Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PROGRAM KELUARGA HARAPAN TERHADAP

KESEJAHTERAAN KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN SADANG


SERANG KOTA BANDUNG
Usulan proposal penelitian kuantitatif
Disusun untuk memenuhi tugas metode penelitian sosial
Dosen pengampu: Dr. Yuce Sariningsih M.Si

HARRY LERIAN SIMBALA


192020161

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
T/A 2022-2023
DAFTAR ISI

1. Latar Belakang Penelitian.................................................................................1


2. Identifikasi Masalah..........................................................................................3
3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian......................................................................3
3.1. Tujuan Penelitian................................................................................................3
3.2. Kegunaan Penelitian...........................................................................................3
4. Kerangka Pemikiran.........................................................................................4
5. Hipotesis.........................................................................................................10
5.1. Hipotesis Utama:..............................................................................................10
5.2. Sub Hipotesis:..................................................................................................10
6. Definisi Operasional.......................................................................................11
7. Metodologi Penelitian.....................................................................................12
7.1. Metodologi Penelitian......................................................................................12
7.2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.......................................................13
7.3. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................13
7.3.1. Studi Dokumen.........................................................................................13
7.3.2. Studi Lapangan.........................................................................................13
7.4. Teknik Pengukuran Variabel............................................................................13
7.5. Teknik Analisis Data........................................................................................13
8. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................14
8.1. Lokasi Penelitian..............................................................................................14
8.2. Waktu Penelitian..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

i
1. Latar Belakang Penelitian
Dalam data yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS) di banding
September 2021, Jumlah penduduk miskin Maret 2022 perkotaan turun
sebanyak 0,04 Juta orang, terbilang jumlahnya dari 11,86 juta orang pada
september 2021 menjadi 11,82 juta orang pada maret 2022. Hal tersebut
kemudian dapat dikatakan sebagai upaya dan hasil besar, dalam jangka waktu
5 bulan angka kemiskinan berkurang ada sekitar 4 juta orang. Dalam periode
waktu yang sama, jumlah penduduk miskin perdesaan turun sebanyak 0,30
juta orang atau terbilang jumlahnya dari 14,64 juta orang pada september
2021 menjadi 14,34 juta orang pada maret 2022. Total dari angka kemiskinan
tersebut ada sekitar 26,16 juta orang miskin kota-perdesaan (BPS, 2022).
Dapat dilihat perbedaan jauh (gambar 1), angka kemiskinan di kota dan di
perdesaan terbilang dari tahun ke tahun lebih tinggi angka kemiskinannya di
desa.

(Gambar 1. Profil Kemiskinan di Indonesia)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2022

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011


tentang Penanganan Fakir Miskin, definisi Fakir Miskin adalah orang yang
tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber
mata pencaharian tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar bagi dirinya
serta keluarganya. Program Keluarga Harapan yang selanjutnya akan disebut

1
PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat khusus kepada
Keluarga Miskin (KM). PKH juga merupakan suatu upaya dalam
penanggulangan kemiskinan, sebagai sebuah program bantuan sosial
bersyarat, PKH membuka akses Keluarga Miskin terutama untuk ibu hamil
dan anak untuk memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan yang ada serta juga
fasilitas layanan pendidikan yang tersedia di lingkungan sekitar.
Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk
mengentaskan kemiskinan adalah dengan mengeluarkan program prioritas
yang tercantum dalam Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulan Kemiskinan. Salah satu programnya adalah
Program Keluarga Harapan (PKH). PKH merupakan program prioritas
nasional yang memiliki tingkat efektifitas paling tinggi dalam penurunan
tingkat ketimpangan pendapatan penduduk di Indonesia dibandingkan dengan
program prioritas nasional penanggulangan kemiskinan lainnya (Kementerian
Sosial RI, 2016)
Dalam proses pelaksanaannya, Program PKH ini juga harus di kawal
hingga tersalurkan dengan tepat sasaran. Oleh karena itu, setiap pendamping
berkewajiban untuk mengunjungi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan
untuk melakukan pengecekan terhadap pengisian formulir verifikasi
kesehatan dan verifikasi pendidikan peserta PKH. Hal ini sudah menjadi
sebuah tugas rutin bagi Pendamping PKH. Tetapi berdasarkan hasil yang
sering terjadi dilapangan, para pendamping tidak pernah turun dan melakukan
pengecekan di lokasi fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan. Pendamping
memberikan kebebasan kepada peserta PKH untuk membawa formulir
tersebut ke fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan dan mengumpulkannya
kembali disaat pertemuan dengan pendamping kelompok (Kementerian Sosial
RI, 2016)
Kota Bandung sendiri terjadi peningkatan penduduk miskin yang dimana,
pada bulan maret 2021, jumlah penduduk miskin di Kota Bandung mencapai
112,50 ribu orang (4,37 persen), angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan
angka penduduk miskin di tahun 2020 lalu yang sebesar 100,02 ribu orang

2
(3,99 persen).

(gambar 2. Profil Kemiskinan di Kota Bandung)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021

2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana kondisi Keluarga Misikin di Kota Bandung
2. Bagaimana implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Sadang
Serang Kota Bandung
3. Bagaimana pengaruh Program Keluarga Harapan terhadap kesejahteraan
Keluarga Miskin di Kelurahan Sadang Serang Kota Bandung.
3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
3.1. Tujuan Penelitian
a) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kondisi Keluarga Miskin di
Kelurahan Sekeloa Kota Bandung
b) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi Program
Keluarga Harapan di Kelurahan Sadang Serang Kota Bandung.
c) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh Program Keluarga
Harapan terhadap kesejahteraan Keluarga Miskin di Kelurahan
Sadang Serang Kota Bandung.
3.2. Kegunaan Penelitian
Mengingat efektif dan pentingnya bantuan sosial berupa Program Keluarga

3
Harapan bagi kesejahteraan Keluarga Miskin, maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kegunaan secara:
a) Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengembangan pengetahuan teoritis bagi mahasiswa/i dan dunia
pekerja sosial.
b) Praktis
Sebagai bahan masukan dan rekomendasi sebagai bentuk pemecahaan
masalah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat.

4. Kerangka Pemikiran

Kebijakan sosial

(suharto, 2006)

Kesejahteraan sosial Kebutuhan

(suharto, 2010) (Abraham Maslow, 2006)

- Fisiologis
Peningkatan sumber
- Rasa aman
daya manusia
- Kasih sayang/cinta
- Prestasi
- Aktualisasi diri

Pendidikan Akses pelayanan

Kesehatan Peluang pekerjaan

Keberfungsian sosial

(Wibhawa, dkk, 2010)

Dalam pemahaman kenegaraan, sudah menjadi tanggung jawab dan


kewajiban bagi pemerintah untuk memprioritaskan kesejahteraan sosial

4
masyarakatnya. Sehingga dalam mencapai tujuan tersebut, negara dalam hal
pemerintah perlu membuat formulasi dalam memenuhi kewajiban tersebut.
Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu program prioritas
pemerintah dalam mengatasi kemiskinan akut di Indonesia, sehingga melalui
program ini, pemerintah daerah wajib melakukan pendataan bagi masyarakat di
daerahnya untuk dapat mengetahui mana masyarakat-nya yang termasuk dalam
kategori dan dipandang layak mendapatkan bantuan dari PKH. Program Keluarga
Harapan adalah program yang memberikan bantuan tunai bersyarat kepada
Rumah Tangga/Keluarga Miskin (RTM/KM) yang telah ditetapkan sebagai
peserta PKH. Dengan ketentuan peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan
dan komitmen yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas Sumber Daya
Manisia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.
Program PKH yang merupakan salah satu program bantuan tunai bersyarat
Kementerian Sosial, sampai dengan hari ini terbukti telah memberikan dampak
yang baik bagi masyarakat, dalam hal ini pengurangan angka kemiskinan di
beberapa daerah. Namun, bukan berarti hal tersebut tidak dapat dibandingi dengan
hal yang dirasa masih kurang dalam pelaksanaannya, pendamping atau pekerja
lapangan tidak optimal dalam mendampingi atau turut mengawasi penyaluran
bantuan tersebut. Akibatnya, sering ditemui adanya penerima PKH yang tidak
sesuai dengan kriteria penerima. Hal tersebut kemudian merupakan salah satu
kerja dari pekerja sosial untuk dapat dengan baik dan teliti dalam pendampingan
hingga penyaluran demi terwujudnya kesejahteraan sosial yang ideal dan tepat
sasaran.
Pada dasarnya, kesejahteraan sosial adalah kondisi atau keadaan yang
menyenangkan, baik secara fisik maupun mental. Segel dan Bruzy (dalam
Kusnadi, 2013: 8) mengatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi
sejahtera dari suatu masyarakat yang meliputi kesehatan, keadaan ekonomi,
kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. Midgley (dalam Sutomo, 2006: 12)
memperjelas bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan sejahtera secara
sosial tersusun atas tiga unsur yaitu: pertama, setinggi apa masalah sosial
dikendalikan; Kedua, seluas apa kebutuhan dipenuhi, dan Ketiga, setinggi apa

5
kesempatan bagi individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat.
Menurut Sunarti (2012), Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan,
kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara
untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial
yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat. Kesejahteraan
merupakan keadaan bahagia dan puas yang diperoleh individu/sesorang dari hasil
yang ia dapatkan. Namun, tingkatan dari kesejahteraan tersebut terbilang relatif
karena menyesuaikan dengan besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil
mengkonsumi pendapatan tersebut.
Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi yaitu: 1. Kondisi
kehidupan atau keadaan kesejahteraan, yakni terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan
jasmani, rohani dan sosial, 2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang
melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusian yang
menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial, 3. Aktivitas,
yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha yang terorganisasi untuk
mencapai kondisi sejahtera (Edi Suharto, 2014). Sebagai bentuk upaya untuk
membantu dan menciptakan kondisi masyarakat yang sejahtera terhadap Keluarga
Miskin, maka pemerintah membuat salah satu program PKH yang dimana
menjadi prioritas dalam mengantisipasi kesenjangan atau dalam hal ini
kemiskinan.
Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak
berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam arti luas, kemiskinan dapat
dipahami sebagai kondisi di mana individu, keluarga, dan kelompok tidak berdaya
sehingga rentan terhadap masalah sosial lainnya. Kemiskinan dipandang sebagai
seseorang atau sekelompok orang di mana hak-hak dasar laki-laki dan perempuan
tidak terealisasi dengan baik untuk menjalani dan mengembangkan kehidupan
yang bermartabat. Oleh karena itu, kemiskinan tidak lagi hanya dipahami sebagai
ketidakmampuan ekonomi, tetapi ketidakmampuan untuk mewujudkan hak-hak
dasar dan perbedaan perlakuan individu atau kelompok, serta untuk hidup secara
bermartabat.

6
Keluarga Miskin adalah keluarga yang sejak awal tidak memiliki harta
kekayaan yang dapat digunakan atau memenuhi kebutuhan hidup secara layak.
Sejak dini nenek moyang terdapat sejumlah besar keluarga telah mengalami
kesulitan sosial ekonomi (Buletin Departemen Sosial, 1998). Dalam mengatasi
kemiskinan tentu diperlukan tenaga kerja pekerja sosial yang nantinya terlibat
dalam proses penyaluran dan dapat memberikan motivasi agar penerima dapat
melanjutkan hidup dan dapat memenuhi kebutuhannya. Mengingat, program PKH
ini hanya menjadi sebuah program bantalan demi meringankan beban penerima
sebagai masyarakat miskin atau Keluarga Miskin. Keluarga yang tergolong
miskin, tidak berdaya, tidak memiliki mata pencaharian tetap dan bekerja sebagai
buruh tani, nelayan, buruh kasar (tukang batu), tukang kayu, buruh pelabuhan,
pendorong gerobak dan lain-lain adalah jenis pekerjaan yang tidak memberi
keuntungan bagi pemenuhan kebutuhan hidup tetapi mendapat tekanan fisik dan
dililit hutang sehingga tidak mungkin terlepas dari masalah kemiskinan.
Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia itu baik
dan menunjukkan bahwa individu memiliki dorongan yang tumbuh secara terus
menerus dan memiliki potensi besar. Sistem hirarki kebutuhan, dikembangkan
oleh Maslow, merupakan pola yang biasa digunakan untuk menggolongkan
motif manusia. Sistem hirarki kebutuhan meliputi lima kategori motif yang
disusun dari kebutuhan yang paling rendah yang harus dipenuhi terlebih
dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (Wallace,
Goldstein dan Nathan, 2007: 277). Kelima tingkat kebutuhan
sebagaimana diuraikan oleh Hamner dan Organ ditunjukkan dalam tingkatan
kebutuhan berikut:
a) Kebutuhan Fisiologis Makanan, air, seks, tempat perlindungan
b) Kebutuhan Rasa aman Perlindungan terhadap bahaya, ancaman, dan
jaminan keamanan. Perilaku yang menimbulkan ketidakpastian
berhubungan dengan kelanjutan pekerjaan atau yang merefleksikan
sikap dan perbedaan, kebijakan administrasi yang tidak terduga
akan menjadi motivator yang sangat kuatdalam hal rasa aman pada
setiap tahap hubungan kerja.

7
c) Kebutuhan Sosial Memberi dan menerima cinta, persahabatan, kasih
sayang, harta milik, pergaulan, dukungan. Jika dua tingkat
kebutuhan pertama terpenuhi seseorang menjadi sadar akan
perlunya kehadiran teman.
d) Kebutuhan Harga Diri Kebutuhan akan prestasi, kecukupan, kekuasaan,
dan kebebasan. Intinya hal ini merupakan kebutuhan untuk
kemandirian atau kebebasan.Status, pengakuan, penghargaan, dan
martabat. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan harga diri.
e) Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan untuk menyadari kemampuan
seseorang untuk kelanjutan pengembangan diri dan keinginan untuk
menjadi lebih dan mampu untuk menjadi orang. (Hamner dan Organ,
2005: 138)
Kategori kebutuhan yang paling pokok yang dikemukakan Maslow adalah
aktualisasi diri. Keyakinan akan hal ini merupakan dasar asumsi teori Y
McGregor tentang motivasi yang didasarkan pada pengaturan diri,
pengendalian diri, motivasi dan kematangan (McGregor, 2000:47).
Pekerjaan pekerja sosial di Indonesia masih dianggap sebagai pelayanan amal
dan dapat dilakukan oleh semua orang. Profesi pekerjaan sosial tidak terlalu
dikenal di masyarakat karena kurangnya pemahaman dan sosialisasi terkait
Pekerjaan Sosial yang sebagai profesi pertolongan untuk individu atau kelompok
yang membutuhkan. Indonesia adalah sebuah negara yang menghadapi berbagai
masalah sosial terutama kemiskinan, perdagangan, penyandang disabilitas, anak
terlantar, dan anak terlantar serta masalah sosial lainnya yang membutuhkan
pemecahan masalah dari pekerja sosial Sosial.
Anderson dalam karangannya: “Social Work Methods and Processes”
menyatakan bahwa, Pekerjaan sosial adalah profesi yang memusatkan
perhatiannya pada usaha mempermudah dan memperkokoh relasi sosial yang
asasi antara individu-individu, kelompok, dan lembaga-lembaga sosial (Anderson,
1981). Dapat diperhatikan dengan seksama, dalam ruang lingkup ini, ada
pernyataan tersembunyi yang mengakui bahwa ada warga yang hubungan
sosialnya sulit atau gejolak dalam masyarakat dan ada warga yang tidak memiliki

8
hubungan sosial yang sulit tetapi sebenarnya lemah. Oleh karena itu, yang tersebut
membutuhkan bantuan untuk memperkuat ikatan sosial mereka. Masih ada
sebagian warga masyarakat yang belum menyesuaikan diri atau belum dapat
menyesuaikan diri dalam hubungan atau relasi sosialnya dengan lingkungan
sosial. Kelompok orang inilah yang semestinya ditangani oleh pekerjaan sosial
sehingga dapat berfungsi secara sosial.
Bisa diartikan bahwa, dalam penyaluran program PKH ini, diperlukan tenaga
pekerja sosial untuk dapat menangai program agar tersalur dengan sebagaimana
mestinya dan memberikan manfaat yang baik serta motivasi jangka panjang, agar
program ini tidak menjadi sebuah sebab ketergantungan masyarakat terhadap
program PKH dan melupakan motivasi hidup serta upaya untuk memenuhi
kebutuhannya secara mandiri. Pada dasarnya, program pemerintah merupakan
buah dari kebijakan yang dikeluarkan, dalam hal ini kebijakan sosial, melihat
PKH adalah sebuah upaya untuk mengurangi angka kemiskinan, maka termasuk
pada sebuah kebijakan sosial.
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Di Indonesia
Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon
isu bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak. Menurut Bassant, Watts, Dalton dan Smit (dalam Suharto
Edi, 2008); In short, siciol polisy refers to what governments do when they
attempt to imporopve the quality of peopel’s live by providing a range support,
community services and support programs. Artinya, secara singkat kebijakan
sosial menunjuk pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian program tunjangan
pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial
lainnya. Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsi
preventif (pencegahan), dan kuratif (penyembuhan), dan pengembangan
(developmental). Kebijakan sosial adalah ketetapan yang di desain secara kolektif
dalam upaya pencegahan terjadinya masalah sosial (fungsi preventif), mengatasi
masalah sosial (fungsi kuratif) dan mempromosikan kesejahteraan (fungsi
pengembangan) sebagai wujud kewajiban negara (state obligatiaon) dalam

9
memenuhi hak-hak sosial warganya (Suharto, 2006 ).
Keberfungsian sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang dalam melaksanakan fungsi sosialnya atau kapasitas
seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan status
sosialnya (Wibhawa, dkk, 2010). Menurut Edi Suharto, konsepsi tentang
keberfungsian sosial adalah; memenuhi/merespon kebutuhan dasarnya berupa
pendapatan, dalam hal ini berarti individu, kelompok maupun masyarakat
mempunyai tanggung jawab untuk pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri ataupun
keluarganya; melaksanakan peran sesuai dengan status dan tugas-tugasnya;
menghadapi goncangan dan tekanan (misalnya, masalah psikososial, krisis
ekonomi, dll) (Suharto, 2005). Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang
dilakukan individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas dan fungsi
sosialnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga, dapat diartikan bahwa
masing-masing individu dan kelompok memiliki tanggung jawab terhadap diri
sendiri yang meliputi pemenuhan kebutuhan dasar dirinya, pemenuhan kebutuhan
dasar anggota keluarga yang menjadi tanggungan dan pemberian kontribusi yang
positif terhadap masyarakat.

5. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penilitian yang berjudul: “ Pengaruh Program
Keluarga Harapan Terhadap Kesejahteraan Keluarga Miskin di Kelurahan Sadang
Serang Kota Bandung”:
5.1. Hipotesis Utama:
Ho: Tidak terdapat pengaruh Implementasi Program Keluarga Harapan
yang signifikan terhadap Kesejahteraan Keluarga Miskin di Kelurahan
Sadang Serang Kota Bandung.
Hi: Terdapat pengaruh Program Keluarga Harapan yang signifikan
terhadap Kesejahteraan Keluarga Miskin di Kelurahan Sadang Serang
Kota Bandung.
5.2. Sub Hipotesis:
Ho: Tidak terdapat pengaruh Peran pekerja sosial yang signifikan

10
terhadap keberfungsian sosial keluarga miskin di Kelurahan Sadang
serang Kota Bandung
Hi: Terdapat pengaruh Peran pekerja sosial yang signifikan terhadap
keberfungsian sosial keluarga miskin di Kelurahan Sadang serang Kota
Bandung

6. Definisi Operasional
Berdasarkan pernyataan penelitian diatas yang peneliti ajukan, dengan untuk
memahami konsep-konsep yang ada, maka peneliti definisikan operasional
variabel sebagai berikut:
a) Fungsi Program Keluarga Harapan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk miskin sekaligus sebagai uapaya memotong rantai
kemiskinan yang terjadi selama ini.
b) Keluarga Miskin adalah keluarga yang sejak awal tidak memiliki harta
kekayaan yang dapat digunakan atau memenuhi kebutuhan hidup secara
layak. Sejak dini nenek moyang terdapat sejumlah besar keluarga telah
mengalami kesulitan sosial ekonomi (Buletin Departemen Sosial, 1998).

Tabel 1. Operasional Variabel


Teori Variabel Dimensi Indikator Item pernyataan
Kebijaka Variabel 1. Bantuan 1. Kualitas 1. Memberikan
n Sosial X: Sosial kesehatan pelayanan yang adil
(Suharto, Impleme bersyarat yang dan baik dari segi
2006) ntasi bagi memadai kesehatan
Program masyara 2. Membuka posyandu
Keluarga kat keliling untuk
Harapan miskin masyarakat miskin
sebagai pencegahan
penyakit
1. Taraf 1. Melakukan
pendidika berbagai kegiatan
n anak- yang bertujuan
anak yang meningkatkan
mumpuni kualitas hidup
keluarga dan
masyarakat.

11
2. Membuat program
paket pendidikan
untuk masyarakat
miskin
1. Meningka 1. Ditujukan untuk
tkan akses keluarga yang
dan memiliki masalah
kualitas sosial ekonomi,
pelayanan seperti kemiskinan,
pendidika kekurangan akses
n dan pendidikan, dan
kesehatan kesulitan dalam
mengakses
pelayanan
kesehatan.
2. Biaya pendidikan
gratis di sekolah
negeri untuk
masyarakat miskin

Teori Variabel 1. Pemenu 1. Keadaan 1. Kondisi keuangan,


kebutuha Y: han ekonomi fisik, dan sosial
n Kesejaht kebutuh keluarga yang
(Abraha eraan an pada memenuhi standar
m Keluarga Keluarg minimal kehidupan
Maslow) Miskin a Miskin yang layak
2. Memberikan
bantuan modal
untuk dapat mandiri
secara ekonomi
Kesejahte 1. Memper 1. Akses 1. Memiliki akses
raan baiki terhadap terhadap sumber
sosial kualitas sumber daya seperti air
Suud hidup daya bersih, sanitasi,
(2006:5) masyara pendidikan, dan
kat perawatan
miskin kesehatan.
2. Tempat tinggal atau
rumah yang layak
huni dan memiliki
akses terhadap
fasilitas dasar
seperti listrik.

7. Metodologi Penelitian

12
7.1. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan oleh penelitian ini adalah metode yang bersifat
eksploratori. Metode yang dilakukan untuk lebih memahami gejala atau
permasalahan tertentu. Pada metode ini, diharapkan dapat merumuskan
maslaah penelitian dengan lebih tepat, atau hipotesis penelitian, untuk diuji
lebih lanjut.

7.2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel


Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah Keluarga Miskin di Kelurahan
Sadang Serang Kota Bandung. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penilitian adalah Purposive sampling.
7.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:
7.3.1. Studi Dokumen
Teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan kepada subjek
penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui
dokumen, arsip, koran dan brosur yang berhubungan dengan penelitian.
7.3.2. Studi Lapangan
Teknik pengumpulan data yang berlangsung di lapangan atau secara
langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan teknik-teknik sebagai
berikut:
a) Angket, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang sebelumnya telah dipersiapkan dan diajukan
kepada responden.
b) Wawancara, dilakukan untuk memperoleh data sekunder dari
para petugas, pimpinan serta keluarga miskin (responden).
7.4. Teknik Pengukuran Variabel
Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala
differential. Model ini dapat digunakan untuk mengukur persepsi responden
terhadap pengarruh dari PKH.
7.5. Teknik Analisis Data

13
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
kuantitatif, yaitu data yang diubah ke dalam angka-angka/teks yang
dituangkan ke dalam tabel. Untuk menguji apakah ada pengaruh program
keluarga harapan terhadap kesejahteraan keluarga miskin di Kelurahan Sadang
Serang Kota Bandung.

8. Lokasi dan Waktu Penelitian


8.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Coblong, Kelurahan Sadang
Serang Kota Bandung. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut,
sebagai berikut:
a) Masalah yang diteliti berkaitan dengan Kesejahteraan Sosial.
b) Tersedianya data yang diperlukan guna menunjang kelancaran dari
peneliti.
Tabel 2. Waktu Penelitian
8.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang direncanakan dalam penelitian ini adalah 6 bulan
terhitung dari bulan September 2022 sampai dengan Februari 2023. Selama
waktu tersebut, proses kegiatan penelitian dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
a) Tahap persiapan.
b) Tahap penelitian.
c) Tahap pelaporan.

No Jenis Kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb


1. Penjajakan
2. Studi Literatur
3. Penyusunan Proposal
4. Seminar Proposal

Penyusunan Pedoman
5.
Wawancara

6. Pengumpulan Data

14
7. Pengolahan & Analisis data

8. Bimbingan Penulisan

Pengesahan Hasil Penelitian


9.
Akhir

10. Sidang Laporan Akhir

15
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. (1981) Social Work Methods and Processes, Belmont, Wadsworth.


Badan Pusat Statistik (2022). Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2022. No.
51/07/Th. XXV, 15 Juli 2022
Badan Pusar Statistik (2021). Profil Kemisikinan di Kota Bandung Desember
2021. No. 17/12/3273/Th. IV, 6 Desember 2021
Boehm, W. W. (1958). The nature of social work. Social Work (United States).
https://doi.org/10.1093/sw/3.2.10
Budi, Wibhawa, dkk. 2010. Dasar-dasar Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya
Padjajaran.
EFEKTIVITAS KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM
UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN: SEBUAH TINJAUAN
LITERATUR, Didi Rasdi & Teguh Kurniawan
Hamner, W. Clay and D. Organ, 2005. Organizational Behavior
An A22cipscholoiroach. Dallas: Business Publications
Kusnadi. 2002. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humamniora
Utama Press. Bandung
Maslow, Abraham H., 1954. Motivation and Personality. New York: Harper
and Bros.
McGregor, Douglas, 2000. The Piman Side of Enterprise. New York:
McGraw-Hill.
Poerwadarminta W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia , PN Balai
Pustaka, Jakarta.
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15
TAHUN 2018, TENTANG SISTEM LAYANAN DAN RUJUKAN
TERPADU UNTUK PENANGANAN FAKIR MISKIN DAN ORANG
TIDAK MAMPU.
Rahma Afiani Hafsyah (2014), PELAYANAN SOSIAL ANAK JALANAN DI
YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK.
Sunarti E. 2012. Tekanan Ekonomi dan Kesejahteraan Objektif Keluarga di

16
Pedesaan dan Perkotaan. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB.
Bogor [ID]: LPPM.
Soetomo, 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Suharto, E. (2009). Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia, Menggagas
Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. CV. Alfabeta.
Suharto. E. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT
Refika Aditama.
Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat:
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: PT. Rafika Aditama. h.191.
Suharto, Edi. (2004). Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Rumah
Tangga Miskin di Indonesia. Bandung: STKS Press.
Suud, Mohammad. 2006. Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi
Pustaka.

17

Anda mungkin juga menyukai