Anda di halaman 1dari 15

KEGIATAN DETEKSI DINI DAN PEMANTAUAN FAKTOR RISIKO

PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) DI PUSKESMAS

A. LatarBelakang
Penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian sebesar 36 juta (63%) dari seluruh
kasus kematian yang terjadi diseluruh di dunia, dimana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi
dinegara yang sedang berkembang (WHO, 2010).

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000,
Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal
Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% danCidera 8,2%.
PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu merokok, diet yang
tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan
mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya
pengobatan PTM.

Posbindu PTM (pos Pembinaan Terpadu PTM) merupakan peran


serta massarakat dalam melakukan kegiatan mendeteksi dini dan
pemantauan faktor risiko PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu.
Faktor risiko Penyakit Tidak menular PTM meliputi merokok, konsumsi
minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas,
stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti
secara dini, faktor risiko yang ditemukan melalui konseling
kesehatan segera merujuk ke fasilitas pelyanan kesehatan dasar.
Untuk itu perlu pencegahan dan pemantauan faktor risiko PTM dalam
menurunkan angka kesakitan, kecatatan, kematian penyakit di indonesia.

B. Tujuan
1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan faktor
risiko penyakit tidak menular terutama penyakit jantung.
2. Menurunkan prevalensi faktor resiko penyakit tidak menular
terutama penyakit jantung
3. Menurunkan angka kesakitan, kecacatan, kematian penyakit
tidak menular

C. Kegiatan pokok PTM


1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan peserta, aktifitas fisik, merokok,
kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan
dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk
identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.
Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan
sekali
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar perut.
3. Kegiatan pemeriksaan gula darah
4. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama
5. Melakukan screening kesehatan

D. Rancangan Kegiatan
a. Topik : Kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko penyakit
tidak menular (ptm) di PUSKESMAS
b. Metode : Wawancara dan pemeriksaan
c. Media : Tensi meter, LILA, Stetoskop, Gluko ceck, Strip Glukosa,
Timbangan, dan Meteran, Meja dengan 5 stasi.
d. Waktu : dilaksanakan di posyandu
e. Tempat : semua puskesmas
f. Pengorganisasian :
Penanggung Jawab : Para Kepala Puskesmas
Lima Meja : 1 (pendaftaran) : Staf Puskesmas
2 (anamnesa) : Staf Puskesmas
3 (BB,TB, LILA) : Staf Puskesmas
4 (TTV) : Staf Puskesmas
5 (Konsling & Edukasi) :
Moderator : Staf Puskesmas
Presentator : Staf Puskesmas
Fasilitator : Staf Puskesmas
Observer : Staf Puskesmas
Dokumentasi : Staf Puskesmas

g. Tugas dan Tanggung Jawab


1. Penanggung jawab :
a) Menjadi penanggung jawab atas jalannya kegiatan
b) Memberikan pengarahan kepada anggota kelompok
c) Memvalidasi semua persiapan anggota kelompok
d) Mengarahkan tugas pada masing-masing anggota.
2. Lima Meja
a) Meja 1
Mencatat nama pasien yang hadir
b) Meja 2
Melakukan anamnesa mengenai factor resiko jantung
c) Meja 3
Melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan IMT
d) Meja 4
Melakukan pemeriksaan TTV
e) Meja 5
Memberikan penyuluhan atau edukasi mengenai factor resiko
penyakit jantung dan hipertensi
3. Moderator
Tugas :
a) Membuka acara penyuluhan
b) Menjelaskan tujuan penyuluhan dan kontrak waktu
c) Menutup acara
4. Penyaji
Tugas :
1) Menggali pengetahuan audiens
2) Menjelaskan pokok materi penyuluhan
3) Evaluasi mengenai apa yang telah disampaikan
4) Menyimpulkan materi kegiatan
5. Observer
Tugas : mengevaluasi jalannya kegiatan
6. Fasilitator
Tugas :
1) Memfasilitasi jalannya kegiatan
2) Memberi motivasi kepada audiens yang bertanya
7. Dokumentasi
Melakukan pendokumentasian terhadap kegiatan yang dilakukan.

E. Kriteria Evaluasi
1. EvaluasiStruktur
a. Tempat kondusif untuk kegiatan
b. Peralatan memadai dan berfungsi
c. Media dan materi tersedia dan memadai
d. SDM memadai
2. Evaluasi Proses
a. Ketepatan waktu pelaksanaan
b. Peran serta aktif dari audiens / dewasa dan lansia
c. Kesesuaian peran dan fungsi dari anggota
d. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan
3. Evaluasi Hasil
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai :
a). Penyaji mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung kepada
audiens tentang materi kegiatan yang akan dijelaskan.
b). Bila audiens dapat menjawab 60% dari pertanyaan yang diajukan,
maka dikategorikan pengetahuan baik.
LAMPIRAN MATERI

A. PENGERTIAN
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat
dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai
masyarakat yang sehat dan sejahtera.

Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya


masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan
Posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua
baik yang akan memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia
(Depkes, 2007).

B. TUJUAN POSBINDU
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam
strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu diharapkan adanya
kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya serta meningkatkan
peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam mengatasi kesehatan usia
lanjut. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap
bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif
dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang
membutuhkan (Depkes, 2007).

Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :


1 Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2 Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3 Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang kemampuan hidup sehat.
4 Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat
lansia dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada
penduduk berdasarkan letak geografis.
5 Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat
lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan
masyarakat

Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program


kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap,
persepsi, perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan
terhadap situasi atau rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan
sarana pelayanan kesehatan. Secara umum perilaku kesehatan seseorang
mencakup perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem
pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap program kesehatan.

Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan


adalah sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial
budaya, etnik, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan,
jarak, persepsi terhadap sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan
keputusan (Notoatmodjo, 2003).

C. PEMBENTUKAN POSBINDU
Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan
dalam pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan
situasi masing-masing daerah, misalnya mengambangkan kelompok-
kelompok yang sudah ada seperti kelompok pengajian, kelompok jemaat
gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain. Pembentukan Posbindu
dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD).

D. KOMPONEN
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan
berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen
pokok, yaitu: adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses
pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin
penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan
mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari
anggota Posbindu itu sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan
sebagainya. Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan beberapa seksi dan kader.
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu
diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam
penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup
kemungkinan anggota Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100
orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran
atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain
yang tidak mengikat.
E. PELAYANAN KESEHATAN
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat
pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK)
Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut
dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia
lanjut
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia
lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (public health nursing).
11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh
menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia
lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran

F. SARANA DAN PRASARANA


Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi
badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut

G. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di
kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem
5 tahapan/5 meja sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana)
5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling
H. REKRUTMEN DAN PELATIHAN KADER POSBINDU
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau dapat
saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader.
Adapun persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi
setempat;
2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela;
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin;
4. Sabar dan memahamil usia lanjut.

I. MEKANISME PELAKSANAAN
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah di tingkat
RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang rekrutmen kader
Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai pada waktu yang
ditetapkan masih sedikit, maka panitia bersama pengurus RW melakukan
musyawarah kembali untuk menentukan kader Posbindu berdasarkan
pertimbangan tokoh masyarakat setempat.

Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan


penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi pelatihan meliputi:
1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2. Surveilans hipertensi (survey mawas diri)
3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5. Pencegahan hipertensi
6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler

J. KEGIATAN POSBINDU
Kegiatan posbindu lebih di kenal dengan sistem lima meja yang, meliputi :
1. Meja 1 : Pendaftaran
2. Meja 2 : Wawancara
3. Meja 3 : Pengukuran BB, TB, LILA
4. Meja 4 : Pengukuran TTV
5. Meja 5 : Edukasi atau Penyuluhan

Berikut ini sebagai salah satu contoh pemberdayaan masyarakat dalam


kegiatan posbindu:
a) Surveilans hipertensi
Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan
surveilans. Yang dimaksud dengan surveilans adalah survey lapangan
untuk mengumpulkan data tentang prevalensi hipertensi di masyarakat.
Surveilans dilakukan oleh kader Posbindu yang telah diberikan pelatihan
surveilans, dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh
kader, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan. Instrumen surveilans
berupa angket/kuesioner yang terlebih dahulu telah disiapkan oleh tim
pengabdian masyarakat.

b) Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi


Data hasil surveilans dijadikan dasar untuk menyusun peta kewaspadaan
hipertensi di komunitas. Peta ini sekaligus sebagai bukti dokumentasi hasil
surveilans yang telah dilakukan dan diberi kode-kode khusus berdasarkan
kesepakatan tim tentang kategori masyarakat dalam kaitannya dengan
kewaspadaan hipertensi.

c) Pemeriksaan tekanan darah secara rutin


Pemeriksaan tekanan darah secara rutin merupakan bagian dari pelayanan
Posbindu. Namun demikian dalam kasus tertentu, pemeriksaan tekanan
darah tidak dilakukan secara pasif (menunggu di Posbindu), tetapi justru
dilakukan secara aktif dari rumah ke rumah (door to door) pada kelompok
masyarakat yang memiliki faktor risiko dan kelompok lansia atau dikenal
sebagai penemuan kasus hipertensi secara aktif (active case finding).
Penemuan kasus secara aktif ini merupakan upaya penapisan (screening)
kasus hipertensi di masyarakat sebagai salah satu upaya deteksi dini kasus
hipertensi dan komplikasinya.

d) Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin


Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia juga merupakan bagian
dari pelayanan Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam ini juga
bukan saja diikuti oleh kelompok masyarakat berisiko atau kelompok
lansia saja, tetapi juga bisa diikuti oleh seluruh elemen masyarakat.
Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya pencegahan penyakit
jantung dan pembuluh darah serta pengendalian salah faktor risiko
hipertensi.

e) Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi


Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program
ini dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik dalam
masyarakat itu sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Berdasarkan hal tersebut maka strategi promosi kesehatan yang akan
dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi adalah:

1) Advokasi (advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu
kebijakan di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui advokasi
ini, semua aparatur pemerintahan di Desa Randobawa Ilir bisa
memberikan dukungan, baik dukungan moral maupun material,
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.

2) Dukungan sosial (social support)


Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama
yang ada di Desa Randobawa Ilir. Diharapkan para tokoh masyarakat
dan tokoh agama tersebut dapat menjembatani komunikasi antara
pengelola program kesehatan dan masyarakat.
3) Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran
primer promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat
memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya sendiri (self reliance in health). Bentuk kegiatannya
lebih ditekankan pada penggerakkan masyarakat untuk kesehatan,
dalam hal ini adalah pengelolaan Posbindu.

Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga


(rumah tangga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan
tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang
dilakukan hanya berada pada level promosi kesehatan, perlindungan
spesifik, serta diagnosis dini dan pengobatan segera.

Kegiatan promosi kesehatan pada setiap level tersebut dapat dijelaskan


sebagai berikut:
I. Promosi kesehatan:
i. Senam jantung sehat dan senam lansia
ii. Kampanye anti-rokok
iii. Penyuluhan gizi lansia
iv. Pelatihan pemeriksaan tekanan darah bagi keluarga lansia

II. Pencegahan spesifik: Pemberian multivitamin bagi lansia,


Diagnosis dini dan pengobatan segera:

III. Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi

IV. Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan


protein urin, pemeriksaan neurologis, Dan lain-lain)
4) Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan & penatalaksanaan
hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi
kesehatan yang tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat
menghindari perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan kejadian
hipertensi dan/atau melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah hipertensi pada masyarakat dan keluarga penderita hipertensi.

5) Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan keluarga


penderita hipertensi
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek
akses pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam
melakukan pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya.
Pada akhirnya setiap keluarga dari penderita hipertensi dapat
melakukan pemantauan tekanan darah penderita hipertensi secara
teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang memakan waktu dan
biaya transportasi. Karena itu, ketersediaan tensimeter atau
sphygmomanometer di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi
kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah secara mandiri oleh
keluarga penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang dilatih
adalah mereka yang memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan
mampu menguasai dalam mempraktikkan dan menginterpretasikan
hasil pengukuran tekanan darahnya.

6) Pengumpulan dana sosial Tanggap HipertensI


Kegiatan ini merupakan manifestasi nyata dari strategi gerakan
masyarakat sebagai salah satu strategi promosi kesehatan. Dalam hal
pengumpulan dana sosial maka dibutuhkan dukungan dari para
pengambil keputusan di tingkat desa dan kecamatan, serta kesadaran
dari masyarakat itu sendiri. Tentu dalam kondisi yang tidak mengikat,
kegiatan ini bersifat fleksibel terutama ditujukan bagi kelompok
masyarakat dengan tingkat kemampuan ekonomi menengah ke atas.
Dana sosial ini ditujukan untuk membantu pembiayaan warga
masyarakat yang mengalami komplikasi hipertensi sehingga
membutuhkan pengobatan lebih kompleks atau rujukan ke rumah
sakit.

Anda mungkin juga menyukai