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari Latar Belakang kejadian tersebut maka dapat di

rumuskan apakah ada hubungan antara pola makan dengan Kejadian

hipertensi pada pra lansia Usia 45 tahun – 59 tahun di puskesmas tegalrejo

Kota Yogyakarta ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

pola makan dengan kejadian hipertensi pada pra lansia usia 45 tahun – 59

tahun di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan

dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tegalrejo


b. Penelitian ini untuk mengetahuai apakah ada hubungan antara pola

makan dengan kejadian Hipertensi pada pra lansia di Puskesmas

Tegalrejo

c. Penelitian ini untuk mengetahuai kejadian Hipertensi pada Pra

lansia di Puskesmas Tegalrejo

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data pendukung apakah ada

hubungan antara pola makan dengan kejadian Hipertensi

2. Bagi Bagian Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi Puskesmas Tegalrejo

terkait dengan penanganan pada pasien Hipertensi pra lansia khususnya di

poli umum Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan kejadian Hipertensi

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadikan informasi kepada masyarakat

sebagai acuan atau informasi akan hubungan pola makan dengan kejadian

hipertensi
E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Lingkup Materi dalam penelitian ini meliputi pola makan dengan kejadian

hipertensi pada pra lansia, pola makan sebagai variabel bebas dan

hipertensi sebagai variabel terikatnya

2. Lingkup Responden

Responden pada penelitian ini dilakukan pada Masyarakat dengan usia 45

– 59 tahun dan di diagnosis Hipertensi yang periksa di Puskesmas

Tegalrejo sebagai sampel kasus

3. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakuakan pada bulan November 2017 sampai Maret 2018,

mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai laporan hasil penelitian

4. Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakuakan di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta ,

Karena didapatkannya data Tingginya kasus hipertensi di wilayah

tersebut, Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta juga mempunyai

kelengkapan baik dari segi data / Rekam Medik, sarana dan prasrana

dalam menangani pasien dengan Hipertensi sehingga dapat membantu

peneliti dalam pengambilan data.

F. Keaslian Penelitian

Terdapat beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian ini antara lain :
1. Kiki melisa andria (2013) Hubungan antara perilaku Olahraga, Stress, dan

Pola Makan dengan Tingkat Hipertensi pada lanjut Usia di Posyandu

Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukololo Kota Surabaya.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan cara penelitian analitik dengan

menggunakan rancangan cross sectional. Populasinya adalah lansia

dengan mengambil sampel secara simple random sampling sehingga di

dapat sampel sejumlah 107 lansia. Variabel bebas adalah perilaku

olahraga, stres dan pola makan sedangkan variabel tergantung adalah

tingkat hipertensi pada lansia. Hasil penelitian menunjukkan jumlah lansia

yang menderita hipertensi dengan tingkat olahraga yang kurang sebesar

45,79%, dan kurang kebal terhadap stres sebesar 39,25%. Lansia sebagian

besar mengonsumsi makanan yang menyebabkan hipertensi seperti garam,

gula, serta makanan yang mengandung lemak. Pengujian dengan uji Chie-

square menunjukkan perilaku olahraga dan stres mempunyai hubungan

bermakna dengan terjadinya hipertensi pada lansia, diperoleh p = 0,000 (p

< 0,05) untuk perilaku olahraga dan p = 0,047 (p < 0,05) untuk perilaku

stres. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara perilaku olahraga dan

stres dengan tingkat hipertensi pada lansia di posyandu lansia kelurahan

Gebang Putih kecamatan Sukolilo kota Surabaya. Partisipasi aktif

masyarakat meliputi kader dan keluarga diharapkan menentukan

keberhasilan program posyandu lansia.


Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Tempat

penelitian, Variabel bebas yang diteliti, Tahun peneltian, Sasaran

Penelitian

2. Solehatul Mahmudah, Taufik Maryusman, Firlia Ayu Arini dan Ibnu

Malika (2015) Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan Kejadian

Hipertensi pada lansia di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun

2015. Beberapa faktor resiko diduga memiliki peran dalam terjadinya

hipertensi seperti gaya hidup, pola makanan usia. Hipertensi merupakan

salah satu faktor resiko penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup dan pola

makan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Penelitian cross sectional

ini diikuti oleh 74 responden dengan cara purposive sampling. Hasil

penelitian ini mendapatkan proporsi lansia yang mengalami hipertensi

sebesar 26,4%. Analisis bivariat menggunakan uji chisquare dan analisis

multivariat dengan regresi logistik ganda. Hasil analisis bivariat

menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik (p=0,024 OR=3,596),

asupan lemak (p=0,008 OR=4,364), dan asupan natrium (p=0,001

OR=6,103) dengan kejadian hipertensi. Analisis multivariat menunjukkan

asupan natrium (OR Exp(B)=4,627) sebagai faktor resiko yang paling

berhubungan dengan kejadian hipertensi.


Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Tempat

penelitian, Variabel bebas yang diteliti, Tahun peneltian, Sasaran

Penelitian

3. Siti Widyaningrum (2012) Hubungan Antara Konsumsi Makanan

Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Studi di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Jember) Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik

observasional. Menurut waktu penelitian yang dilakukan, penelitian ini

bersifat cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

lansia baik laki-laki maupun perempuan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Jember yang berjumlah 139 orang, dengan besar sampel 60

responden. Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Jember yang dilaksanakan pada bulan November 2011. Terdapat dua

variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas: karakteristik lansia

(usia, jenis kelamin, genetik), tingkat konsumsi (karbohidrat, lemak,

natrium, serat), pola konsumsi (konsumsi makanan pemicu dan pencegah

hipertensi) dan variabel terikat: kejadian hipertensi pada lansia. Data

primer yang dikumpulkan adalah karakteristik lansia, tinggi badan lansia

dengan menggunakan tinggi lutut dan berat badan lansia, tekanan darah

tingkat konsumsi dan pola konsumsi pencegah dan pemicu hipertensi.

Data sekunder berasal dari laporan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Jember sebagai tempat penelitian.


Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Tempat

penelitian, Variabel bebas yang diteliti, Tahun peneltian, Sasaran

Penelitian

Anda mungkin juga menyukai