Anda di halaman 1dari 60

EFEKTIVITAS SISTEM LAYANAN DAN RUJUKAN TERPADU

DALAM PENANGANAN MASALAH SOSIAL MASYARAKAT


BERBASIS PENDIDIKAN DI KANTOR DINAS SOSIAL
KOTA MATARAM TAHUN 2023

PROPOSAL

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Untuk Memenuhi


Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan (S1) Program
Studi Pendidikan Luar Sekolah

OLEH:

L.M.MATLAUL ANWAR
NIM.19043016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA
2023
i
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
Jl. Pemuda No. 59A Mataram NTB Telpone/Faximile: (0370) 638991
Laman: www.undikma.ac.id /Email:fipp@undikma.ac.id

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang disusun oleh:

Nama : L.M.Matlaul Anwar

Nim : 19043016

Prodi : Pendidikan Luar Sekolah

Judul : Efektivitas Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu Dalam Penanganan


Masalah Sosial Masyarakat Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas Sosial
Kota Mataram Tahun 2023

Telah disetujui untuk dikembangkan dalam penelitian menjadi Skripsi.

Mataram .................... 2023

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Herlina, M.Pd Kholisussa’di, M.Pd


NIK. 201311027 NIK. 201603003

Mengetahui,
Dekan FIPP

Suharyani, M.Pd
NIK. 509310713

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya-lah saya dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul

“Efektivitas Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu Dalam Penanganan

Masalah Sosial Masyarakat Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota

Mataram Tahun 2023”.

Proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas penelitian dan sebagai salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di Program Studi

Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Dan Psikologi Universitas

Pendidikan Mandalika (UNDIKMA). Selain itu, proposal ini juga dibuat sebagai

salah satu wujud implementasi dari ilmu yang didapatkan selama masa

perkuliahan di Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Dan Psikologi.

Penulis menyadari bahwa Proposal masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis berharap dapat belajar lebih banyak lagi dalam mengimplementasikan

ilmu yang didapatkan. Proposal ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, masukan,

dan arahan dari berbagai pihak.

Mataram, 15 Maret 2023

L.M.Matlaul Anwar
iii
NIM.19043016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
E. Asumsi Penelitian ................................................................................ 4
F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 6
G. Definisi Operasional Judul .................................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA .....................................................................

A. Deskripsi Teori ..................................................................................


9
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ......................................................... 28
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................

A. Rancangan Penelitian ........................................................................ 32


B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................... 33
C. Populasi Dan Sampel ..................................................................... 34
D. Intrumen Penelitian ........................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 36
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 41

LAMPIRAN

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan memiliki banyak dimensi dengan berbagai kriteria untuk

mengukurnya, misalnya pendapatan, pengeluaran, gizi, budaya, akses terhadap

mobilitas dan pelayanan. Untuk itu, banyak program penanggulangan

kemiskinan diarahkan pada pemenuhan kriteria tersebut. Program-program

penanggulangan kemiskinan seperti Program Keluarga Harapan (PKH),

Bantuan Pangan NonTunai (BPNT), Kelompok Usaha Bersama (KUBE),

Usaha Ekonomis Produktif (UEP), Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU),

Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesa Sehat (KIS), Kartu Indonesia

Pintar (KIP), dan program-program pemberdayaan masyarakat lainnya,

memang telah mampu mengurangi persentase jumlah penduduk miskin, namun

masih belum bersinergi, tumpang tindih, belum tepat sasaran, dan terjadi

ketimpangan. SLRT adalah sistem layanan yang membantu mengidentifikasi

kebutuhan masyarakat miskin dan rentan miskin serta menghubungkan mereka

dengan program-program perlindungan sosial dan penanggulangan

kemiskinan yang diselenggarakan pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi,

maupun kabupaten/kota sesuai dengan kebutuhan mereka. Salah satu bentuk

perwujudan komitmen tersebut adalah dengan meningkatkan kecepatan dan

ketepatan penjangkauan warga miskin untuk bisa mengakses lebih banyak

program penanggulangan kemiskinan. Maka pada tahun 2016 dicetuskanlah

Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT). Dwi S H, (2020: 13)

1
2

SLRT juga membantu mengindentifikasi keluhan masyarakat miskin dan

rentan miskin, melakukan rujukan, dan memantau penanganan keluhan untuk

memastikan bahwa keluhan-keluhan tersebut ditangani dengan baik.

Tujuan dari pelaksanaan SLRT merupakan ikhtiar pemerintah untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem perlindungan sosial untuk

mengurangi kemiskinan, kerentanan dan ketimpangan. Kelompok sasaran

utama SLRT adalah kelompok miskin dan rentan (rumah tangga, keluarga, dan

individu). Kelompok masyarakat miskin adalah masyarakat yang berada di

bawah garis kemiskinan nasional. Kelompok rentan adalah masyarakat yang

memiliki status sosial ekonomi 40% paling rendah berdasarkan Basis Data

Terpadu (Daftar Penerima Manfaat). Kelompok masyarakat termiskin dan

paling rentan, termasuk penyandang disabilitas, perempuan/anak terlantar,

lanjut usia, masyarakat adat terpencil yang termasuk dalam 26 Orang dengan

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Dinas sosial merupakan salah satu

organisasi perangkat daerah yang berada di lingkungan pemerintah yang

bergerak dalam bidang sosial dan dipimpin oleh kepala dinas. Dinas sosial

bertugas untuk melayani dan mengayomi masyarakat dalam meningkatkan

kesejahteraan sosial baik yang ada di perkotaan atau yang ada di pedesaan.

Tabel 1: Jumlah Penduduk Miskin Kota Mataram


Data Kemiskinan
Rincian Data Kemiskinan
2019 2020 2021
Persentase Penduduk Miskin (%) 8,92 8,47 8,65

Penduduk Miskin (Jiwa) 43 190,00 41 800,00 44 450,00

Garis Kemiskinan (Rp) 480 304,00 499 959,00 524 762,00


Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Mataram
3

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa masalah kemiskinan di Kota

Mataram yang di alami saat ini masih belum terselesaikan dengan baik,

walaupun terjadi penurunan ditahun 2020 namun kembali terjadi peningkatan

ditahun 2021, tentunya hal ini sangat perlu perhatian pemerintah secara khusus.

Keterkaitan kemiskinan erat dengan pola pelayanaan yang baik dari pemerintah

hal ini dikarenakan dengan bantuan sosial yang tepat sasaran dan berjalan

secara optimal tentunya mempengaruhi dari berbagai aspek yang ada. seperti

masyarakat yang mengalami kesehatan yang buruk, pendidikan yang

berpengaruh pada masa yang akan datang, dan bantuan sosial lainnya tentunya

sangat membantu masyarakat fakir miskin. Maka melalui Sistem Layanan

Rujukan Terpadu ini dapat membantu masyarakat yang rentan miskin dan

miskin untuk menyelesaikan permasalahan yang bersangkutan dengan bantuan

sosial yang telah diberikan oleh pemerintah seperti ada masyarakat yang

mengalami Kartu Indonesia Pintarnya tidak berlaku maka dapat dibantu dengan

adanya Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) ini.

Di Kota Mataram khususnya bidang Penanganan Kemiskinan,

Perlindungan dan Jaminan Sosial di Dinas Sosial Kota Mataram terdapat

pelayanan KIP gratis yang diberikan kepada masyarakat Kota Mataram

yang sudah terdaftar sebagai keluarga peserta PKH. Begitu banyak pelayanan

administratif yang diberikan oleh Dinas Sosial Kota Mataram yang dimana

penerima layanan harus melampirkan berkas-berkas yang wajib di cantumkan

sebelum pelayanan diproses. Khususnya pada program pelayanan KIP Gratis

berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setiap tahun nya mengalami

kenaikkan jumlah pengaduan dibandingkan jumlah pelayanan program lainnya,


4

hal ini membuktikan bahwa pelayanan KIP gratis sangat dibutuhkan oleh

masyarakat kota Mataram.

Dalam lampiran syarat administrasi pelayanan KIP gratis salah satunya

adalah surat keterangan miskin dari kelurahan setempat, surat keterangan

miskin dilampirkan dan diserahkan Kepada Dinas Sosial Kota Mataram sering

kali di tolak karena tujuan dari surat tersebut tidak jelas, mengingat bahwa

di Dinas Sosial hanya menerima kelengkapan administrasi yang jelas dan

dicantumkan dalam tulisan tersebut. Hal ini yang menyebabkan masyarakat

Kota Mataram harus bolak-balik untuk melengkapi beberapa syarat yang

wajib dipenuhi sebelum dilayani, disisi lain pihak dari kelurahan tidak begitu

paham dengan kelengkapan administrasi yang dibutuhkan warga untuk dapat

diserahkan kepada dinas sosial Kota Mataram (Dinas Sosial Kota Mataram,

2023).

Dinas Sosial Kota Mataram adalah unsur pelaksana pemerintah daerah di

bidang kesejahteraan sosial yang merupakan perangkat paerah baru, yang

dibentuk untuk memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

perangkat daerah dan melaksanakan peraturan daerah Kota Mataram Nomor 15

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota

Mataram. Sebelumnya bernama Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kota Mataram.

Berkaitan dengan efektivitas SLRT, maka dapat dikatakan bahwa hal

yang perlu diperjelas adalah sejauh mana rencana kegiatan dan tujuan SLRT

Kota Mataram dapat tercapai. Semakin banyak rencana kegiatan yang dapat

dilaksanakan dan tujuannya dicapai maka semakin efektif pula SLRT tersebut.

Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan tujuan
5

mendapatkan data tentang pelaksanaan dan efektivitas pencapaian tujuan SLRT

dalam memberikan perlindungan sosial terhadap fakir miskin dikota Mataram.

Dengan berdasarkan fenomena di atas yang merupakan salah satu

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat miskin dan rentan miskin dan

berkaitan erat dengan Ilmu Pengembangan Masyarakat. Oleh karna itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Sistem Layanan

dan Rujukan Terpadu Dalam Penanganan Masalah Sosial Masyarakat

Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota Mataram Tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka

dapat dirumuskan perumusan permasalahannya adalah “bagaimanakah

Efektivitas Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu Dalam Penanganan Masalah

Sosial Masyarakat Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota Mataram

Tahun 2023”

C. Tujuan Peneltian

Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah

“ingin mengetahui Efektivitas Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu Dalam

Penanganan Masalah Sosial Masyarakat Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas

Sosial Kota Mataram Tahun 2023”.

D. Manfaat Penelitian

Dalam buku “prosedur penelitian” dijelaskan bahwa “signifikansi berarti

kegunaan dan kebermaknaan” Suharsimi (2001: 21). Sedangkan ahli lain

menyatakan bahwa signifikansi adalah manfaat atau pentingnya dari suatu

penelitian sehingga memiliki dampak positif baik dari segi teoritis maupun

praktis Surachmad (1998: 51). Berdasarkan pendapat diatas, dapat


6

dikemukakan bahwa hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan yang

dapat dimanfaatkan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diberikan sumbangan yang berharga

dalam memperkaya informasi tentang pelayanan dinas sosial terhadap

masyarakat di bidang pendidikan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merangsang peneliti lain untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang belum terungkap

dalam penelitian ini sebagai bahan perbandingan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala Dinas Sosial, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk

perubahan lebih mensosialisasikan pentingnya layanan bantuan untuk

anak-anak yang butuh biaya sekolah

b. Bagi pegawai, sebagai bahan masukan untuk lebih memberikan informasi

yang jelas dan merata ke semua masyarakat di daerah kota mataram

c. Bagi masyarakat, dapat mengetahui informasi agar tidak salah dalam

mengajukan rujukan untuk bantuan sekolah

d. Bagi peneliti lain yang berminat meneliti kembali tentang masalah ini,

agar dapat mengadakan penelitian yang lebih mendalam dan lebih luas

khususnya mengenai aspek-aspek yang belum terungkap dalam penelitian

ini.

E. Asumsi Penelitian

Dalam buku pedoman penulisan proposal UNDIKMA Mataram

dijelaskan bahwa “Asumsi” adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang

dijadikan pijakan berfikir dalam melaksanakan penelitian” (Tim, 2011: 13).


7

Sedangkan ahli lain menyatakan bahwa “Asumsi adalah dasar pemikiran yang

tidak perlu diuji kebenarannya” Arikunto (2006: 65). Dari kedua pendapat

diatas maka yang dimaksud asumsi adalah dugaan yang diterima sebagai dasar

atau landasan berfikir karena dianggap benar. Asumsi dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Asumsi Teoritis

Asumsi teoritis adalah anggapan yang sudah jelas kebenarannya pada

satu refrensi dan teori-teori dari para ilmuwan. Adapun asumsi teoritis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Efektivitas Sistem

Layanan Dan Rujukan Terpadu Dalam Penanganan Masalah Sosial

Masyarakat Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota Mataram”.

2. Asumsi Metodik

Asumsi metodik adalah anggapan tentang metode yang alami

digunakan dalam suatu penelitian. Adapun metode-metode yang mendukung

pelaksanaan penelitian ini adalah:

a. Metode penentuan suubyek menggunakan metode purposive non random

sampling”. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket

sebagai metode pokok sedangkan metode dokumen sebagai pelengkap.

b. Metode analisis data menggunakan data yang sudah ada di kantor Dinas

Sosial Kota Mataram.

3. Asumsi pelaksanaan

Penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar karena didukung

oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a. Lokasi penelitian relatif dekat dengan tempat tinggal sehingga dapat

menghemat waktu, tenaga, dan biaya.


8

b. Responden memberikan jawaban dengan jujur terhadap angket dan

tersedianya data-data yang diperlukan dan literatur yang mendukung.

c. Adanya kerjasama dan dukungan dari semua pihak yang terkait dengan

pelaksanaan penelitian ini.

d. Dosen pembimbing yang bersedia membimbing dan memberi masukan

dalam pelaksanaan penelitian.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam melakukan penelitian, perlu adanya pembatas atau ruang lingkup

masalah yang diteliti. Hal ini menjaga agar peneliti tidak terlepas dari pokok

permasalahan yang akan diteliti agar permasalahan tidak meluas. Adapun ruang

lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek peneliti

Subjek peneliti adalah pegawai Kantor Dinas Sosial Kota Mataram

2. Objek penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah efektivitas

pelayanan yang ada di Kantor Dinas Sosial Kota Mataram.

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah Kantor Dinas Sosial Kota Mataram

G. Definisi Operasional Judul

Untuk meperoleh gambaran mengenai Efektivitas Sistem Layanan Dan

Rujukan Terpadu Dalam Penanganan Masalah Sosial Masyarakat Berbasis

Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota Mataram Tahun 2023 perlu ada

penjelasan mengenai beberapa istilah yang dianggap penting yaitu :

1. Efektivitas
9

Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efesiensi

lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai dengan

membandingkan antara input dan outputnya Siagian, (2001: 24). Salah satu

layanan yang ada di Dinas Sosial Kota Mataram adalah pelayanan Pembuatan

Kartu Indonesia Pintar (KIP). Tentunya pembuatan itu juga memiliki

persyaratan yang harus dimilliki oleh masyarakat yang akan membuat.

2. Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT)

Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) ialah sistem layanan yang

membantu mengidentifikasi kebutuhan masyarakat miskin dan rentan miskin

serta menghubungkan mereka dengan program-program perlindungan sosial

dan penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan pemerintah, baik

pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota sesuai dengan kebutuhan

mereka Kemensos, dalam (“ Putra, 2021:17”).

3. Penanganan masalah sosial Masyarakat berbasis pendidikan

Secara konseptual perlindungan sosial merupakan suatu tindakan

publik yang diambil untuk dapat mengurangi kemiskinan, kerentanan, dan

ketidaksetaraan. Secara operasional perlindungan sosial dapat diartikan

sebagai serangkain inisiatif pemerintah yang didesain untuk menyediakan

empat skema utama: bantuan sosial, pelayanan sosial, asuransi sosial.

Langkah yang di lakukan oleh dinas sosial dalam menangani kasus

kemiskinan perlindungan serta jaminan sosal di Kota Mataram sendiri yaitu


10

dengan melakukan penjaringan dan pembagian pemerataan bantuan yang

kiranya meringankan masyarakat. (Dinas Sosial Kota Mataram, 2022: 15)

Pendidikan harus mendapatkan perhatian yang serius bagi setiap

bangsa, terutama provinsi nusa tenggara barat dan lebih khususnya Dinas

Sosial Kota Mataram karena dengan pendidikan akan dapat dilihat maju

mundurnya suatu bangsa atau daerah tentu saja Provinsi NTB khusus Kota

Mataram tidak mau hidup terbelakang akibat aspek pendidikan tidak

mendapat pengertian yang cukup dengan adanya berbagai kemajuan di

bidang lain.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

Teori merupakan serangkaian konsep, definisi yang saling berkaitan dan

bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena,

gambaran sistematis ini dijabarkan dan menghubungkan antara variable yang satu

dengan variable yang lainnya dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena

tersebut. Masri (2019: 48) Kajian teori merupakan dasar berfikir untuk mengkaji

dan menjelaskan teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini guna

mengarahkan penelitian dan memperoleh kebenaran dalam penelitian. Maka

dalam penelitian ini ada beberapa teori yang dipaparkan sebagai acuan terhadap

permasalahan yang ada. Adapun teori-teori tersebut sebagai berikut :

1. Pengertian Efektivitas

a. Efektivitas

Menurut KBBI, kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh,akibat atau

dapat membawa hasil. Menurut Sondang dalam Othenk (2008: 4) efektivitas

adalah pemnafaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankan. Efektivitas

menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah

ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran berarti makin

tinggi efektivitasnya.

11
Selanjutnya Dun (“dalam Zulkipli, (2015: 09-10”), terjemahan Tim

Universitas Gajah Mada, dalam Konteks Evaluasi Analisis Kebijakan, yaitu:

12
13

(1). Efektivitas, sejauh mana hasil yang diinginkan dapat dicapai. (2).
Efesiensi, sejauh mana penghematan penggunaan data, waktu dan
tenaga untuk mencapai hasil yang lebih besar. (3) Kecukupan,
seberapa jauh hasil yang dinginkan memcahkan masalah. (4) Perataan,
apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada
kelompok-kelompok yang berbeda. (5) Responsivitas, apakah hasil
kebijakan memaskan kebutuhan preferensi atau nilai kelompok
tertentu. (6) Ketepatan, apakah hasil (tujuan) yang dinginkan, benar-
benar berguna atau bernilai.

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyakan seberapa jauh target

(kuantitas, kalitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase

target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya Hidayat (1986: 40). Dari

pengertian efektivitas yang dikemukakan para ahli diatas dapat penulis

simpulkan bahwa suatu pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan tepat

sesuai dengan yang telah direncanakan.

b. Ukuran Efektivitas

Menurut Kemp (“dalam Imaroh, 2008: 22”), ukuran efektif dapat

dinilai dari beberapa jumlah siswa yang berhasil mencapai tujuan belajar

dalam waktu yang telah ditentukan. Efektivitas dapat dijadikan barometer

untuk mrengukur keberhasilan pendiidkan yang mencerminkan sampai

sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai warga belajar dalam

pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Akan tetapi

pengukuran efektivitas seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek

tapi dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran

efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada mutu)

dalam bentuk pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang

dihasilkan baik, maka efektivitasnya baik pula.

c. Evaluasi yang digunakan


14

Evaluasi adalah penentuan atas manfaat atau guna dari sesuatu hal,

yaitu mencakup proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi

yang digunakan untuk memberikan penilaian efektivitas suatu program,

prosedur, atau kegunaan potensial dari pendekatan-pendektan alternatif

untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Rusdiana (2017: 20) kegiatan

evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil

pelaksanaan proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Evaluasi program

pendidikan adalah memberikan estimasi terhadap pelaksanaan supervisi

pendidikan untuk menentukan keefektifan dan kemajuan dalam rangka

mencapai tujuan supervisi pendidikan yang telah ditetapkan.

Evaluasi yang digunakan adalah model CIPP. Model evaluasi CIPP

yang dimaksud oleh Rusdiana dalam Stuflebeam, (2003: 41) merupakan

salah satu model evaluasi yang menggunakan pandangan yang menyeluruh

atau lengkap. Model ini menggambarkan proses pengkajian program

pendidikan secara utuh dimana diharapkan dapat diproleh informasi yang

menyangkut berbagai aspek program pendidikan.

Model evaluasi CIPP ini merupakan model yang paling banyak

digunakan dan diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi model CIPP

(context, input, prosess, and product) pertamakali ditawarkan oleh

Stuflebeam pada 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ASEA (the

Elementary and Secondary Education Act). Konsep tersebut ditawarkan oleh

Stufbeleam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan

membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Evaluasi model CIPP dapat

diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen,

perusahaan dan sebagainya serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek
15

program maupun institusi. Dalam bidang pendidikan Stuflebeam

menggolongkan system atas 4 dimensi, yaitu context, input process, dan

product, sehingga model evaluasinya diberikan nama CIPP model yang

merupakan singakatan keempat dimensi tersebut. Keempat kata yang

disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan aspek dari program

kegiatan Rusdiana, (2017: 43)

1) Evaluasi konteks (Context Evaluation)

Stufflebeam menyebutkan tujuan dari evaluasi konteks yang

utama adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

evaluasi Hamid Hasan, (1983: 123). Dengan mengetahui kekuatan dan

kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang

diperlukan. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin menjelaskan bahwa

evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci

lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang

dilayani, dan tujuan proyek Rusdiana, (2017: 45)

Evaluasi konteks menurut Suharsimi (2008: 46) dilakukan untuk

menjawab pertanyaan: (a) kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh

kegiatan program, (b) tujuan pengembangan manakah yang berhubungan

dengan pemenuhan kebutuhan. (c) tujuan manakah yang paling mudah

dicapai.

2) Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan

sumber-sumber yang ada, alternativ apa yang diambil, apa rencana

strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk

mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: a) sumber daya


16

manusia, b) sarana dan peralatan pendukung, c) dana/anggaran dan d)

berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.

3) Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi

rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap

implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program, dan

sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses

meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukandan diterapkan

dalam praktik pelaksanaa program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk

mengetahui rencana telah diterapkan dan komponen yang perlu

diperbaiki Rusdiana, (2017: 44)

4) Evaluasi Produk/Hasil (Product Evaluation)

Fungsi evaluasi produk/hasil seperti dirumuskan oleh Sax (1980:

598) adalah dari hasil evaluasi proses diharapkan dapat membantu

pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang bekenaan

dengan kelanjutan, akhir maupun modifikasi program. Sementara

menurut Tayibnabis FY, (2004: 14) evaluasi produk untuk membantu

membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai

maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas , maka

penulis simpulkan, bahwa efektivitas adalah suatu proses pemanfaatan

sumber daya dengan melibatkan sarana dan prasarana yang telah

ditetapkan secara konkrit untuk mencapai tujuan/sasaran yang dicapai

dengan ukuran seberapa jauh target yang telah dicapai. Efektivitas juga

menyangkut kesesuaian antara hasil dari suatu usaha atau kegiatan


17

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, efektivitas juga

berkaitan dengan terlaksananya kegiatan yang direncanakan, tercapainya

tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari anggota

pelaksana kegiatan tersebut.

Berkaitan dengan efektivitas program SLRT, maka efektivitas

SLRT adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana

kegiatan dan tujuan SLRT dapat tercapai. Semakin banyak rencana

kegiatan yang dapat dilaksanakan dan tujuannya dicapai, maka semakin

efektif pula program SLRT tersebut. Dalam penelitian ini, efektivitas

dilihat dari aspek ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan

program, dan pemantauan program.

2. Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT)

Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) adalah sistem layanan

yang membantu mengidentifikasi kebutuhan masyarakat miskin dan rentan

miskin serta menghubungkan mereka dengan program-program perlindungan

sosial dan penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan pemerintah, baik

pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota sesuai dengan kebutuhan

mereka. (Dinas Sosial Kota Mataram 2023: 23). SLRT juga membantu

mengidentifikasi keluhan masyarakat miskin dan rentan miskin melakukan

rujukan, dan memantau penanganan keluhan untuk memastikan bahwa

keluhan-keluhan tersebut ditangani dengan baik.

Keberhasilan program adalah menilai apakah program yang dirumuskan

berhasil atau tidak. Apabila variable keberhasilan telah dapat dicapai, maka

program dapat dikatakan berhasil, sebaliknya apabila variable keberhasilan

belum dapat dicapai, maka program dapat dikatakan belum berhasil. Indikator
18

harus ditentukan agar program yang ditetapkan dapat diukur keberhasilannya.

Indikator keberhasilan setiap program bisa berkaitan dengan proses dan dapat

juga berkaitan langsung dengan hasil akhir. Indikator keberhasilan dapat

bersifat kuantitatif atau kualitatif, yang penting dapat diukur dan dirumuskan

secara spesifik, operasional, dan dalam bentuk kalimat pernyataan. Program

dapat dikatakan berhasil menurut Maisaroh apabila:

a. Aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga atau instansi dikatakan efektivitas

jika melaksanakan tugas atau fungsinya dengan benar. Tugas dan fungsi

SLRT (Kementerian Sosial Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial:2017: 16) adalah :

1) Integrasi Informasi, Data dan Layanan SLRT membantu

mengintegrasikan berbagai layanan sosial yang dilakukan pemerintah

pusat maupun daerah sehingga fungsi layanan tersebut menjadi lebih

komprehensif, variabel, dan berkesinambungan.

2) Identifikasi Keluhan, Rujukan dan Penanganan Keluhan SLRT

mencatat keluhan masyarakat, baik keluhan yang bersifat kepesertaan

maupun non kepesertaan, Berdasarkan keluhan tersebut, SLRT merujuk

rumah tangga/keluarga miskin dan rentan miskin ke program-program

yang sesuai dengan kebutuhan mereka. SLRT juga membantu pengelola

program di pusat, daerah dan desa/kelurahan untuk menelaah, merespon

dan menindaklanjuti keluhan-keluhan tersebut.

3) Pencatatan Kepesertaan dan Kebutuhan Program SLRT

menginventarisasi program-program perlindungan sosial, baik di tingkat

pusat maupun daerah dan mencatat kepesertaan rumah tangga/keluarga

miskin dan rentan miskin dalam program-program perlindungan sosial


19

dan penanggulangan kemiskinan yang ada. SLRT juga mencatat

kebutuhan program dari rumah tangga/keluarga miskin yang paling

sesuai dengan kebutuhan mereka.

4) Pemutakhiran DT-PPFM secara dinamis SLRT menyediakan daftar

awal (prelist) yang menjadi basis verifikasi dan validasi DT-PPFM

melalui Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation

(SIKSNG). SLRT juga membantu memutakhirkan profil warga miskin

dan rentan miskin yang ada dalam DTPPFM.

b. Aspek rencana atau program, yang dimaksud dengan rencana atau program

disini adalah rencana Sistem Layanan Rujukan Terpadu yang terprogram,

jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau program

dikatakan efektif;

c. Aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program juga dapat dilihat

dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga

berlangsungnya proses kegiatannya, jika aturan ini dilaksanakan dengan

baik berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif

d. Aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu program kegiatan dikatakan efektif

dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat dicapai.

Penilaian aspek ini dapat dilihat dari Meningkatkan akses rumah

tangga/keluarga miskin dan rentan miskin terhadap multi-program/layanan,

Meningkatkan akses rumah tangga/keluarga paling miskin dan paling rentan

maupun penyandang masalah sosial lainnya terhadap program-program

perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan, Meningkatkan

integrasi berbagai layanan sosial di daerah sehingga fungsi layanan tersebut


20

menjadi lebih responsive, Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam

“pemutakhiran”.

Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin secara dinamis dan

berkala serta pemanfaatannya untuk program-program perlindungan sosial

di daerah, Memberdayakan masyarakat untuk lebih memahami hak-haknya

terkait layanan dan program perlindungan sosial dan penanggulangan

kemiskinan, Meningkatkan kapasitas Pemerintah di semua tingkatan dalam

mengkoordinasikan program perlindungan sosial dan penanggulangan

kemiskinan, dan Memberikan masukan untuk proses perencanaan dan

penganggaran perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan agar

lebih memihak kepada masyarakat miskin dan rentan miskin.

Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa asfek

keberhasilan program dapat tercapai melaui informasi yang jelas, kemudian

mengidentifikasi keluhan, pendataan SLRT, serta menyediakan data awal untuk

pemutahiran data masyarakat.

a. Keberhasilan Sasaran

Menurut Arti Rukmana (2021: 16) Keberhasilan sasaran adalah

pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, dan apakah program

tersebut tepat pada sasaran yang dituju. Pada penelitian ini keberhasilan

sasaran sesuai dengan landasan Pedoman Umum SLRT bahwa sasaran dari

SLRT ini yakni :

1) Kelompok masyarakat miskin dan rentan miskin (rumah tangga,

keluarga, dan individu) yang memiliki status sosial ekonomi 40%

terbawah berdasarkan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

(DT-PPFM).
21

2) Kelompok masyarakat yang paling miskin dan rentan miskin, termasuk

penyandang disabilitas, perempuan/anak terlantar, lanjut usia,

masyarakat adat terpencil, dan lain lain.

b. Kepuasan Terhadap Program

Sebagai reaksi perilaku sesudah menerima program tersebut. Hal itu

tentunya akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemanfaatan ulang

yang sifatnya terus-menerus terhadap program yang sama dan akan

mempengaruhi penyampaian pesan dan kesan kepada orang lain tentang

program yang diberikan. (Downloads/135-250-1-Sm.Pdf Diakses 28 Maret

2023. PKL 11.51) Menurut pengukuran kepuasan masyarakat tersebut

dilakukan sesuai dengan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan

indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan Instansi Pemerintah. Dengan

unsur-unsur sebagai berikut :(Kementrian dan Kelautan:2021: 5).

1) Persyaratan Pelayanan

2) Prosedur Pelayanan

3) Kemampuan Petugas

4) Waktu Pelayanan

5) Produk Layanan

6) Kesopanan dan Keramahan Petugas

7) Biaya

8) Kualitas Sarana dan prasarana

9) Penanganan Pengaduan Pelayanan

Dari penjelasan di atas dapat disupulkan bahwa sesuatu yang akan

diwujudkan atau dilaksanakan berdasarkan apa yang direncanakan yang


22

berpengaruh pada hasil dan merupakan bagian awal dari sesuatu yang akan

dilaksanakan berdasarkan rencana dan ketentuan yang telah di tetapkan dan

berpengaruh pada hasil akhir.

c. Sistem Layanan Rujukan Terpadu dalam Penanganan Masalah Sosial

Menurut Hartika & Jumiati, (2020: 15) Sistem Layanan dan Rujukan

Terpadu (SLRT) adalah sistem layanan yang membantu mengidentifikasi

kebutuhan masyarakat miskin dan rentan miskin serta menghubungkan

mereka dengan program-program perlindungan sosial dan penanggulangan

kemiskinan yang diselenggarakan pemerintah, baik pemerintah pusat,

provinsi maupun kabupaten/kota sesuai dengan kebutuhan mereka. SLRT

juga membantu mengidentifikasi keluhan masyarakat miskin dan rentan

miskin melakukan rujukan, dan memantau penanganan keluhan untuk

memastikan bahwa keluhan-keluhan tersebut ditangani dengan baik.

Menurut Laras H, (2017: 18) Dalam ringkasan eksekutif Rancangan

Sistem Rujukan Terpadu Untuk Perluasan Program Perlindungan Sosial di

Indonesia bahwa sistem pelayanan terpadu (Single Window Service) adalah

sistem yang dilaksanakan pada struktur pemerintahan dengan sistem

otonomi daerah, yang ditujukan untuk mendekatkan lokasi pelayanan dan

transfer, meningkatkan akses masyarakat untuk mendapatkan informasi

program sosial, penelusuran melalui efisiensi sistem manajemen informasi

dan penyelesaian pengaduan. Pelayanan sosial terpadu (intergrated social

service) adalah sebagai sistem pelayanan yang dikoordinasikan secara

efektif dan tuntas disesuaikan dengan kebutuhan penyandang masalah,

sehingga mereka dapat memaksimalkan potensinya, meningkatkan kualitas


23

hidupnya dan berkontribusi pada lingkungan masyarakat atau dapat

berfungsi sosial secara baik.

d. Landasan Pelaksanaan Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

15 Tahun 2018 Tentang Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu untuk

penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu bahwa untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanganan fakir miskin dan orang

tidak mampu diperlukan sinergitas, peningkatan akses, dan integrasi

layanan melalui sistem layanan dan rujukan terpadu; Bahwa berdasarkan

pertimbangan perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Sistem

Layanan dan Rujukan Terpadu untuk Penanganan Fakir Miskin dan Orang

Tidak Mampu;

Adapun dasar hukum dari landasan pelaksanaan SLRT adalah

sebagai berikut:

1) Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019
2) Peraturan Presiden Nomor 79 tahun 2017 tentang Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) tahun 2018
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan
Terpadu
4) Peraturan Menteri Sosial Nomor 08 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
5) Peraturan Menteri Sosial Nomor 27 Tahun 2015 tentang Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Sosial tahun 2015-2019
6) Keputusan Menteri Sosial Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penetapan
Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

e. Tujuan Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT)

Menurut Rukmana A, (2021: 23) Adapun tujuan SLRT menurut

(Kepala Dinas Sosial Kota Mataram) adalah meningkatkan efektivitas dan

efisiensi sistem perlindungan sosial untuk mengurangi kemiskinan,


24

kerentanan dan kesenjangan. Secara khusus tujuan yang akan dicapai

diantaranya:

1) Meningkatkan akses rumah tangga/keluarga miskin dan rentan miskin

terhadap multi-program/layanan.

2) Meningkatkan akses rumah tangga/keluarga paling miskin dan paling

rentan maupun penyandang masalah sosial lainnya terhadap program-

program perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

3) Meningkatkan integrasi berbagai layanan sosial di daerah sehingga

fungsi layanan tersebut menjadi lebih variable.

4) Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam “pemutakhiran” Data

Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin secara dinamis dan berkala

serta pemanfaatannya untuk program-program perlindungan sosial di

daerah.

5) Memberdayakan masyarakat untuk lebih memahami hak-haknya terkait

layanan dan program perlindungan sosial dan penanggulangan

kemiskinan.

6) Meningkatkan kapasitas Pemerintah di semua tingkatan dalam

mengkoordinasikan program perlindungan sosial dan penanggulangan

kemiskinan, dan

7) Memberikan masukan untuk proses perencanaan dan penganggaran

perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan agar lebih

memihak kepada masyarakat miskin dan rentan miskin.


25

f. Sasaran Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT)

Kelompok sasaran utama SLRT menurut (Kementrian Sosial

Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial perorangan,

keluarga, dan kelembagaan masyarakat, Pedoman Umum Sistem Layanan

Rujukan Terpadu untuk perlindungan sosial dan penanggulangan

Kemiskinan, 2017: 5) adalah:

1) Kelompok masyarakat miskin dan rentan miskin (rumah tangga,

keluarga, dan individu) yang memiliki status sosial ekonomi 40%

terbawah berdasarkan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

(DT-PPFM).

2) Kelompok masyarakat yang paling miskin dan rentan miskin, termasuk

penyandang disabilitas, perempuan/anak terlantar, lanjut usia, masyarakat

adat terpencil, dan lain lain.

g. Fungsi Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT)

Pembangunan SLRT membutuhkan sejumlah syarat yaitu adanya tata

kelola dan kesiapan pemerintah daerah; kerangka pendanaan baik dari

APBD maupun sumber pendanaan variabel lainnya, kemampuan dan

kualitas sumber daya manusia, kondisi politik daerah, serta relasi dengan

stakeholder lainnya. Fungsi SLRT Menurut (Kementrian Sosial Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial perorangan, keluarga,

dan kelembagaan masyarakat, Pedoman Umum Sistem Layanan Rujukan

Terpadu untuk perlindungan sosial dan penanggulangan Kemiskinan, 2017:

6) meliputi:

1) Integrasi Informasi, Data dan Layanan


26

SLRT membantu mengintegrasikan berbagai layanan sosial yang

dilakukan pemerintah pusat maupun daerah sehingga fungsi layanan

tersebut menjadi lebih komprehensif, variable, dan berkesinambungan.

2) Identifikasi Keluhan, Rujukan dan Penanganan Keluhan

SLRT mencatat keluhan masyarakat, baik keluhan yang bersifat

kepesertaan maupun non kepesertaan, Berdasarkan keluhan tersebut,

SLRT merujuk rumah tangga/keluarga miskin dan rentan miskin ke

program-program yang sesuai dengan kebutuhan mereka. SLRT juga

membantu pengelola program di pusat, daerah dan desa/kelurahan untuk

menelaah, merespon dan menindaklanjuti keluhan-keluhan tersebut.

h. Asas Penyelenggaraan Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT).

Menurut Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Pemberdayaan Sosial perorangan, keluarga, dan kelembagaan masyarakat,

Pedoman Umum Sistem Layanan Rujukan Terpadu untuk perlindungan

sosial dan penanggulangan Kemiskinan, 2017: 11) mengandung asas

sebagai berikut:

1) Legal, berarti mengacu pada landasan perundangan maupun kebijakan

yang sah.

2) Responsif, berarti mampu memberikan informasi, rujukan dan layanan

perlindungan sosial maupun penanggulangan kemiskinan secara cepat

sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan.

3) Transparan, berarti informasi tentang kepesertaan program, kebutuhan

rumah tangga, dan tindakan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan

terkait dapat diakses semua pihak secara langsung dan seketika (real

time) serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pengadu


27

mendapatkan informasi tentang proses dan hasil penanganan

pengaduannya.

4) Partisipatif, berarti melibatkan semua pihak terkait termasuk pemerintah

pusat, daerah dan desa serta masyarakat dalam perencanaan dan

pelaksanaan SLRT.

5) Kesetaraan gender, berarti layanan sosial memberikan manfaat secara

berkeadilan kepada masyarakat miskin dan rentan, baik laki-laki maupun

perempuan.

6) Akuntabel, berarti proses pengelolaan informasi dan pengaduan serta

tindak lanjutnya dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak dan

masyarakat.

7) Obyektif, berarti membantu memberikan dan memvalidasi data

kemiskinan sesuai dengan kondisi rumah tangga/keluarga miskin/rentan

miskin yang sebenarnya, dan

8) Berkelanjutan, berarti dilaksanakan secara berkesinambungan oleh

pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya di berbagai jenjang.

i. Hasil dan Manfaat Yang Diharapkan

1) Hasil yang diharapkan

Dikutip dari (Kementrian Sosial Republik Indonesia Direktorat

Jenderal Pemberdayaan Sosial perorangan, keluarga, dan kelembagaan

masyarakat, Pedoman Umum Sistem Layanan Rujukan Terpadu untuk

perlindungan sosial dan penanggulangan Kemiskinan, 2017: 7)

a) Meningkatnya akses keluarga miskin dan rentan terhadap multi

layanan sosial
28

b) Meningkatnya akses kelompok yang paling miskin dan paling rentan

terhadap layanan sosial

c) Meningkatnya integrasi layanan sosial di daerah sehingga lebih

responsive

d) Meningkatnya keberpihakan perencanaan dan penganggaran kepada

kelompok miskin dan rentan

e) Meningkatnya keberdayaan masyarakat miskin dan rentan untuk

memahami hak-hak mereka terkait layanan sosial

f) Meningkatnya kapasitas Pemda untuk memutakhiran basis data secara

regular dan dinamis

g) Meningkatnya kapasitas Pemda untuk mengkoordinasikan layanan

sosial pusat dan daerah.

2) Manfaat SLRT Bagi Pemerintah Terutama Bagi Kota Mataram

a) Efisiensi dan kemudahan Penjangkauan program

b) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin yang bisa dikelola

dan digunakan bersama

c) Peningkatan akuntabilitas program dan mengurangi resiko

penyelewengan

d) Kemudahan monitoring dan penyempurnaan pelaksanaan program

menjadi lebih cepat.

Di kabupaten/kota, Sekretariat SLRT dipimpin oleh Manajer yang

didukung oleh Fasilitator dan Supervisor. Fasilitator terutama melayani

warga miskin dan rentan miskin melalui penjangkauan ke desa/kelurahan.

Di Desa/Kelurahan tertentu, layanan SLRT tersedia di Pusat kesejahteraan


29

Sosial (Puskesos). Sekretariat SLRT dan Puskesos memiliki petugas front

office dan back ofice untuk melayani warga secara rinci.

3. Masyarakat Berbasis Pendidikan

Pendidikan berbasis masyarakat menurut Supriadi S, (2001: 186)

merupakan pendidikan yang dirancang, dilaksanakan, dinilai dan

dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah pada usaha menjawab

tantangan dan peluang yang ada di lingkungan masyarakat tertentu dengan

berorientasi pada masa depan. Dengan kata lain, pendidikan berbasis

masyarakat adalah konsep pendidikan “dari masyarakat, oleh masyarakat dan

untuk masyarakat”. sebagaimana diungkapkan Sihombing dan Supriadi di

atas. UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat (1) menyebutkan bahwa “Jalur

pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang

dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Oleh karena itu, pendidikan

berbasis masyarakat dapat juga mengambil jalur formal, nonformal dan

informal.

Menurut Misbah, yang dikutip oleh “Eroby (2006: 60”) menyatakan

bahwa kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh

arus besar moderenisasi yang menghendaki terciptanya demokratisasi dalam

segala kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Pendidikan berbasis

masyarakat di anggap dapat menjadi salah satu pendidikan yang dapat

menutup kekurangan dari pendidikan berbasis Negara.

Konsep demokratisasi dalam pengelolaan pendidikan terterapada UU

Sisdiknas 2003 Bab III, tentang prinsis Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 4

ayat 1 yang menyebutkan: “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis


30

dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusisa, nilai keagmaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa”.

Undang-Undang Nomor 20 Ayat 6 menyebutkan bahwa: “Pendidikan

diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat

melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan

pendidikan”

Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dikembangkan dan

dilaksanakan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk kepentingan

masyarakat itu sendiri. Melalui lembaga-lembaga pendidikan berbasis

masyarakat, masyarakat berupaya untuk memperbaiki kehidupannya secara

terus-menerus melalui pemberdayaan dengan sarana pendidikan dan

pelatihan. Dari sini kemudian berkembang model-model atau bentuk

pendidikan berbasis masyarakat.

Dalam pendidikan berbasis masyarakat, masyarakatlah yang menjadi

tuan atau pemilik di rumahnya sendiri. Pihak lain dalam hal ini pemerintah

hanya bisa menjadi mitra atau rekan yang berfungsi untuk memfasilitasi,

mendanai, atau mendampingi segala kegiatan yang ada kaitannya dengan

pendidikan berbasis masyarakat, tanpa ada unsur memaksakan kepentingan.

Menurut pendapat Zubaidi (2021: 56) Pendidikan berbasis masyarakat

merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang dalam

masyarakat untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui

pembelajaran seumur hidup. Pendapat lain dikemukakan oleh Ibid (2011:

131) Pendidikan berbasis masyarakat merupakan "wujud daridemokratisasi

pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk kepentingan

masyarakat". Masyarakat mempunyai kesempatan untuk mengembangkan


31

dan memberdayakan dirinya sendiri melalui pendidikan yang dikembangkan

oleh masyarakat. Pada aspek tertentu Pendidikan berbasis masyarakat hanya

dapat eksis dan berjalan dengan baik manakala suasana kehidupan yang

demokratis telah tumbuh dan berkembang dengan baik serta masyarakat

mampu dan memiliki kesadaran pentingnya pemberdayaan.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang dirancang,

dilaksanakan, dinilai dan dikembangkan oleh masyarakat merupakan

mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang dalam masyarakat

untuk memperkaya ilmu pengetahuan melalui pembelajaran seumur hidup.

a. Tujuan Pendidikan Berbasis Masyarakat

Tujuan pendidkan berbasis masyarakat biasanya mengarah pada

isu-isu masyarakat seperti pelatihan karir, perhatian terhadaplingkungan,

pendidikan dasar, pendidikan keagamaan, penangan masalah kesehatan,

dan sebagainya. (Zubaidi 2013: 132-133). Tujuan pendidkan berbasis

masyarakat hakikatnya adalah pemberdayaan masyarakat ke arah yang

lebih baik demi terwujudnya masyarakat yang unggul dalam segala

bidang. Melalui pendidkan berbasis masyarakat, masyarakat diberdayakan

segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Pemberdayaan dan

pendidikan ini berlangsung terus-menerus dan seumur hidup (long life

education).

Menurut Muyasa E, (2016: 32) hubungan sekolah dengan

masyarakat bertujuan antara lain sebagai berikut: 1) Memajukan kualitas

pembelajaran dan pertumbuhan anak, 2) Memperkukuh tujuan serta


32

meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, 3)

Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan tujuan pendidikan

untuk memberdayakan masyarakat agar mampu unggul dalam segala

bidang dan meningkatkan kualitas hidup.

b. Peran dan Relasi Pemerintah dan Masyarakat dalam Pendidikan

Berbasis Masyarakat

Pendidikan berbasis masyarakat dalam pembelajaran berupaya

untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan peserta didik dengan

mengakomodasinya melalui pendidikan yang dikelola dan dilaksanakan

oleh masyarakat. Masyarakat lebih mengetahui dan menyadari kebutuhan

dan segala hal yang diinginkannya daripada pemerintah yang mungkin

menyelenggarakan pendidikan yang seragam dan beorientasi pada

kepentingan tertentu. Namun perlu disadari pula bahwa pendidikan

berbasis masyarakat akan eksis dan berjalan dengan baik manakala

masyarakat tersebut memiliki kesadaran dan berdaya dalam

menyelenggarakan pendidikannya. Oleh karena itu, dalam

pelaksanaannya, pemerintah perlu menjalin relasi dalam arti hanya

sebagai mitra bukan memberikan intervensinya terhadap pendidikan

berbasis masyarakat yang ada.

Peran pemerintah atau hubungan antara pemerintah dan masyarakat

dalam pendidikan berbasis masyarakat hendaknya didasarkan pada

hubungan kemitraan (partnership) artinya pemerintah tidak lebih dari

sekedar pelayan, fasilitator, pendamping, mitra, dan penyandang dana

bagi pendidikan berbasis masyarakat. Dengan hubungan seperti ini


33

pemerintah tidak mendominasi, memonopoli, dan sebagainya atas

lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat (Suharto T, 2021: 142-143)

Pada pendidikan berbasis masyarakat, masyarkatlah yang lebih banyak

mengambil keputusan.

Peran Pemerintah dalam PBM adalah 1) sebagai pelayan

masyarakat, 2) sebagai fasilitator, 3) sebagai pendamping, 4) sebagai

mitra, dan 5) sebagai penyandang dana.16 Sementara peran masyarakat

dalam PBM adalah 1) sebagai perencana, 2) sebagai pelaksana, 3) sebagai

pengambil kebijakan, dan 4) sebagai evaluator. Penjabarannya adalah

sebagai berikut:

a. Pelayan Masyarakat

Dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat

seharusnya pemerintah memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Melayani masyarakat, merupakan pilar utama dalam memberdayakan dan

membantu masyarakat dalam menemukan kekuatan dirinya untuk bisa

berkembang secara optimal. Pemerintah dengan semua aparat dan

jajarannya perlu menampilkan diri sebagai pelayan yang cepat tanggap,

cepat memberikan perhatian, tidak berbelit-belit, dan bukan minta

dilayani. Masyarakat harus diposisikan sebagai fokus pelayanan utama.

b. Fasilitator

Pemerintah seharusnya merupakan fasilitator yang ramah, menyatu

dengan masyarakat, bersahabat, menghargai masyarakat, mampu

menangkap aspirasi masyarakat, mampu membuka jalan, mampu

membantu menemukan peluang, mampu memberikan dukungan, mampu

meringankan beban pekerjaan masyarakat, mampu menghidupkan


34

komunikasi dan partisipasi masyarakat tanpa masyarakat merasa

terbebani.

c. Pendamping masyarakat

Pemerintah menjadi pendamping masyarkat yang setiap saat harus

melayani dan memfasilitasi berbagai kebutuhan dan aktivitas masyarakat.

Kemampuan petugas sebagai teman, sahabat, mitra setia dalam

membahas, mendiskusikan, membantu merencanakan dan

menyelenggarakan kegiatan yang dibutuhkan masyarakat perlu terus

dikembangkan. Sebagai pendamping, mereka dilatih untuk dapat

memberikan konstribusi pada masyarakat dalam memerankan diri sebagai

pendamping. Acuan kerja yang dipegangnya adalah tutwuri handayani

(mengikuti dari belakang, tetapi memberikan peringatan bila akan terjadi

penyimpangan). Pada saat yang tepat mereka mampu menampilkan ing

madya mangun karsa (bila berada di antara mereka, petugas memberikan

semangat), dan sebagai pendamping, petugas harus dapat dijadikan

panutan masyarakat (Ing ngarsa sung tulodo).

d. Mitra

Apabila berangkat dari konsep pemberdayaan yang menempatkan

masyarakat sebagai subjek, maka masyarakat harus dianggap sebagai

mitra. Hubungan dalam pengambilan keputusan bersifat horizontal,

sejajar, setara dalam satu jalur yang sama. Tidak ada sifat ingin menang

sendiri, ingin tampil sendiri, ingin tenar/populer sendiri, atau ingin diakui

sendiri. Sebagai mitra, pemerintah harus dapat saling memberi, saling

mengisi, saling mendukung dan tidak berseberangan dengan masyarakat,


35

tidak terlalu banyak campur tangan yang akan menyusahkan, membuat

masyarakat pasif dan akhirnya mematikan kreatifitas masyarakat

e. Penyandang Dana

Pemerintah harus memahami bahwa masyarakat yang dilayani pada

umumnya adalah masyarakat yang kurang mampu, baik dalam ilmu

maupun ekonomi. Belajar untuk belajar bukan menjadi tujuan, tetapi

belajar untuk hidup dalam arti bermata pencaharian yang layak. Untuk itu

diperlukan modal sebagai modal dasar untuk menerapkan apa yang

diyakininya dapat dijadikan sebagai sumber kehidupan dari apa yang

sudah dipelajarinya. Pemerintah berperan sebagai penyedia dana yang

dapat mendukung keseluruhan kegiatan pendidikan yang diperlukan oleh

masyarakat.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai

berikut:

1. Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Alip Akbar dengan judul

“Efektivitas Program Sistem Layanan Dan Rujukan Terpadu (SLRT) Di

Kabupaten Pringsewu (Studi Pada Puskesos Pekon Ambarawa Timur).

Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan sosial bagi penduduk

miskin dan rentan miskin adalah salah satu prioritas nasional pemerintah

dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Hal ini telah diamanatkan

dalam Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2019 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.

Mengacu pada RPJMN, Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT)

menjadi bagian dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2020-2024,


36

yang dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Kementerian Sosial

(Pedum SLRT, 2020), dalam kerangka ini Kementerian Sosial R.I.

melalui programnya SLRT yang tercantum dalam Permensos 15 tahun

2018 tentang SLRT, yaitu sistem yang membantu untuk mengidentifikasi

kebutuhan masyarakat miskin dan rentan berdasarkan profil dalam basis

data dan menghubungkan mereka dengan program-program perlindungan

sosial dan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah

(Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota) sesuai dengan kebutuhan mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan SLRT

di Kabupaten Pringsewu. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan

melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa pelaksanaan SLRT di Kabupaten Pringsewu (Studi

Pada Puskesos Pekon Ambarawa Timur) telah dapat menciptakan

efektivitas, hal ini terlihat dari pelaksanaan layanan yang sesuai dengan

tujuan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Heru Sukoco dengan judul Efektivitas

Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu “Sabilulungan” Kabupaten

Bandung Tahun 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan

mengapa masih banyak program penanggulangan kemiskinan yang

bersifat parsial dan tidak terpadu, sementara kebijakan Sistem Layanan

dan Rujukan Terpadu (SLRT) terus dikembangkan dan

diimplementasikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-

deskriptif dengan teknik pengumpulan data triangulasi, dengan informan


37

terdiri dari manajer, supervisor, fasilitator, dan penerima manfaat

program. Dengan teknik uji keabsahan data dan model analisis Mile &

Huberman, hasil penelitian menunjukkan bahwa SLRT Kabupaten

Bandung yang dirintis tahun 2016, sekarang telah mampu memberikan

layanan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan yang dikeluarkan

Kementerian Sosial. Petugas telah mampu melakukan verifikasi dan

validasi data kemiskinan. SLRT juga telah memberikan kontribusi dengan

menurunkan angka kemiskinan menjadi 6,65% sehingga lebih rendah dari

angka kemiskinan nasional (9,82%). SLRT Kabupaten Bandung telah

memiliki regulasi, kantor sekretariat dan tempat layanan disertai dengan

fasilitas dan perlengkapan, manajemen, sumber daya manusia, dan

organisasi hingga ke tingkat desa. SLRT menyediakan tiga layanan utama:

pendidikan, kesehatan, dan sosial-ekonomi bagi penerima manfaat.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Arti Rukmana pada tahun 2021 dengan

judul “Efektivitas Sistem Layanan Rujukan Terpadu dalam Penanganan

Keluhan Fakir Miskin di Kota Pekanbaru”.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pertanyaan mengapa masih

banyak program penanggulangan kemiskinan yang bersifat parsial dan

tidak terpadu, sementara kebijakan Sistem Layanan Rujukan Terpadu

sudah dikembangkan dan diimplementasikan. Dengan SLRT Madani

Bertuah bertujuan mengetahui apakah SLRT Madani Bertuah sudah

membantu masyarakat dalam penanganan keluhan yang mencakup

berbagai program sosial, menurunkan angka kemiskinan masyarakat Kota

Pekanbaru, sudah efektivkah SLRT diterapkan. Teknik pengumpulan data

menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik


38

analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Informan penelitian

ini terdiri dari dua kategori yaitu informan kunci berjumlah satu orang

yaitu Kepala Seksi Pemberdayaan Sosial Keluarga Miskin, dan informan

pendukung berjumlah 7 orang. Yaitu Staf bidang rehabilitasi sosial,

operator sekretariat SLRT, (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan)

TKSK, dan masyarakat fakir miskin. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu

SLRT Madani Bertuah sudah menjalankan fungsinya sesuai dengan aturan

Permensos no 15 tahun 2018. SLRT Madani bertuah sudah menerapkan


39

tujuan SLRT berdasarkan Permensos No. 15 Tahun 2018 pasal 2. Dengan

sasaran keluhan yang paling dominan dibidang kesehatan, namun kendala

atau permasalahan yang ditemui masyarakat masih belum puas atas

pelayanan SLRT Madani bertuah dikarenakan penanganan keluhan masih

cukup panjang prosedurnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif deskriptif.

C. Kerangka Berfikir

Untuk mempermudah suatu penelitian tersebut berkaitan dengan

variabel atau penelitian. Maksud dari kerangka berpikir sendiri supaya

terbentuknya suatu alur penelitian yang jelas dan dapat diterima secara akal.

Sesuai Dengan Pendapat di atas, Kerangka Pikir dalam Penelitian ini adalah

Bagaimana Efektivitas Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu Dalam

Penanganan Masalah Sosial Masyarakat Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas

Sosial Kota Mataram Tahun 2023”.

KERANGKA FIKIR

Efektivitas Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu Dalam Penanganan


Masalah Sosial Masyarakat Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas Sosial
Kota Mataram Tahun 2023

Keberhasil Keberhasil Kepuasan Tingkat Input


Program Sasaran Program Maupun Output

Keluhan
Masyarakat
Sumber : Peneliti 2023
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Sebelum seorang peneliti memulai kegiatannya meneliti, harus memulai

membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain

penelitian. Desain (design) penelitian adalah rencana atau rancangan yang

dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancnar kegiatan, yang akan dilaksanakan

Suharsimi (2006: 51). Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluatif, karena

penelitian ini dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji atau

membuktikan hipotesis. Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan

prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara

sistematik untuk menentukan nilai atau manfaat (worth) dari suatu praktik

pendidikan Sukmadinata (2015: 120). Metode penelitian adalah cara atau jalan

yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki

langkah-langkah sistematis. Soka, Dkk (2012: 28).

Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif dengan pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu data yang didapatkan dan dikumpulkan

kemudian dinatakan dalam bentuk anga-angka. Adapun metode evaluasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi model CIPP yang

dikembangkan oleh Stuflebeam, penelitiaini difokuskan pada evaluasi Context,

Input, Proces dan Product. Penelitian evaluasi merupakan kegiatan penelitian

untuk mengumpulkan data, menyajikan informasi yang akurat dan objektif

yang terjadi di lapangan terutama megenai “Efektivitas Sistem Layanan Dan

40
41

Rujukan Terpadu Dalam Penanganan Masalah Sosial Masyarakat Berbasis

Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota Mataram Tahun 2023”.

Pengumpulan data untuk mengetahui tingkat Efektivitas Sistem Layanan

Dan Rujukan Terpadu Dalam Penanganan Masalah Sosial Masyarakat Berbasis

Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota Mataram Tahun 2023 yang meliputi

sistem layanan, serta tata cara penanganan masalah sosial untuk mengukur dan

menginterpretasikan ketercapaian program (product). Pemahaman tersebut

tidak dapat ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan

analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi Variabel penelitian, dan

kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang

kenyataan-kenyataan tersebut. Rosady R, (2012: 203)

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pengarah agar memfokuskan

penelitian sesuai dengan keadaan nyata dilapangan. Penelitian ini hendak

mencari bagaimana “Efektivitas Sistem Layanan Dan Rujukan Terpadu Dalam

Penanganan Masalah Sosial Masyarakat Berbasis Pendidikan Di Kantor Dinas

Sosial Kota Mataram Tahun 2023. Tujuan dalam penelitian ini untuk menggali

atau membangun suatu proposisi dan menjelaskan makna dibalik realita.

Bungin B, (2011: 124)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Sosial Kota Mataram Provinsi

Nusa Tenggara Barat dengan lokasi penelitian sesuai dengan kebutuhan,

waktu penelitian dilakasanakan selama dua bulan. Alasan kenapa penelitian ini

dilakukan di Dinas Sosial Kota Mataram adalah, karena peneliti merasa dekat

tempat tinggal dengan lokasi penelitian dan ingin memberikan kontribusi untuk
42

Pemerintah Dinas Sosial Kota Mataram sebagai bahan pertimbangan kedepan

melalui satu penelitian ilmiah.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono

(2014: 61). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh masyarakat Kota Mataram khususnya bagi keluarga yang tidak

mampu untuk di terbitkan kartu KIP sekolah atau yang mengikuti program

PKH yang diambil sekitar 26 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga

dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu Sugiyono, (2014: 62).

Pada penelitian ini menggunakan sampel karena jumlah populasinya

lebih dari seratus, hal ini didasarkan pada pendapat Suharsimi (1998: 112)

yang menyatakan “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi.


43

D. Instrumen Penelitian

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka

harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan

instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati Sugiyono,

(2014: 102).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket sebagai

instrumen utama dan observasi serta dokumentasi sebagai instrumen

pelengkap. Angket dimaksudkan untuk menghasilkan data yang akurat yaitu

dengan menggunakan skala likert. Sugiyono (2014: 134) menyatakan bahwa

“Skala Likert digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial”. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrumen angket atau kuesioner

dengan pemberian skor sebagai berikut:

1. SS : Sangat Jujur Diberi skor 5

2. S : Setuju Diberi Skor 4

3. RG : Ragu-Ragu Diberi Skor 3

4. TS : Tidak Setuju Diberi Skor 2

5. ST : Sangat Tidak Setuju Diberi Skor 1

Dalam hal ini peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan

instrumen yang dikenal dengan istilah “kisi-kisi”. Menurut pengertiannya

kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang

disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom.

Prosedur dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan angket

kepada responden yang berisi pertanyaan, setelah itu data dari angket
44

dianalisis lebih lanjut terutama dalam menjawab pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Tehnik Observasi
Teknik obsevasi merupakan tehnik pengumpulan data yang

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan tehnik yang lain.

Observasi juga tidak terbatas pada orang tetapi juga pada objek-objek alam

yang lain Fairus & Syah, (2020: 45). Kemudian menurut pendapat ahli lain

observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan kunjungan

dan pengamatan secara langsung guna untuk melihat perubahan fenomena

sosial yang berkembang. Rosady R, (2013: 35)

Cara yang digunakan peneliti dengan melakukan pengamatan

kemudian mencatat keadaan yang terjadi dilokasi. Tujuan observasi ini

sendiri untuk mengganggbarkan kegiatan yang terjadi dalam pelayanan

serta orang yang terlibat dalam kegitan tersebut, dengan waktu kegiatan

yang diberikan oleh para pelaku yang dilihat dari peristiwa yang sedang

terjadi.

2. Teknik Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang diketahui Suharsimi, (2006: 151). Alasan

digunakan angket sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah data yang diperoleh dari responden merupakan fakta-fakta yang di

alami langsung oleh responden dan diungkapkan kembali melalui sejumlah

pertanyaan dalam angket. Angket dalam penelitian ini sudah disediakan

jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Bentuk angket yang


45

diberikan kapada warga belajar yaitu angket chek list yaitu sebuah daftar,

dimana responden tinggal membubuhkan tanda check ( √ ) pada kolom

yang sesuai dengan item jawabannya.

Secara garis besar ada dua cara pengguanaan kuesioner sebagai

teknik pengumpulan data,yaitu (1) disebarkan yang kemudian diisi oleh

responden dan (2) digunakan sebagai pedoman wawancara dengan

responden. Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan cara dikirim

lewat pos atau diantar sendiri oleh peneliti. Sedangkan wawancara yang

pelaksanaannya berpedoman pada kuesioner dapat berupa wawancara tatap

muka dengan responden atau wawancara melalui telepon Singarimbun &

Handayani (1985: 62).

Cara penggunaan kuesioner yang lebih efektif sebagai teknik

pengumpulan data adalah apabila pengisian jawabannya dapat dilakukan

secara berkelompok pada suatu tempat tertentu. Dalam keadaan seperti ini

peneliti dapat memberi petunjuk secara langsung bagaimana cara memberi

jawaban tanpa mempengaruhi isi jawaban yang harus diberikan.

Disamping itu peniliti juga mempunyai peluang untuk memberi keterangan

atas pertanyaan yang belum jelas maksudnya. Dengan demikian pengisian

kuesioner secara klasikal memungkinkan peneliti memperoleh kembali

kuesioner secara lengkapdalam waktu yang singkat, Sedangkan kesalahan-

kesalahan teknis dalam menjawab dapat ditekan hingga sekecil mungkin.


46

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh

data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya atau mempunyai

kredibilitas yang tinggi apabila menggunakan foto-foto atau karya tulis

ilmiah yang sudah ada Fairus & Syah, (2020: 69).

Dokumentasi yaitu data-data tertulis dan dokumen penting lainnya

yang menunjang penelitian, data bersumber dari Pemerintah Kota

Mataram lebih khusus di dinas sosial bidang penanganan kemiskinan dan

jaminan sosial kota Mataram. dan dokumen lainnya selama masih

berkaitan dengan fokus penelitian adalah pelayanan yang diberikan oleh

Dinas Sosial secara gratis.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat di

informasikan kepada orang lain Melisa (2002: 47). Selanjutnya data yang

telah dianalisis, dijelaskan serta dimaknai dalam bentuk kata kata atau

kalimat untuk mendeskripsikan fakta fakta yang ada dilapangan atau untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-


47

unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting

dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri maupun orang lain Sugiyono, (2014: 244).

Berdasarkan keterangan diatas, maka setiap tahap dalam proses tersebut

dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data

yang ada dari berbagai sumber yang diperoleh ketika berada dilapangan

melalui wawancara mendalam, observasi serta dokumen-dokumen yang

mendukung.

Menurut Sugiyono (2010: 59) dalam penghitungan efektivitas

digunakan skor (skala likert), apabila skor semakin besar dapat dikatakan

pengelolaan semakin efektif demikian pula sebaliknya semakin kecil skor

hasilnya menunjukkan pengelolaan semakin tidak efektif. Dalam penelitian

ini menggunakan teknik persentase skala likert dengan rumus:

SkorJawaban Respond en
Persentase = X100% (Riduwan, (2012: 109).
Skor Ideal

Pemahaman terhadap rumus diatas sebagai berikut:


Skor jawaban = Jumlah jawaban responden x setiap bobot jawaban
Skor ideal = Jumlah responden x jumlah tertinggi pada altertanif (bobot)
jawaban.
Sedangkan kriteria untuk menentukan Efektivitas Sistem Layanan dan

Rujukan Terpadu Dalam Penanganan Masalah Sosial Masyarakat Berbasis

Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota Mataram sebagai berikut:


48

Tabel 1. Interpretasi Nilai (%)

Besar Nilai Persentase Nilai Interpretasi Efektivitas


0-20 % Sangat Tidak Efetif
21-40 % Kurang Efektif
41-60 % Cukup Efektif
61-80 % Ekektif
81-100 % Sangat Efektif
Sumber : (Sugiyono, 2013: 89)

Hasil nilai efektivitas yang didapatkan dalam nilai persentase

selanjutnya akan diperbandingkan dengan tabel interpretasi nilai, penggunaan

tabel interpretasi diatas bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat

Efektivitas Sistem Layanan Dan Rujukan Terpadu Dalam Penanganan

Masalah Sosial Masyarakat Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota

Mataram.
DAFTAR PUSTKA
Heru sukoco dwi, Efektivitas Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu
“Sabilulungan”Kabupaten Bandung, Politeknik Kesejahteraan Sosial
Bandung, PEKSOS: Jurnal ilmiah Pekerjaan Sosial Vol. 19 No. 1, Juni,
2020.
LPEM UI, PSE-KP UGM, PSP-IPB., (2004). Laporan Studi Dampak Kebijakan
Ekonomi Makro terhadap Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta.
Makmum., (2003).
Abdurrahmat, Organisasi dan Manajemen Sumber daya Manusia, (Jakarta: PT
Rineka, 2006)
Sedermayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, (Bandung: CV
Maju Mundur, 2009)
Hartono Laras, Pedoman umum pelaksanaan SLRT (Sistem Layanan Rujukan
Terpadu), 2017.
Muhtar, Peningkatan Layanan Sosial bagi keluarga miskin terhadap program
perlindungan sosial melalui sistem layanan dan rujukan terpadu, (Jakarta.
2017),
Tesoriere, Jim Ife Fank, . 2008 Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era
Globalisasi: Community Development. terj. sastrawan Manulang dkk.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sulastri Nova, Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam
Meningkatkan Pembangunan Fisik Desa Lakapodo Kecamatan Watopute
Kabupaten Muna, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Halu Oleo
Kendari 2016.
Nasikun., Bahan Kuliah; Isu dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan.
Magister Administrasi Publik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
(2001).
Aleksius Beatus Ringgi Soka, Dkk, Strategi Pemerintah Desa Dalam
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Melalui Sektor Home Industri,
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, ISSN.2442-6962, Vol. 01, N. 01,
2012.
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000).
Ruslan Rosady, Metode Penelitian: PR dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006).
Jalaludi Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2005).
Burhan Bungin (Ed), Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta Rajawali Pers, 2011).
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2000).
Ruslan Rosady, Metode Penelitian: PR dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006).
Jalaludi Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,2005).
Moh Nazir, Ph.D, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Bhakti Indonesia, 2003)
Ruslan Rosady, Metode Penelitian: PR dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006).
Misbah Ulmunir, “Suplemen Mata Kuliah Sosiolgi Pendidikan Islam” Suplemen 1
Kependidikan Islam, 2006,
Zubaedi, “Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi terhadap
Berbagai Problem Sosial”
Ibid. , hlm. 131. Lihat juga Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta
Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 195.
Lampiran: 1.1 KISI-KISI INTRUMEN PENELITIAN

No Jumlah
No Komponen Indikator
pernyataan butir
1. Context  Keberhasilan
program/Sasaran 8
o Integrasi informasi 1,2
o Identifikasi keluhan 3,4
o Pencatatan kepesertaan 5,6,7

o Pemuktahiran data 8

2. Input  Kepuasan terhadap


program
o Persyaratan Pelayanan 9
o Prosedur Pelayanan 10
11
o Kemampuan Petugas 11
o Waktu Pelayanan 12,13,14
o Produk Layanan 15
o Kesopanan dan 16
Keramahan Petugas
17
o Biaya
18
o Kualitas Sarana dan
prasarana
o Penanganan Pengaduan 19
Pelayanan

3. Process  Pelaksanaan program


SLRT
o Masyarakat miskin dan 20 3
rentan miskin
o Kelompok masyarakat 21
paling miskin
o Evaluasi 22
4. Product  Out put 23,24,25 6
 Out come 26,27,28
28
INSTRUMENT PENELITIAN EFEKTIVITAS SISTEM LAYANAN DAN
RUJUKAN TERPADU DALAM PENANGANAN MASALAH SOSIAL
MASYARAKAT BERBASIS PENDIDIKAN di KANTOR DINAS SOSIAL
KOTA MATARAM

Nama Lengkap :
Jenis kelamin :
Usia :
Petunujuk Pengisian :

Pernyataan berikut ini menyangkut tingkat “Efektivitas Sistem


Layanan dan Rujukan Terpadu Dalam Penanganan Masalah Sosial
Masyarakat Berbasis Pendidikan di Kantor Dinas Sosial Kota
Mataram Tahun 2023”.. Berilah tanda (Check List) pada kotak pilihan
yang tersedia untuk masing-masing pernyataan sesuai dengan keadaan
masyarakat/peserta ibu-ibu rumah tangga program pelatihan bedah resep.

Keterangan
SS = Sangat Setuju : skor 5
S = Setuju : skor 4
RR = Ragu-Ragu : skor 3
TS = Tidak Setuju : skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju : skor 1

Alternatif jawaban
Komponen No Pernyataan
SS S RR TS STS
Contex 1 Informasi layanan SLRT yang dilakukan
sudah berjalan baik?
2 Penanganan keluhan rujukan yang
diajukan masyarakat cepat mendapat
respon?
3 Program pelaksanaan SLRT sesuai
dengan kebutuhan Masyarakat
4 Layanan terpadu dapat dimanfaatkan
untuk menyalurkan berbagai keluhan yang
ada pada masyarakat peserta PKH
5 Beberapa keluhan yang diberikan oleh
masyarakat cepat ditangani oleh pihak
dinas sosial kota mataram
6 Program SLRT diperuntukkan untuk ibu-
ibu rumah tangga yang mendapat kartu
PKH.
7 Pencatatan peserta sudah sesuai dengan
sasaran SLRT
8 Pihak dinas sosial selalu melakukan
pengecekan terkait penerimaan bantuan
dalam rangka pemuktahiran data
Input 9 Ibu-ibu rumah tangga memiliki semangat
yang tinggi dalam menyiapkan persyaratan
dalam SLRT
10 Dengan adanya sistem layanan terpadu
Masyarakat antusias mengikuti prosedur
yang di buat oleh pemerintah kota
mataram
11 Ketersedian petugas dalam menangani
masalah yang di hadapi oleh masyarakat
sudah mencukupi
12 Petugas yang ditempatkan untuk
membantu pelayanan terhadap masyarakat
mampu menjelaskan solusi dari keluhan
masyarakat
13 Pelaksanaan program pelatihan
disesuaikan dengan jadwal yang sudah
dibuat
14 Penentuan waktu yang di berikan dalam
pelayanan tidak mengganggu.
15 Maksimal 50 orang bisa terbantu dengan
waktu yang sudah dijadwalkan
16 Apakah SLRT ini merupakan cara efektif
sebagai salah satu bentuk penanggulangan
yang ada
17 masyarakat merasa puas dengan pelayanan
yang diberikan petugas
18 kualitas sarana dan prasarana dalam
menjalankan tugas dan pelayanan sangat
mendukung

19 Masyarakat merasa terpuaskan dengan


sistem pelayanan yang diberikan
20 Masyarakat miskin yang tertangani dalam
setahun sekali
\Process 21 Stap sudah menerapkan metode dan teknik
pelayanan yang sesuai dengan keluhan
masyarakat miskin

22 Masyarakat merasa perlu dievaluasi


terhadap pelaksanaan petugas dalam
pelayanan.

23 Keluarga peserta PKH yang mengajukan


keluhannya dapat tertangani dengan baik
24 Keluarga PKH merasa terbantu dengan
adanya pelayanan yang tepat sasaran

25 Anak- anak peserta PKH yang sudah


terdaftar merasa dapat menikmati
pendidikan yang lebih tinggi
Product
26 Dengan adanya program SLRT bagi
peserta PKH untuk mendapatkan KIP
sekolah anaknya bisa meningkatkan
keterampilan
27 Program pelayanan SLRT dapat
meningkatkan perekonomian Ibu-ibu
rumah tangga
28 Ibu-ibu rumah tangga mampu
memanfaatkan kesempatan sebagai peserta
layanan SLRT

Anda mungkin juga menyukai