Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN AKHIR MAGANG RISET

MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SOSIAL PENANGGULANGAN


KEMISKINAN MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN

(STUDI PADA DIREKTORAT JAMINAN SOSIAL KELUARGA KEMENTERIAN SOSIAL


REPUBLIK INDONESIA)

Oleh:

Kiky Dwi Kurniawati

201410050311007

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya yang telah memberikan banyak kesempatan kepada penulis sehingga
mampu menyelesaikan Laporan Magang Riset Ilmu Pemerintahan dengan baik.

Laporan magang riset ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah Magang Riset yang ditempuh oleh mahasiswa semester
7 program studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang. Sesuai
dengan salah satu tujuan magang riset yaitu untuk Meningkatkan kompetensi
mahasiswa di bidang keilmuwan dan praktek kerja, penulis telah menyelesaikan
magang riset di Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Kementerian Sosial Republik
Indonesia. Sesuai dengan judul laporan magang riset ini penulis membahas tentang
riset yang telah diajukan yaitu Model Implementasi Kebijakan Penanggulangan
Kemiskinan Melalui Program Keluarga Harapan oleh Kementerian Sosial.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan dan


pelaksanaan magang riset ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya do’a,
dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat moril
maupun materil oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua Orang Tua, Keluarga, Kelompok Magang Kemensos dan DKI
Jakarta, Pegawai di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga serta seluruh
teman-teman yang telah mendukung dan memberikan informasi kepada penulis.

Dengan sepenuh hati penulis berusaha untuk menulis laporan magang ini
dengan sebaik-baiknya, akan tetapi penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan didalam penyusunan laporan magang ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan, tidak lupa
harapan penulis semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
dapat menambah ilmu pengetahuan dan menadi investasi dimasa mendatang.

Malang, 25 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i


DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................ii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................................... iii
BAB I.................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ............................................................ Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 5
C. Tujuan .......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II.................................................................................................................................... 6
LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET............................................................................ 6
A. Profil Kementerian Sosial RI ........................................................................................ 6
1. Sejarah Kementerian Sosial RI................................................................................. 6
2. Visi- Misi Kementerian Sosial RI .......................................................................... 12
3. Struktur Organisasi ................................................................................................. 13
4.Tugas dan Fungsi Kementerian Sosial RI ............................................................... 16
B. Aktivitas Magang Riset .............................................................................................. 17
BAB III ................................................................................................................................ 19
ANALISA HASIL KEGIATAN ............................................................................................ 19
A. Kebijakan Sosial Penanggulangan Kemiskinan .......................................................... 19
B. Program Keluarga Harapan ......................................... Error! Bookmark not defined.
C. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan .................................................................... 27
1. Penetapan Sasaran (Targeting) ............................................................................... 36
2. Persiapan Daerah .................................................... Error! Bookmark not defined.
3. Pertemuan Awal dan Validasi ................................ Error! Bookmark not defined.
4. Penyaluran Bantuan ................................................ Error! Bookmark not defined.
5. Verifikasi Komitmen .............................................................................................. 35
6. Penangguhan dan Pembatalan ................................................................................ 35
7 Pemutakhiran Data ................................................................................................. 36
8. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau Family Development
Session (FDS) ................................................................................................... 37
9. Pengaduan............................................................. Error! Bookmark not defined.8
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan PKH .............................................. 39
E. Target atau Fokus yang Ingin dicapai .......................................................................... 40
BAB IV ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
PENUTUP............................................................................................................................ 42
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 42
B. Saran ............................................................................................................................ 43
Lampiran - Lampiran ........................................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN

PKH Program Keluarga Harapan


KPM Keluarga Penerima Manfaat
KM Keluarga Miskin
SUPA Surat Undangan Pertemuan Awal
BDT Basis Data Terpadu
RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin
FDS Family Development Session
P2K2 Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga
SPM Sistem Pengaduan Masyarakat
SDM Sumber Daya Manusia
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya kesenjangan sosial yang disebabkan karena tidak meratanya


kesejahteraan di Indonesia menjadi penyebab utama kemiskinan. Tidak hanya itu
rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya produktivitas tenaga kerja, tidak
meratanya distribusi pendapatan, kurangnya kesempatan kerja, serta keadaan
politik yang tidak stabil juga menjadi faktor lain yang menyebabkan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang sering kali terjadi di berbagai
negara, tidak hanya negara-negara berkembang seperti Indonesia akan tetapi
negara-negara maju juga mengalami masalah kemiskinannya sendiri. Namun,
apabila dibandingan dengan Negara maju, masalah kemiskinan di Negara
berkembang tentu saja lebih besar tingkat masalahnya.

Secara definitif kemiskinan merupakan suatu standar tingkat hidup yang


rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku
dalam masyarakat bersangkutan.1 Para ahli ilmu sosial mengatakan bahwa
penyebab utama kemiskinan adalah sistem ekonomi yang berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan. Namun, banyak ahli yang juga percaya bahwa
kemiskinan bukanlah suatu gejala yang terwujud semata-mata hanya karena
sistem ekonomi Kemiskinan merupakan perwujudan dari hasil interaksi yang
melibatkan hampir semua aspek yang dimiliki manusia dalam kehidupannya.2

Pada umumnya kemiskinan diukur melalui tingkat pendapatan atau


ekonomi, dan pada dasarnya kemiskinan dapat dibedakan dalam kemiskinan
absolut dan kemiskinan relatif. Seseorang dikatakan miskin secara absolut, apabila
tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan, atau sejumlah pendapatannya

1
Mubyarto. 2010. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPPE hal:37

2
Ibid hal : 38

5
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum.3 Menurut data Badan
Pusat Statistik Nasional yang berdasarkan pada jumlah penduduk miskin selama
kurun 2014-2017 dapat diketahui bahwa angka kemiskinan di indonesia selama
kurung waktu 4 tahun mengalami perekmbangan penuruanan yang dapat
dikatakan cukup menggembirakan.

Persentase angka kemiskinan


2014 - 2017
12
11.5 11.25 11.22 11.13
10.96 10.86
11 10.7 10.64
10.5
10
9.5

Tabel.1 (Data Badan Pusat Statistik)

Berdasarkan dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik presentase

angka kemiskinan di Indonesia selama 3 tahun terakhir dapat dikatakan telah

menurun meskipun tidak signifikan. Berdasarkan persentase penduduk miskin,

sebesar 10,86% angka kemiskinan menurun menjadi 10,70% per September

2016 dan turun lagi menjadi 10,64% pada Maret 2017. Selain itu Penduduk

miskin di perdesaan juga turun sebesar 181.290 jiwa,akan tetapi jumlah

penduduk miskin di perkotaan meningkat sebesar 188.190 ribu. Secara agregat

dalam satu tahun penduduk miskin berkurang 234.190 jiwa.

Dalam upaya untuk menekan angka kemiskinan yang ada di Indonesia


tersebut, terdapat berbagai cara yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk

3
Suyastie dan Prijono, 2002, Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia, Jakarta: Rineka
Cipta hal : 34

6
mengatasi masalah kemiskinan. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk
mengatasi masalah kemiskinan adalah dengan memberikan bantuan kepada
masyarakat kurang mampu atau miskin melalui Bantuan Sosial atau (Bansos).
Bansos ini dalam bentuk bantuan tunai maupun bantuan material. Bansos
diantaranya adalah seperti dana BOS, Santunan Langsung Tunai, Jamkesmas,
PNPM-Mandiri, Rastra (Beras Sejahtera), Bantuan Lansung Tunai, Program
Keluarga Harapan dan lain-lain.

Bantuan Sosial adalah semua pengeluaran negara dalam bentuk transfer


uang/barang yang diberikan kepada masyarakat melalui kementerian
negara/lembaga dan/atau pemerintah daerah guna melindungi masyarakat dari
kemungkinan terjadinya berbagai risiko sosial. Menurut Permendagri No 39
Tahun 2012 Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari
pemerintah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang
sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bansos difokuskan untuk
meningkatkan derajat hidup masyarakat agar terlepas dari permasalahan rantai
kemiskinan yang berkepanjangan, mendorong dan mempercepat pertumbuhan
masyarakat miskin menjadi masyarakat produktif, mandiri, sejahtera dengan
memperbaiki dan menyempurnakan kebijakan yang sudah ada.4

Salah satu kebijakan sosial yang dikembangakan oleh pemerintah adalah


Program Keluarga Harapan. Dalam rangka percepatan penanggulangan
kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial,
Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 melaksanakan Program Keluarga
Harapan (PKH). Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang telah
dilaksanakan serta berhasil dalam menuntaskan masalah kemiskinan di berbagai
negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang
bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash
Transfers (CCT), yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai Bersyarat.

4
Pasal 1 ayat 19 UU Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2011.

7
PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, karena aktor
utamanya meliputi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian
Sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan lnformatika, dan Badan
Pusat Statistik. Serta untuk mensukseskan Program Keluarga Harapan (PKH)
tersebut juga dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank.5
Selain itu, Program Keluarga Harapan (PKH) bukan merupakan sebuah kelanjutan
program Subsidi Langsung Tunai (SLT) / Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang
diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya
belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM, akan tetapi
PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial
kepada masyarakat miskin. 6

Berperan sebagai pelaksana yang bekerjasama dengan kementerian atau


lembaga baik di tingkat pusat maupun daerah Kementerian Sosial RI menjadi titik
point utama dalam pelaksanaan PKH. Kementerian Sosial RI berperan dalam
pelaksanaan PKH dan seluruh proses bisnis di dalamnya, termasuk menjalin kerja
sama dengan pemangku kepentingan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Lembaga Non Pemerintah dan masyarakat.7 Melalui Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga, Direktorat Jenderal Perlindungan Jaminan Sosial PKH dikelola dan
menjadi program prioritas Kementerian Sosial.

Menjadi penanggungjawab penuh atas pelaksanaan PKH membuat


Kementerian Sosial RI khususnya Direktorat Jenderal Perlindungan Jaminan
Sosial terus berusaha untuk meningkatkan pelayanan serta memperluas jumlah
penerima bantuan PKH agar seluruh masyarakat miskin yang membutuhkan dapat
terakomodir untuk memperoleh bantuan sosial berupa PKH. Oleh sebab itu
berdasarkan dengan penjelasan tersebut, untuk mengetahui lebih dalam terkait
dengan model kebijakan penanggulangan kemiskinan melalui Program Keluarga
Harapan (PKH) mahasiswa memilih Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial sebagai instansi yang dikehendaki untuk melaksanakan kegiatan

5
https://www.kemsos.go.id diakses pada tanggal 29 september
6
UPPPKH PUSAT/modulkemsos.go.id diakses pada tanggal 30 september
7
Pedoman Umum Pelaksana PKH tahun 2016 hal. 21

8
magang riset guna untuk meneliti lebih dalam terkait : “Model Implementasi
Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Keluarga Harapan”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model implementasi penanggulangan kemiskinan melalui
Program Keluarga Harapan (PKH) ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kebijakan
penanggulangan kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari program magang riset ini adalah :

1. Untuk mengetahui upaya Indonesia melalui Kementerian Sosial dalam


mengimplementasikan Program Keluarga Harapan (PKH) dalam rangka
penganggulangan kemiskinan.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pengimplementasian Program Keluarga Harapan (PKH).

9
BAB II
LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET
A. Profil Kementerian Sosial Republik Indonesia
1. Sejarah Kementerian Sosial Republik Indonesia8
a. Kilasan Sejarah Departemen Sosial RI
Berdasarkan keputusan panitia persiapan kemerdekaan Republik
Indonesia, tertanggal 19 Agustus 1945, Departemen Sosial RI merupakan
salah satu departemen pemerintahan pada jaman itu. Menurut surat
keputusan tersebut, tugas Departemen Sosial RI dinyatakan secara singkat
dan sederhana, yaitu : “Urusan fakir miskin dan anak terlantar”. Pertama
kali dalam sejarah Indonesia, Pemerintah memikul tanggung jawab
konstitusional, mengenai pembangunan kesejahteraan sosial, termaktub
dalam pasal 34 UUD‟ 45 bahwa : “Fakir miskin dan anak- anak terlantar
dipelihara oleh Negara”, yang berarti bahwa secara konstitusional,
berdasarkan pasal 34 yang dirangkaikan dengan pasal 33 tentang
perekonomian.
Pemerintah membangun kesejahteraan sosial untuk meniadakan
kemiskinan dan keterlantaran, yang terutama disebabkan oleh penjajahan,
yang menindas dan menghisap Bangsa Indonesia yang nyata-nyata tidak
berusaha untuk membangun kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia,
malah membiarkan rakyat Indonesia cukup hidup dengan segobang atau
dua setengah sen sehari.
b. Masa Awal Kemerdekaan
Pimpinan tertinggi Departemen Sosial pada masa awal kemerdekaan
dipercayakan pada Mr. Iwa Kusuma Sumantri yang pada waktu itu
membawahi kurang lebih 30 orang pegawai untuk Bagian Perburuhan dan
Bagian Sosial. Hampir semua pegawai tersebut kurang/tidak
berpengetahuan dan berpengalaman cukup mendalam dalam bidang
perburuhan dan bidang sosial. Berbeda dengan departemen-departemen
lainnya seperti Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, dan

8
Peran dan Perjalanan Departemen Sosial dari Masa ke Masa. Departemen Sosial
RI,Jakarta:2006

10
Departemen Kesehatan, meskipun dalam suasana dan tujuan yang sangat
berbeda, yaitu suasana dan tujuan jajahan atau colonial dan tujuan
merdeka, instansi tersebut memiliki peninggalan-peninggalan contoh
departemen-departemen sejenis dari Pemerintahan Jajahan Belanda. Tidak
demikian halnya dengan Departemen Sosial RI. Depsos tidak mempunyai
pendahulu atau “voorloper” di zaman Pemerintahan Jajahan Belanda, juga
tidak mempunyai pendahulu di zaman Pemerintahan Balatentara Dai
Nippon.
Pada masa pemerintahan Balatentara Dai Nippon, di dalam
Departemen Dalam Negeri atau Gunseikabu Naimubu terdapat
Romukyoku atau Kantor Perburuhan yang terdiri dari Romuka: Bagian
Perburuhan dan Koseika atau Bagian Sosial. Romuka berpijak pada Kantor
van Arbeid atau Kantor Perburuhan termasuk: Departement van Justitie
atau Departemen Kehakiman, sedangkan Koseika atau Bagian Sosial yang
menangani Urusan Kemiskinan atau Azmwezen berpijak pada
Departement van Justitie atau Departemen Kehakiman. Azmwezen atau
Urusan Kemiskinan ini bergerak sesuai Stb. 1934 Nomor 26 jo Stb. 1939
Nomor 225. Dalam pengaturan santunan fakir miskin (“Azmwezen”) dan
sesuai ordonansi tersebut di atas yang termasuk dalam rumah tangga
pemerintahan kota dan kabupaten adalah Jawa dan Madura, sedangkan
daerah-daerah luar Jawa dan Madura termasuk dalam pemerintahan
daerah.
Sumpah setia pada Negara serta Pemerintah Republik Indonesia di
bawah bendera Sang Saka Merah Putih dilaksanakan di salah satu ruangan
tingkat pertama bangunan Departemen Sosial RI yang tidak diikuti oleh
seluruh pegawai, karena masih ada yang ragu- ragu mengenai kebenaran
proklamasi kemerdekaan. Sumpah setia juga dilaksanakan bersama-sama
dengan Departemen Kesehatan, Departemen Agama, Departemen Dalam
Negeri, dan Departemen Sosial yang bertempat di suatu halaman yang
sekarang ditempati seluruhnya oleh Departemen Dalam Negeri di Jalan
Merdeka Utara. Departemen Sosial RI pada waktu itu berlokasi di Jalan

11
Cemara no. 5 yang merupakan bekas Kantor Perburuhan di Jalan Agus
Salim.
Pada tanggal 10 Januari 1946 terdapat instruksi untuk berpindah ke
Jogyakarta, karena gangguan dari NICA terus-menerus, sehingga Jakarta
dianggap tidak aman lagi bagi Pusat Pemerintahan Republik Indonesia.
Pertempuran-pertempuran terjadi di beberapa wilayah di Jakarta, baik
siang maupun malam, sehingga waktu banyak terbuang mencari jalan yang
aman sampai di kantor. Tidak banyak yang dapat diperbuat dalam suasana
dan keadaan tidak aman tersebut, karena pertempuran itu beresiko terkena
tembakan setiap saat. Kemudian datang perintah untuk bersiap-siap pindah
ke Jogyakarta yang pada waktu itu menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.
Perpindahan terlaksana malam hari tanggal 10 Januari 1946 dari stasiun
kereta api Tanah Abang.
Setiba di Jogyakarta dan setelah beberapa hari Departemen Sosial RI
ditempatkan di Sekolah Bruderan Loji Wetan, kemudian dipindahkan di
gedung Seminari di Jl. Code Jogyakarta bersama dengan Departemen
Penerangan. Pada gedung Seminari ini tugas Departemen Sosial
dilaksanakan setapak demi setapak dalam suasana aman dengan
perlengkapan dan peralatan yang ada, sambil mensolidkan tubuh
Departemen Sosial dan menyusun kantor-kantor Sosial di daerah-daerah.
Di gedung Seminari ini juga lahir beberapa peraturan, berbentuk
maklumat dan sebagainya, diantaranya Maklumat Nomor 3 tentang
pembentukan Panitia-panitia Pembantu Sosial untuk usaha-usaha santunan
fakir miskin, anak terlantar, di Ibu Kota Kabupaten dan Kotamadya terdiri
dari para peminat dalam bidang sosial, pegawai pamongpraja dan kantor
sosial, para pemimpin badan-badan sosial dan pemimpin-pemimpin
informal setempat.
Sejak pemerintahan Republik Indonesia pindah kembali ke Jakarta,
Departemen Sosial RI pusat menempati kantor di Jalan Ir.Juanda 36
Jakarta Pusat, dan mengalami perpindahan lokasi lagi ke Jalan Salemba
Raya 28 Jakarta Pusat sampai sekarang. Hingga saat ini telah tercatat 29

12
kali pergantian menteri sosial, mulai dari Mr. Iwa Kusuma Sumantri,
hingga Bachtiar Chamsyah.
c. Masa Pembubaran (Likuidasi)
Peralihan kepemimpinan di negeri ini berpengaruh juga terhadap
keberadaan kabinetnya. Kemudian berimbas pada lembaga tinggi Negara
dan departemen. Setelah berakhirnya pemerintahan orde baru, yang
dilanjutkan oleh pemerintahan reformasi dan saat K.H Abdurrahman
Wahid (yang biasa dikenal dengan sebutan „Gus Dur‟) terpilih sebagai
Presiden Republik RI, secara mengejutkan nomenklatur Departemen
Sosial RI dihapus bersamaan dengan Departemen Penerangan dari jajaran
departemen yang ada di pemerintahan Indonesia.
Hal ini membuat para praktisi dan akademisi termasuk mahasiswa
Pascasarjana Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia saat itu ikut serta
menyuarakannya dengan menggelar seminar tentang kiprah Departemen
Sosial, dengan harapan supaya Gusdur membentuk kembali Departemen
Sosial atau nomenklatur lainnya yang dapat mewadahi pelayanan
kesejahteraan sosial secara institusional. Saat itu pemerintahan Gus Dur
menggagas bahwa pelayanan kesejahteraan social cukup dilakukan oleh
masyarakat.
Akan tetapi keadaan berkata lain, secara tidak diduga pula, saat itu
muncul berbagai masalah kesejahteraan social seperti bencana alam,
bencana sosial, populasi anak jalanan dan anak terlantar semakin
bertambah terus jumlahnya, sehingga para mantan petinggi Departemen
Sosial menggagas untuk dibentuknya sebuah Badan yang berada langsung
di bawah Presiden, maka terbentuklah Badan Kesejahteraan Sosial
Nasional (BKSN).
d. Masa Penggabungan
Dengan terbentuknya BKSN ini permasalahan tidak segera
terentaskan, malah yang terjadi serba kekurangan karena tidak
berimbangnya populasi permasalahan sosial dengan petugas yang dapat
menjangkaunya dan kewenangan BKSN juga sangat terbatas. Dengan
pertimbangan seperti itu maka Departemen Sosial dimunculkan kembali

13
tetapi digabung dengan Departemen Kesehatan. Nomenklaturnya menjadi
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. Gagasan penggabungan
ini juga tidak memberikan solusi terentaskannya permasalahan
kesejahteraan sosial secara memadai, padahal populasi permasalahan
sosial semakin kompleks.
Kemudian pada masa kabinet berikutnya setelah berakhirnya
pemerintahan reformasi berganti ke pemerintahan Gotong Royong, maka
Departemen Sosial difungsikan kembali untuk menyelenggarakan tugas-
tugas pembangunan di bidang kesejahteraan sosial. Dengan
difungsikannya kembali Kementerian Sosial, memang tidak serta merta
permasalahan kesejahteraan sosial menjadi hilang dan rakyat menjadi
sejahtera, tetapi pelayanan sosial yang diterima rakyat menjadi lebih
memadai. Tenaga pekerja sosial profesional yang dimiliki Kementerian
Sosial adalah salah satu komponen yang dapat memberikan harapan bagi
para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). PMKS menjadi
mampu memanfaatkan berbagai potensi dan sumber kesejahteraan sosial
(PSKS) yang ada di lingkungan lokalnya bahkan di luar lingkungannya
menuju insan mandiri dan sejahtera dengan pelayanan yang berbasiskan
pada kearifan lokal dan hak dasar manusia.
e. Masa Sekarang
Kementerian Sosial RI dibawah kepemimpinan Ibu Khofifah Indar
Parawansa tidak hanya menggarap persoalan- persoalan yang bersifat
teknis dan sebatas kelompok marginal, melainkan juga melibatkan peran
serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pelayanan
kesejahteraan sosial. Pada tingkat Nasional, Kementerian Sosial RI juga
memberikan masukan-masukan penting kepada pemerintah untuk
menyusun kebijakan-kebijakan publik yang berorientasi kepada
kesejahteraan sosial, karena kesejahteraan sosial bagi warga negara
Indonesia dijamin oleh UUD‟ 45. Dalam konteks ini, Kementerian Sosial
RI menjalankan salah satu fungsi pemerintahan di dalam sistem negara
atau pemerintah, agar penyelenggaraan kesejahteraan sosial di negeri ini
berada di jalur yang tepat. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial

14
diperlukan justru untuk mencegah dan mengatasi berbagai problem yang
muncul dengan berupaya memeratakan pemanfaatan potensi dan sumber
yang dihasilkan dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Apabila cara melihat lembaga ini hanya dari sisi masih banyaknya
angka kemiskinan, yang merupakan penyebab paling dominan munculnya
masalah kesejahteraan sosial, maka hal tersebut terlalu menyederhanakan
masalah. Berbagai perdebatan mengemukakan mengenai jumlah angka
kemiskinan di Indonesia, tetapi yang jauh lebih penting dari cara pandang
dan perdebatan-perdebatan tersebut adalah program-program untuk
pengentasan masalah kesejahteraan sosial tersebut. Sebagai bagian dari
masyarakat internasional, kita pun harus menghormati standar hidup layak
sebagaimana yang diwujudkan dalam sebuah konvensi tentang
keberhasilan pembangunan dan pengentasan kemiskinan yang disepakati
negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun
1995, yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG‟s).
Standar kelayakan hidup tentu saja penting sebagai ukuran untuk
mengetahui apakah pembangunan di sebuah negara telah mencapai tujuan-
tujuan standar hidup yang layak bagi warga negaranya. Dari situ akan
terlihat di mana kekurangan pembangunan yang dilakukan bangsa ini.
Namun, yang jauh lebih penting lagi adalah bagaimana memberdayakan
orang miskin, atau secara lebih khusus dalam perspektif Pekerjaan Sosial
dikenal dengan program pemberdayaan sosial PMKS dan PSKS.
Dalam kerangka pembangunan nasional saat ini dan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi Kementerian Sosial sesuai Peraturan Presiden No.
46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial.9 Kementerian Sosial RI
memiliki tujuan akhir yang akan dicapai Kementerian Sosial tahun 2015-
2019 melalui penyelenggaraan kesejahteraan sosial yaitu, Meningkatkan
kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan dasar, Terpenuhinya
hak dasar dan inklusivitas bagi penduduk miskin dan rentan, penyandang
disabilitas, dan kelompok marjinal lainnya, Meningkatnya kualitas
manajemen dan pengelolaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

9
Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Sosial Republik Indonesia tahun 2015-2019.

15
2. Visi – Misi Kementerian Sosial Republik Indonesia 10
a. Visi
Sebagai pilar pemerintah yang ada di Indonesia Kementerian Sosial
memiliki peran strategis untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi
seluruh penduduk Indonesia. Hal ini sesuai dengan amanat UUD 1945,
Pancasila, UU Kesejahteraan Sosial dan Perpres No 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara. Peran dan fungsi Kementerian sosial
adalah dalam rangka mewujudkan Visi Misi Presiden terutama di bidang
sosial. Karena itu Visi Kementerian Sosial selama 5 tahun kedepan (2015-
2019) akan mengemban visi pembangunan nasional (Visi Presiden) tahun
2015-2019. Visi Kementerian Sosial adalah: “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Nilai dan
Semangat Gotong Royong”.
Visi besar tersebut diharapkan dapat menjawab tantangan pembangunan
yang semakin kompleks. Sebab visi ini tidak hanya menjadikan
pembangunan ekonomi sebagai fokus utama, tetapi pembangunan seluruh
sendi-sendi kehidupan berbangsa, dimana pembangunan manusia yang
mandiri dan berkepribadian sebagai fondasi utama. Ditetapkannya Visi
Pemerintahan 2015-2019 yang menekankan pada: berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong, merupakan kondisi yang
sejalan dengan filosofis Kementerian Sosial dalam mewujudkan kondisi
sejahtera.
b. Misi
Upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional (2015-2019) yang juga digunakan sebagai Visi
Kementerian Sosial dilaksanakan melalui 7 misi pembangunan nasional
yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah,menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan mencerminkan keperibadian Indonesia
sebagai nergara kepulauan.

10
Visi, Misi dan Tujuan Kementerian Sosial Dokumen RENSTRA 2015-2019 hal: 40.

16
2. Mewujudkan penduduk maju, berkeseimbangan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas aktif dan memperkuat
jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju
dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat dan berbasiskankepentingan nasional.
7. Mewujudkan penduduk yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Sebagai kementerian yang mengurusi bidang sosial, Kementerian
Sosial RI dalam 5 tahun kedepan (2015-2019) akan melaksanakan 1
(satu) dari 7 (tujuh) misi pemerintah, yaitu misi keempat “Mewujudkan
kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera”
Peran dan fungsi Kementerian sosial akan dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup dan daya saing penduduk terutama
kelompok miskin dan rentan, penyandang disabilitas, lanjut usia serta
kelompok marginal lainnya. Hal ini dilandasi dengan semangat
kegotong-royongan dan kesetiakawanan sosial yang merupakan
kepribadian bangsa Indonesia yang telah ada sejak lama.
3. Struktur Organisasi
Dalam sebuah instansi struktur organisasi merupakan unsur penting
dalam setiap instansi. Struktur organisasi berfungsi untuk membagi tugas
pada setiap pegawas dan anggota instansi. Selain itu juga untuk pengaturan
manajemen dalam operasi kegiatan administrasi antara lain
mengorganisasi dalam instansi. Struktur organisasi tersebut telah sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi setiap instansi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial dapat
diketahui bahwa struktur organisasi Kementerian Sosial Republik
Indonesia adalah sebagai berikut.

17
gambar 1.
Berdasarkan gambar struktur organisasi diatas dan sesuai dengan
pasal 4 Permen No 20 Tahun 2015 Kementerian Sosial terdiri dari,
Sekretaris Jenderal, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial,
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Sosial, Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin, Inspektorat Jenderal,
Badan Pendidikan, Penelitian, dan Penyuluhan Sosial, Staf Ahli Bidang
Perubahan dan Dinamika Sosial, Staf Ahli Bidang Teknologi
Kesejahteraan Sosial, Staf Ahli Bidang Aksesbilitas Sosial dan Pusat Data
dan Informasi Kesejahteraan Sosial.
Dalam pelaksanaan kegiatan magang sesuai dengan riset yang
dilakukan mahasiswa ditempatkan pada Direktorat Jenderal Perlindungan
dan Jaminan Sosial. Berdasarkan pasal 112 Ditjen Perlindungan Jaminan
Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang perlindungan dan jaminan sosial sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Ditjen Perlindungan dan
Jaminan Sosial terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat
Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Direktorat Perlindungan
Sosial Korban Bencana Sosial dan Direktorat Jaminan Sosial keluarga.
Berikut struktur organisasi yang ada di Direktorat Jenderal Perlindungan
dan Jaminan Sosial.

18
Gambar 2.
Sesuai dengan riset yang akan dilakukan, kebijakan penanggulangan
kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan (PKH) yang digagas oleh
Kementerian Sosial dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial serta yang bertanggungjawab penuh atas terlaksananya
program ini yaitu Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Sesuai dengan
Permensos No. 20 Tahun 2015 pasal 176 Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
terdiri atas Subdit Validasi dan Terminasi, Subdit Bantuan Sosial, Subdit

Kepesertaan, Subdit Sumberdaya dan Subbagian Tata Usaha, berikut adalah


struktur organisasi yang ada di Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
Gambar 3

19
4. Tugas dan Fungsi
a. Tugas dan Fungsi Kementerian Sosial11
1. Tugas
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2015 tentang
Kementerian Sosial, dinyatakan bahwa Kementerian Sosial mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan di bidang rehabilitasi sosial, jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, dan penanganan fakir
miskin untuk membantu Presiden dalam menyeleng- garakan
pemerintahan Negara. dan inklusivitas.
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas,
Kementerian Sosial menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang


rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
perlindungan sosial, dan penanganan fakir miskin.
2. Penetapan kriteria dan data fakir miskin dan orang tidak mampu.
3. Penetapan standar rehabilitasi sosial.
4. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi
dilingkungan Kementerian Sosial.
5. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Sosial.
6. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Sosial.
7. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan
urusan Kementerian Sosial di daerah.
8. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan kesejahteraan sosial, serta penyuluhan sosial.
9. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan Kementerian Sosial.

11
https://www.kemsos.go.id/content/tugas-fungsi diakses tanggal 27 september 2017.

20
b. Tugas dan Fungsi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
1. Tugas Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial No 20 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial tugas Dit. JSK yaitu
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
serta evaluasi dan pelaporan di bidang jaminan sosial keluarga.
2. Fungsi Direktorat Jaminan Sosial Keluarga
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang validasi dan terminasi,
bantuan sosial, kepesertaan, dan sumber daya jaminan sosial
keluarga.
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang seleksi dan verifikasi,
kemitraan, penyaluran bantuan, serta pendampingan jaminan sosial
keluarga.
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan, serta
sumber daya jaminan sosial keluarga.
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan, dan sumber
daya jaminan sosial keluarga.
5. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di
bidang validasi dan terminasi, bantuan sosial, kepesertaan, dan
sumber daya jaminan sosial keluarga.
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
B. Aktivitas Magang Riset
Secara umum aktivitas magang riset akan dijelaskan melalui metode
deskriptif dengan penjelasan aktivitas harian secara detail melalui tabel yang
terlampir. Berdasarkan dengan surat Nomor 1777/LJS/SET/09/2017 pelaksanaan
kegiatan magang riset di Kementerian Sosial Republik Indonesia dilakukan
selama 2 bulan oleh penulis di lingkungan Direktorat Jenderal Perlindungan dan

21
Jaminan Soial. Pelaksanaan magang riset juga mengacu pada proposal yang
sebelumnya telah dibuat serta dikirim pada instansi. Sesuai dengan proposal
magang riset yang berjudul “Model Implementasi Kebijakan
Penanggulangan Kemsiskinan Melalui Program Keluarga Harapan” yang
telah diajukan. Untuk memudahkan riset, penulis ditempatkan pada Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga dengan instruktur atau pembimbing yang ditunjuk yaitu
Kepala Sub Bagain Tata Usaha Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.
Kegiatan magang riset diawali dengan sosialisasi serta perkenalan dari pihak
Sub bagian tata usaha yang kemudian diarahkan oleh Ibu Pudak Bektiwidari
selaku Kasubbag tata usaha yang juga selaku pembibing penulis instansi untuk
mendapatkan bimbingan selama melaksanakan magang. Selama 40 hari kerja
penulis diberikan berbagai tugas yang harus dikerjakan. Pada minggu pertama
hingga kedua pelaksanaan magang penulis ditempatkan pada subbagian tata usah
dan pada minggu ketiga hingga selesai penulis ditempatkan pada subdit validasi
dan terminasi. Secara umum tugas yang penulis kerjakan selama pelaksanaan
magang yaitu berupa tugas-tugas yang berhubungan langsung dengan kegiatan
administratif kantor seperti Disposisi surat menyurat, Rekap surat masuk dan
keluar, Arsip dokumen, Pembuatan surat tugas, Nota Dinas, Kerangka Acuan
Kegiatan (KAK), Rekap calon KPM PKH dan Pembuatan laporan kegiatan
BIMTAP.
Serangkaian aktivitas magang tersebut menjadi hal utama yang menjadi
prioritas penulis, disamping kegiatan kegiatan lain yang diikuti semisal rapat
dengan subdit-subdit lain di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga,
World Bank, Badan Pusat Statistik dan Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. Selain itu untuk mendukung pelaksanaan riset
yang telah menjadi tanggungjawab penulis selaku sebagai mahasiswa, riset
dilakukan dengan analisis Rencana Strategis 2015-2019 Kemensos, telaah
Pedoman Umum PKH tahun 2016, sebaran data peserta KPM PKH, diskusi
dengan pegawai di lingkungan Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Output yang
ingin dicapai penulis dalam pelaksanaan riset ini adalah bagaimana
implementasi penannggulangan kemiskinan melalui PKH serta faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakan PKH.

22
BAB III
ANALISA HASIL KEGIATAN

A. Kebijakan Sosial Penanggulangan Kemiskinan


Dalton dan Smith sebagaimana dikutip oleh Edi Suharto (2006) mengatakan,
“Social policy refers to what governments do when they attempt to improve the
quality of people’s live by providing a range of income support, community
services and support programs.”12 Artinya kebijakan sosial menunjuk pada apa
yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia melalui pemberian beragam tunjangan pendapatan, pelayanan
kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial lainnya.
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik.
Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon
isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Kebijakan sosial memiliki fungsi
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan development
(pengembangan). Secara garis besar kebijakan sosial sering kali diwujudkan
dalam tiga kategori yaitu, perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan
sistem perpajakan. 13
Sebagai pelaksana amanat kedaulatan rakyat pemerintah memiliki tanggung
jawab dalam mensejahterakan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi
logis dari prinsip negara kesejahteraan (welfare state) sebagaimana ditegaskan
dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945. Salah satu implementasinya adalah
pemerintah bertanggung jawab dalam mengatasi kemiskinan. Dalam upaya untuk
menanggulangi kemiskinan pemerintah telah merumuskan, menetapkan dan
mengimplementasikan berbagai kebijakan serta program yang dirancang untuk
mengatasi kemiskinan.
Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan
memerlukan langkah-langkah penanganan serta pendekatan yang sistematik,
terpadu, dan menyeluruh. Dalam rangka untuk menanggulangi kemiskinan,

12
Edy Suharto. 2006. Kebijakan Sosial. Lembang: BBPPKS hal: 1
13
Ibid hal: 2

23
diperlukan langkah-langkah strategis dan komprehensif. Penanggulangan
kemiskinan yang komprehensif memerlukan keterlibatan berbagai pemangku
kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha (sektor swata) dan
masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab sama terhadap
penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan
kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar
warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta
melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai
masyarakat Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.
Namun keseluruhan upaya tersebut belum maksimal jika tanpa dukungan dari
para pemangku kepentingan lainnya. Untuk menunjang penanggulangan
kemiskinan yang komprehensif dan mewujudkan percepatan penanggulangan
kemiskinan dirumuskan empat startegi utama. Strategi-strategi penanggulangan
kemiskinan tersebut diantaranya14 :
1. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial
Strategi pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem
perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan
sosial dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi
goncangan-goncangan (shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian
anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam,
dan sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi
agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai jatuh
miskin.
Penerapan strategi ini antara lain didasari satu fakta besarnya jumlah
masyarakat yang rentan jatuh dalam kemiskinan di Indonesia. Di samping
menghadapi masalah tingginya potensi kerawanan sosial, Indonesia juga
dihadapkan pada fenomena terjadinya populasi penduduk tua (population
ageing) pada struktur demografinya. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan
beban ekonomi terhadap generasi muda untuk menanggung mereka atau
tingginya rasio ketergantungan. Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan

14
Kebijakan Percepatan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan/tnp2k.go.id

24
tingginya kemungkinan untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena
itu, untuk menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin,
perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang
tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar
tidak menjadi lebih miskin.
2. Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar
Strategi kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah memperbaiki akses
kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap
pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi
akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok
masyarakat miskin. Disisi lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar
mendorong peningkatan investasi modal manusia (human capital).
Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin
terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan
mengingat dalam jangka panjang ia merupakan cara yang efektif bagi penduduk
miskin untuk keluar dari kemiskinan. Sebaliknya, kesenjangan pelayanan
pendidikan antara penduduk miskin dan tidak miskin akan melestarikan
kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat mencapai tingkat
pendidikan yang mencukupi sangat besar kemungkinannya untuk tetap miskin
sepanjang hidupnya.
Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan adalah akses
terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik, akan dapat
meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin.
Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih
tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses terhadap air
bersih dan sanitasi yang layak menjadi poin utama untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
3. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin
Strategi ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi
sangat penting dalam meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan
penanggulangan kemiskinan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin
perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan

25
dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.Sebagaimana diketahui bersama
saat ini pembangunan yanga tidak terdistribusi secara merata pada semua
kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat miskin, yang secara politik, sosial,
dan ekonomi tidak berdaya, tidak dapat menikmati hasil pembangunan tersebut
secara proporsional. Proses pembangunan justru membuat mereka mengalami
marjinalisasi, baik secara fisik maupun sosial.
Konsep pembangunan yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan
umumnya melalui mekanisme atas-bawah (top-down). Kelemahan dari
mekanisme ini adalah tanpa penyertaan partisipasi masyarakat. Semua inisiatif
program penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah (pusat), demikian
pula dengan penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
implementasi program selalu dibuat seragam tanpa memperhatikan karakteristik
kelompok masyarakat miskin di masing-masing daerah. Akibatnya, program
yang diberikan sering tidak mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan
masyarakat miskin setempat. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut,
upaya secara menyeluruh disertai dengan pemberdayaan masyarakat miskin
menjadi salah satu prinsip utama dalam strategi penanggulangan kemiskinan.
4. Menciptakan Pembangunan yang Inklusif.
Strategi keempat adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai
pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada
seluruh masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan
pembangunan. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya
dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis.
Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan
berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu
menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya,
diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan pendapatan mayoritas
penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan.
Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan
iklim usaha yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi makro
merupakan prasyarat penting untuk dapat mengembangkan dunia usaha. Selain
itu juga diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan.
Begitu juga, ia membutuhkan kemudahan berbagai hal seperti ijin berusaha,

26
perpajakan dan perlindungan kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah,
termasuk melalui pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga
mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian.
Daerah perdesaan dan sektor pertanian juga merupakan tempat di mana
penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan
perekonomian perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja
dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.
Dalam rangka melaksanakan strategi percepatan penanggulangan kemiskinan,
dilaksanakan program penanggulangan kemiskinan bersasaran (targeted
program). Program-program penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan
mensasarkan lansgung kepada mereka yang tergolong miskin dan dekat miskin.
Selain itu program penanggulangan kemiskinan yang diberikan kepada mereka
yang membutuhkan diharapkan akan jauh lebih efektif dalam upaya
penanggulangan kemiskinan. Terdapat beberapa program penanggulangan
kemiskinan yang telah dirancang serta dikelompok menjadi beberapa klaster
diantaranya yaitu15 :
1. Program Penanggulangan Kemiskinan Bantuan Sosial Terpadu Berbasis
Keluarga.
Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan
perlindungan sosial bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar,
pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.
Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan
masyarakat miskin untuk kehidupan lebih baik, seperti pemenuhan hak atas
pangan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Kelompok bantuan ini adalah
program – program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya adalah
rumah tangga/keluarga. Program tersebut antara lain : Program Keluarga
Harapan, (PKH – conditional cash transfer), bantuan langsung tunai tanpa
syarat (unconditional cash transfer), bantuan langsung dalam bentuk in-kind,
misalnya pemberian beras sejahtera bagi masyarakat miskin (rastra), serta

15
Kebijakan Percepatan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Program
Penanggulangan Kemiskinan/tnp2k.go.id

27
himbauan bagi kelompok masyarakat rentan seperti mereka yang cacat,
lansia, yatim/piatu dan sebagainya.
2. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat.
Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat merupakan sebuah tahap lanjut dalam proses penanggulangan
kemiskinan. Pada tahap ini, masyarakat miskin mulai menyadari kemampuan
dan potensi yang dimilikinya untuk keluar dari kemiskinan. Pendekatan
pemberdayaan sebagai instrumen dari program ini dimaksudkan tidak hanya
melakukan penyadaran terhadap masyarakat miskin tentang potensi dan
sumberdaya yang dimiliki, akan tetapi juga mendorong masyarakat miskin
untuk berpartisipasi dalam skala yang lebih luas terutama dalam proses
pembangunan di daerah. Kelompok program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah tahap lanjut dalam
proses penanggulangan kemiskinan. Pada tahap ini, masyarakat miskin mulai
menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk keluar dari
kemiskinan.
Pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen dari program ini
dimaksudkan tidak hanya melakukan penyadaran terhadap masyarakat miskin
tentang potensi dan sumberdaya yang dimiliki, akan tetapi juga mendorong
masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam skala yang lebih luas terutama
dalam proses pembangunan di daerah. Pada kelompok bantuan ini program-
program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya adalah komunitas.
Program penanggulangan kemiskinan bersasaran komunitas dalam
pelaksanaannya menggunakan prinsip pemberdayaan masyarakat
(Community Driven Development). Contoh program ini adalah Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
3. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha
Ekonomi Mikro dan Kecil.
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha
mikro dan kecil adalah program yang bertujuan untuk memberikan akses dan
penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Aspek
penting dalam penguatan adalah memberikan akses seluas-luasnya kepada
masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan meningkatkan kualitas

28
hidupnya. Tujuan program ini adalah memberikan akses dan penguatan
ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.
B. Program Keluarga Harapan
Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemisinan, sejak tahun 2007
pemerintah Indonesia telah melaksanakan program bantuan sosial non tunai
bersyarat yang dikenal dengan nama Program Keluarga Harapan (PKH)
sebagai salah satu tahapan menuju sistem perlindungan sosial. PKH
merupakan salah satu program pemerintah pusat yang menggunakan
paradigma pembangunan kemanusiaan yang memposisikan manusia sebagai
subjek pembangunan menggunakan strategi pemberdayaan yaitu
pemberdayaan perempuan, balita dan anak usia sekolah serta partisipasi
mereka dalam program kebijakan tersebut.16
Desain program keluarga harapan (PKH) bertujuan meningkatkan
investasi dibidang sumber daya manusia untuk generasi yang akan datang.
Dimana dalam program ini menempatkan perempuan pada posisi yang unik
yaitu sebagai penerima bantuan. Para perempuan penerima bantuan harus
mampu mengatur dan mengelola dana bantuan yang diterima sesuai dengan
tuntutan yang diberikan oleh pendamping program dimana dana tersebut
harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan anak-
anaknya.
Dalam jangka pendek dana bantuan PKH diharapkan mampu mengurangi
beban pengeluaran rumah tangga (dampak konsumsi langsung), dan dalam
jangka panjang merupakan investasi generasi masa depan yang lebih baik
melalui peningkatan kesehatan dan pendidikan (dampak pengembangan
modal manusia). Hal ini berarti bahwa PKH diharapkan sebagai program
yang mampu memutus rantai kemiskinan antar generasi. Secara khusus PKH
bertujuan untuk: Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan
kesehatan bagi peserta PKH, Meningkatkan taraf pendidikan peserta PKH,

16
Liawati Suntiana, “Rancangan Model Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Dalam Perspektif Pemberdayaan Perempuan (Kajian Terhadap Implementasi Program Keluarga
Harapan di Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember)”. Vol. 18, No. 3 . 2015. Hal: 147

29
Meningkatkan taraf kesehatan ibu hamil/menyusui dan anak dibawah usia 6
tahun Peserta PKH dan Meningkatkan kondisi ekonomi peserta PKH.17
Program Keluarga Harapan menyasar golongan keluarga miskin yang
diantaranya memiliki komponen kesehatan (ibu hamil, nifas, balita dan anak
sekolah) dan komponen pendidikan (SD sederajat, SMP sederajat, SMA
sederajat) atau anak usia 6 – 21 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan
wajib 12 tahun, penyandang disabilitas, dan penduduk usia lanjut 70 tahun.18
Program Keluarga Harapan terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen
pendidikan yang mensyaratkan anak-anak peserta PKH terdaftar dan hadir di
sekolah minimal kehadiranya 85% dari jumlah hari efektif sekolah yang
berlaku, komponen kesehatan dengan kewajiban antara lain peserta
mendapatkan layanan prenatal dan postnatal, proses kelahiran ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih, melakukan imunisasi sesuai jadwal, dan memantau
tumbuh kembang anak secara teratur dengan minimal kehadiranya 85% dan
komponen kesejahteraan sosial yang terdiri dari penyandang disabilitas berat
dan lanjut usia 70 tahun atau lebih.

Tabel.2
Berdasarkan dengan tabel diatas dapat diketahui bahwa sejak tahun 2007
hingga 2017 secara keseluruhan tercatat bahwa PKH telah memiliki KPM
sebanyak 6.000.000 yang tersebar di 34 provinsi dan 514 kabupaten kota. 11

17
Pedoman Umum Pelaksana PKH tahun 2016 hal: 15
18
Ibid hal: 16

30
tahun berjalannya PKH terus memperluas jumlah KPM melalui perluasan
pemberian bantuan PKH pada keluarga miskin yang ada di indonesia. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan sambutan yang disampaikan oleh Menteri
Sosial Republik Indonesia pada kegiatan penyaluran Bantuan Sosial, bahwa
pada tahun 2018 PKH akan menambahkan jumlah KPM menjadi 10.000.000.
Dengan semakin bertambahnya jumlah kepesertaan PKH ini pemerintah
melalui Kementerian Sosial berharap bahwa bantuan sosial melalui PKH ini
dapat menyeluruh pada keluarga miskin dan angka kemiskinan di Indonesia
akan berangsur menurun.
C. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan
Berdasarkan Panduan Umum PKH Tahun 2016, Dalam pelaksanaan
Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial Republik Indonesia berperan
sebagai pelaksana yang bekerjasama dengan Kementerian/Lembaga (K/L)
yang berada di tingkat pusat ataupun daerah sebagai mitra kerja antara lain
yaitu:
1. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan RI berperan mengkoordinasikan penyelenggaraan seluruh
program penanggulangan kemiskinan, termasuk PKH.
2. Kementerian Sosial RI, berperan dalam pelaksanaan PKH dan seluruh
proses bisnis di dalamnya, termasuk menjalin kerja sama dengan
pemangku kepentingan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
Non Pemerintah dan masyarakat.
3. Kementerian PPN/Bappenas, berperan dalam perencanaan serta
monitoring dan evaluasi program.
4. Kementerian Kesehatan RI, berperan sebagai penyedia Iayanan
kesehatan dan membantu pelaksanaan verifikasi kesehatan.
5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Kementerian Agama
RI, berperan sebagai penyedia Iayanan pendidikan dan membantu
pelaksanaan verifikasi pendidikan.
6. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, berperan dalam pelaksanaan
sosialisasi PKH secara Nasional.
7. Kementerian Dalam Negeri RI, berperan dalam memfasilitasi penerbitan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) peserta PKH.

31
8. Badan Pusat Statistik (BPS), berperan dalam pelaksanaan pendataan
kemiskinan untuk Basis Data Terpadu.
9. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berperan dalam
dukungan PKH secara langsung melalui alokasi sharing dana APBD
termasuk SDM pelaksana PKH sesuai dengan komitmen
Bupati/Walikota.

Secara teknis, kegiatan PKH melibatkan kementerian dan lembaga, yaitu:


Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas,
Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Komunikasi dan Informatika,
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Keuangan,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, BPS, TNP2K dan Pemerintah Daerah. Sumber dana PKH
berasal dari APBN. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya PKH dijalankan
berdasar peraturan di bawah ini:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut


Usia.
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin.
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial.
7. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8).
9. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86).
10. Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran

32
Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Rumah Tangga Sangat Miskin
Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan.
11. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 254/PMK.05/2015 tentang
Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga.

Berdasarkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, secara


umum pelaksanaan PKH terbagi atas pengelolaan di lokasi yang sudah
melaksanakan PKH dan pengembangan di lokasi yang baru terjangkau kegiatan
PKH. Pelaksanaan PKH di lokasi yang telah melaksanakan program seperti :
pendampingan, penyaluran bantuan, verifikasi, pemutakhiran data, Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) dan transformasi kepesertaan.
Sedangkan kegiatan di lokasi baru antara lain: menyediakan Kantor Sekretariat
Pelaksana PKH Kabupaten/Kota, SDM pelaksana PKH, melakukan koordinasi
baik di tingkat pusat maupun daerah, melakukan sosialisasi, Diklat pendamping
dan operator PKH, bimbingan teknis, melaksanakan pertemuan awal dan validasi
calon peserta PKH, entry data hasil validasi serta penyaluran bantuan pertama
untuk peserta PKH baru. Pelaksanaan proses utama PKH dapat dilihat sebagai
berikut :

Gambar 3. Alur Pelaksanaan PKH (sumber PEDUM PKH 2017)

33
1. Penetapan Sasaran (Targeting)

Penetapan sasaran (targeting) dilakukan dalam rangka perluasan


jangkauan penerima manfaat PKH. Sumber data penetapan sasaran berasal
dari Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin sesuai Peraturan Menteri
Sosial No. 10/HUK/2016 tanggal 3 Mei 2016 tentang Mekanisme
Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin.

1.1 Penyiapan Data dan Penetapan Sasaran19


Dalam pelaksanaan tahap penyiapan data dan penetapan sasaran,
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga melaksanakan penelusuran data KKS
per kecamatan untuk dijadikan penetapan kuota calon penerima PKH
yang akan divalidasi. Data yang dimaksud adalah data KKS yang
memiliki kelengkapan komponen PKH berupa kepala keluarga dan
anggota keluarga. Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial No.
10/HUK/2016 sumber data yang diperoleh juga berasal dari data terpadu
program penangan fakir miskin. Dalam hal penetapan sasaran calon
penerima PKH, sesuai dengan Paduan Umum Pelaksana PKH telah
ditetapkan bahwa untuk penetapan kuota dihitung berdasarkan proporsi
jumlah KKS per kecamatan dikalikan jumlah target PKH tahun berjalan
dibagi jumlah KKS secara nasional dengan rumus sebagai berikut :
20

𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡𝑛𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑃𝐾𝐻
𝐾𝑢𝑜𝑡𝑎 =∑ (KKSkec)𝑥 ∑
𝐾𝐾𝑆𝑛𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

1.2 Penetapan Data Awal Validasi

Sesuai dengan penyiapan data dan penetapan sasaran data peserta


PKH diperoleh dari Basis Data Terpadu (BDT) yang diolah berdasarkan
ranking kemiskinan terendah (sekitar 11% dari Keluarga Miskin).
Penetapan data awal validasi dilaksanakan oleh Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga yang kemudian mengirimkan data calon penerima PKH
kepada Pemerintah Daerah yaitu pihak Dinas/Instansi Sosial

19
Pedoman Umum Pelaksana PKH Tahun 2017 hal. 33
20
Ibid hal. 34

34
Kabupaten/Kota untuk melakukan pemilahan data yang sudah dan belum
menjadi peserta PKH.
Dalam hal ini apabila Pemerintah Daerah memiliki data baru di luar
data yang telah dikirim oleh Pemerintah Pusat, maka Pemerintah Daerah
dapat mengusulkan data tersebut untuk dijadikan data awal validasi untuk
kemudian dilakukan pemadanan dengan data BDT oleh Kementerian
Sosial sesuai kuota. Hasil pemilahan data yang telah dilaksanakan oleh
pemerintah daerah selanjutnya dikirimkan ke Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga sebagai data awal validasi PKH sesuai kuota yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Sosial yang disertai Berita Acara Penetapan
yang disahkan oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah
Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota.
Pengusulan data oleh Pemerintah Daerah akan dijadikan sebagai data
awal pelaksanaan validasi tahun berjalan. Adanya data awal pelaksanaan
validasi selanjutnya Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial
akan menetapkan Peserta PKH melalui Surat Keputusan (SK) tentang
Penetapan Lokasi PKH tahun berjalan.

2. Persiapan Daerah

Persiapan daerah dilaksanakan dalam rangka untuk menindaklanjuti


Surat Keputusan (SK) penetapan lokasi PKH di masing-masing daerah,
oleh sebab itu daerah perlu mempersiapkan beberapa hal, diantaranya :
a. Pembentukan Tim koordinasi PKH di Kabupaten/Kota dengan
berkoordinasi dengan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
(TKPK).
b. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota menyediakan infrastruktur terkait
untuk mendukung pelaksanaan PKH Kabupaten/Kota.
c. Kantor Kecamatan menyediakan infrastruktur terkait untuk mendukung
pelaksanaan PKH di Kecamatan.
d. Melakukan sosialisasi, meliputi:
1. Sosialisasi kepada timkoordinasi Kabupaten/Kota
2. Sosialisasi kepada aparat pemerintah di tingkat kecamatan dan
kelurahan

35
3. Sosialisasi kepada masyarakat.

3. Pertemuan Awal dan Validasi 21

3.1 Proses Persiapan Pertemual Awal dan Validasi


Setelah proses penetapan sasaran (targeting), Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga melakukan validasi calon peserta PKH. Tahapan proses
validasi, meliputi:
a. Pengiriman Data Calon Peserta PKH
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga melakukan pengiriman data KM calon
peserta PKH ke Pelaksana PKH Kabupaten/Kota untuk keperluan validasi
(pencocokkan data). Data ini mencakup seluruh anggota KM yang berhak
menerima bantuan program PKH di Kabupaten/Kota yang menjadi
wilayah PKH.
b. Persiapan Pertemuan Awal (PA)
Setelah menerima data calon peserta PKH, Pelaksana PKH
Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan pendamping dan operator
untuk menetapkan pembagian jumlah calon peserta PKH berdasarkan
wilayah kerja pendamping. Kemudian melakukan pencetakan formulir
validasi dan Surat Undangan Pertemuan Awal (SUPA). SUPA yang telah
tercetak dikirimkan kepada calon peserta PKH sesuai nama dan alamat
yang telah tercantum.
c. Pertemuan Awal dan Validasi
Sebelum pelaksanaan PA, Pendamping harus berkoordinasi dengan aparat
Kecamatan dan Kelurahan/Desa setempat.
Pertrmuan awal bertujuan untuk:
1) Menginformasikan tujuan dan ketentuan PKH
2) Melakukan sosialisasi program dan validasi data KM dengan syarat
kepesertaan PKH
3) Menjelaskan komitmen yang harus dilakukan oleh peserta PKH untuk
dapat menerima bantuan
4) Menjelaskan sanksi dan implikasi apabila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program

21
Pedoman Umum Pelaksana PKH Tahun 2017, hal 35

36
5) Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas
pelaksanaan PKH
6) Meminta KM menandatangani surat pernyataan yang tertera di dalam
surat undangan pertemuan awal sebagai tanda kesediaan mengikuti
komitmen yang ditetapkan dalam program
7) Menjelaskan hak dan kewajiban ibu peserta PKH
8) Menerima pengaduan
9) Penjelasan tentang jadwal penyaluran bantuan PKH
10) Penjelasan jadwal kunjungan ke fasilitas kesehatan (oleh petugas
kesehatan)
11) Penjelasan tentang pendaftaran sekolah
12) Penjelasan tentang pelayanan kesejahteraan bagi penyandang
disabilitas dan lansia
Apabila terdapat KM yang menerima SUPA namun tidak hadir,
maka pendamping berkewajiban mendatangi rumah KM tersebut setelah
pertemuan awal dan melakukan proses sebagaimana di atas. Penjelasan
lebih lanjut tentang pertemuan awal dijelaskan dalam buku Pedoman
Operasional Validasi.
Setelah penetapan sasaran (targeting) selesai, Pelaksana PKH Pusat
melakukan validasi calon peserta PKH. Pertemuan awal adalah kegiatan
sosialisasi tentang program kepada calon peserta PKH. Sedangkan
validasi adalah kegiatan mencocokkan data awal hasil pendataan PPLS
dengan kondisi terkini calon peserta PKH. Tujuan validasi calon peserta
PKH dalam rangka memperoleh peserta PKH yang valid dan memenuhi
kriteria (eligible) sesuai syarat kepesertaan PKH. Mekanisme pertemuan
awal dan validasi dijelaskan lebih rinci pada buku pedoman operasional
pertemuan awal dan validasi.

37
3.2 Penetapan Peserta

Setelah Pertemuan Awal dan Validasi, Pendamping melakukan


entry data menggunakan aplikasi SIM PKH. Selanjutnya data hasil entry
diunduh dan diserahkan ke Operator Instansi Sosial Kabupaten/Kota
untuk diunggah ke SIM PKH Nasional. Kemudian Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga mengolah data hasil validasi dan menentukan Daftar
Tetap Peserta PKH untuk mendapatkan bantuan PKH. Seluruh data
peserta PKH yang telah ditetapkan akan menjadi Data Dasar xDatabase
tersebut kemudian dikirim Direktorat Jaminan Sosial Keluarga ke Mitra
Kerja/Vendor untuk selanjutnya dicetak Kartu Peserta PKH.

Dalam hal karena keterbatasan waktu pencetakan kartu, maka


pelaksanaannya akan dimasukkan kedalam tahun berikutnya. Kartu ini
sebagai bukti kepesertaan dalam PKH dan nama yang tercantum dalam
kartu tersebut adalah nama ibu/wanita yang mengurus anak. Kartu
Peserta PKH dikirimkan ke Instansi Sosial Kabupaten/Kota untuk
selanjutnya didistribusikan oleh pendamping kepada Peserta PKH.
4. Penyaluran Bantuan
Penyaluran bantuan diberikan kepada peserta PKH berdasarkan
komponen kepesertaan PKH. Penyaluran bantuan bagi peserta yang telah
ditetapkan pada tahun anggaran sebelumnya dilaksanakan empat tahap
dalam satu tahun, sedangkan untuk kepesertaan yang ditetapkan pada
tahun berjalan, penyalurannya dilaksanakan dalam satu tahap. Penyaluran
bantuan PKH dilakukan tunai dan non tunai oleh lembaga bayar. Dalam
PKH bantuan yang diberikan bagi peserta yaitu :

1. Bantuan tetap disalurkan pada tahap 1 pada tahun berjalan


2. Bantuan komponen pendidikan dan kesehatan, diberikan berdasarkan
jumlah anggota keluarga yang memenuhi kriteria PKH.
Jadwal dan pelaksanaan penyaluran bantuan disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada pada tahun berjalan serta disesuaikan
dengan kebijakan yang dibuat untuk memperlancar pelaksanaan
penyaluran bantuan. Sejak tahun 2016 Bantuan PKH disalurkan secara 4

38
tahap yaitu tahap 1 bulan Februari sebesar Rp. 500.000 , Tahap 2 bulan
Mei sebesar Rp. 500.000 , Tahap 3 bulan Agustus Sebesar Rp. 500.000,
Tahap 4 Bulan November Sebesar 390.000.22

Tabel. 2
5. Verifikasi Komitmen
Verifikasi komitmen atau pemeriksanaan tentang kebenaran
berdasarkan laporan atas komitmen dari setiap peserta PKH yang pada
prinsipnya dilakukan terhadap pendaftaran (enrollment) dan kehadiran
(attendance) anak baik di sekolah untuk komponen fasilitas pendidikan
maupun Puskesmas dan jaringannya untuk komponen fasilitas kesehatan
dan juga fasilitas kesejahteraan sosial lainnya. Kepada pihak pelaksana
pelayanan pendidikan, baik sekolah/madrasah/ penyelenggara Paket
A/B/C sangat diharapkan peran aktifnya untuk dapat menarik kembali
anak-anak KM, khususnya yang belum menyelesaikan pendidikan dasar
namun telah meninggalkan bangku sekolah atau bekerja, untuk kembali
ke sekolah. Verifikasi anggota keluarga peserta PKH penyandang
disabilitas hanya diberlakukan pemeriksaan satu kali dalam setahun.
6. Penanguhan dan Pembatalan
Dalam proses penyelenggaran PKH setelah pelaksanaan verifikasi
yang bertujuan untuk memeriksa setiap komitmen dari KPM PKH melalui
pendamping. Hasil dari verifikasi komitmen kemudian dijadikan sebagai
bahan acuan untuk memverifikasi apakah KPM PKH telah menjalankan
Hak dan Kewajiban sebagai KPM dengan baik atau tidak. Sanksi atau
penangguhan dan pembatalan KPM PKH dilakukan karena : 23

22
SK Kementerian Sosial RI Tentang Indeks dan Komponen Bantuan
23
Pedoman Umum Pelaksana PKH Tahun 2017 hal, 41

39
a. Bantuan tidak dibayarkan bila peserta PKH tidak memenuhi
komitmen yang telah ditentukan untuk 1 kali siklus penyaluran
bantuan (3 bulan berturut-turut), namun masih tercatat sebagai
peserta PKH.
b. Kepesertaan PKH akan dikeluarkan bila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen verifikasi yang telah ditentukan untuk 2 kali
siklus penyaluran bantuan (6 bulan berturut-turut) melalui
investigasi dalam monitoring dan evaluasi kegiatan.
c. Dalam 3 kali siklus penyaluran bantuan berturut- turut (9 bulan)
peserta PKH tidak mengambil bantuan, maka dikeluarkan dari
kepesertaan PKH melalui investigasi dalam monitoring dan
evaluasi kegiatan
d. KM terbukti tidak memenuhi kriteria sebagai peserta PKH, maka
dikeluarkan dari kepesertaan PKH.
e. Peserta PKH yang telah dikeluarkan kepesertaannya, tidak dapat
diajukan kembali sebagai Peserta PKH.
f. Penangguhan program bagi pemerintah Kabupaten/ Kota dapat
terjadi apabila pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan
tidak melaksanakan komitmennya yaitu menyediakan dan
memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan sebagaimana
telah ditetapkan pada saat awal pelaksanaan program melalui
proses berikut:
1. Terdapat pengaduan terkait pelayanan pendidikan dan
kesehatan, seperti ketidak-tersediaan guru, tenaga kesehatan,
dan vaksin, hingga melebihi 20% dari total jumlah peserta PKH
di Kabupaten/Kota tersebut dalam waktu 4 bulan berturut-turut;
2. Dalam 3 (tiga) bulan, belum ada penyelesaian terhadap indikasi
permasalahan penyediaan pelayanan kesehatan dan pendidikan;
3. Kabupaten/Kota menyatakan keluar dari program.
7. Pemutakhiran Data24
Pemutakhiran data merupakan perubahan sebagian atau seluruh data

24
Mekanisme Pelaksanaan Pemutakhiran Data (paparan Dit JSK pada Rencana Perluasan KPM
2018)

40
awal yang tercatat pada Master Database. Pemutakhiran data dilakukan
oleh pendamping PKH setiap ada perubahan. Pendamping PKH beker-
jasama dengan ketua kelompok PKH untuk memeriksa perubahan data
terkait. Beberapa contoh perubahan informasi dari KPM PKH yang sering
mengalami perubahan atau pemutahiran:
a. Perubahan tempat tinggal
b. Kelahiran anggota keluarga
c. Penarikan anak-anak dari program (kematian, keluar/pindah
sekolah, dan sebagainya)
d. Masuknya anak-anak baru ke sekolah
e. Ibu hamil
f. Perbaikan nama atau dokumen-dokumen
g. Perubahan nama ibu/perempuan penerima PKH (menikah/cerai,
meninggal, pindah/bekerja di luar domisili)
h. Perubahan fasilitas kesehatan yang diakses
i. Perubahan variabel sinergitas program
8. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau Family
Development Session (FDS)
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang
dikenal dengan Family Devel¬opment Session (FDS) merupakan sebuah
intervensi perubahan perilaku yang diberikan bagi peserta PKH. P2K2
merupakan proses belajar secara terstruktur untuk meningkatkan
keterampilan hidup masyarakat miskin di bidang ekonomi, pendidikan
anak, kesehatan, dan perlindungan anak. Materi P2K2 disampaikan
melalui pertemuan kelompok bulanan yang disampaikan oleh Pendamping
PKH terhadap kelompok-kelompok binaannya. Secara P2K2 bertujuan
untuk :25
a. Meningkatkan pengetahuan peserta PKH mengenai pengasuhan
anak dan mendukung pendidikan anak di sekolah.
b. Meningkatkan pengetahuan praktis peserta PKH tentang
pengelolaan keuangan keluarga. Peserta PKH belajar bagaimana

25
Pedoman Umum Pelaksana PKH Tahun 2016 ,hal 27

41
membedakan antara kebutuhan dan keinginan, membuat target
menabung dan menghindari hutang, serta meningkatkan
penghasilan dengan membuka usaha.
c. Meningkatkan kesadaran peserta PKH dalam hal kesehatan
khususnya pentingnya 1000 hari pertama kehidupan yang secara
khusus memberi perhatian pada kesehatan ibu hamil dan bayi.
d. Meningkatkan kesadaran peserta PKH terhadap pencegahan
kekerasan terhadap anak dan memenuhi hak-hak anak.
e. Meningkatkan kesadaran peserta PKH terhadap hak-hak lansia
dan disabilitas.
f. Secara umum meningkatkan kesadaran peserta PKH akan hak
dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat, khususnya
dalam pemanfaatan layanan umum yang disediakan pemerintah
untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pendidikan.
P2K2 diberikan sebagai kewajiban Pendamping PKH terhadap
Peserta PKH yang menjadi dampingannya dalam pertemuan yang
diselenggarakan sebulan sekali. Dalam pelaksanaannya, P2K2 menjadi
bagian dari ukuran kinerja seorang pendamping dengan supervisi dari
koordinator Kabupaten/Kota, dan koordinator wilayah. Pelaksanaan P2K2
secara lebih rinci dijelaskan dalam lampiran pedoman operasional P2K2.
9. Pengaduan
Sebagaimana diketahui bersama, dalam setiap pelaksanaan suatu
program tidak selalu dapat diharapkan berjalan sempurna, Pelaksana PKH
Pusat, Pelaksana PKH Provinsi dan Pelaksana PKH Kabupaten/Kota
dibentuk layanan Sistem Pengaduan Masyarakat (SPM) PKH. SPM PKH
berfungsi memfasilitasi segala jenis pengaduan terkait dengan pelaksanaan
PKH dan penyelesaiannya secara berjenjang. Selain itu, SPM PKH juga
berfungsi sebagai feedback atas pelaksanaan PKH, sebagai salah satu
mekanisme monitoring dan evaluasi implementasi program. Mekanisme
pengaduan dijelaskan lebih rinci pada Pedoman Operasional SPM PKH.
Pengaduan dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Pengaduan dapat dilakukan oleh peserta PKH maupun bukan peserta
PKH

42
b. Pengaduan berupa ketidaksesuaian pelaksanaan PKH di lapangan
c. Pendamping PKH membantu pengadu untuk mengisi formulir
pengaduan dan menyampaikan ke Pelaksana PKH Pusat
b. Pendamping PKH berkewajiban memberi informasi pihak yang bisa
dihubungi oleh pelapor untuk mengetahui perkembangan pengaduan
c. Ketua pelaksana PKH Kabupaten/Kota memeriksa dan
mengumpulkan laporan dari Kecamatan tempat kejadian perkara dan
melaporkan ke Pelaksana PKH Pusat.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan PKH
Dalam suatu proses implementasi atau pelaksanaan sebuah kebijakan
dapat dipastikan bahwa terdapat beberapa faktor baik itu berupa dukungan
ataupun hambatan yang umum dihadapi serta terjadi disetiap
penyelenggaraan sebuah kebijakan. Sejak tahun 2007 hingga 2017 perjalanan
PKH juga mengalami berbagai dukungan serta hambatan yang pada setiap
waktunya terus diperbaiki untuk selalu dapat mesejahterakan seluruh keluarga
yang ada di Indonesia. PKH bukan satu-satunya program penanggulangan
kemiskinan yang ada di Indonesia akan tetapi PKH menjadi satu-satunya
program Family Development Session di indonesia yang berusaha untuk
mengentas kemiskinan melalui pembangunan keluarga.
Berdasarkan riset yang dilakukan, Program Keluarga Harapan terus
mengalami peningkatan baik dari kualitas pelayanan serta pemberian bantuan
sosial serta pendampingan kepada KPM PKH. Sesuai dengan Laporan
Monitoring Evaluasi PKH Tahun 2016 terdapat berbagai dukungan serta
hambatan dalam proses pelaksanaan PKH. Secara keseluruhan faktor
pendukung dalam pelaksanaan PKH ini adalah adanya dukungan politik yang
kuat oleh berbagai aktor yang terlibat dalam PKH serta adanya dukungan
finansial berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Berikut diuraikan
faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan PKH :
Informan Jaswadi selaku kasie kepesertaan mengatakan, bahwa terdapat
beberapa faktor yang mendukung dalam pelaksanaan PKH diantaranya yaitu :
Adanya komitmen dari pemerintah pusat dan daerah, Adanya aturan
pelaksanaan yang jelas, Adanya koordinasi yang baik antar aktor yang
terlibat, Tingginya tingkat partisipasi KPM dan Adanya dukungan finansial.

43
Dalam pelaksanaan PKH dukungan politik dan dukungan finasnsial
merupakan faktor yang sangat penting. Dukungan politik dan dukungan
finansial yang terus mengalir dalam pelaksanaan PKH akan dapat
menentukan kesuksesan PKH. Dengan adanya anggaran yang cukup dan
dikelola serta diawasi dengan baik pelaksanaan Program Keluarga Harapan
akan dapat berjalan dengan baik hingga kualitas hidup KPM PKH dapat
meningkatkan dan sejahtera.
Selain faktor pendukung adanya beberapa hambatan juga dihadapi dalam
pelaksanaan PKH. Kasubdit Validasi dan Terminasi yaitu Sudarsono
menyampaikan bahwa terdapat beberapa faktor penghambat dalam
pelaksanaan PKH. Hambatan-hambatan tersebut sering kali berupa
pelaksanaan teknis seperti pelaksanaan validasi, verfikasi, pemutakhiran data,
proses pendampingan serta kondisi alam dilapangan yang sering menjadi
hambatan dalam suksesi pelaksanaan PKH. Selain itu juga Kurangnya
sosialisasi dalam pencairan dana bantuan sosial, Tidak tepatnya sasaran
kepada RTSM, Tidak validnya data dikarenaan pemalsuan, Kurangnya
koordinasi pendamping kepada pemerintah setempat dan Kurangnya
kapabilitas pendamping dalam melakukan pendampingan juga menjadi
kendala yang menghambat pelaksanaan Program Keluarga Harapan.
E. Target atau Fokus yang Ingin dicapai
Dalam pelaksanaan magang riset yang telah dilakukan, penulis memiliki
target serta focus yang ingin dicapai. Sesuai dengan judul riset yaitu Model
Implementasi Kebijakan Sosial Penanggulangan Kemiskinan Melalui
Program Keluarga Harapan (Studi Pada Direktorat Jaminan Sosial
Keluarga Kementerian Sosial Republik Indonesia) penulis telah menentukan
target serta fokus dalam penelitian yang sesuai dengan judul riset. Berikut
dijelaskan target dan fokus dalam riset yang dibahas oleh penulis.
Target dan fokus penulis dalam riset ini tidak terlepas dari tujuan yang
telah dijelaskan pada bab I yaitu, riset ini bertujuan untuk mengetahui upaya
Indonesia melalui Kementerian Sosial dalam mengimplementasikan Program
Keluarga Harapan (PKH) dalam rangka penganggulangan kemiskinan, untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplementasian
Program Keluarga Harapan (PKH).

44
Berdasarkan dengan penjelasan pada bab III secara umum target serta
fokus yang ingin dicapai oleh penulis telah dibahas. Dalam upaya
penanggulangan kemiskinan yang ada di Indonesia melalui Program Keluarga
Harapan, Pemerintah melalui Kementerian Sosial terus berupaya untuk
menekan angka kemiskinan melalui bantuan sosial yang didalamnya
melibatkan keluarga sangat miskin atau rumah tangga sangat miskin untuk
memutus kemiskinan antar generasi.
Selain itu dalam pelaksanaan riset yang didampingi dengan pelaksanaan
magang penulis juga dapat menemukan berbagai macam informasi yang
sangat berguna untuk menyelesaikan riset ini. Diantaranya yaitu data KPM
PKH, data kemiskinan di Indonesia, Strategi Kemensos dalam
Penanggulangan Kemiskinan Melalui PKH, Data perluasan KPM PKH,
Proses penyaluran dana bansos dll. Hal tersebut merupakan capaian target
yang telah didapatkan oleh penulis. Sehingga dalam penyelesaian riset ini
penulis dapat fokus dengan riset yang membahas tentang penanggulangan
kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan pada Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga.

45
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam upaya untuk menanggulangi kemiskinan berbagai program serta
kebijakan telah dibuat oleh pemerintah untuk terus menekan angka
kemiskinan di indonesia. Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia telah
melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai upaya memberi
perlindungan sosial bagi keluarga miskin. Sebagai bagian dari upaya
penanggulangan kemiskinan melalui pemberian bantuan dana tunai bersyarat,
dalam jangka pendek PKH diharapkan mampu membantu KM mengurangi
beban pengeluaran. Pada jangka menengah PKH diharapkan mampu
menciptakan perubahan perilaku peserta dalam mengakses layanan kesehatan
dan pendidikan sehingga menghasilkan generasi yang Iebih sehat dan cerdas.
Dalam jangka panjang PKH diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan
antar generasi.
Hingga tahun 2016 kepesertaan PKH berjumlah 5,9 juta keluarga miskin.
Tahun 2017 terdapat penambahan target 100.000 keluarga miskin, sehingga
jumlah keseluruhan menjadi 6 juta keluarga miskin. Kebijakan pelaksanaan
PKH secara terstruktur telah diatur dalam buku Pedoman Umum PKH serta
pedoman penyaluran bantuan sosial yang telah diatur Kementerian Sosial.
Secara umum pelaksanaan PKH saat ini dapat dikatakan sangat baik, dapat
disebut demikian karena Kementerian Sosial melalui Direktorat Jaminan
Sosial Keluarga terus berupaya untuk dapat memeratakan persebaran PKH di
seluruh Indonesia agar keluarga miskin dapat hidup sejahtera dan lepas dari
jeratan kemiskinan.
Peningkatan pelayanan, pelaksanaan serta sumberdaya pelaksanan PKH
juga terus dtingkatkan. Melalui forum peningkatan kapasitas pendamping
baik itu Bimbingan Teknis, Bimbingan Pemantapan, Coaching Teknis serta
forum-forum pelatihan yang lain. Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Sosial melalui Direktorat Jaminan Sosial Keluarga memiliki harapan besar
pada tahun 2018 terdapat 10 juta keluarga miskin yang akan menerima
bantuan sosial berupa PKH.

46
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas terdapat beberapa saran yang
direkomendasikan oleh penulis sebagai bahan rujukan, masukan serta
evaluasi yang mendukung pelaksanaan PKH kedepannya agar lebih baik.
Sebagaimana yang telah dibahas dalam bab III pada laporan magang ini,
pelaksanaan PKH masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu, perlu adanya
komitmen yang kuat dari pemerintah untuk melaksanakan PKH dengan sesuai
prosedur yang telah ditetapkan. Adanya proses pemutakhiran dan validasi
data yang akurat dan langsung kepada keluarga miskin sangat perlu dilakukan
agar tidak lagi salah sasaran penerima PKH.
Selain itu perlu kiranya direktorat jaminan sosial keluarga melakukan
evaluasi pada kinerja Korwil,Korkot/Korkab, Operator dan Pendamping agar
terjadi perbaikan kinerja secara efektif dan konsisten. Adanya pendamping
yang memiliki kemampuan yang kompeten dalam bidang sosial juga akan
menentukan suksesi PKH kedepannya. Karena dengan adanya pendamping
yang professional dan paham akan tugas dan fungsinya akan jauh lebih siap
serta lebih baik dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga dapat mengentaskan
kemiskinan yang ada di Indonesia, sesuai dengan tujuan Program Keluarga
Harapan.

47
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Pertemuan dengan Prof Masud S’aid

Rapat Pengadaan Barang IT

48
Rapat Persiapan Bahan dan Instrumen Kegiatan Resertifikasi
Validasi

Kunjungan Dosem Pembimbing Lapang di Sekretariat Linjamsos

49
Rapat Persiapan Bimtek Resertifikasi di 10 Titik

Tim Magang Kemensos

DAFTAR PUSTAKA
Edy Suharto. 2006. Kebijakan Sosial. Lembang: BBPPKS
Mubyarto. 2010. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta
Suyastie dan Prijono, 2002, Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia,
Jakarta: Rineka Cipta
Liawati Suntiana, “Rancangan Model Kebijakan Penanggulangan
Kemiskinan

50
Dalam Perspektif Pemberdayaan Perempuan (Kajian Terhadap
Implementasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Sumberbaru
Kabupaten Jember)”. Vol. 18, No. 3 .2015. Hal: 147

Perundang-Undangan
UU Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2011.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Sumber Lain -Lain


Badan Pusat Statistik 2017, Presentase Angka Kemiskinan Tahun 2014-2017,
diakses https:/www.bps.go.id/linkTableDinamis/ pada tanggal 2 November
2017
Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial Kementerian Sosial Ri, 2017, Pedoman Umum Pelaksana
Program Keluarga Harapan PKH
Kementerian Sosial Republik Indonesia 2017, Profil Lembaga Kementerian
Sosial RI, diakses https://www.kemsos.go.id/ content/profil pada
tanggal 3 November 2017
PKH Kemsos 2017 , Profil Program Keluarga Harapan (PKH), diakses
https:/www.pkh.kemsos.go.id/UPPPKH PUSAT
Paparan Dit JSK 2017 Mekanisme Pelaksanaan Pemutakhiran Data pada
Rencana Perluasan KPM 2018 di Hotel Jayakarta
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 2017, Kebijakan
Percepatan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan diakses
https:/ www.tnp2k.go.id

51

Anda mungkin juga menyukai