Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memiliki julukan sebagai kota bunga serta kota dengan tujuan

pendidikan terkemuka di Indonesia. Kota Malang mendapatkan identitas

sebagai kota pendidikan setelah Yogyakarta karena banyak universitas dan

politeknik negeri maupun swasta yang terkenal hingga seluruh Indonesia

dan menjadi salah satu tujuan pendidikan berada di kota ini. Dengan

adanya identitas kota tersebut mengakibatkan pertumbuhan jumlah

kendaraan yang cukup tinggi dalam setiap tahunnya yang kemudian

memberikan dampak kemacetan pada beberapa persimpangan jalan di

Kota Malang. Untuk menangani kemacetan tersebut, Pemkot Malang telah

menggunakan beberapa langkah seperti pembangunan fly over, dan

rekayasa lalu lintas lainnya seperti penerapan sistem pengaturan lampu

lalu lintas secara terkoordinasi yang disebut ATCS (area traffic control

system) yang diterapkan sejak tahun 2015.1

Dalam pengaturan lalu lintas, terdapat 3 lampu penting yang

berfungsi sesuai dengan yang ditetapkan dan biasa disebut dengan traffic

light. Dalam pengoperasiannya traffic light memiliki beberapa tipe

pengoperasian sesuai dengan kondisi lalu lintas pada persimpangan yang

bersangkutan. Berdasarkan jenisnya, lampu lalu lintas (traffic light) terbagi

menjadi 3 yaitu fixed time (waktu tetap), vehicle actuated (berdasarkan

jumlah/keberadaan kendaraan), dan sistem traffic light yang terhubung


1
http://malangkota.go.id/2015/08/28/atcs-dishub-kota-malang-pertama-di-indonesia/

1
dengan ATCS itu sendiri. Jenis fixed time yakni waktu dan urutan nyala

lampu diatur bergantung kondisi pada jam-jam tertentu. Sementara vehicle

actuated, waktu dan urutan nyala lampu lalu lintas bergantung pada

kondisi lalu lintas saat dideteksi oleh detektor kendaraan. Semakin banyak

kendaraan yang melintas di persimpangan dimungkinkan akan semakin

lama salah satu lampu menyala sebagai sinyal arah. Sementara ATCS

merupakan sistem pengendalian lampu lalu lintas yang dilakukan secara

terpusat. Untuk mengendalikan ini diperlukan saluran kominikasi antara

kontroler di lapangan dengan computer di pusat pengendali.

Pengaturan lampu lalu lintas yang ada kebanyakan masih

menggunakan sistem pengaturan waktu tetap (fixed time) dimana lampu

hanya diatur bekerja tanpa memperhatikan naik turunnya arus lalu lintas.

Biasanya hanya diatur dengan 3 siklus perwaktuan yaitu pagi, siang, dan

sore hari. Berdasarkan pengaturan waktu tersebut akan menyebabkan

terjadinya penumpukan jumlah kendaraan di salah satu sisi persimpangan

dan sangat rentan menyebabkan terjadinya kemacetan. Oleh karena itu

Pemerintah Kota Malang

Sebagai unsur pelaksana otonomi daerah yang melaksanakan

urusan Pemerintah Daerah di bidang perhubungan. Dishub Kota Malang

mempunyai tugas pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di

bidang perhubungan. Dalam upaya untuk mengatur lalu lintas Dishub Kota

Malang melalui APBD tahun 2013/2014 yang direalisasikan

penggunaannya pada tahun 2015 telah menerapkan sistem pengaturan

2
lampu lalu lintas (traffic light) baru yang dikenal dengan sistem ATCS

(Area Traffic Control System).

ATCS adalah sebuah sistem pengatur lalu lintas bersinyal

terkoordinasi yang diatur mencakup wilayah secara terpusat. Dengan

ATCS maka dapat dilakukan upaya manajemen rekayasa lalu lintas yang

mengkoordinasikan semua titik-titik persimpangan bersinyal melalui pusat

kontrol ATCS, sehingga diperoleh suatu kondisi pergerakan lalu lintas

secara efisien. Teknologi ATCS sendiri telah banyak diterapkan di

berbagai kota besar di negara maju.

Dengan ATCS, penataan siklus lampu lalu lintas dilakukan

berdasar input data lalu lintas yang diperoleh secara real time melalui

kamera CCTV pemantau lalu lintas pada titik-titik persimpangan.

Penentuan waktu siklus lampu persimpangan dapat diubah berkali-kali

dalam satu hari sesuai kebutuhan lalu lintas paling efisien yang mencakup

keseluruhan wilayah tersebut. Penataan ritme lalu lintas akan lebih baik

apabila pemerintah kota menerapkan teknologi ATCS pada semua

persimpangan lalu lintas yang ada di kota tersebut.

Berdasarkan sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan visi, misi,

dan tujuan, Dinas Perhubungan Kota Malang yang menggunakan indikator

efektivitas dan akuntabilitas dalam menilai kinerja. Salah satu yang dapat

dijadikan indikator dalam menilai kinerja dari suatu organisasi publik

adalah hasil (outcomes). Dalam menyelenggarakan manajemen dan

rekayasa lalu lintas serta bimbingan keselamatan dan ketertiban lalu lintas

serta dalam melaksanakan penerapan sistem ATCS dan juga meningkatkan

3
kualitas sistem transportasi yang aman, nyaman dan tertib peranan Dinas

Perhubungan sangat penting sekali dalam hal mobilitas kendaraan di Kota

Malang, terutama mengenai pengelolaan lalu lintas serta kemacetan yang

muncul dari perkembangan kota yang semakin pesat.

Sehingga dalam upaya untuk mencapai daya guna dan hasil guna

yang optimal dalam penyelenggaraan lalu lintas melalui penerapan sistem

ATCS, maka perlu diselenggarakan secara berkesinambungan dan terus

ditingkatkan agar lebih luas daya jangkau dan merata pelayanan kepada

masyarakat dengan memperhatikan sebesar-besarnya kepentingan umum

dan kemampuan masyarakat. Selain itu untuk menilai suatu kinerja dari

organisasi publik tidak cukup hanya melihat dari segi hasilnya. Oleh

karena itu, penelitian ini ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kinerja

organisasi publik yang memiliki volume kegiatan tinggi seperti halnya

Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Malang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan uraian tersebut diatas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Efektivitas Kinerja Dinas Perhubungan Dalam Penerapan

Sisem Area Traffic Control System (ATCS) di Kota Malang?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat Kinerja Dinas

Perhubungan Dalam Penerapan Sisem Area Traffic Control System

(ATCS) di Kota Malang?

4
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang diharapkam dalam penulisan tugas

proposal ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan Efektivitas Kinerja Dinas Perhubungan Dalam

Penerapan Sisem Area Traffic Control System (ATCS) di Kota

Malang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam Kinerja Dinas

Perhubungan Dalam Penerapan Sisem Area Traffic Control System

(ATCS) di Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

Sehingga manfaat yang dapat diperoleh dari tugas ini yaitu :

- Manfaat teoritis yaitu mengembangkan konsep Penerapan Sistem

ATCS dalam Efektifitas Kinerja. Mengembangkan pengetahuan

mengenai Efektifitas Kinerja Pemerintah dalam Penerapan Sistem

ATCS dan upaya pemerintah dalam mengatasi hambatan pada

penerapan sistem ATCS.

- Manfaat Praktis yaitu sebagai bahan referensi di perpustakaan jurusan

Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang agar dapat

digunakan oleh peneliti selanjutnya.

E. Definis Konsep dan Operasional

1. Definisi Konsep

Penelitian ini akan menganalisa efektifitas kinerja dinas

perhubungan dalam penerapan sistem ATCS di kota malang.

Penerapan sistem tergolong masih baru yaitu sejak 2015 sehingga, hal

5
ini menjadi menarik untuk diteliti karena dapat diketahui bersama

bahwa kondisi lalu lintas dikota malang semakin padat setiap waktu.

Tidak hanya itu, penelitian ini juga akan menganalisa lebih jauh

tentang faktor penghambat dalam kinerja dishub dalam penerapan

sistem ATCS.

a. Efektifitas Kinerja

Secara umum efektifitas dapat diartikan melakukan

sesuatu yang tepat. Efektivitas diartikan berkaitan dengan tepat

tidaknya pemilihan sesuatu sehingga mampu mencapai sasaran

yang diinginkan. Istilah efektivitas sering digunakan dalam

lingkungan organisasi atau perusahaan yakni untuk

menggambarkan tepat tidaknya sasaran yang dipilih perusahaan

tersebut. Efektivitas juga sering digunakan untuk mengukur

keberhasilan yang dicapai oleh organisasi atau perusahaan terkait

dengan program-progam yang direncanakan. 2

Efektivitas kinerja diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk memilih sasaran yang tepat sesuai dengan tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan dari awal. Pendapat ini didukung Danim (2004)

yang mengatakan efektivitas kinerja kelompok, berkaitan dengan

kemampuan anggota-anggota untuk memilih atau melakukan

sesuatu yang tepat demi kepentingan bersama. Efektivitas kinerja

akan meningkat apabila seseorang memiliki keterampilan dan

keahlian yang sesuai dengan tuntutan kerja. Efektivitas kinerja

2
A.F Stoner, James dan Edward Freeman (eds), Manajemen Jilid I, terj. Alexander Sindoro,
Jakarta:, 1996 hal: 72

6
individu dapat diukur dari keterampilan kerja, peningkatan prestasi,

kemampuan untuk beradaptasi, dan mampu menghadapi perubahan.

Efektivitas kinerja juga dapat dijelaskan sebagai kemampuan

untuk melakukan sesuatu yang tepat didasarkan pada tujuan yang

telah ditetapkan atau direncanakan. Pelaksanaan suatu program

sesuai dengan tujuan yang direncanakan menunjukkan efektivitas

program tersebut dapat terlaksana dengan baik. Sebaliknya,

ketidaksesuaian pelaksanaan program dengan tujuan yang ditetapkan

memperlihatkan program yang dilaksanakan belum efektif.

b. Dinas Perhubungan

Dengan berlakunya Undang undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Peraturan pemerintah nomor 41 Tahun 2007

tentang organisasi Perangkat Daerah kemudian ditindaklanjuti

dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Daerah. Peraturan Walikota nomor 45 Tahun

2012 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Perhubungan Kota Malang, maka Dinas Perhubungan Kota

Malang merupakan pelaksana otonomi Daerah di bidang

Perhubungan yang dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota

melalui Sekretaris Daerah. 3

3
http://dishub.malangkota.go.id/wp-content/uploads/sites/16/2015/08/lakip-dishub

7
Selanjutnya dalam melaksanakan tugas pokok penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Perhubungan, Dinas

Perhubungan mempunyai fungsi antara lain merumuskan kebijakan

teknis dibidang perhubungan yang meliputi melaksanakan tugas

teknis operasional bidang perhubungan yang meliputi Teknis lalu

lintas dan parkir, Teknis angkutan dan terminal, Teknis

pengujian kendaraan bermotor,Teknis perizinan,Teknis pengendalian

dan operasional berdasarkan peraturan perundang undangan yang

berlaku.

c. Sistem ATCS (Area Traffic Control System)

Sistem Kendali Lalu lintas Kendaraan atau Area Traffic

Control System (ATCS) adalah pengendalian lalu lintas dengan

menyelaraskan waktu lampu merah pada jaringan jalan raya dari

sebuah kota. Pengaturan lalu lintas melalui sistem ini memerlukan

parameter jumlah kendaraan dan waktu tempuh kendaraan. Suatu

penataan ulang pada satu persimpangan akan merubah pola arus yang

keluar dari setiap kaki persimpangan, yang implikasinya tetap akan

mempengaruhi ritme arus lalu lintas pada ruas jalan lain. pada titik

tertentu, arus ini justru akan menyebabkan tundaan pada

persimpangan lain yang masih memiliki hubungan dengan

persimpangan yang baru saja kita tata ulang siklus lampunya.

sederhananya, kita telah berhasil melancarkan arus di satu titik

persimpangan, akan tetapi arus yang keluar dari titik tersebut justru

membuat kemacetan di titik persimpangan yang lain.

8
Penataan ritme lalu lintas akan lebih baik apabila menerapkan

teknologi Area Traffic Control System (ATCS) pada semua

persimpangan lalu lintas yang ada di kota tersebut. ATCS adalah

sebuah sistem pengaturan lalu lintas bersinyal terkoordinasi yang

diatur mencakup satu wilayah secara terpusat. dengan ATCS maka

dapat dilakukan upaya manajemen rekayasa lalu lintas yang

mengkoordinasikan semua titik-titik persimpangan bersinyal melalui

pusat kontrol ATCS, sehingga diperoleh suatu kondisi pergerakan lalu

lintas secara efisien. teknologi atcs sendiri telah banyak diterapkan di

berbagai kota-kota besar di negara-negara maju.

Dengan ATCS, penataan siklus lampu lalu lintas dilakukan

berdasar input data lalu lintas yang diperoleh secara real time melalui

kamera cctv pemantau lalu lintas pada titik-titik persimpangan.

penentuan waktu siklus lampu persimpangan dapat diubah berkali-kali

dalam satu hari sesuai kebutuhan lalu lintas paling efisien yang

mencakup keseluruhan wilayah tersebut. Untuk itu maka

pengoperasian atcs diatur dengan sebuah sistem kontrol terpadu yang

melibatkan beberapa komponen berupa : 1. pengatur arus

persimpangan berupa lampu lalu lintas 2. penginput data lalu lintas

berupa kamera cctv pemantau 3. pengirim data berupa jaringan kabel

data atau pemancar gelombang 4. software sistem ATCS 5. ruang

kontrol (central control room) atcs plus operatornya.

9
2. Definisi Operasional

Menurut Sofyan Effendi, definisi operasional adalah unsur

penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu

variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam

petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variable. 4

Penelitian terhadap efektivitas kinerja dinas pehubungan dalam

oenerapan sistem ATCS di Kota Malang, akan menganalisis data

dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

1. Efektivitas Kinerja Dinas Perhubungan Dalam Penerapan Sistem

ATCS

a) Pemantauan lalu lintas Kota Malang melalui sistem ATCS

b) Keterlibatan pihak swasta dalam menerapkan sistem ATCS

c) Keterlibatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam

menerapkan sistem ATCS

2. Faktor Penghambat Efektivitas Kinerja

a) Faktor alam yang mempengaruhi penerapan sistem ATCS

b) Anggaran terbatas dalam penambahan sistem ATCS

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif.

Dikarenakan permasalahan yang diteliti merupakan suatu fenomena sosial

perkotaan yang cukup menarik. Menurut Djaman Satori dan Aan

Komariah, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengungkap

situasi sosial tertentu dengan cara mendeskripsikan suatu fenomena secara

4
Lexy J. Moleong,1998, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal: 6.

10
benar. Berdasarkan dengan kata-kata serta teknik pengumpulan data

analiisis yang relevan dan diperoleh dari situasi yang alamiah. 5

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Bogda dan taylor

mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai penelitian yang menghasilkan

data deskriptif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
6
dapat diamati. Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang

mendalam terkait permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini peneliti

berusaha mendapatkan informasi sedetail-detailnya tentang

penyelenggaraan reklame dalam penataan dan perizinan reklame di Kota

Malang.

2. Sumber Data

- Data Primer, adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari

tangan pertama), yaitu melalui observasi, angket, wawancara dan

dokumentasi .

- Data Sekunder, adalah data ynag diperoleh dari sumber peneliti dari

sumber yang sudah ada, yaitu melalui referensi seperti buku, jurnal,

internet serta penelitian terdahulu.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengumpulkan atau

memperoleh data yang ada di lapangan yang akurat dan factual, guna

5
Djaman Satori dan Aan Komariah, 2011, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.,
hlm:25
6
Prof. Dr. Sugiyo, 2011, Metode Penelitian Kauntitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.
hlm:213

11
memecahkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Observasi

Kegiatan pengamatan secara langsung dilapangan dalam upaya

memahami apa yang diketahui oleh subjek penelitian yang berkaitan

dengan tema yang diangkat dalam penelitian. Istilah observasi diarahkan

pada kegiatan memperhatikan secara akurat dan mencatat fenomena yang

muncul. Observasi bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah

sehingga memperoleh pemahaman dan juga sebagai alat rechecking atau

pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya. 7

b. Wawancara

Wawancara tak terstruktur adalah sebuah kegiatan wawancara yang

biasanya pertanyaannya disusun terlebih dahulu, sebab pertanyaan

disesuaikan dengan respon dari narasumber. Pelaksanaan Tanya-jawab

mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Wawancara semacam ini

digunakan untuk menemukan informasi yang bukan tunggal karena masih

memerlukan penafsiran kembali. Narasumber biasanya adalah mereka

yang memiliki pengetahuan dan mendalami situasi yang tengah diteliti. 8

c. Dokumen

Dokumen adalah sebuah kumpulan catatan, karangan, laporan,

aturan, maupun sejenis informasi yang dihasilkan oleh lembaga sosial

tertentu. Dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan

7
Rahayu, I, 2004, Observasi dan Wawancara, Malang :Banyuwangi press, hal: 11
8
Lexy Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja, hal:190

12
untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan suatu fenomena

sosial yang berkaitan dengan penelitian. 9

4. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah :

a. Bapak Aziz Sukiswono selaku kepala pengelola Area Traffic

Control System Dinas Perhubungan

b. Bapak Aziz Yuda Muhammad selaku staff bidang lalu lintas

dan pengelola ATCS

c. Ibu Yuliana selaku staff bidang lalu lintas pengelola sistem

RTTIC

d. Ibu Tyas yuniardi selaku staff bidang lalu lintas reporter

penyiar ATCS

5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi pada Dinas Perhubungan

Kota Malang jalan raden intan no1 malang.

6. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa

data kualitatif model interaktif Miles dan Huberman dalam Sugiyono10.

Melalui pengumpulan data, penyederhanaan data(data reduction),

penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (conclution

drawing).

9
Ibid hal:219
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, hal:23

13
a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakkan, transformasi data kasar yang muncul


11
dari catatan-catatan lapangan. Langkah-langkah yang digunakan

adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau mengkategorisasikan

kedalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan sehingga dapat

ditarik dan di verifikasi. Data yang di reduksi antara lain seluruh data

mengenai permasalahan penelitian.

Data yang direduksi memberikan gambaran yang spesifik dan

mempermudah peneliti melakuka pengumpulan data selanjutnya serta

mencari data tambahan jika di perlukan. Semakin lama peneliti berada di

lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan

rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan sehingga data tidak

bertumpuk agar tidak mempersulit analisis selanjutnya.

b. Display Data/ Penyajian Data

Setelah di reduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau

pengambilan tindakan. 12 Penyajian data diarahkan agar data hasil makin

mudah di pahami, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

naratif, bagan, hubungan antar kategori serta diagram alur penyajian data

dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami apa


11
Miles Mathew dan Huberman Michael , 1992, Analisis DATA Kualitatif, Jakarta: Universitas
Indonesia Press, hal:16
12
Opcit, hal : 17

14
yang terjadi. Pada langkah ini, peneliti menyusun data yang relevan

sehingga informasi yng dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu

untuk informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makan tertentu

untuk menjawab masalah penelitian.

Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju

tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam melakukan

penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif, tetapi

disertai proses analisis yang terus menerus sampai proses kesimpulan.

Langkah berikutnya dalam proses analisis dan kualitatif adalah menarik

kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.

c. Menarik Kesimpulan

Tahap ini merupakan tahao oenarikan kesimpulan dari semua data

yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan

atau verifikasi adalah suatu usaha untuk mencari atau memahami

makna/arti keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau

proposisi. Sebelum melakukan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-

kegiatan sebelumnya.

Sesuai dengan pendapat Miles dan huberman, proses analistik tidak

sekali jadi, melainkan interaktif secara bolak-balik diantara kegiatan

reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama

waktu penelitian. Setelah melakukan penelitian verifikasi dapat ditarik

kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk

narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan

analisis data, juga merupakan tahap akhir dari pengolahan data.

15
DAFTAR PUSTAKA

A.F Stoner, James dan Edward Freeman (eds), Manajemen Jilid I, terj.
Alexander Sindoro, Jakarta: PT Prahallindo, 1996
Djaman Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: Alfabeta, 2011
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, , Bandung: Remaja
Rosdakarya 1998
Prof. Dr. Sugiyo, Metode Penelitian Kauntitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2011
Rahayu, I, Observasi dan Wawancara, Malang :Banyuwangi press, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2008.
Miles Mathew dan Huberman Michael , Analisis DATA Kualitatif,
Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1999.

http://dishub.malangkota.go.id/wp-content/uploads/sites/16/2015/08/lakip-dishub

16
Dokumentasi

17

Anda mungkin juga menyukai