Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian merupakan indikator outcome pembangunan kesehatan.

Angka kematian dapat menggambarkan seberapa tinggi derajat kesehatan

masyarakat di suatu wilayah. Pada dasarnya penyebab kematian ada yang

langsung dan tidak langsung, walaupun dalam kenyataannya terdapat

interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat kematian

di masyarakat.Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian,

baik langsung maupun tidak langsung, antara lain dipengaruhi oleh tingkat

sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan dan

lain-lain. Di Provinsi Jawa Barat beberapa faktor penyebab kematian perlu

mendapat perhatian khusus, diantaranya yang berhubungan dengan

kematian ibu dan bayi yaitu besarnya tingkat kelahiran, umur masa paritas,

jumlah anak yang dilahirkan serta penolong persalinan.

Indikator kematian yang paling sering digunakan adalah Angka Kematian

Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB). Di Jawa Barat, AKI berdasarkan

laporan rutin Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2016 tercatat jumlah

kematian ibu yang terlaporkan sebanyak 799 orang (84,78/100.000 KH),

dengan proporsi kematian pada ibu hamil 227 orang (20,09/100.000 KH),

pada ibu bersalin 202 orang (21,43/100.000 KH), dan pada ibu nifas 380

orang (40,32/100.000 KH). Sedangkan proporsi AKB di Provinsi Jawa Barat

pada tahun 2016 sebesar 3,93/1000 KH menurun 0,16 poin dibanding tahun

2015 sebesar 4,09/1000 KH. (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016).

1
Menurut Syahlan, komuniti adalah sasaran pelayanan kebidanan

komunitas. di dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang membentuk

keluarga atau kelompo masyarakat. dan sasaran utama pelayanan

kebidanan komunitas adalah ibu dan anak.

Setiap daerah memiliki implikasi keleluasaan daerah untuk mengelola dan

memanagemen wilayah masing-masing. Oleh sebab itu dalam rangka

pembangunan daerah, data yang berkaitan dengan potensi suatu wilayah

yang merupakan masukan utama yang menjadi pertimbangan para perumus

kebijakan dan perencana daerah, ketika membuat skala prioritas tergantung

pada kesehatan ibu dan anak salah satunya alternatif pemecahan masalah

melakukan pelayanan kebidanan komunitas (Syafrudin, 2012).

Praktek kerja lapangan bertujuan untuk lebih memahami serta mampu

dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu kebidanan komunitas, ilmu

kesehatan masyarakat, seluruh asuhan kesehatan. Di komunikasi kebidanan

dengan harapan dapat membantu masyarakat dengan mengenali

masalahnya dan dapat memecahkan masalah secara bersama dengan

masyarakat (Syafrudin, 2012). Dalam beberapa kurun waktu terakhir,

masalah kesehatan mendapat sorotan yang serius dari berbagai elemen

masyarakat. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

antusias masyarakat terhadap kesehatan juga meningkat, masyarakat sudah

membuka mata bahwa kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang dapat

menentukan mutu hidup mereka nantinya. Sudah merupakan suatu kewajiban

bagi penyelenggara kesehatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan

selalu bertindak profesional dalam memberikan pelayanan sehingga

masyarakat puas dengan pelayanan kesehatan. Dalam rangka

2
menghasilkan tenaga yang profesional, maka diperlukan adanya sumber

daya kesehetan yang siap terjun ke lapangan, megelola masalah kesehatan

di suatu daerah dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesehatan

masyarakat. Untuk mewujudkan semua itu, Prodi Kebidanan STIKes

Jenderal Achmad Yani Cimahi Melakukan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) Kebidanan Komunitas dengan pusat kegiatan di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat.

Kelurahan Utama RW 15 terdapat di Desa Cangkorah yang memiliki

jumlah penduduk sebanyak 722 dan memiliki kepala keluarga sebanyak 218

kartu keluarga.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan suatu penerapan

ilmu dan teknologi oleh mahasiswa Prodi D-3 Kebidanan STIKes Achmad

Yani Cimahi yang menyeluruh sepanjang daur kehidupan wanita,dalam

rangka pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan

masyarakat. Dalam prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal

masalah,menemukan prioritas masalah dan merumuskan alternatif dalam

pemecahan masalah. Setelah itu menyusun rencana pemecahan masalah

sesuai dengan keahlian yang dimiliki dengan memperhatikan sumber daya

yang ada dimasyarakat. Kegiatan PKL Mahasiswan Prodi D-3 Kebidanan

STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi secara maksimal sehingga outputnya

dapat berperan di berbagai sektor kesehatan masyarakat dan mampu

bersaing dalam menghadapi era globalisasi. Peningkatan pelaksanaan

program kesehatan masyarakat menuntut peningkatan pengetahuan dan

keterampilan dalam pengenalan masalah dan penyebab terjadinya masalah

serta alternatif cara pemecahan masalah, yaitu Perencanaan, Pengolahan

3
Teknis, dan Administrasi serta Penilaian Program yang telah di

implementasikan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penuli dapat mengambil

pokok masalah yang berada di wilayah di RW 15 adalah sebagai berikut :

1. Membantu Mengidentifikasi masalah kesehatan ibu hamil.

2. Membantu mengidentifikasi masalah kesehatan ibu nifas.

3. Membantu mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan balita.

4. Membantu mengidentifikasi masalah pasangan usia subur.

5. Membantu megidentifikasi masalah kesehatan remaja.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, maka kami membuat

rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana gambaran pelaksanaan

praktek kerja lapangan di Desa Cangkorah RW 15 Kecamatan Batujajr

Tahun 2019 ?”.

D. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Setelah selesai mengikuti Peraktik Kerja Lapangan (PKL) di lapangan

mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan asuhan kebidanan bermutu

kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

2. Tujuan Khusus

Setelah selesai mengikuti pratikum asuhan kebidanan komunitas

dilapangan mahasiswa dapat:

a. Mampu mengumpulkan data secara lengkap dan sesuai

kebutuhan.

4
b. Mampu melakukan tabulasi data dan memprioritaskan masalah.

c. Mampu mengadakan Musyawarah Mayarakat RW (MMRW) yang

menghasilkan rencana intervensi pemecahan masalah (POAC)

d. Mampu menggerakkan upaya KIA di wilayah praktek 

e. Mampu membangun jaringan pada pelayanan kebidanan

komunitas

f. Mampu melaksanakan kunjungan rumah pada kasus kebidanan

dan neonatal. 

g. Mampu melaksanakan ANC di komunitas.

h. Mampu melaksanakan upaya promotif dan preventif pada

masyarakat RW 15.

E. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan secara nyata

di wilayah PKL.

b. Mahasiswa mendapat pengalaman dalam menyelenggarakan PKL

serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menangani

masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang berhubungan

dengan KIA / KB.

c. Dapat bekerjasama dengan institusi terkait dalam rangka mengurangi

masalah kesehatan di tingkat.

2. Bagi masyarakat

5
Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan

dan termotivasi untuk bertindak sesuai perilaku hidup sehat.

3. Bagi Unit pelayanan kesehatan

Membantu melaksanakan program-program yang ada di puskesmas

seperti penyuluhan, pendidikan kesehatan, posyandu, posbindu dan

pelayanan kesehatan lainnya.

4. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan PKL Kebidanan

Komunitas di masyarakat yang akan datang.

F. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Mulai terhitung dari tanggal 1 Februari 2019 sampai dengan tanggal

14 Februari 2019.

2. Tempat

Rw 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung

Barat.

G. Pengorganisasian

1. Ketua : Tia Meliyantini

2. Sekertaris : Ayu Rahma Lestari

Wulan Nurazizah

3. Bendahara : Asri Hermawati

Frida Riyani

4. Seksi humas : Dita Depiyanti

Resty Amelia

5. Seksi logistik : Safira Dwidya Sistha

6
6. Seksi dokumentasi : Euis Wahyuni

Alma Malinda

7. Seksi acara : Ai Reni

H. Sistematika Penulisan

Isi Laporan PKL


Halaman cover depan
Halaman cover dalam (kertas jeruk)
Halaman pengesahan (kertas jeruk)
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar Diagram
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Unit Pelayanan Kesehatan
4. Bagi Institusi
F. Waktu dan Tempat
G. Pengorganisasian
1. Ketua
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Seksi Humas
5. Seksi Logistik

7
6. Seksi Dokumentasi
7. Seksi Acara
H. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kehamilan
B. Persalinan
C. NIfas
D. Bayi Baru Lahir
E. Kesehatan Reproduksi Remaja
F. PUS
G. Pengembangan RW Siaga
H. Program Pemerintah
BAB III GAMBARAN SITUASI LAPANGAN
A. Data Geografis
B. Data Demografis
C. Data Umum Kesehatan
BAB IV METODE PENDEKATAN DAN TAHAPAN PELAKSANAAN
A. Metode Pendekatan
1. Pendekatan Kemasyarakatan
2. Pendekatan Edukatif
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Waktu dan Pelaksanaan
2. Tahapan Pelaksanaan
3. Istrumen Pelaksanaan
BAB V HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Pendekatan TOMA
B. Survey Mawas Diri
C. Musyawarah Masyarakat DEsa
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

8
Lampiran :
Lembar Bimbingan
Jadwal Kegiatan PKL
Hasil Analisis Data
Undangan
Dokumentasi Kegiatan
Pamflet / leaflet
Daftar Hadir

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama, dimulai dari konsepsi sampai 3

bulan, trimester kedua dari bulan ke 4 sampai bulan ke 6, trimester ke tiga

dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9 (Prawirohardjo, 2010).

2. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter

sedini mungkin, semenjak dirinya merasa hamil untuk mendapatkan

pelayanan/ asuhan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan ini memiliki tujuan

untuk mendeteksi secara dini jika terdapat masalah pada kehamilan.

Kunjungan Ante-natal Care (ANC) dilakukan minimal 4 kali:

1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)

2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu)

3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)

10
Tabel 2.1

Tabel Informasi Yang Diberikan Ketika Kunjungan Kehamilan

KUNJUNGAN WAKTU KEGIATAN


Trimester I Usia 1. Menjalin hubungan saling percaya

kehamil 2. Deteksi masalah

an 3. Mencegah masalah (TT dan anemia)

0-13 4. Konseling persiapan persalinan dan

minggu komplikasi

5. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam,

kebersihan, istirahat)

6. Motivasi hidup sehat


Trimester II Usia 1. Membina hubungan baik

kehamil 2. Deteksi masalah dan Penanganan

an 3. Mencegah masalah (Tetanus dan

14-27 anemia)

minggu 4. Konseling persiapa persalinan dan

komplikasi

5. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam,

kebersihan, istirahat)

6. Motivasi hidup sehat

7. Kewaspadaan khusus terhadap

preeclampsia
Trimester III Usia 1. Sama seperti asuhan pada trimester I

kehamil dan II, bedanya yaitu melakukan palpasi

an 28- abdominal untuk mengetahui apakah

36 ada kehamilan kembar

minggu
Setelah 2. Sama seperti asuhan pada trimester I,II

36 dan III bedanya yaitu ditambah dengan

minggu melakukan deteksi letak janin dan

11
kondisi lain
(Sumber : Sulistyawati, 2009)

4) Pelayanan standar, yaitu 10 T, diantaranya:

Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, standar

minimal pelayanan pada ibu hamil disingkat dengan “10 T” yakni:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Pemantauan berat badan sangat penting selama masa

kehamilan. Kenaikan berat badan menunjukan kesehatan dan

pertumbuhan janin. Oleh karena itu sebaiknya berat badan

selama hamil jangan terlalu melonjak maupun terlalu minim. Ibu

yang berat badannya terlalu melonjak akan berakibat pada

preeklamsi, diabetes mellitus, jantung dan lain – lain

Untuk menghitung keseimbangan energi input dan output

dapat dihitung menggunakan IMT (Indeks Masa Tubuh).

Cara untuk menentukan Indeks Masa Tubuh, yaitu :

IMT =

Tabel 2.2

Rekomendasi Pertambahan Berat Badan pada Wanita

Hamil Dilihat dari BMI Pra Kehamilan

Pertambahan Berat Badan


Kategori
Kg Lh
Rendah (BMI
12-18 28-40
<18,5)
Normal (BMI
11,5-16 25-35
18,5-24,9)
Tinggi (BMI 25-
7-11,5 15-25
29,9)
Obesitas (BMI 5-9,1 11-20

12
>30)
(Sumber : Cuninngham, 2010)

Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ)

Dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dalam

kandungan melalui pertambahan berat badan janin yang diukur

saat palpasi abdomen.

Taksiran Berat Janin (TBJ) = [Tinggi Fundus Uteri (dalam cm) N] x 155

Taksiran berat badan janin ditentukan berdasarkan rumus

Johnson Toshack :

N : 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N : 12 bila kepala masih berada diatas spina isciadika

N : 11 bila kepala masih berada dibawah spina isciadika

2. Ukur Tekanan darah

Saat kondisi tubuh normal , tekanan darah diastole berkisar

antara 60-80 mmHg dan sistol 90-120 mmHg. Akan tetapi saat

hamil terjadi penurunan tekanan darah. Setelah usia kehamilan

20-32 minggu tekanan darah kembali normal. Peningkatan

tekanan darah harus selalu dilihat selama masa kehamilan untuk

menghindari hal - hal buruk seperti eklampsi, gagal ginjal,

penyakit jantung koroner dan lain - lain. Standar pemeriksaan

tekanan darah adalah 4x selama masa kehamilan, yakni 1x pada

trimester pertama, 1x pada trimester kedua dan 2x pada

trimester ketiga.

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

13
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita

usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat

digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka

pendek.

4. Ukur Tinggi fundus uteri

Pengukuran fundus uteri selama kehamilan dilakukan untuk

mengetahui pertumbuhan janin di dalam rahim, tinggi fundus

juga untuk menentukan tuanya kehamilan. Menentukan tinggi

fundus uteri dengan menggunakan pita pengukur jika usia

kehamilan >18 minggu. Adapun pengukuran jarak symphisis

fundus dengan cara Mc-DONALD.

Tabel 2.3

Menentukan Tinggi Fundus Cara Spielberg

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)

12 3 jari di atas simfisis

16 Pertengahan pusat-simfisis

20 3 jari di bawah pusat

24 Setinggi pusat

28 3 jari di atas pusat

32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (Px)

36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (Px)

40 Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus (Px)

(Sumber :Sulistyawati,2009).

Tabel 2.4

TFU Menurut Aturan Mc- Donald

Usia Kehamilan Tinggi Fundus


Dalam cm Menggunakan

14
penunjuk Badan
Teraba diatas
12 minggu -
simfisis pubis
Ditengah, antara

16 Minggu - simfisis pubis dan

umbilicus
20 minggu 20 cm (±2 cm) pada umbilicus
Usia kehamilan dalam
22-27 minggu -
minggu = cm (± 2 cm)
Ditengah antara

28 minggu 28 cm (±2 cm) umbilicus dan

prosesus sifoideus
Usia kehamilan dalam
29-35 minggu -
minggu = cm (± 2 cm)
Pada prosesus
36 minggu 36 cm (± 2 cm)
sifoideus
(Sumber :Prawirohardjo, 2012).

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

a. Persentasi janin

Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan

pada perut ibu untuk menentukan posisi dan letak janin.

Tujuan dari palpasi leopold pada ibu hamil menurut

Sulistyawati (2009) adalah :

1) Leopold I : untuk mengetahui TFU dan bagian janin

yang ada di fundus

2) Leopold II : untuk mengetahui bagian janin yang ada

disebelah kanan atau kiri ibu

15
3) Leopold III : untuk mengetahui bagian janin yang

berada dibawah uterus

4) Leopold IV: untuk mengetahui kepala sudah masuk

atau belum. Jika kedua tangan konvergen (dapat saling

bertemu) berari kepala belum masuk panggul. Jika kedua

tangan divergen (tidaksaling bertemu) berarti kepala

sudah masuk panggul (Sulistyawati, 2009).

b. Auskultasi DJJ

Hidayati (2009) mengindikasikan bahwa auskultasi

dilakukan menggunakan stetoskop monoaural untuk

mendengarkan:

i. Denyut jantung janin 

ii. Bising tali pusat, bising rahim, bising usus 

iii. Gerakan dan tendangan janin

6. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid TT lengkap

Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap

tetanus neonatorum dianjurkan untuk memberikan tetanus toxoid

pada ibu hamil.

Tabel 2.5

Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid

Interval
Lama
Antigen (selang waktu Perlindungan
Perlindungan
minimal)

16
TT 1 Pada kunjungan -

antenatal

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80 %

TT 3 6 minggu setelah TT 2 5 tahun 95 %

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 95 %

TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 99 %

tahun/seumur

hidup
(Sumber :Prawirohardjo, 2012)

7. Pemberian Tablet zat Besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan

Tablet besi diberikan minimal 90 tablet selama masa

kehamilan. Setiap tablet mengandung 320 mg FeSO 4. Tablet ini

berfungsi untuk pembentukan sel darah merah. Seorang ibu

hamil akan mengalami penambahan volume darah selama

kehamilannya, sehingga darah menjadi lebih encer dan kondisi

ini yang dinamakan anemia kehamilan. Anemia pada kehamilan

akan mengakibatkan hal-hal seperti kelelahan pada ibu, asupan

oksigen sedikit yang dapat mengakibatkan kecacatan, atonia

uteri pada saat kelahiran dan perdarahan pasca salin.

8. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana Kasus

10.Temu wicara

3. Konseling Tentang Tanda-Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat

17
c. Penglihatan kabur

d. Bengkak wajah dan jari-jari tangan

e. Keluar cairan pervaginam.

f. Gerakan janin tidak terasa

g. Nyeri perut yang hebat

B. Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya

kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari

serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta; dan proses tersebut

merupakan proses alamiah (Rohani, 2011).

2. Faktor yang mempengaruhi persalinan

a. Passenger

b. Passage away

c. Powers

d. Position

e. Psychologic Respons

3. Mekanisme Persalinan Normal

Dalam proses persalinan normal, kepala bayi akan melakukan

gerakan kardinal utama meliputi :

a. Engagment

b. Penurunan kepala

c. Fleksi

d. Rotasi dalam

18
e. Ekstensi

f. Rotasi luar

g. Expulsi.

4. Tanda – Tanda Persalinan

a. Penipisan dan pembukaan serviks.

b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks

(frekwensi minimal 2 kali dalam 10 menit).

c. Keluar lendir bercampur darah (”Show”) melalui vagina.

5. Tanda - Tanda Bahaya Persalinan

Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada saat persalinan

diantaranya adalah :

a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak mulai terasa mules

b. Perdarahan sebelum kelahiran dan setelah bayi lahir

c. Air ketuban berbau busuk atau berwarna keruh

d. Tali pusat atau anggota badan bayi keluar lebih dulu

e. Ibu tidak kuat mengejan

f. Ibu kejang-kejang.

C. Nifas

1. Definisi

Masa nifas (Puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Vivian,

2011).

19
Periode nifas didefinisikan sebagai periode dengan batasan waktu

selama dan tepat setelah melahirkan. Akan tetapi dalam pemakaian

sehari-hari, masa ini biasanya mencakup 6 minggu pertama setelah

melahirkan (Cuningham, 2010).

2. Program dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai

status ibu dan BBL, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani

masaah-masalah yang terjadi dalam masa nifas.

Tabel 2.6

Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal

Kunjungan Waktu Asuhan


a. Mencegah Perdarahan masa nifas

karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab

pendarahan dan rujuk jika pendarahan

berlanjut

c. Memberi konseling pada ibu atau salah


6-8 Jam
satu anggota keluarga mengenai cara
I
PP mencegah pendarahan masa nifas

akibat atonia uteri

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan

mencegah hipotermia
II 6 hari PP a. Memastikan involusi uterus berjalan

20
normal, uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilicus, tidak ada tanda-

tanda perdarahan abnormal, tidak ada

bau

b. Menilai adanya demam

c. Memastikan agar ibu mendapatkan

cukup makanan, cairan, dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik

dan tidak memperlihatkan tanda penyulit

e. Memberi konseling pada ibu tentang

asuhan pada bayi, perawatan tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat, dan

perawatan bayi sehari-hari.


2 minggu Sama seperti di atas (6 hari setelah
III
PP persalinan)
a. Mengkaji tentang kemungkinan penyulit
6 minggu
IV pada ibu
PP
b. Memberikan konseling KB secara dini
(Sumber: Bahiyatun, 2009)

3. Perawatan Masa Nifas

a. Ambulasi Dini dan senam nifas

b. Perawatan Vulva

c. Istirahat

d. Gizi

e. Eliminasi

f. Perawatan Payudara

g. Laktasi

21
4. Resiko dan Kegawatdaruratan Obstetri

a. Infeksi nifas

Infeksi Puerpuralis ditandai dengan suhu badan lebih dari 38 0 C,

terjadi pada 2-10 hari pertama masa nifas, tidak termasuk 24 jam

pertama, karena memang terjadi peningkatan suhu pada hari

pertama. Infeksi ini dapat disebabkan oleh:

1) Infeksi luka perineum: luka menjadi nyeri, merah dan bengkak

akhirnya luka terbuka dan mengeluarkan nanah

2) Tromboplebitis : penjalaran infeksi melalui vena sering terjadidan

merupakan penyebab kematian akibat infeksi puerperalis

3) Infeksi saluran kemih

b. Metritis

Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan dan merupakan

penyebab kematian ibu. Keterlambatan terapi akan menyebabkan

abses, peritonitis, syok, trombosis vena, emboli paru, infeksi panggul,

sumbatan tuba dan infertilitas.

c. Perdarahan dalam masa nifas

Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah

banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan

pergantian pembalut 2 kali dalam setengah jam).Bisa di sebabkan

karena sisa plasenta dan endometritis puerperalis.

5. Cara Menyusui Yang Benar

Perlekatan bayi yang benar adalah dagu bayi menempel pada

payudara, mulut bayi terbuka lebar, bibir melengkung keluar. Areola

22
lebih banyak terlihat diatas mulut dari pada dibawah mulut (Ai yeyeh,

2009).

D. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia genap

37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000

gram (Ai yeyeh, 2010).

2. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah :

a. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila

bayi tia langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan

nafas dengan cara sebagai berikut :

1) Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat.

2) Gulung sepotong kain dan letakan dibawah bahu bayi sehinga

leher bayi kebih lurus dan kepala tida menekuk.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan

jari tangan yang dibungkus kasa steril.

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit

bayi dengan kain kering dan kasar (Prawirohardjo, 2010).

b. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong atau setelah plasenta lahir tidak begitu

menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi

23
kurang bulan, apabila bayi lahir tidak langsung menangis, maka tali

pusat segera di potong untuk memudahkan untuk resusitasi (Ai

yeyeh, 2010).

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap

suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk

membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.

Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur

yang hangt sampai suhu tubuhnya sudah stabil (Prawirohardjo,2010).

d. Memberikan vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru

lahir dilaporkan masih cukup tinggi maka untuk mencegah terjadinya

perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan

perlu diberi vitamin K. Vitamin K yang diberikan adalah vitamin K1,

diberikan pada saat bayi baru lahir sampai usia 2 minggu karena

risiko terjadinya perdarahan bertambah terutama pada usia 1-2

minggu dan menurun menjelang usia 6 bulan setelah bayi mulai dapat

memproduksi vitamin K sendiri. Cara pemberian dapat dilakukan baik

secara suntikan di otot (intra muskular) ataupun di minum (oral).

Suntikan di otot, dengan dosis tunggal 1 mg pada setiap bayi baru

lahir.

e. Memberi obat tetes/salep mata

24
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum

diharuskan untu mencegah terjadinya oftalmia neonatorum.

Pemberian obat mata erlamycatin 5,3% atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (PMS).

f. Pemantauan bayi baru lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui

aktivitas bayi normal atau tidak dan mengidentifikasi masalah

kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan

penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

3. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

a. Sesak nafas

b. Frekwensi pernafasan ≥ 60x/m

c. Gerak retraksi di dada

d. Malas minum

e. Panas atau suhu badan bayi rendah

f. Kurang aktif (Prawirohardjo,2010).

E. Kesehatan Reproduksi Remaja

1. Definisi

Dalam proses tumbuh kembang, masa remaja merupakan peralihan

antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Proses ini ditandai dengan

pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi organ hormonal serta

pengaruh lingkungan. Factor-faktor ini berhubungan dengan Kesehatan

Reproduksi Remaja yang didefinisikan sebagai sesuatu keadaan

kesehatan yang sempurna secara fisik, mental dan sosial dan bukan

25
semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek

yang berhubungan dengan system reproduksi.

Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia dalam

menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup (ICPD, 1994). Kesehatan

reproduksi adalah keadaan sehat jasmani, rohani dan bukan hanya

terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang

berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.

Kesehatan reproduksi menurut Depkes (2004) adalah keadaan

kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh (tidak semata-mata

bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam segala hal yang berkaitan

dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Iskandar (1995),

menambahkan bahwa kesehatan reproduksi yaitu mencakup kondisi

dimana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks secara aman,

dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan

diinginkan, wanita dimungkinkan menjalankan kehamilan dengan aman,

melahirkan anak yang sehat serta didalam kondisi siap merawat anak

yang dilahirkan. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat

yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh

remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit

atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial

kultur (BKKBN, 2001 ).

2. Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja

Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

yaitu pubertas yang mempunyai arti awal masa remaja. Pada masa

pubertas terjadi perubahan badaniah yang menandai adanya kemampuan

26
untuk melanjutkan keturunan (reproduksi). Ada uang menyebut pubertas

sebagai saat pematangan seksual. Perubahan ini disertai

perubahanmental dan akan mempengaruhi perilakumu.

Perubahan yang terjadi pada setiap orang itu berbeda-beda, karena

setiap orang memiliki perbedaan saat kematangan sekseual. Biasanya

perempan mengalami pubertas lebih awal pada usia 11-12 tahun,

sedangkan laki-laki pada usia 13-15 tahun.

Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan  PBB tentang

pemuda kurun usia   14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus

Penduduk 2010. Menurut sensus ini, jumlah remaja Indonesia adalah

147.338.075 jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Pedoman

umum masyarakat Indonesia untuk menentukan batasan usia remaja

yaitu 11 – 24 tahun dan belum menikah. 

Adapun J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut

perkembangan perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap yaitu:

1. Umur 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanan (infancy).

2. Umur 5 –12 tahun: masa bandel (savage stage).

3. Umur 12 –15 tahun: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan

kesadaran diri (self consciousness).

4. Umur 15-20 tahun: masa kesempurnaan remaja (adolescence

proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi. 

F. PUS (Pasangan Usia Subur)

1. Pengertian

Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan

melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya. Pasangan

27
Infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologis yang tidak mampu

menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.

Infertilitas Primer adalah jika istri belum berhasil hamil walaupun

bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemuungkinan kehamilan

selama 12 bulan berturut-turut.

Infertilitas Sekunder adalah jika istri pernah hamil akan tetapi tidak

berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada

kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan organ

reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada

wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak

kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita

memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an presentasenya

menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil

berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya

maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat

reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dimana

dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal

hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminya dengan rajin

membersihkannya. Oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri.

Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain dengan melihat

siklus haidnya.

2. Siklus Haid

Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya

subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga

28
sehari sebelum haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama

28-30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama

untuk menandai seorang wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi

dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan

progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada

tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis

seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher

rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi

(metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan

perubahan payudara.

G. Pengembangan RW Siaga

1. Definisi

RW Siaga adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan sumber

daya, kemampuan dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-

masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan/ kejadian luar biasa

(KLB) secara mandiri.

2. Tujuan Umum

Terwujudnya RW Siaga dengan masyarakat yang sehat, peduli dan

tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

3. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya pengetahuan & kesadaran masyarakat RW tentang

pentingnya kesehatan.

29
b. Meningkatnya kewaspadaan & kesiapsiagaan masyarakat RW

terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan (bencana wabah, kegawatdaruratan,dsb)

c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi.

d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di masyarakat.

e. Meningkatnya kemampuan & kemauan masyarakat untuk menolong

diri sendiri di bidang kesehatan (PHBS).

Konsep operasional RW Siaga sebagai dasar Kelurahan Sehat : Tiap RW

memiliki 1 buah Pos (Bisa Pos/ sekretariat RW) yang dapat dimanfaatkan

untuk pusat informasi kegiatan siaga di tingkat RW di Kelurahan Siaga;

Memiliki 1 orang pamong/ Toma sebagai penanggung jawab Pos di RW

Siaga; Memiliki 1 orang tenaga kesehatan/ bidan/ perawat yang berperan

mengelola kegiatan promotif dan preventif serta mengkoordinir pengelolaan

informasi; Memiliki 2 orang kader yang membantu kegiatan di Pos RW

Siaga.

4. Kriteria RW Siaga:

a. Memiliki pelayanan kesehatan dasar (di desa yang tidak memiliki

akses ke Puskesmas/ Pustu, dikembangkan Pos Kesehatan Desa atau

Poskesdes).

b. Memiliki berbagai UKBM sesuai kebutuhan masyarakat setempat

(Posyandu, dll).

c. Memiliki sistem surveilans (penyakit & faktor-faktor risiko) berbasis

masyarakat.

d. Memiliki sistem kesiapsiagaan & penanggulangan kegawatdaruratan &

bencana berbasis masyarakat.

30
e. Memiliki Sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.

f. Memiliki lingkungan yang sehat.

g. Masyarakatnya sadar gizi dan berperilaku hidup bersih dan sehat.

5. Strata RW Siaga

a. PRATAMA : Memiliki Pos RW, UKBM dan Surveilans.

b. MADYA : Memiliki Pos RW, UKBM, Surveilans, dan Kesiapsiagaan &

penanggulangan gadar dan bencana berbasis masyarakat.

c. PURNAMA : Memiliki 4 Keg + Sistem pembiayaan (JPKM).

d. MANDIRI : Memiliki 5 keg di atas + Lingkungan Sehat dan Kadarzi &

PHBS.

31
BAB III

GAMBARAN SITUASI LAPANGAN

Kampung Cimanglid mulai dikenal pada tahun 1983, kata dari Cimanglid

berasal dari sungai yang mengalir. Kampung Cimanglid adalah kampung terisolir

dikarenakan salah satu kampung yang lokasinya jauh dari perkotaan. Dahulu

kampung Cimanglid hanya memiliki satu RW, tetapi dikarenakan semakin

banyaknya penduduk, kampung Cimanglid di mekarkan menjadi dua RW, yaitu

RW 15 dan RW 16. RW 15 terdiri dari RT 1, 2, dan 3 dan RW 16 terdiri dari RT 1

dan RT 2. Ketua Rukun Warga RW 15 yang pertama kali adalah Bapak Mamar

Sumaryat, kemudian Bapak Rukma, dilanjutkan oleh Bapak Arum, Bapak Ayo,

Bapa Ijo, Bapak Rahmat Sopian, Bapak Nanang Pari, Bapak Yaya, Bapak Asep

Saeful, dan sekarang oleh Bapak Dadan.

Pada BAB ini akan menjelaskan mengenai keadaan, luas, letak dan

beberapa dan pada pendataan ini juga disertai dengan program dari puskesmas

yaitu pendataan Keluarga sehat keterangan tambahan yang diperlukan untuk

mengenal lebih jauh daerah, tempat yang menjadi objek penelitian.

Gambaran umum lokasi penelitian meliputi keadaan geografis dan

penduduk, visi misi serta nilai-nilai dalam masyarakat kelurahan utama.

A. Data Geografis

Secara administrative dapat dijelaskan mengenai letak geografis di

Kampung Cimanglid sebagai berikut : kampung cimanglid secara geografis

terletak. Batas-batas wilayahnya :

1. Sebelah utara terdapat tanah PLTA Saguling.

2. Sebelah timur terdapat.tanah PLTA Saguling.

32
3. Sebelah selatan terdapat lapang, kebun, dan sawah milik PUSDIK

ARMED.

4. Sebalah barat terdapat tanah PLTA Saguling.

Kampung Cimanglid yang berasal dari status Desa Cangkorah yang

terdiri dari Kecamatan Batujajar Provinsi Jawa Barat.yang terdiri dari 8 Desa:

Desa Batujajar Barat, Desa Batujajar Timur, Desa Cibeber, Giri Asih, Desa

Cangkorah, Desa Galanggang, Desa Pangauban, dan Desa Salacau.

Tabel 3.1 Peta Transek

Variabel 100 M 200 M 350 M


Jenis tanah Berpasir, Berbatu, Berbatu,

berlumpur berumput, berlumpur

berlumpur
Kemiringan Datar Datar Datar
Penggunaan Rumah, Perumahan, Jalan setapak,

lahan perkebunan, jalan persawahan, sawah, rumah,

setapak, sekolah peternakan, danau

balong
Pendapatan Buruh, petani, Buruh, pedagang Petani

pedagang
Bahaya/risiko Tanah amblas Tanah amblas longsor
Masalah ISPA, dan diare ISPA ISPA , diare,

kesehatan dan penyakit

kulit,
Kelompok Anak-anak dan Anak-anak dan ibu Anak-anak dan

rentan lansia hamil lansia


Potensi Kader, petani, Tokoh masyarakat, Kader, petani

buruh tokoh agama, dan buruh

posyandu RW
Gender Kelompok tani Arisan, pengajian Kelompok

33
pengajian ibu-

ibu

Secara geografis wilayah ini merupakan sebagian besar dari

sawah.cekungan yang melandai kearah selatan, dengan ketinggian dibagian

utara kurang lebih 1,040mDPL (kelurahan cipageran kecamatan cimahi uttara),

yang merupakan lereng gunung burangrang dan gunung tangkuban perahu serta

ketinggian di (kelurahan melong kecamatan cimahi selatan ) yang mengarah ke

sungai citarum. Sungai yang melalui kota cimahi adalah sungai cimahi, dengan

anak sungainya ada 5 yaitu : kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibereum, dan kali

Cisangkan, sementara itu mata air yang terdiri di kota Cimahi adalah mata air

Cikuda dan mata air Cisintok.

B. Data Demografis

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika

kependudukan manusia.Demografi meliputi ukuran, struktur dan distribusi

penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat

kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan, dapat

merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang

didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau

etnisitas tertentu

Tabel 3.2 JUMLAH KK

RT 01 74 kepala keluarga

RT 02 63 kepala keluarga

RT 03 81 kepala keluarga

34
Tabel 3.3 Jumlah KK berdasarkan Umur

Umur responden

Frequency Percent
Bayi ( 0 - < 1 tahun) 5 1.0
Balita (1- < 5 tahun) 38 7.5
VAnak ( 5 - <14 tahun) 116 23.0
Remaja ( 14 - <20 71 14.1
a
tahun)
l
Dewasa (21 - < 50 224 44.4
i
tahun)
dLansia ( >=50 tahun) 50 9.9
tidak ada 0 0
Total 504 100.0

C. Data Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis.

pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulan, dan pencegahan

gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan

perawatan.

Data kesehatan pada RW 15 sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan

dikarenakan lingkungan yang masih asri sehingga masyarakat sekitar

terhindar dari penyakit penyakit.

35
BAB VI

METODE PENDEKATAN DAN TAHAPAN PELAKSANAAN

A. Metode Pendekatan

1. Pendekatan Kemasyarakatan

Pendekatan yang digunakan dalam PKL ini dengan menggunakan

pendekatan observasional yang menjadi bahan analisis dalam

pemecahan masalah, yaitu metode yang menggambarkan keadaan atau

kejadian pada suatu daerah tertentu. Metode observasional dikatakan

suatu metode untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual,

dan akurat mengenai fakta dan sifat-sifat serupa atau daerah tertentu dari

suatu kejadian.

2. Pendekatan Edukatif

Dalam pendekatan ini ujung tombaknya adalah gerakan

pemberdayaan, yang memiliki tiga mata tombak disebut TRISULA, yaitu

konseling, kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat. Ketiga

mata tombak ini pada hakikatnya adalah upaya memfasiitasi proses

pemecahan masalah dalam diri sasaran/ klien. Pemberdayaan itupun

tidak dilakukan serta-merta, melainkan secara berjenjang. Para petugas

kesehatan dan petugas lintas sektor terkait memberdayakan masyarakat,

yang disusul dengan gerakan para pemuka masyarakat untuk

memberdayakan unsur-unsur masyarakat (kader) dan akhirnya para

kader bergerak memberdayakan seluruh masyarakat. Pendekatan

edukatif memerlukan kesabaran dan ketangguhan dari petugas

(penggerak), karena mereka harus mengawal proses secara

36
berkelanjutan hingga tercapainya kemandirian masyarakat. Dijajaran

kesehatan, penggerak awal adalah para petugas kesehatan kota, rumah

sakit, puskesmas serta jaringannya. Bidan sebagai provider mangajak

masyarakat berfikir rasional dan minggalkan pemikiran-pemikiran yang

tidak rasional. Pendekatan berorientasi kepada suatu pemikiran kognitif,

melakukan perubahan tingkah laku, yaitu perubahan tingkah laku yang

tidak raasinal menjadi tingkah laku yang rasional.

B. Pelaksanaan Kegiatan

1. Waktu dan Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di RW 15

Kecamatan Batujajar Desa Cangkorah Kabupaten Bandung Barat ,

adapun waktu pelaksanaan kegiatan PKL dimulai tanggal 01 Februari - 14

Februari 2019 selama 14 hari.

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Tahap persiapan

Merupakan suatu tahap awal kegiatan untuk mempersiapkan

penyempurnaan proposal PKL hal-hal yang dipersiapkan meliputi:

daftar pertanyaan, daftar data yang akan diambil, penyediaan

perlengkapan tambahan dan lain-lain untuk mempersiapkan segala

sesuatu yang dibutuhkan pada saat PKL.

b. Tahapan pengumpulan data

Merupakan suatu tahapan yang berhubungan dengan data dan

informasi tentang wilayah tersebut, data dan informasi yang diperoleh

akan membantu menjawab tujuan yang telah ditetapkan pada awal

pelaksanaan kegiatan PKL. Metode pengumpulan data yang

37
digunakan dalam kegiatan ini adalah data primer. Data primer adalah

data yang dikumpulkan dalam PKL ini meliputi sumber daya manusia

(SDM), (organisasi wilayah, upah tenaga kerja, jaminan kesehatan,

kesehatan lingkungan, kuesioner kerangka pemberdayaan

perempuan, kuesioner ibu hamil, kuesioner keluarga sehat, kuesioner

lansia, kuesioner remaja, kuesioner pasangan usia subur dan lain lain).

3. Instrumen pelaksanaan

Alat yang digunakan diantaranya laptop, printer, kertas, leaflet,

karton, buku, dan proyektor.

38
BAB V

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Pendekatan Tokoh Masyarakat

Di dalam masyarakat biasanya ada orang-orang tertentu yang menjadi

yang menjadi tempat bertanya dan tempat meminta nasehat anggota

masyarakat lainnya mengenai urusan-urusan tertentu itulah disebut dengan

istilah tokoh masyarakat. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

orang lain untuk bertindak dalam cara tertentu. Tokoh masyarakat menduduki

jabatan formal, tetapi berpengaruh secara informal, pengaruh itu tumbuh

bukan karena di tunjang oleh kekuatan atau birokrasi formal.

Tokoh masyarakat formal adalah orang yang oleh organisasi tertentu

ditunjukkan sebagai pemimpin berdasarkan surat keputusan dan

pengangkatan secara resmi.

Tokoh masyarakat informal adalah orang yang tidak mndapakatkan

pengangkatan secara resmi namun karena ia memiliki kualitas unggul, maka

ia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi

psikis dan perilaku untuk masyarakat.

Langkah awal menghadap RW setempat lalu memohon dukungan serta

meminta izin untuk melakukan pendataan dan pemetaan bersama kader

serta mencari informasi mengenai wilayah tersebut. Kemudian melakukan

kunjungan kepada tokoh-tokoh formal lainnya yang terdiri pada RT,tokoh

agama, karang taruna, dan tokoh masyarakat lainnya. Langkah ini

merupakan kunci bagi langkah selanjutnya, karena dengan hubungan yang

akrab dengan tokoh masyarakat lainnya permasalahan akan lebih mudah

dipecahkan. Oleh karena itu pendekatan tokoh masyarakat ini harus

39
dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi, berkonsultasi, meminta izin,

meminta dukungan dan menyiapkan program MMRW (Musyawarah

Masyarakat RW). Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

mendapat dukungan baik politis maupun pelaksanaan sesuai dengan peran

dan fungsi masing-masing dengan penuh rasa tanggung jawab berdasarkan

rencana yang telah disepakati adapun sasarannya :

1. Ketua RW

2. Ketua RT

3. Kader

4. Ketua karang taruna

5. Tokoh agama

Kegiatan dilakukan dengan melalui kunjungan rumah, pertemuan

perorangan, pertemuan kelompok baik yang bersifat resmi maupun tidak resmi.

Materi yang disampaikan :

a. Memperkenalkan diri

b. Menjelaskan maksud dan tujuan serta rencana kegiatan

c. Mengajak berpartisipasi dengan menyampaikan bentuk partisipasi

yang diharapkan

d. Meminta dukungan baik berupa petunjuk, tenaga, saran, hasil yang

diharapkan dari kegiatan ini adalah :

1. Tumbuhnya keakraban antara mahasiswa dan tokoh

masyarakat yang bersangkutan

2. Dipahaminya maksud, tujuan dan rencana kerja yang disusun

3. Kesediaan tokoh masyarakat untuk berperan sesuai dengan

apa yang diharapkan, seperti memimpin rapat, menjadi

40
pembicara, atau menggerakkan tokoh formal lain untuk hadir

dalam satu pertemuan atau kegiatan.Adanya dukungan baik

berupa petunjuk, tenaga, dan saran

B. Survei Mawas Diri

1. Pengertian

Survei mawas diri adalah kegiatan untuk mengenali keadaan dan

masalah yang di hadapi masyarakat, pengumpulan dan pengkajian

masyarakat kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat

setempat.

2. Tujuan

a. Dilaksanakannya pengumpulan data, masalah kesehatan,

lingkungan dan perilaku

b. Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungandan

perilaku yang paling menonjol di masyarakat

c. Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat

mendukung upaya mengatasi masalah kesehatan

d. Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka

masyarakat dalam pelaksanaan penggerakkan dan

pemberdayaan masyarakat di desa siaga.

3. Pentingnya pelaksanaan survey mawas diri

a. Agar masyarakat menjadi sadar akan adanya masalah, karena

mereka sendiri yang melakukan pengumpulan fakta dan data.

b. Untuk mengetahui besarnya masalah yang ada dilingkungannya

sendiri.

c. Untuk menggali sumber daya yang ada/dimiliki desa

41
d. Hasil SMD dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun

pemecahan masalah yang dihadapi.

4. Sasaran survey mawas diri

Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di RW atau

menetapkan sempel rumah dilokasi tertentu yang menggambarkan

kondisi masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku pada umumnya di

RW.

5. Pelaksana survey mawas diri

a. Kader yang telah dllatih tentang apa SMD, cara pengumpulan

data (menyusun daftar pertanyaan sederhana), cara pengamatan,

cara pengolahan/analisa data sederhana dancara penyajian

b. Tokoh masyarakat di desa

C. Hasil Survei Mawas Diri

Hasil pendataan Survei Mawas Diri (SMD) di RT 01 sampai RT 03 RW

15 Kelurahan Utama kecamatan cimahi selatan adalah sebagai berikut :

1. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.1

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin

perempuan
laki - laki
49%
51%

42
Berdasarkan diagram 5.1 di atas dapat di lihat hasil bahwa dari 722 orang

jumlah penduduk sebagian besar jenis kelaminnya laki-laki yaitu (51 %).

2. Distribusi penduduk berdasarkan umur di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur


0% 2%
5%
3%
19%

Bayi ( 0 - < 1th )


Balita ( 1 -< 5th )
Anak ( 5 - < 14th )
Remaja ( 14 - < 20th )
Dewasa ( 21 - < 50th )
Lansia ( >= 50th )

72%

Berdasarkan diagram 5.2 diatas dapat dilihat hasil bahwadari 722 orang

jumlah penduduk hamper stengahnya dewasa ( 72 %).

3. Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.3

Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan

1% 8%
15%
6%

Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT
26% Tidak sekolah

45%

43
Berdasarkan diagram 5.3 diatas dapat dilihat hasil bahwa dari 722 orang

jumlah penduduk sebagian besar adalah tingkat pendidikan tamat SD ( 45

%).

4. Distribusi penduduk berdasarkan agama di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.4

Distribusi penduduk berdasarkan agama

Islam

100%

Berdasarkan diagram 5.4 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 722 orang

jumlah penduduk seluruhnya beragama islam ( 100 %)

5. Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.5

Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan

19%

Tidak bekerja / IRT


1% Karyawan swasta
2% Buruh/ supir / tukang / kuli
2% Wirausaha
50% Petani
PNS
Lainnya ( pensiun, pelajar, dll
22%

4%

44
Berdasarkan diagram 5.5 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 722 orang

jumlah penduduk sebagian besar tidak bekerja / IRT ( 50 %).

6. Distribusi penduduk berdasarkan golongan darah di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.6

Distribusi penduduk berdasarkan golongan darah

5%
4% 1%
2%

O
A
B
AB
Tidak tahu

88%

Berdasarkan diagram 5.6 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 722 orang

jumlah penduduk sebagian besar tidak tahu golongan darah ( 88 %).

7. Distribusi ibu hamil berdasarkan usia di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.7

Distribusi ibu hamil berdasarkan usia

22%

20 - 30 th
> 30 th

78%

Berdasarkan diagram 5.7 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebagian besar berusia > 30 th ( 78 %)

45
8. Distribusi ibu hamil berdasarkan paritas di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.8

Distribusi ibu hamil berdasarkan paritas

22%

1 ( primipara)
2 - 4 ( multigrande )

78%

Berdasarkan diagram 5.8 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebagian besar primipara (78 %).

9. Distribusi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.9

Distribusi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan

0 - 12 mgg
29 - 40 mgg
50% 50%

Berdasarkan diagram 5.9 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil 50% berusia 0 -12 mgg 50 % berusia 29- 40 mgg

46
10. Distribusi ibu hamil yang memeriksakan kehamilan nya di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.10

Distribusi ibu hamil yang memeriksakan kehamilan nya

22%

YA
TIDAK

78%

Berdasarkan diagram 5.10 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebagian besar tidak memeriksakan kehamilan nya

(78%)

11. Distribusi ibu hamil berdasarkan tempat pemeriksaan kehamilan di RW

15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.11

Distribusi ibu hamil berdasarkan tempat pemeriksaan kehamilan

Tempat pelayanan kesehatan

100%

47
Berdasarkan diagram 5.11 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil seluruhnya memeriksakan kehamilan nya di tempat

pelayanan kesehatan (100%)

12. Distribusi berdasarkan frekuensi pemeriksaan kehamilan di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.12

Distribusi dasarkan frekuensi pemeriksaan kehamilan

22%

< 4 kali
> = 4 kali

78%

Berdasarkan diagram 5.12 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebagian besar memeriksakan kehamilan nya > 4 kali

(78%)

13. Distribusi ibu hamil berdasarkan pemeriksaan kehamilan kepada siapa

di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

48
Diagram 5.13

Distribusi ibu hamil berdasarkan pemeriksaan kehamila kepada siapa

Petugas kesehatan

100%

Berdasarkan diagram 5.13 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil seluruhnya memeriksakan kehamilan nya di tempat

pelayanan kesehatan (100%)

14. Distribusi ibu hamil berdasarkan pemeriksaan kepada siapa di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.14

Distribusi ibu hamil berdasarkan pemeriksaan kehamilan kepada siapa

22%

YA
TIDAK

78%

Berdasarkan diagram 5.14 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebagian besar tidak memeriksakan kehamilan nya di

tempat pelayanan kesehatan ( 78 %)

49
15. Distribusi ibu hamil berdasarkan frekuensi pemberian imunisasi TT di

RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.15

Distribusi ibu hamil berdasarkan frekuensi pemberian imunisasi TT

22%

1 kali
2 kali / lebih

78%

Berdasarkan diagram 5.15 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebagian besar sudah mendapat imunisasi TT

sebanyak 1 kali ( 78%)

16. Distribusi ibu hamil berdasarkan yang mengkonsumsi tablet FE di RW

15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.16

Distribusi ibu hamil berdasarkan yang mengkonsumsi tablet FE

30%

YA
TIDAK

70%

Berdasarkan diagram 5.16 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebagian besar tidak mengkonsumsi tablet FE ( 70 %)

50
17. Distribusi ibu hami berdasarkan rencana tempat persalinan di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.17

Distribusi ibu hamil berdasarkan rencanan tempat persalianan

Tempat YANKES

100%

Berdasarkan diagram 5.17 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil selurunya berencana melakukan persalinan di tempat

pelayanan kesehatan ( 100 %)

18. Distribusi ibu hamil berdasarkan rencana penolong persalinan di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.18

Distribusi ibu haml berdasarkan rencana penolong persalinan

Petugas kesehatan

100%

51
Berdasarkan diagram 5.18 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil seluruhnya berencana memilih penolong persalinan

pada petugas kesehatan ( 100 %)

19. Distribusi ibu hamil berdasarkan persiapan simpanan untuk persalinan

di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.19

Distribusi ibu hamil berdasarkan persiapan simpanan untuk persalinan

22%

YA
TIDAK

78%

Berdasarkan diagram 5.19 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebagian besar tidakmepunyai simpanan dana untuk

persalinan (78 %)

20. Distribusi ibu hamil berdasarkan TABULIN di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

52
Diagram 5.20

Distribusi ibu hamil berdasarkan TABULIN

YA
TIDAK
50% 50%

Berdasarkan diagram 5.20 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil setengahnya tidak mengikuti program tubulin (50%)

21. Distribusi ibu hamil berdasarkan golongan darah di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.21

   Distribusi ibu hamil berdasarkan golongan darah

Tidak tahu

100%

Berdasarkan diagram 5.21 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil seluruhnya tidak mengetahui golongan darah (100%)

53
22. Distribusi ibu hamil berdasarkan persiapan donor darah di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5. 22

    Distribusi ibu hamil berdasarkan persiapan donor darah

Tidak

100%

Berdasarkan diagram 5.22 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil seluruhnya belum mempersiapkan donor darah

(100%)

23. Distribusi ibu hamil berdasarkan pengetahuan perawatan payudara di

RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5. 23

Distribusi ibu hamil berdasarkan pengetahuan perawatan payudara

22%

YA
TIDAK

78%

Berdasarkan diagram 5.23 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebgian besar tahu pengetahuan perawatan payudara

(78 %)

54
24. Distribusi ibu hamil berdasarkan pengetahuan tanda bahaya kehamilan

di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5. 24

Distribusi ibu hamil berdasarkan pengetahuan tanda bahaya kehamilan

22%

YA
TIDAK

78%

Berdasarkan diagram 5.24 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebgian besar tahu tanda bahaya kehamilan (78 %)

25. Distribusi ibu hamil berdasarkan persiapan transportasi kehamilan di

RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5. 25

Distribusi ibu hamil berdasarkan persiapan transportasi

YA
TIDAK
50% 50%

55
Berdasarkan diagram 5.25 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil setengahnya belum memiliki persiapan alat ransportasi

(78 %)

26. Distribusi ibu hamil berdasarkan pernah atau tidak nya tes HIV

kehamilan di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5. 26

Distribusi ibu hamil berdasarkan pernah atau tidak nya tes HIV

Belum

100%

Berdasarkan diagram 5.26 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil seluruhnya belum melakukan test HIV ( 100 %)

27. Distribusi ibu hamil berdasarkan resiko tertularnya HIV di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

56
Diagram 5. 27

Distribusi ibu hamil berdasarkan resiko tertularnya HIV

22%

YA
TIDAK

78%

Berdasarkan diagram 5.27 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 4 orang

jumlah ibu hamil sebagian besar beresiko tertular hiv ( 78 %)

28. Distribusi ibu nifas berdasarkan usia ibu nifas di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5. 28

Distribusi ibu nifas berdasarkan usia ibu nifas

> 30 tahun

100%

Berdasarkan diagram 5.28 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifas berusia > 30 tahun ( 100 %)

57
29. Distribusi ibu nifas berdasarkan jumlah anak di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

Diagram 5. 29

Distribusi ibu nifas berdasarkan jumlah anak

2 - 4 ( multigrande)

100%

Berdasarkan diagram 5.29 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifas jumlh anak 2- 4 multigrande ( 100 %)

30. Distribusi ibu nifas berdasarkan pemeriksaan postpartum di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.30

Distribusi ibu nifas berdasarkan pemeriksaan postpartum

1 kali

100%

Berdasarkan diagram 5.30 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifas sudah melakukan 1 kali pemeriksaan ( 100 %)

58
31. Distribusi ibu nifas berdasarkan pemberian ASI ekslusif di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.31

Distribusi ibu nifas berdasarkan pemberian ASI ekslusif

TIDAK

100%

Berdasarkan diagram 5.31 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifas tidak memberikan ASI ekslusif ( 100 %)

32. Distribusi ibu nifas berdasarkan rencana memberikan MP ASI pada bayi

di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.32

    Distribusi ibu nifas berdasarkan rencana memberikan MP ASI pada bayi

> = 6 bln

100%

59
Berdasarkan diagram 5.32 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifas berencana memberikan MP ASI pada usia bayi >= 6 bln (

100 %)

33. Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai keuntungan dan

manfaat ASI di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.33

Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai keuntungan dan manfaat ASI

TIDAK

100%

Berdasarkan diagram 5.33 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifas tidak mengetahui keuntungan dan manfaat ASI ( 100 %)

34. Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai perawatan

payudara di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

60
Diagram 5.34

Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai perawatan payudara

TIDAK

100%

Berdasarkan diagram 5.34 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifas tidak mengetahui mengenai perawatan payudara ( 100

%)

35. Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai tanda bahaya

nifas di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.35

Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai tanda bahaya nifas

TIDAK

100%

Berdasarkan diagram 5.35 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifas tidak mengetahui mengenai tanda bahaya pada masa

nifas ( 100 % )

61
36. Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai imunisasi yang

di wajibkan pada bayi di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.36

Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai imunisasi yang di wajibkan


pada bayi

tidak

100%

Berdasarkan diagram 5.36 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifas tidak mengetahui mengenai imunisasi yang diwajibkan

pada bayi ( 100 % )

37. Distribusi ibu nifas berdasarkan perencanaan ibu yang akan

memberikan imunisasi pada bayi di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan

Batujajar.

Diagram 5.37

Distribusi ibu nifas berdasarkan perencanaan ibu yang akan memberikan imunisasi
pada bayi

YA

100%

62
Berdasarkan diagram 5.37 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

jumlah ibu nifasberencana memberikan imunisasi pada bayi ( 100 % )

38. Distribusi ibu nifas berdasarkan bayi yang sdah diberikan polio dan

hepatitis di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.38

    Distribusi ibu nifas berdasarkan bayi yang sdah diberikan polio dan hepatitis

ya

100%

Berdasarkan diagram 5.38 di atas dapat dilihat hasil bahwa hampir

semua ibu yang memiliki bayi sudah diberikah imunisasi polio dan

hepatitis ( 100 % )

39. Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai tanda bahaya

bayi baru lahir di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.39

    Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai tanda bahaya bayi baru
lahir

TIDAK

100%

63
Berdasarkan diagram 5.39 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1

orangibu ifas tidak mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir (100 %)

40. Distribusi ibu nifas berdasarkan keinginan brencana punya Anak lagi di

RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.40

Distribusi ibu nifas berdasarkan keinginan brencana punya Anak lagi

tidak

100%

Berdasarkan diagram 5.40 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

ibu ifas tidak berencana mempunyai anak lagi (100 %)

41. Distribusi ibu nifas yang berencana menggunakan kontrasepsi di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.41

Distribusi ibu nifas yang berencana menggunakan kontrasepsi

tidak

100%

64
Berdasarkan diagram 5.41 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

ibu ifas tidak berencana menggunakan alat kontrasepsi ( 100 % )

42. Distribusi ibu nifas berdasarkan jenis ALKON yang di pakai di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.42

Distribusi ibu nifas berdasarkan jenis ALKON yang di pakai

Jenis kontrasepsi jangka pendek

100%

Berdasarkan diagram 5.42 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

ibu nifas menggunakan alat kotrasepsi jangka pendek ( 100 % )

43. Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai macam –

macam ALKON di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.43

    Distribusi ibu nifas berdasarkan pengetahuan mengenai macam – macam ALKON

YA

100%

65
Berdasarkan diagram 5.43 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 1 orang

ibu nifas mengetahui macam – macam alat kontrasepsi ( 100 % )

44. Distribusi jumlah bayi berdasarkan usia di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan

Diagram 5.44

Distribusi jumlah bayi berdasarkan usia

26%

> 6 MGG - 6 BLN


> 6 BLN

74%

Berdasarkan diagram 5.44 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 38 jumlah

bayi dan balita sebagian besar berusia >6mgg – 6 bulan ( 74 % )

45. Distribusi jumlah bayi berdasarkan yang masih di beri ASI di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.45

Distribusi jumlah bayi berdasarkan yang masih di beri ASI

YA

100%

66
Berdasarkan diagram 5.45 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 38 jumlah

bayi dan balita seluruhnya masih diberi ASI (100 %)

46. Distribusi jumlah bayi yang akan di berkan ASI sampai 2 tahun di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.46

Distribusi jumlah bayi yang akan di berkan ASI sampai 2 tahun

YA

100%

Berdasarkan diagram 5.46 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 38 jumlah

bayi dan balita seluruhnya akan diberikan ASI sampai usia 2 tahun

(100%)

47. Distribusi jumlah bayi yang sudah di beri MPASI berdasarkan usia di

RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.47

    Distribusi jumlah bayi yang sudah di beri MPASI berdasarkan usia

26%

< 6 BLN
> = 6 BLN

74%

67
Berdasarkan diagram 5.47 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 38 jumlah

bayi dan balita sebagian besar diberikan pada usia <6 bulan ( 74 % )

48. Distribusi bayi atau balita berdasarkan pemberin imunisasi dasar

lengkap di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.48

Distribusi bayi atau balita berdasarkan pemberin imunisasi dasar lengkap

26%

YA
TIDAK

74%

Berdasarkan diagram 5.48 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 38 jumlah

bayi dan balita sebagian besar tidak diberikan imunisasi dasar lengkap

(74 %)

49. Distribusi bayi atau balita berdasarka pengetahuan ibu tentang fungsi

imunisasi BCG di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.49

Distribusi bayi atau balita berdasarkan pengetahuan ibu tentang fungsi imunisasi
BCG

13%

YA
TIDAK

87%

68
Berdasarkan diagram 5.49 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 38 jumlah

bayi dan balita sebagian besar mengetahui fungsi dari imunisasi BCG

(87%)

50. Distribusi jumlah ibu yang mempunyai bayi berdasarkan pengetahuan

pertumbuhan bayi di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.50

Distribusi jumlah ibu yang mempunyai bayi berdasarkan pengetahuan pertumbuhan


bayi

YA

100%

Berdasarkan diagram 5.50 di atas dapat dilihat hasil bahwa dri jumlah ibu

seluruhnya mengetahui mengenai pertumbuhan bayi ( 100 % )

51. Distribusi jumlah ibu yang mempunyai bayi berdasarkan pengetahuan

perkembangan bayi di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.51

Distribusi jumlah ibu yang mempunyai bayi berdasarkan pengetahuan perkembangan


bayi

26%

YA
TIDAK

74%

69
Berdasarkan diagram 5.51 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari jumlah

ibu sebagian besar tidak mengetahui mengenai perkembangan bayi

(74%)

52. Distribusi jumlah ibu yang mempunyai bayi berdasarkan pengetahuan

mengenai penanganan kecelakaan balita di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.52

Distribusi jumlah ibu yang mempunyai bayi berdasarkan pengetahuan mengenai


penanganan kecelakaan balita

13%

YA
TIDAK TAHU

87%

Berdasarkan diagram 5.52 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari jumlah

ibu sebagian besar mengetahui mengenai penanganan kecelakaan pada

balita ( 87% )

53. Distribusi jumlah remaja berdasarkan status pendidikan balita di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

70
Diagram 5.53

Distribusi jumlah remaja berdasarkan status pendidikan

25%

YA
TIDAK

75%

Berdasarkan diagram 5.53 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar berpendidikan ( 75% )

54. Distribusi jumlah remaja berdasarkan informasi kesehatan reproduksi

yang di dapat di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.54

Distribusi jumlah remaja berdasarkan informasi kesehatan reproduksi yang di dapat

23%
26%

Tenaga keshatan
Orang tua
Media cetak dan elektronik
Guru

13%

37%

Berdasarkan diagram 5.54 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar mengetahui informasi kesehatan reproduksi dari

orangtua ( 37%)

71
55. Distribusi jumlah remaja berdasarkan pemberian informasi kesehatan

reproduksi yang tepat di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.55

Distribusi jumlah remaja berdasarkan pemberian informasi kesehatan reproduksi


yang tepat

24%

Tenaga kesehatan
42% Orang tua
Guru

34%

Berdasarkan diagram 5.55 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar mendapat informasi kesehatan reproduksi yang

tepat dari guru ( 42% )

56. Distribusi remaja berdasarkan pengetahuan mengenai penyakit menular

seksual di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.56

Distribusi remaja berdasarkan pengetahuan mengenai penyakit menular seksual

YA
48% TIDAK
52%

72
Berdasarkan diagram 5.56 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar tidak mengetahui mengenai penyakit menular

seksual ( 52% )

57. Distribusi jumlah remaja berdasarkan pengetahuan hubungan seksual 1

kali dapat menyebabkan hamil di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan

Batujajar.

Diagram 5.57

Distribusi jumlah remaja berdasarkan pengetahuan hubungan seksual 1 kali dapat


menyebabkan hamil

31%

YA
TIDAK

69%

Berdasarkan diagram 5.57 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar mengetahui bahwa hubungan seksual 1 kali dapat

menyebabkan kehamilan ( 69% )

58. Distribusi jumlah remaja berdasarkan pengetahuan mengenai usia siap

hamil di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

73
Diagram 5.58

Distribusi jumlah remaja berdasarkan pengetahuan mengenai usia siap hamil

41% <= 20 TH
20 - 30 TH

59%

Berdasarkan diagram 5.58 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja mengetahui mengenai usia siap hamil yaitu sebagian besar 20 –

30 tahun ( 59%)

59. Distribusi remaja berdasarkan pengetahuan mengenai bagian organ

reproduksi di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.59

Distribusi remaja berdasarkan pengetahuan mengenai bagian organ reproduksi

26%

YA
TIDAK

74%

Berdasarkan diagram 5.59 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar mengetahui mengenai bagian organ reproduksi

( 74% )

74
60. Distribusi remaja berdasarkan pengetahuan tetang fungsi organ

reproduksi di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.60

Distribusi remaja berdasarkan pengetahuan tetang fungsi organ reproduksi

YA
47% TIDAK
53%

Berdasarkan diagram 5.60 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar mengetahui mengenai fungsi organ reproduksi

( 53 % )

61. Distribusi jumlah remaja berdasarkan pengetahuan mengenai LGBT di

RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.61

Distribusi jumlah remaja berdasarkan pengetahuan mengenai LGBT

21%

YA
TIDAK

79%

Berdasarkan diagram 5.61 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar mengetahui pengetahuan mengenai LGBT (79 %)

75
62. Distribusi jumlah remaja berdasarkan pengetahuan mengenai dampak

dari LGBT di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.62

Distribusi jumlah remaja berdasarkan pengetahuan mengenai dampak dari LGBT

18%

YA
TIDAK

82%

Berdasarkan diagram 5.62 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar mengetahui dampak dari LGBT ( 82 % )

63. Distribusi jumlah remaja yang megkonsumsi tablet FE di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.63

Distribusi jumlah remaja yang megkonsumsi tablet FE

YA
45%
TIDAK

55%

Berdasarkan diagram 5.63 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar tidak mengkonsumsi tablet FE ( 55 % )

76
64. Distribusi jumlah remaja yang mengetahui manfaat tablet FE di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.64

    Distribusi jumlah remaja yang mengetahui manfaat tablet FE

YA
47% TIDAK TAHU
53%

Berdasarkan diagram 5.64 di atas dapat dilihat hasil bahwa dari 71

remaja sebagian besar tidak mengetahui manfaat dari tablet FE ( 53 % )

65. Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan usia di RW 15 Desa Cangkorah

Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.65

    Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan usia

8%

34%
< 20 th
20 - 35 th
> 35 th

58%

Berdasarkan diagram 5.65 di atas dapat dilihat hasil dari jumlah 282 ibu

PUS sebagian besar berusia 20-35 th (58 %)

77
66. Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan jumlah anak di RW 15 Desa

Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.66

    Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan jumlah anak


2%
10%

0 ( nulipara )
1 ( primipara )
2 - 4 ( multipara )
> 4 ( grandemulti)
34%
54%

Berdasarkan diagram 5.66 di atas dapat dilihat hasil jumlah 282 ibu PUS

sebagian besar berjumlah anak sebanyak 2-4 multipara ( 54 % )

67. Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan penggunaan ALKON di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.67

Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan penggunaan ALKON

9%

YA
TIDAK

91%

Berdasarkan diagram 5.67 di atas dapat dilihat hasil jumlah 282 ibu PUS

sebagian besar menggunkan alat kontrasepsi (91 %)

78
68. Distribusi Pasangan Usia Subur berdasarkan kontrasepsi yang dipakai

di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.68

Distribusi Pasangan Usia Subur berdasarkan kontrasepsi yang dipakai

7%

12% 27%
PIL ( jangka pedek )
SUNTIK ( jangka pendek )
IMPLAN (jangka panjang )
7% STERIL( jangka panjang )
IUD ( jangka panjang )
3% Tidak KB

43%

Berdasarkan diagram 5.68 di atas dapat dilihat hasil jumlah 282 ibu PUS

sebagian besar menggunkan alat kontrasesi suntik ( 43 % )

69. Distribusi jumlah ibu PUS brdasarkan tempat pelayanan KB di RW 15

Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.69

Distribusi jumlah ibu PUS brdasarkan tempat pelayanan KB

14%

Bidan ( BPS)
8%
posyandu /puskesmas / polindes
dokter praktek / RS
lainnya
tidak KB

17% 61%

79
Berdasarkan diagram 5.69 di atas dapat dilihat hasil jumlah 282 ibu PUS

sebagian besar menggunakan alat kontrasepsi ke tempat bidan/bps ( 61

%)

70. Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan alasan tidak menggunakan

kontrasepsi di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

Diagram 5.70

Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan alasan tidak menggunakan kontrasepsi

masih ingin punya anak

100%

Berdasarkan diagram 5.70 di atas dapat dilihat hasil jumlah 282 ibu PUS

sebagian besar menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan ingin

punya anak lagi ( 100%)

71. Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan pemerikaan deteksi dini dengan

IVA TEST di RW 15 Desa Cangkorah Kecamatan Batujajar.

80
Diagram 5.71

Distribusi jumlah ibu PUS berdasarkan pemerikaan deteksi dini dengan IVA TEST

TIDAK

100%

Berdasarkan diagram 5.65 di atas dapat dilihat hasil jumlah 282 ibu PUS

seluruhnya belum pernah melakukan IVA TEST ( 100 %)

D. Musyawarah Masyarakat RW

1. Persiapan kegiatan

a. Pada tanggal 4 februari 2019 dilakukan penyebaran undangan

untuk FGD dan MMRW kesetiap Tokoh masyaraakat, Tokoh

agama, ketua RT, Ketua RW, Kadder, dan puskesmas.

b. Pada tanggal 5 februari 2019 pukul 15:00 WIB dilakukan FGD

(Forum Group Diskusi) untuk mensosialisasikan data hasil

pengkajian komunitas, tempat di madrasah RW 15. Mendiskusikan

permasalahan yang ada di RT 01-03 di RW 15, yang dihadiri oleh

tokoh masyarakat, tokoh agama, ketua rt masing masing, dan

kader. Dalam proses FGD, para kader dan serta perwakilan RT

menyetujui mengenai masalah yang telah ditemukan di daerah

tersebut. Selanjutnya dibentuk panitia MMRW.

81
c. Pada tanggal 6 februari 2019 Pukul 15:00 WIB melakukan

kegiatan MMRW, yang didatangi oleh ibu kader, tokoh

masyarakat, tokoh agama, ketua RT masing masing, di ruangan

kantor RW 15.

2. Pelaksanaan kegiatan MMRW

a. Kegiatan dilaksanakan pada

Hari : Rabu

Tanggal 6 februari 2019

Tempat : madrasah RW 15

Pukul : 18 : 30 WIB – selesai

b. Jalannya kegiatan

1) Pembukaan oleh ibu Lina Haryani.,SST. M.keb selaku dosen

pembimbing di RW 15.

2) Sambutan oleh Tia Meliyantini selaku ketua kelompok RW 15.

3) Sambutan dari perwakilan masyarakat RW 15, Menjelaskan

kondisi di RW 15, memberikan gambaran dari masalah yang

terjadi.

4) Penyajian data oleh mahasiswa, penyajian data kesehatan,

Analisa data, sampai ditemukan masalah.

5) Diskusi dan tanya jawab dipandu oleh mahasiswa Resty

Amelia

6) Masyarakat menyatakan terdapat 2 masalah yang ditemukan

dari analisa data:

a). Tidak mengetahui manfaat konsumsi tablet FE pada

remaja.

82
b). Tidak mengetahui golongan darah.

7) Pemecahan Masalah, dilakukan penyuluhan kepada remaja,

pemeriksaan hb dan pemberian tablet fe serta melakukan

pengecekan golongan darah.

3. Laporan Hasil Kegiatan

a Warga mampu mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.

b Masyarakat aktif dalam mengikuti kegiatan MMRW.

c Warga dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah

kesehatan.

4. Upaya Tindak Lanjut

Untuk Penyuluhan (materi dan waktu) /kegiatan selanjutnya ditentukan

pada akhir kegiatan sebelumnya

E. Implementasi ( POAC)

NO MASALAH RENCANA SASARAN WAKTU TEMPAT PENANGGUNG

IMPLEMENTASI JAWAB

1. Kurangnya Penyuluhan, Cek Remaja Jumat madrasah Remaja (Sopi)

pengetahuan hb, dan putri 08-02-

tentang pemberian tablet 2019

konsumsi FE

tablet FE

bagi remaja

2. Tidak Cek golongan Ibu hamil, Minggu madrasah Kader ( Bu Ii)

mengetahui darah remaja, 10-02-

golongan umum 2019

darah

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

83
A. Simpulan

1. Pada pelaksanaan SMD (Pendataan data) terhadap RW 15

dilaksanakan mulai pada hari kamis 01 Februari 2019 berjalan dengan

lancar dengan menggunakan teknik door to door dan didapatkan

sasaran ibu hamil sebanyak 4 orang, PUS sebanyak 282, remaja

sebanyak 71.

2. Setelah pendataan selesai dengan teknik PRA terdapat beberapa

indikator masalah yang ada di RW 15 yaitu terdiri dari kurangnya

pengetahuan tentang konsumsi tablet FE bagi remaja dan tidak

mengetahui golongan darah.

3. Kegiaan FGD (Focus Group Discusion) pada hari selasa tanggal 05

Februari 2019 ditemukan masalah yaitu kurangnya pengetahuan

tentang konsumsi tablet FE bagi remaja dan tidak mengetahui

golongan darah.

4. MMRW dilakukan pada hari rabu 06 Februari 2019 dan dihadiri oleh

setiap ketua RT, ketua kader dan ibu kader, tokoh agama, tokoh

masyarakat dan ketua RW. Pada saat MMRW ditentukan

perencanaan untuk pemecahan masalah dengan menggunakan tabel

POAC.

5. Pada kegiatan implementasi dilakukan sesuai dengan waktu yang

telah disepakati, implementasinya yaitu penyuluhan, pemeriksaan HB

pada remaja, dan pemberian tablet FE pada hari jum’at tanggal 08

Februari 2019. Sementara implementasi selanjutnya yaitu cek

golongan darah pada hari minggu tanggal 10 Februari 2019.

84
6. Hasil evaluasi target sesuai dengan yang diharapkan oleh karena itu,

sehingga target sasaran mencapai 100%.

B. Saran

Adapun saran sebagai berikut:

1. Warga RW 15

Diharapkan warga RW 15 lebih meningkatkan kesadaran akan

pentingnya kebersihan dan kesehatan baik kesehatan sendiri

maupun lingkungan. Dan diharapkan untuk remaja dapat lebih

mengetahui informasi yang lebih banyak tentang kesehatan

respoduksi remaja.

2. Kelurahan

Diharapkan dari sasaran yang telah dilakukan implementasi untuk

dapat lebih memperhatikan kembali baik dari lingkungan wilayah

kerja maupun dari warga sekitarnya agar dapat meningkatkan

kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh program pemerintah maupun

dari pelayanan kesehatan khususnya pada kesehatan ibu dan anak

serta dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait.

85
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, lowdermilk, jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :

EGC

Cunningham, F. G. (2010). Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

Depkes RI (2012)

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S. (2012). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta.

Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Salemba

Medika. Jakarta

Rohani. (2011). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta: Salemba

Medika

Saifuddin. (2010). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta

Saifuddin, A. B. 2013. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Sumarah, Dkk. (2009). Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu

Bersalin). Fitramaya. Yogyakarta

Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta

86
Suririnah. (2009). Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Rukiyah, Ai Yeyeh. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Trans Info

Media. Jakarta

Karwati. (2011). Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Trans Info

Medika. Jakarta

WHO (2014)

87

Anda mungkin juga menyukai