Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS MATA KULIAH PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN

BERBASIS KOMUNITAS DALAM KONTEK CONTINUTY


OF CARE DI RT 07 KELURAHAN
PENYENGAT RENDAH

OLEH :
MONICA DELSANTYA
DEA GITA RAMADILLA
YULIA HAIRANI
TRI NURHIDAYAH
BUNGA MAYANG SARI
TYANA WAHYUNI
USWATUN
RTS APRI NINDI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2071/2072
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
LAPORAN KASUS MATA KULIAH PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN
BERBASIS KOMUNITAS DALAM KONTEK CONTINUITY OF CARE DI RT 07
KELURAHAN PENYENGAT RENDAH. Penyusunan laporan ini diajukan untuk
melengkapi tugas praktik asuhan kebidanan komunitas.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapatkan bimbingan serta arahan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rusmimpong, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
2. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jambi
3. Lia Artika Sari, S.ST, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jambi
4. Ruwayda, M.Keb selaku Pembimbing Akademik
5. Kedua Orangtua yang telah memberikan dukungan dan doa serta teman-teman
mahasiswa di prodi Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jambi.
Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar laporan asuhan kebidanan ini dapat
berguna bagi semua pihak.

Jambi, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Kebidanan Komunitas
1. Pengertian, Tujuan, Sasaran Kebidanan Komunitas
2. Kebidanan Komunitas PRA
3. Kebidanan Komunitas KKP
B. Perawatan Kesehatan Masyarakat
1. Pengertian PHC
2. Konsep teori perilaku
3. PSM/PKMD
4. Konsep Keluarga
C. Asuhan Kebidanan
1. Antenatal Care
2. Pertolongan Persalinan
3. Pelayanan Masa Nifas
4. Gizi
5. Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
6. Program Keluarga Berencana
BAB III HASIL PRAKTIK LAPANGAN
A. Gambaran Umum Wilayah
1. Letak dan Batas Wilayah
2. Fasilitas Kesehatan
B. Hasil Pendataan
1. Tabulasi Data
2. Analisis Data
3. Rumusan Masalah
4. POA
5. Pelaksanaan
6. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
A. Derajat Kesehatan
B. Lingkungan Kesehatan
C. Perilaku Kesehatan
D. Upaya Kesehatan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN
A. Satuan Pelajaran Penyuluhan
B. Etika dan Tata Tertib
C. Ikrar
D. POA
E. Absensi Mahasiswa
F. Dokumentasi Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini dapat dilihat
dari sejak dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini
perkembangan pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang professional. Pelayanan
kebidanan yang diberikan lebih banyak ditujukan pada kesehatan ibu dan anak, baik
kesehatan fisik maupun psikologisnya. Ibu dan anak ini berada didalam suatu keluarga
yang ada didalam suatu masyarakat. Bidan sebagai pelaksana utama yang memberikan
pelayanan kebidanan, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat. Bidan juga tinggal didalam suatu masyarakat dikomunitas
tertentu oleh karena itu dalam memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan
anak sebagai individu tetapi juga mempertimbangkan factor lingkungan dimana ibu
tinggal. Lingkungan ini dapat berupa social, politik, dan keadaan ekonomi. Disini
terlihat jelas bahwa kebidanan komunitas sangat diperlukan, agar bidan dapat mengenal
lah. kehidupan social dari ibu dan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatannya
(Hirfa, 2017)

Continuity of care dalam kebidanan merupakan serangkaian kegiatan pelayanan


berkesinambungan mulai dari kehamilan persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta
pelayanan keluarga berencana( homer et all, 2014)

Kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian pemerintah dan merupakan


masalah serius sepanjang hidup. Sasaran program kesehatan reproduksi di Indonesia
adalah seluruh remaja dan keluarganya agar memiliki perilaku yang bertanggung jawab.
Sebagai bagian dari hak reproduksi mereka pemerintah telah mendukungpemberian
informasi, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi yang seluas-luasnya
(Werdiyani dkk, 2012)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dilihat bahwa mahasiswa dapat
melakukan asuhan kebidanan komunitas di RT 07 kelurahan penyengat rendah.
C. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan komunitas pada di RT 07 kelurahan
penyengat rendah.
2) Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian data dasar di RT 07 kelurahan penyengat
rendah
b. Mampu melakukan identifikasi masalah terdiri dari diagnose kebidanan di RT
07 kelurahan penyengat rendah.
c. Mampu menentukan interprestasi data di RT 07 kelurahan penyengat rendah.
d. Mampu merumuskan masalah kesehatan di RT 07 kelurahan penyengat rendah
e. Mampu merumuskan prioritas masalah di RT 07 kelurahan penyengat nobal
rendah.
f. Mampu melakukan penyusunan rencana yang akan dilakukan di RT 07
Kelurahan penyengat rendah.
g. Mampu memberikan asuhan pelaksanaan di RT 07 kelurahan penyengat abnom
rendah.
h. Mampu memberikan evaluasi dan tindak lanjut dari asuhan yang telah dilakukan
di RT 07 kelurahan penyengat rendah.

D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat untuk Lahan Praktik
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan
program. Asuhan kebidanan komunitas di RT 07 kelurahan penyengat rendah.
b. Manfaat untuk Akademik Kebidanan Poltekkes Jambi
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi Profesi Bidan
di Akademik Kebidanan Poltekkes Jambi.
c. Manfaat untuk Reverensi Lain
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengaplikasikan
ilmu dalam penerapan manjemen asuhan kebidanan komunitas dengan
pendokumentasian dalam penangan kasus pada keluarga di RT 02 kelurahan
penyengat rendah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebidanan Komunitas
1. Pengertian
Definisi dan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang
dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh
WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi
tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional (Kongres ICM).
Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005
di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah
mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari
pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau
memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. (Hirfa, 2017).
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan 2 anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan
mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas
pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan
anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah,
masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya(Hirfa, 2017).
2. Tujuan
Tujuan Kebidanan Komunitas Tujuan umum kebidanan komunitas adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat menjalankan fungsinya secara
optimal. Adapun tujuan khusus kebidanan komunitas adalah:
a. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dalam pemah aman tentang pengertian sehat dan sakit.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan.
c. Terciptanya dukungan bagi individu yang terkait.
d. Terkendali dan tertanggulanginya keadaan lingkungan fisik dan social untuk
menuju keadaan sehat yang optimal.
e. Berkembangnya ilmu serta pelaksanaan kebidanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan keperawatan langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,
dan Untuk mencegah dan meningkatkan kesehatan masyarakat dilakukan
melalui: Perhadan langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan kelompok dalam konteks komunitas bahkan bagaimana
masalah atau issue kesehatan masyarakat mempengaruhi keluarga, individu
dan kelompok(Hirfa, 2017)
3. Sasaran
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah Individu, Keluarga, dan
Kelompok Masyarakat (komuniti ). Individu yang dilayani adalah bagian dari
keluarga atau komunitas. Menurut UU No. 23 tahun 1992 yang dimaksud dengan
keluarga adalah suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya Kelompok
dimasyarakat adalah kelompok bayi, balita, remaja, ibu hamil, ibu nifas, ibu
meneteki. Pelayanan ini mencakup upaya pencegaha penyakit, pemeliharaan dan
peningkatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan. Sasaran utama kebidanan
komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada didalam keluarga dan
masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai mahluk social yang memiliki
budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, social budaya dan
lingkungan sekitarnya.(Hirfa, 2017).
4. Kebidanan Komunitas PRA
Kebidanan komunitas PRA didapat dari parisipasi ibu lurah kelurahan
penyengat rendah, ketua RT 02 dan kader.
5. Kebidanan Komunitas KKP
Pendekatan pemberdayaan memahami tujuan pembangunan bagi perempuan
adalah dalam hal kemandirian dan kekuatan internal, dan sedikit banyak lebih
menekankan pada pembuatan undang-undang yang berkenaan dengan kesamaan
antara laki-laki dan perempuan dibandingkan pemberdayaan perempuan itu sendiri.
Dalam pendekatan pemberdayaan berpendapat bahwa perkembangan organisasi
perempuan, yang mengarah pada mobilitas politik, peningkatan kesadaran dan
pendidikan rakyat, merupakan syarat penting bagi perubahan sosial yang
berkelanjutan.
Untuk melaksanakan pemberdayaan perempuan maka ada 4 (empat) langkah
strategis yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut.
a. Pemberdayaan Perempuan (Women Empowerment)
b. Kesetaraan Gender (Kesetaraan Gender)
c. Pemberian Peluang dan Penguatan Aksi (Affirmative Action)
d. Harmonisasi atau Sinkronisasi Peraturan/Perundang-undangan dan
Kebijakan (Synchronization of Regulations and Policies). (Program
Pemberdayaan Perempuan Biak Tahun 2006-2007).
Delly Maulana (2009) menyebutkan strategi yang perlu dilakukan dalam
peningkatan produktivitas perempuan yaitu:
a. Pelaksanaan permberdayaan melalui sistem kelembagaan atau kelompok
b. Program pemberdayaan spesifik sesuai kebutuhan kelompok
c. Pengembangan kelembagaan keuangan mikro di tingkat local
d. Penyediaan modal awal untuk menjalankan usaha ekonomi produktif
e. Pengembangan usaha yang berkesinambungan
f. Pelibatan keluarga atau suami kelompok sasaran
g. Keterpaduan peran serta seluruh stakeholders
h. Penyediaan dan peningkatan kemudahan akses terhadap modal usaha
i. Fasilitas bantuan, permodalan bersifat bergulir untuk pemupukan
permodalan
j. Pemantapan serta pendampingan untuk kemandirian.
B. Perawatan Kesehatan Masyarakat
1. Pengertian PHC
Primary Healt Care (PHC) diperkenalkan oleh WHO dengan tujuan untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di
Indonesia PHC memiliki tiga strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral,
partisipasi masyarakat dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan
pelaksanaan dimasyarakat.
Primary Healt Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan social yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau
oleh masyarakat dan Negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib
sendiri( self determination).
2. Konsep Teori Perilaku
Pengertian perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu
terhadaprangsangan atau lingkungan. Perilaku baruterjadi apabila ada sesuatu yang
diperlukan untuk menimbulkan reaksi,yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan
tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu (Sunaryo, 2014).
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiriyang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dansebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksudperilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yangdiamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar(Notoatmodjo, 2013).
Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagaiakibat
adanya rangsangan (stimulus) baik dari dalam dirinya sendiri(internal) maupun dari
luar individu (eksternal). Pada hakekatnya perilakuindividu mencakup perilaku yang
tampak (overt behaviour) dan perilakuyang tidak tampak (inert behavior atau covert
behavior) (Sunaryo, 2014).
Menurut Skinner, dalam Notoatmodjo (2013), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus ataurangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui prosesadanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebutmerespons, maka teori Skinner ini disebut teori "S
O-R" atau Stimulus -Organisme - Respon.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2013):
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat dilihat atau dilihat oleh orang
lain.
3. PSM/PKMD
Peran serta masyarakat (PSM) merupakan keikutsertaan individu, keluarga
dan kelompok masyarakat dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga
merupakan tanggung jawab sendiri, keluarga dan masyarakatnya. Dalam World
Health Assembly (1997), peran masyarakat adalah proses untuk mewujudkan kerja
sama kemitraan antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencanakan,
melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan sehingga diperoleh manfaat
berupa peningkatan kemampuan swadaya masyarakat, dimana masyarakat berperan
dalam menentukan prasarana dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam
pelayanan kesehatan. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah
keadaan dimana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta
bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat
lingkungannya (lusiana, dkk: 2017).
a. Tujuan PSM
1) Tujuan umum Untuk meningkatkan jumlah dan mutu upaya
masyarakat di bidang Kesehatan
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kemampuan pemimpin/pemuka masyarakat
dalam menggerakkan upaya kesehatan meningkatkan
persatuan dan kebersamaan ke gotong royongan dalam
menyelesaikan masalah secara mandiri.
b) Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam
menyelenggarakan upaya Kesehatan
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menggali,
menghimpun dan mengelola dana/sarana masyarakat untuk
Kesehatan
d) Untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari
warga negara dan masyarakat yang berkepentingan (public
interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan masalah Kesehatan
e) Meningkatkan persatuan dan kebersamaan kegotong
royongan dalam menyelesaikan masalah secara mandiri.
b. Tujuan Filosofi PSM
1) Community feel need Apabila pelayanan diciptakan untuk
masyarakat sendiri maka masyarakat akan merasakan memerlukan
pelayanan tersebut (dari masyarakat dan untuk masyarakat).
2) Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan
partisipasi masyarakat Keinginan masyarakat untuk berperan serta
dalam upaya kesehatan timbul dari masyarakat itu sendiri.
3) Akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri atas dasar sukarela.
c. Faktor yang mempengaruhi Peran Serta Masyarakat
1) Perilaku individu
Perilaku individu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti tingkat
pengetahuan, sikap mental, tingkat kebutuhan individu, tingkat
keterikatan dalam kelompok, tingkat kemampuan sumber daya yang
ada.
a) Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku
individu. Makin tinggi pendidikan / pengetahuan kesehatan
seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta.
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antar
tingkat pendidikan ibu dan kesehatan keluarganya. Dalam
permasalahan kesehatan, sering dijumpai bahwa persepsi
masyarakat tidak selalu sama dengan persepsi dengan persepsi
pihak provider kesehatan (tenaga kesehatan). Untuk mencapai
kesepakatan atau kesamaan persepsi sehingga tumbuh
keyakinan dalam hal masalah kesehatan yang dihadapi
diperlukan suatu proses (KIM) yang mantap. Dalam proses ini
diharapkan terjadi perubahan perilaku seseorang, yang tahap-
tahapnya adalah : pengenalan (kesadaran) - peminatan (interest)
– penilaian (evaluation)- percobaan (trial) - penerimaan
(adoption).
b) Sikap Mental
Sikap mental pada hakekatnya merupakan kondisi kejiwaan,
perasaan dan keinginan (mind, feeling and mood) seseorang
sehingga hal tersebut berpengaruh pada perilaku serta pada
akhirnya perbuatan yang diwujudkannya.Kondisi ini
didapatkan dari proses tumbuh kembang individu sejak masa
bayi/anak dan berkembang pula dari pendidikan serta
pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan
lingkungan/masyarakatnya. Dengan memahami sikap mental
masyarakat (norma), maka para pemberi pelayanan sebagai
"Prime Mover" akan dapat membentuk strategi perekayasaan
manusia dan sosial.
c) Tingkat Kebutuhan individu
Berkaitan dengan sistem kebutuhan yang terdapat dalam diri
individu, MASLOW mengatakan bahwa pada diri manusia
terdapat sejumlah kebutuhan dasar yang menggerakkannya
untuk berperilaku. Kelima kebutuhan menurut MASLOW
tersebut terikat dalam suatu hirarki tertentu berdasarkan kuat
lemahnya MOTIVASI. Motivasi adalah penggerak batin yang
mendorong seseorang dari dalam untuk menggunakan tenaga
yang ada pada dirinya Melul sebaik mungkin demi tercapainya
sasaran. Implikasi dari churaian diatas adalah bahwa sepanjang
perilaku berperan serta yang dikehendaki dapat memenuhi
kebutuhan pokok anggota masyarakat dan sejalan dengan
norma dan nilai yang dianut, maka peran serta tersebut dapat
berkembang. Sebaliknya, perilaku yang lain (baru ataupun
berlawanan) tidak akan muncul dengan mudah apabila
kebutuhan pokok anggota masyarakat tersebut tidak dipenuhi.
d) Tingkat keterikatan kelompok
Suatu masyarakat terdiri dari individu/keluarga yang hidup
bersama, terorganisasi dalam suatu sistem sosial atau ikatan.
Sesuai dengan kepentingan dan aspirasi anggotanya sistem
sosial tersebut dapat berupa organisasi/ikatan: politik, ekonomi,
sosbud, agama, profesi, pendidikan, hukum, dll.
Organisasi/institusi bentukan dari sistem sosial tersebut
bervariasi besarnya dan profil sosial ekonominya, serta
tingkatannya, mulai dari paguyuban atau bahkan kelompok
terisolir pada tingkat desa, kota dan nasional. 5) Tingkat
kemampuan sumber daya. Perilaku individu juga diepengaruhi
oleh tersedianya sumber daya terutama sarana untuk
pemenuhan kebutuhan baik yang dimiliki olehnya maupun
yang tersedia di masyarakat.
d. Tahap-tahap, ciri-ciri Bentuk-bentuk, dan Prinsip-prinsip dalam
Pengembangan PSM (lusiana, dkk: 2017)
Tahap-Tahap Peran Serta Masyarakat Secara umum, tahap-tahap
dalam mengembangkan Peran Serta Masyarakat adalah:
1) Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat
melalui dialog untuk mendapatkan dukungan
2) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah keluarga maupun masyarakat dengan menggali
dan menggerakkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat,
apabila diperlukan bantuan dari luar bentuknya hanya berupa
perangsang atau pelengkap sehingga tidak semata-mata bertumpu pada
bantuan tersebut
3) Menumbuhkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan. Peran serta masyarakat di dalam
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya
jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan
kesehatan seperti memanfaatkan puskesmas, polindes, puskesmas
pembantu, mau hadir ketika ada kegiatan penyuluhan kesehatan, mau
menjadi peserta tabulin, JPKM, dan lain sebagainya.
4) Mengembangkan semangat gotong-royong dalam pembangunan
kesehatan. Semangat gotong royong yang merupakan warisan budaya
masyarakat Indonesia hendaknya dapat juga ditentukan dalam upaya
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
e. Ciri-Ciri Peran Serta Masyarakat hal ini harus timbul dari masyarakat itu
sendiri
1) Motivasi dengan pendidikan kesehatan untuk berlangsungnya
motivasi.
2) Dengan melakukan Komunikasi informasi masyarakat interaksi secara
terus menerus, berkesinambungan dengan masyarakat mengenai segala
permasalahan kebersihan dan kesehatan masyarakat. kerja sama
dengan instansi diluar kesehatan dan
3) Kooperasi instansi kesehatan sendiri mutlak diperlukan. hal ini dimulai
seawal mungkin sampai akhir.
4. Konsep Keluarga
Dep-kes RI .1988. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yg terdiri
dari kk danbeberapa orang yg berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaansaling ketergantungan.(lusiana, dkk: 2017).
S.G.Baillon.1989. Keluarga adalah dua orang atau lebih dari individu yg
bergabung karena hubungan darah, hububungan perkawinan, pengangkatan, dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga beriteraksi satu sama lainnya dalam
perannya masing masing serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Subdit.perkesmas dep-kes (Hirfa, 2017).
Keluarga adalah salah satu kelompok atau perkumpulan manusia yg hidup
bersama sebagaisatu kesatuan /unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hub
darah,ikatanperkawinan,yg dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan
dalam satu periuk.
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga danbeberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam suatu rumah tanggakarena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, dimana antara satu dengan yanglainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Bila salah satu anggota keluarga mempunyaimasalah kesehatan
atau keperawatan, maka akan berpengarung terhadap anggota-anggotayang
lain dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya (Hirfa, 2017).
b. Bentuk Tipe Keluarga (Hirfa, 2017).
1) Keluarga inti (Nuclear Familly), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
2) Keluarga besar (ETtended Familly), adalah keluarga inti ditambah sanak
saudara,misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi,
dan sebagainnya.
3) Keluarga berantai (Serial Familly), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
4) Keluarga duda/janda (Composite), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
5) Keluarga berkomposisi, adalah yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama-sama.
6) Keluarga kabitas (Cabitation), adalah dua orang yang menjadi satau tanpa
pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
c. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga Pemegang kekuasaan keluarga
menurut (Hirfa, 2017)
1) Patrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah.
2) Matrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalah keluarga adalah
pihak ibu.
3) Equalitarian, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah dan ibu.
d. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Menurut (Hirfa, 2017) peranan dalam keluarga adalah:
1) Peranan ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pecari nafkah, pendidik,
pelindung,kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya, anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga, mengasuh
dan pendidik, pelindung dari salah satu kelompok dari peranan sosialnya,
serta sebagai anggota masnyarakat dari lingkungannya, pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.
3) Peranan anak
Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik
dewasa. fisik, mental maupun spiritial.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Biologis
Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota
keluarga.
2) Fungsi Psikologis
a) Memberikan kasih saying dan rasa aman
b) Memberikan kasih saying diantara anggota keluarga
3) Fungsi Sosial
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membentuk norma tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak
4) Fungsi Ekonomi
a) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
b) Mencari sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang
5) Fungsi Pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk membekali Pendidikan, ketrampilan dan
membentuk perilaku sesuai bakat dan minat yang dimilikinya
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang,
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c) Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya
f. Gambaran Keluarga Sehat
Gambaran keluarga sehat dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental maupun social
2) Cepat meminta bantuan kondisi tenaga Kesehatan atau unit pelayanan
Kesehatan bila timbul masalah Kesehatan pada salah satu anggota
keluarga
3) Di rumah tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk P3K
4) Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat
5) Selalu memperhatikan Kesehatan keluarga dan masyarakat

Seorang bidan yang bekerja di komuniti harus mengetahui data


wilayah kerjanya, datatersebut mencakup komposisi keluarga, keadaan sosial,
ekonomi, adat kebiasaan,kehidupan beragama, status kesehatan serta masalah
ibu dan anak balita. Keberhasilanbidan yang bekerja dibidang komuniti
tergantung pada peningkatan kesehatan ibu dan anakbalita di wilayah
kerjanya.

Sasaran umum kebidanan komunitas asalah ibu dan anak dalam


keluarga. Menurutundang-undang no.12 tentang kesehatan, yang dimaksud
dengan keluarga adalah suami,istri, anak dan anggota keluarga lainnya.

Di dalam kesehatan keluarga, kesehatan istri mencakup kesehatan


masa pra kehamilan,persalinan, pasca persalinan dan masa di luar masa
kehamilan (masa interfal) sertapersalinan. Upaya kesehatan ibu dan anak
dilakukan melalui peningkatan kesehatan anakdalam kandungan, masa bayi,
masa balita dan masa pra sekolah.
BAB III
HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A.

Anda mungkin juga menyukai