Anda di halaman 1dari 9

Artikel Penelitian

Peran Kepemimpinan, Modal Sosial, Akses Informasi


serta Petugas dan Fasilitator Kesehatan dalam
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Roles of Leadership, Social Capital, Information Access as well as Health


Duty and Facilitator within Public Empowerment in Health Sector

Endang Sutisna Sulaeman*, Bhisma Murti*, Waryana**

*Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, **Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta

Abstrak health sector were leadership and social capital, meanwhile the external fac-
Faktor internal komunitas yang berperan dalam pemberdayaan masyarakat tors included health information access, health duty and facilitator. This
bidang kesehatan adalah kepemimpinan dan modal sosial, sedangkan fak- study aimed to determine and analyze the roles of leadership, social capi-
tor eksternal komunitas yang berperan adalah akses informasi kesehatan, tal, information access, and health duty and facilitator within public empo-
petugas dan fasilitator kesehatan. Tujuan penelitian adalah mengetahui dan werment in health sector. The study design was cross sectional with quali-
menganalisis peran kepemimpinan, modal sosial, akses informasi kese- tative study approach through embeded case study method. The study was
hatan, petugas, dan fasilitator kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat conducted in Tulungagung District, East Java by taking two villages name-
bidang kesehatan. Desain penelitian adalah potong lintang dengan pen- ly Bulus Village at Bandung Subdistrict and Tanggul Kundung Village at
dekatan penelitian kualitatif melalui metode studi kasus terpancang. Besuki Subdistrict in 2013. The result showed the roles of leadership and
Penelitian dilakukan selama tiga bulan di Kabupaten Tulungagung, Jawa public empowerment in health sector in Alert Village program were spread-
Timur dengan mengambil dua desa, yaitu Desa Bulus di Kecamatan ing information, giving examples, awakening, motivating, educating, moving
Bandung dan Desa Tanggul Kundung di Kecamatan Besuki tahun 2013. targets and the public, facilitating and allocating resources. The roles of so-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kepemimpinan dalam pember- cial capital were mutual trust, kinship, friendship, neighborhood, social
dayaan masyarakat bidang kesehatan pada program Desa Siaga adalah norms, mutual help and public network. The roles of health information ac-
menyebarluaskan informasi, memberikan contoh, menyadarkan, memoti- cess were improving health knowledge and skill, making decision and ask-
vasi, membimbing, menggerakkan sasaran dan masyarakat, memfasilitasi ing for health services. The roles of health duty were socialization, giving in-
dan mengalokasikan sumber daya. Peran modal sosial adalah saling per- structions, training, building, facilitating, developing participation as well as
caya, kekerabatan, pertemanan, pertetanggaan, norma sosial, tolong- monitoring and evaluating the program. Meanwhile, the roles of health fa-
menolong, kerja sama, dan jaringan masyarakat. Peran akses informasi ke- cilitator were socialization, motivating, influencing decision making, mediat-
sehatan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kesehatan, ing public and government, facilitating and developing participation.
mengambil keputusan, dan meminta pelayanan kesehatan. Peran petugas Keywords: Health information access, health facilitator, leadership, social
kesehatan adalah sosialisasi, memberikan petunjuk, melatih, membina, capital, roles of health duty
memfasilitasi, menumbuhkembangkan partisipasi, serta memantau dan
mengevaluasi program. Sedangkan peran fasilitator kesehatan adalah
sosialisasi, memotivasi, memengaruhi pengambilan keputusan, memediasi Pendahuluan
masyarakat dan pemerintah, memfasilitasi dan menumbuhkembangkan Tiga dari delapan tujuan Millenium Development
partisipasi. Goals (MDGs) terkait dengan program Desa Siaga, di an-
Kata kunci: Akses informasi kesehatan, fasilitator kesehatan, kepemimpi- taranya menurunkan prevalensi balita kekurangan gizi,
nan, modal sosial, peran petugas kesehatan telah berkurang hampir setengahnya, dari 31% pada

Abstract Korespondensi: Endang Sutisna Sulaeman, Prodi Magister IKM Pascasarjana


Universitas Sebelas Maret Gd. Pascasarjana Lt.2, Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan
The internal factors of community contributing to public empowerment in
Surakarta 57126, No. Telp: 0271-632450, e-mail: sutisnaend_dr@yahoo.com

353
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015

tahun 1989 menjadi 18,4% pada tahun 2007 dan target pembaharuan dalam proses pencapaian tujuan; enable
pada tahun 2015 sebesar 15,5%. Kemudian, tujuan me- others to act, yaitu meningkatkan kemampuan staf untuk
ngurangi angka kematian anak sebesar dua per tiganya bertindak melalui kerja sama tim, memberikan keper-
antara tahun 1990 – 2015, angka kematian bayi (AKB) cayaan, dan mengembangkan kemampuan staf serta en-
telah menurun dari 68 per 1.000 kelahiran hidup pada courage the heart, yaitu memberikan semangat dan
tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada penghargaan.
tahun 2007 dan target pada tahun 2015 sebesar 32 per Macinko et al, 8 melaporkan bahwa modal sosial
1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bali- berhubungan positif dengan status kesehatan. Jaringan
ta (AKBA) telah menurun dari 97 per 1.000 kelahiran sosial merupakan sumber fundamental untuk mencegah
hidup pada tahun 1991 menjadi 44 per 1.000 kelahiran penyakit. Individu yang tinggal di komunitas dengan
hidup pada tahun 2007 dan target pada tahun 2015 sebe- tingkat modal sosial tinggi melaporkan dirinya lebih se-
sar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Selain itu, tujuan hat secara jasmani dan rohani dibandingkan individu
memperbaiki kesehatan maternal, yakni menurunkan yang tinggal dalam masyarakat dengan tingkat modal
angka kematian ibu (AKI) sebesar tiga per empatnya sosial rendah. Selanjutnya, Nahapiet et al (cit.
antara tahun 1990 - 2015, telah menurun dari 390 per Sulaeman),2 menjelaskan peran modal sosial dalam tiga
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi bentuk, yaitu struktural, relasional, dan kognitif. Dimensi
228 per 100.000 kelahiran hidup, namun, pada tahun struktural berhubungan dengan kemampuan individu un-
2012 meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran tuk membuat ikatan yang lemah menjadi kuat dalam sua-
hidup.1 tu sistem. Dimensi relasional berfokus pada karakter
Indonesia berulang kali masuk kategori negara yang koneksi antara individu yang berlandaskan kepercayaan
lamban langkahnya dalam mencapai MDGs. Pencapaian dan kerjasama. Dimensi kognitif memfokuskan pada
MDGs belum mengikutsertakan masyarakat melalui makna dan pemahaman bersama bahwa individu atau
pemberdayaan masyarakat. Masalah pemberdayaan kelompok merasa memiliki satu dengan yang lain.
masyarakat adalah lemahnya kemampuan mengidenti- Menurut Keleher et al,9 akses informasi kesehatan
fikasi dan memecahkan masalah kesehatan.2 Sejalan de- adalah kemampuan seseorang dalam mengetahui dan
ngan itu, Hawe (cit. Yoo et al3)mengemukakan bahwa bertindak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mening- selayaknya. Akses informasi kesehatan diakui sebagai de-
katkan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi teminan kunci dari kesehatan. Akses informasi adalah
dan memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi se- aktivitas warga masyarakat dalam memperoleh informasi
hingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat secara melalui pelbagai cara, seperti melalui penyuluhan, pen-
keseluruhan. Sementara itu, Rehn et al,4 merumuskan didikan dan pelatihan kesehatan, media massa, media
model pemberdayaan masyarakat meliputi partisipasi, elektronika, dan lain-lain. Sementara itu, menurut
kepemimpinan, keterampilan, sumber daya, nilai-nilai, Fineberg,10 akses informasi kesehatan adalah kemam-
sejarah, jaringan, dan pengetahuan masyarakat. puan seseorang dalam memperoleh, memproses dan
Penelitian Sulaeman et al,5 menyimpulkan bahwa fak- memahami informasi kesehatan untuk pengambilan
tor internal komunitas yang berperan dalam pember- keputusan yang tepat dalam mengakses layanan kese-
dayaan masyarakat bidang kesehatan adalah kepemim- hatan yang dibutuhkan.
pinan dan modal sosial. Sedangkan faktor eksternal ko- Peran petugas kesehatan menurut Kementerian
munitas yang berperan adalah akses informasi, peran Kesehatan adalah aktif dalam pengembangan dan penye-
petugas dan fasilitator. Sementara itu, penelitian Ashwell lenggaraan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
et al,6 menyimpulkan bahwa faktor kunci yang meme- (UKBM) di Desa Siaga (poskesdes, posyandu, dan lain-
ngaruhi kesehatan adalah desa dan kabupaten termoti- lain), menggerakkan masyarakat untuk mengelola,
vasi dan individu terlatih sebagai katalis untuk perubah- menyelenggarakan, dan memanfaatkan UKBM yang ada
an, kepemimpinan diberdayakan, petunjuk praktis yang serta menyelenggarakan sosialisasi program kesehatan
efektif, dan partisipasi kader kesehatan desa yang ter- untuk menciptakan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan
latih. Sedangkan kegagalan program kesehatan dise- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).11 Sementara
babkan pemahaman pemberdayaan masyarakat yang bu- itu, peran fasilitator adalah katalis, yaitu mendorong tim-
ruk, terbatasnya informasi, pendekatan top-down dan bulnya perasaan tidak puas di masyarakat mengenai hasil
kepemimpinan masyarakat yang lemah. pembangunan yang ada; penemu solusi, yaitu mem-
Kouzes et al (cit. Sulaeman),7 menyimpulkan terda- berikan kejelasan gagasan pembangunan yang di-
pat lima aspek kepemimpinan meliputi model the way, rekomendasikan kepada sasaran perubahan; pendam-
yaitu memberikan contoh dalam pelaksanaan kegiatan; ping, yaitu mendampingi proses penentuan solusi
inspire a shared vision, yaitu memberikan inspirasi pada masalah sebagai aplikasi inovasi pembangunan; peran-
visi bersama; challenge the process, yaitu melakukan tara, yaitu mempersatukan antara dua kepentingan yakni

354
Sulaeman, Murti, Waryana, Peran Kepemimpinan, Modal Sosial , Akses Informasi serta Petugas dan Fasilitator Kesehatan

pembuat kebijakan dan sasaran pembangunan dengan yang dilakukan secara interaktif dan siklik dengan proses
membuat keputusan terbaik; motivator, yaitu mem- pengumpulan data. Untuk memaksimalkan kepercayaan
berikan dorongan serta memfasilitasi proses pember- data, dilakukan beberapa jenis triangulasi di antaranya
dayaan masyarakat.7 triangulasi peneliti, yaitu bekerja kolaboratif dalam tim
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan meng- penelitian dengan jumlah lima orang dalam mengidenti-
analisis peran kepemimpinan, modal sosial, akses infor- fikasi kode, mengembangkan kategori dan tema.
masi, peran petugas dan fasilitator kesehatan dalam pem- Kemudian, triangulasi metode dan sumber data, yaitu
berdayaan masyarakat bidang kesehatan pada program menggunakan pelbagai jenis data yang dikumpulkan de-
Desa Siaga. ngan pelbagai metode dan sumber data, misalnya reka-
man dari wawancara, catatan lapangan, dan pemeriksaan
Metode anggota untuk memberikan umpan balik hasil analisis da-
Desain penelitian adalah potong lintang dengan pen- ta. Selanjutnya adalah triangulasi teori, yaitu penggunaan
dekatan penelitian kualitatif melalui metode studi kasus beberapa teori atau perspektif untuk menafsirkan
terpancang. Penelitian dilakukan di Kabupaten kumpulan data.
Tulungagung, Jawa Timur dengan mengambil dua desa Hasil triangulasi metode melalui wawancara men-
yaitu Desa Bulus di Kecamatan Bandung sebagai repre- dalam tentang kepemimpinan sesuai dengan hasil penga-
sentasi Desa Siaga Utama dan Desa Tanggul Kundung di matan langsung yang dilakukan oleh peneliti saat berlang-
Kecamatan Besuki sebagai representasi Desa Siaga sung pertemuan antara warga dengan pamong desa, pe-
Pratama. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari Juli ngurus PKK desa, dan tokoh masyarakat. Sebagai
2013 sampai dengan September 2013. pemimpin, para pamong desa, pengurus PKK Desa,
Populasi penelitian adalah situasi sosial dalam pro- maupun tokoh masyarakat memberikan motivasi, mem-
gram Desa Siaga di Desa Bulus, Kecamatan Bandung dan berikan contoh, menggerakkan sasaran dan masyarakat.
Desa Tanggul Kundung, Kecamatan Besuki, Kabupaten Kesimpulan dari dalam tim penelitian dengan jumlah li-
Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Teknik pengambilan ma orang menguatkan kesimpulan bahwa modal sosial di
sampel dilakukan secara purposive dan snowball sam- Desa Bulus, Kecamatan Bandung dan Desa Tanggul
pling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara Kundung, Kecamatan Besuki berhubungan dengan ke-
wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan kajian mampuan masyarakat dalam hal identifikasi dan
dokumen. Alat bantu yang digunakan untuk mengum- pemecahan masalah kesehatan.
pulkan data adalah pedoman wawancara mendalam,
perekam, alat tulis, dan kamera. Jumlah informan kunci Hasil
seluruhnya adalah 56 orang yang terdiri dari dua kate- Karakteristik Informan
gori, yaitu kelompok komunitas meliputi kepala desa dan Berdasarkan karakteristik informan pada Tabel 1, dari
perangkatnya, Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga 56 informan, jenis kelamin laki-laki sebanyak 46,43%
Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), ketua atau dan perempuan sebanyak 53,67%. Rata-rata usia infor-
anggota tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan man adalah 42,7 tahun dengan rentang terendah 27
Keluarga (PKK) tingkat desa serta kader Desa Siaga. tahun dan yang paling tua berusia 54 tahun. Sebagian be-
Masing-masing desa sebanyak 15 orang sehingga terdapat sar informan berusia 24 - 39 tahun (53,57%) dan beru-
30 informan. Kategori kedua adalah kelompok petugas ke- sia 40 - 55 tahun (46,43%). Ditinjau dari segi pen-
sehatan meliputi tim pembina Desa Siaga puskesmas se- didikan, persentase informan berpendidikan tingkat per-
jumlah 18 informan dan tim pembina Desa Siaga dinas ke- guruan tinggi (PT) adalah 35,71%, diploma 3 (D3)
sehatan kabupaten sejumlah enam informan. 10,71%, sekolah menengah atas (SMA) 35,50%, sekolah
Observasi partisipasi dilakukan di dua poskesdes dan menengah pertama (SMP) 14,28%, dan sekolah dasar
di masyarakat. Peneliti melakukan observasi terhadap ak-
tivitas pelayanan kesehatan dengan mengamati lokasi, Tabel 1. Karakteristik Informan

denah ruangan, alur, prosedur, jenis pelayanan, pen- Karakteristik Kategori Jumlah Persentase
catatan dan pelaporan klien yang berkunjung. Kajian
dokumen dilakukan terhadap pedoman, kebijakan, Jenis kelamin Laki-laki 26 46,43
Perempuan 30 53,57
perencanaan, dan hasil program Desa Siaga di Dinas Usia 24 - 39 tahun 30 53,57
Kesehatan Kabupaten Tulungagung, unit pelaksana tek- 40 - 55 tahun 26 46,43
nis dinas Puskesmas Bandung dan Puskesmas Besuki ser- 55 tahun 0 0,0
Pendidikan PT 20 35,71
ta dua poskesdes.12 D3 6 10,71
Unit analisis adalah program Desa Siaga di SMA 21 37,50
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Analisis data SMP 8 14,28
SD 1 1,78
meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan

355
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015

(SD) 1,78%. kelahiran hidup).


Hasil observasi partisipasi di dua poskesdes dan di
masyarakat menyimpulkan bahwa poskesdes dikelola Peran Kepemimpinan dalam Pemberdayaan Masyarakat
oleh tenaga kesehatan, yaitu bidan dan perawat. Bidang Kesehatan
Poskesdes berperan sebagai UKBM yang dibentuk di de- Dari studi kasus terungkap bahwa peran kepemim-
sa dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan pinanan dalam pemberdayaan masyarakat bidang kese-
dasar. Kegiatan poskesdes mencakup upaya pelayanan hatan pada program Desa Siaga adalah menyebarluaskan
kesehatan dasar secara menyeluruh secara promotif, pre- informasi, memberikan contoh dan sebagai panutan,
ventif dan kuratif, termasuk pengamatan dan kewas- menyadarkan, memotivasi, membimbing, menggerakkan
padaan dini, penanganan hal yang bersifat gawat darurat, sasaran dan masyarakat, memfasilitasi dan menga-
dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Pengunjung lokasikan sumber daya.
poskesdes adalah ibu hamil, bayi, anak balita, perempuan
usia subur, usia lanjut, dan masyarakat lainnya. Peran Kepemimpinan dalam Menyebarluaskan Informasi
Pelayanan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar Terungkap dari penuturan informan sebagai berikut:
gedung. “….Peran pemimpin adalah melakukan sosialisasi
Berdasarkan observasi, tampak bahwa kepemimpinan dan penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat
dan modal sosial berperan dalam keberhasilan pember- mengetahui dan memahami adanya masalah kesehatan
dayaan masyarakat melalui gotong-royong masyarakat, di masyarakat. Sosialisasi dilakukan pada pertemuan
adanya organisasi kelompok yasinan, pertemuan rukun Yasinan (membaca al-Qur’an Surat Yaasin), pertemuan
tetangga (RT), dan pertemuan forum Desa Siaga sebagai warga RT, dan posyandu.” (Mh, Bulus, 23 Agustus
media komunikasi dan kerja sama antara warga dengan 2013)
pemimpin desa dan petugas kesehatan.
Berdasarkan kajian dokumen terhadap cakupan pro- Peran Kepemimpinan dalam Penyadaran dan Motivasi
gram Desa Siaga tahun 2012, persentase tingkat partisi- Seperti penuturan informan berikut:
pasi masyarakat (D/S) adalah 71,95%, yaitu jumlah bali- “…Pemimpin masyarakat berperan dalam memoti-
ta yang ditimbang berjumlah 59.640 dari 82.894 anak vasi dan mendorong masyarakat dalam upaya penang-
dengan cakupan balita berat badan naik (71,09%), bayi gulangan masalah kesehatan dan gizi…” (Sns, Bulus, 23
yang diberi ASI eksklusif (51,20%), balita mendapatkan Agustus 2013)
vitamin A dua kali (90,96%), balita dengan gizi buruk se-
jumlah 243 anak (0,41%), sedangkan balita gizi kurang Peran Kepemimpinan dalam Membimbing, Menggerakkan
sejumlah 2.476 orang (4,15%). Universal Child Sasaran dan Masyarakat
Immunization (UCI) adalah 74,17% dari jumlah 271 de- Sebagaimana disampaikan oleh informan berikut:
sa. Cakupan imunisasi campak bayi adalah 100,78%. ”...Peran pemimpin masyarakat adalah menyadarkan,
Drop out imunisasi DPT1-campak adalah 5,65%. Jumlah mengajak dan menggerakan masyarakat serta menyedia-
kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi kan tempat kegiatan seperti posyandu, membimbing
(PD3I) yaitu 17 kasus difteri, empat kasus campak dan masyarakat agar bergotong-royong dalam pemecahan
tujuh kasus hepatitis klinis. Kunjungan ibu hamil (K1) masalah kesehatan...” (Mh, Bulus, 22 Agustus 2013)
adalah 91,66% dan kunjungan ibu hamil (K4) 85,03%.
Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan adalah Peran Kepemimpinan dalam Memberikan Contoh dan
89,57%, pelayanan ibu nifas 86,38%, peserta Keluarga Sebagai Panutan
Berencana (KB) baru 13,61%, sedangkan peserta KB ak- Seperti penuturan informan berikut:
tif 67,34%. ”...Pimpinan masyarakat berperan sebagai panutan
Cakupan PHBS rumah tangga adalah 35,32%, rumah warga masyarakat dalam upaya kesehatan dan gizi, se-
sehat 57,80%, rumah/bangunan bebas jentik 92,78%, hingga kalau Pak Lurah dan Pak Kepala Dusun mem-
keluarga dengan sumber air minum terlindung 56,84%, beri nasihat, masyarakat akan mengikutinya...” (Srs,
keluarga memiliki jamban sehat 66,48%, keluarga memi- Bulus, 23 Agustus 2013).
liki tempat sampah sehat 82,09%, keluarga memiliki “…Pemimpin memberikan contoh. Kalau pemimpin
pengelolaan air limbah sehat 61,33%, dan institusi dibi- hanya memberikan saran, tapi tidak memberikan con-
na kesehatan lingkungannya 79,62%. Jumlah kematian toh, sarannya tidak didengar…” (Ags, Bandung, 24
ibu adalah 11 jiwa dari 16.109 jiwa kelahiran hidup Agustus 2013)
(68,28 per 100.000 kelahiran hidup). Angka kematian
bayi adalah 121 jiwa dari 16.109 jiwa kelahiran hidup Peran Kepemimpinan dalam Memfasilitasi dan
(7,51 per 1.000 kelahiran hidup) dan angka kematian Mengalokasikan Sumber Daya
balita adalah 138 jiwa dari 59.848 jiwa (8,57 per 1.000 Sebagaimana penuturan informan berikut:

356
Sulaeman, Murti, Waryana, Peran Kepemimpinan, Modal Sosial , Akses Informasi serta Petugas dan Fasilitator Kesehatan

“…Pemimpin menyadarkan masyarakat, meng- memecahkan masalah kesehatan, misalnya tetangga


arahkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan, dan memberikan saran, nasihat, atau informasi kesehatan
melakukan penggerakan pengumpulan dana sosial un- dan memberitahukan masalah kesehatan atau penyakit
tuk kesehatan…” (Rs, Bulus, 22 Agustus 2013) yang diderita oleh tetangganya...” (Srt, Bulus, 23
“…Peran pimpinan masyarakat adalah memberikan Agustus 2013)
bantuan. Kalau ada keluarga atau masyarakat yang ku-
rang mampu, pimpinan desa melakukan penggalangan Adanya Kerja Sama antara Warga Masyarakat, Pimpinan, dan
dan pengumpulan dana. Desa juga memberi stimulan Petugas Kesehatan serta Adanya Jaringan Organisasi
dana ke setiap dusun …” (Knp, Tanggul, 24 Agustus Masyarakat
2013). Terungkap dari penuturan informan berikut:
Dari kutipan pernyataan informan tersebut, dapat di- ”...Melalui kerja sama antarwarga, masalah kese-
simpulkan bahwa peran pimpinan masyarakat adalah hatan dapat ditanggulangi. Kerja sama diwujudkan
menyebarluaskan informasi tentang program Desa Siaga dalam pelbagai bentuk, seperti kerja bakti atau gotong-
kepada masyarakat, memberi contoh perilaku sehari- royong, pengumpulan iuran dana sehat…”(Ans,
hari, mulai dari keluarga sendiri, dan di fasilitas umum Bandung, 24 Agustus 2013)
seperti kantor balai desa. Peran tersebut dapat menum- ”Adanya organisasi masyarakat seperti kelompok
buhkan partisipasi masyarakat terhadap program Desa yasinan, pertemuan RT, pertemuan Dasa Wisma meru-
Siaga. Dengan peran pimpinan tersebut, maka akan tim- pakan modal sosial yang dapat mempermudah kerja
bul partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan dan ke- sama antara warga masyarakat serta kerja sama dengan
langsungan program Desa Siaga. pimpinan desa dan petugas kesehatan dalam pemecah-
an masalah kesehatan...”(Bdn, Bulus, 23 Agustus 2013)
Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat Bidang ”...Modal sosial di desa adalah gotong-royong
Kesehatan masyarakat dalam melaksanakan posyandu dan mem-
Peran modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat bantu keluarga gizi buruk serta memotivasi masyarakat
bidang kesehatan meliputi adanya saling percaya an- untuk selalu menjaga kesehatan lingkungan, mem-
tarkeluarga dan masyarakat, kerja sama antara warga berikan nasihat kepada ibu balita agar selalu menim-
masyarakat, pimpinan dan petugas kesehatan, saling to- bangkan balitanya setiap bulan serta memerhatikan gizi
long-menolong, norma sosial timbal-balik, hubungan dan kesehatan anaknya, kader kesehatan bergotong-ro-
kekerabatan, pertetanggaan dan pertemanan serta yong dalam melaksanakan program posyandu dan Desa
adanya jaringan organisasi masyarakat. Siaga...” (Sp, Bandung, 24 Agustus 2013)
Modal sosial yang terdapat di masyarakat merupakan
Adanya Saling Percaya Antarkeluarga, Masyarakat, dan perekat antara individu satu sama lain, seperti adanya
Petugas Kesehatan kebiasaan saling mengunjungi apabila terdapat tetangga
Sebagaimana disampaikan oleh informan berikut: yang baru melahirkan, warga masyarakat yang sakit, atau
“…Warga masyarakat saling percaya, sehingga ter- dirawat di rumah sakit. Kebiasaan ini sebagai modal
jalin kerja sama dalam pemecahan masalah kesehatan sosial untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat
secara gotong royong. Ikatan sosial antarwarga secara optimal.
masyarakat sangat kuat dan bersatu-padu...” (Nn,
Bandung, 24 Agustus 2013) Peran Akses Informasi Kesehatan dalam Pemberdayaan
“...Adanya rasa memiliki antarwarga, ditunjukkan Masyarakat Bidang Kesehatan
bila ada warga yang sakit, maka warga saling memberi- Sebagian besar informan mengatakan bahwa akses in-
tahu satu sama lain dan berkunjung kepada orang yang formasi kesehatan berperan dalam pemberdayaan
sakit, serta memberikan sumbangan...” (Snt, Bandung, masyarakat bidang kesehatan melalui peningkatan
24 Agustus 2013) pengetahuan dan keterampilan kesehatan, mengambil
“Kepercayaan warga masyarakat terhadap bidan de- keputusan kesehatan, dan meminta pelayanan kesehatan.
sa besar sekali sehingga setiap melahirkan ditolong oleh
bidan. Juga kalau warga sakit, warga berobat ke Pos Peran Akses Informasi Kesehatan dalam Mengambil
Kesehatan Desa.” (Srt, Bulus, 23 Agustus 2013) Keputusan Kesehatan dan Meminta Pelayanan Kesehatan
Sebagaimana penuturan informan berikut:
Adanya Hubungan Kekerabatan, Pertetanggaan, dan ”...Akses informasi kesehatan berperan dalam mengi-
Pertemanan dentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan, misal-
Sebagaimana dituturkan oleh informan berikut: nya Depkes menayangkan informasi kesehatan di TV,
“…Adanya kekerabatan dan kedekatan antarwarga seperti biaya persalinan gratis melalui jaminan persalin-
masyarakat berperan dalam mengidentifikasi dan an, masyarakat menanyakan kepada petugas puskesmas

357
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015

bagaimana syarat dan tata caranya...” (Bd. Bulus, 22 fasiltator program Desa Siaga adalah melakukan sosial-
Agustus 2013) isasi, pendampingan, motivator, pengarah, mediator an-
tara masyarakat dengan pemerintah, memengaruhi
Peran Akses Informasi Kesehatan dalam Meningkatkan pengambilan keputusan, dan menumbuh-kembangkan
Pengetahuan dan Ketrampilan Kesehatan partisipasi. Hal tersebut seperti penuturan informan
Sebagaimana disampaikan informan berikut: berikut:
“….Penyampaian informasi kesehatan berdampak “…Fasilitator berperan sebagai penyuluh dan
pada peningkatan kemampuan pengetahuan dan kete- penghubung antara masyarakat dan pemerintah, meng-
rampilam kesehatan bagi masyarakat….” (Tn, Bandung, arahkan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pro-
24 Agustis 2013) gram Desa Siaga, menampung aspirasi masyarakat un-
“…Perolehan informasi kesehatan membuat tuk disampaikan kepada pemerintah, dan menumbuh-
masyarakat lebih memahami masalah kesehatan dan kembangkan partisipasi…” (Srt, Bulus, 22 Agustus
mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah kese- 2013).
hatan di desa…” (Srt, Bulus, 22 Agustus 2013) “…Fasilitator berperan sebagai pendamping, yaitu
Akses informasi kesehatan diperoleh masyarakat dari mendampingi proses pengenalan masalah kesehatan,
petugas puskesmas dan media massa seperti televisi dan membantu memperoleh sumber-sumber daya yang diper-
radio. Melalui sumber informasi tersebut, masyarakat lukan, membantu memilih pemecahan masalah kese-
memperoleh pengetahuan tentang cara hidup sehat, cara hatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat.” (Spd,
merawat kesehatan perorangan, cara menjaga kebersih- Bandung, 23 Agustus 2013).
an lingkungan, cara merawat kehamilan, cara merawat “Peran fasilitator adalah sebagai motivator, yaitu
bayi, dan sebagainya. Mudahnya akses informasi yang memberikan dorongan kepada warga masyarakat untuk
diperoleh masyarakat akan meningkatkan pengetahuan mampu mengidentifikasi dan memecahkan masalah ke-
masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat. sehatan”. (Wt, Bulus, 22 Agustus 2013)

Peran Petugas Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pembahasan


Bidang Kesehatan Peran Kepemimpinan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Beberapa informan menyampaikan bahwa peran Bidang Kesehatan
petugas kesehatan adalah melakukan sosialisasi, mem- Penelitian Adrian, 13 menyimpulkan bahwa
berikan petunjuk, melatih, membina, memfasilitasi, kepemimpinan masyarakat berperan untuk mengikutser-
menumbuh-kembangkan partisipasi serta memantau dan takan masyarakat lokal dalam program pembangunan.
mengevaluasi program Desa Siaga, seperti penuturan in- Sinergi yang jelas di antara mereka untuk berperan saling
forman berikut: melengkapi. Bukti dampak dari kepemimpinan
”...Peran petugas puskesmas adalah membina, mem- masyarakat menunjukkan adanya keikutsertaan
beri bantuan peralatan, memberikan penyuluhan, dan masyarakat ke dalam ruang tata kelola masyarakat, dan
melatih serta memfasilitasi masyarakat untuk pelak- menekankan kebutuhan untuk menggerakan kepemim-
sanaan program Desa Siaga...”(Srt, Bandung, 23 pinan lokal yang kuat.
Agustus 2013). Penelitian Ferguson et al,14 memberikan kerangka
“…Peran petugas puskesmas dan sektor terkait di teoritis untuk memahami cara masyarakat memandang
tingkat kecamatan adalah mengusahakan kemudahan peluang kepemimpinan dalam lembaga masyarakat serta
masyarakat dalam melaksanakan program Desa Siaga. proses lembaga mendorong peningkatan keikutsertaan.
Petugas puskesmas memberikan pembinaan kepada Empat tema utama yang muncul, yaitu suara masyarakat
masyarakat dalam melakukan identifikasi masalah ke- dan kepemilikan, keamanan emosional, kekuasaan, dan
sehatan, cara memecahkan masalah kesehatan, cara dukungan timbal balik. Untuk keberhasilan pember-
memanfaatkan potensi sumber daya lokal, dan menum- dayaan masyarakat, perlu ditunjang dengan pember-
buh-kembangkan partisipasi.” (Ans, Bulus, 22 Agustus dayaan kepemimpinan. Pitts,15 memformulasikan secara
2013) komprehensif definisi dari pemberdayaan kepemimpinan
“…Petugas kesehatan berperan dalam meningkatkan yang meliputi tujuh dimensi, yaitu kekuasaan, pengam-
kemampuan mengidentifikasi dan memecahkan bilan keputusan, informasi, otonomi, inisiatif dan
masalah kesehatan lokal…” (Ss, Bandung, 24 Agustus kreativitas, pengetahuan dan keterampilan, dan pertang-
2013) gungjawaban. Penelitian Ashwell et al,6 menegaskan
bahwa kemandirian berkelanjutan di bidang kesehatan
Peran Fasilitator dalam Pemberdayaan Masyarakat Bidang dapat dicapai melalui kepemimpinan masyarakat dan
Kesehatan mempertahankan aktivitas, menguatkan intervensi
Sebagian besar informan menjelaskan bahwa peran pogram dan meningkatkan interaksi antara masyarakat

358
Sulaeman, Murti, Waryana, Peran Kepemimpinan, Modal Sosial , Akses Informasi serta Petugas dan Fasilitator Kesehatan

dan sistem kesehatan serta meningkatkan penggunaan mangku kepentingan dan masyarakat agar mereka men-
pelayanan kesehatan oleh masyarakat. jadi sadar terhadap permasalahan yang dihadapi di de-
sanya, bangkit niat dan tekad untuk mencari solusi serta
Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat Bidang memantau, membina pelaksanaan survei mawas diri dan
Kesehatan musyawarah masyarakat desa sebagai media untuk
Modal sosial menurut Lynch et al,16 merupakan ke- mengidentifikasi masalah kesehatan dan merumuskan
mampuan sosial yang lebih luas menyangkut inklusivitas, pemecahan masalah kesehatan, juga melakukan pen-
hak asasi manusia, keadilan sosial, partisipasi ekonomi, dampingan yang berperan sebagai fasilitator.
dan politik secara penuh dari warga masyarakat sehing- Petugas kesehatan perlu memahami kebutuhan
ga investasi modal sosial merupakan strategi yang bergu- masyarakat, budaya masyarakat, dan karakteristik
na untuk kesehatan masyarakat. Selanjutnya, penelitian kepribadian masyarakat. Petugas kesehatan berupaya
Nina,17 menyimpulkan bahwa pemberdayaan disajikan mengembangkan pembelajaran bagi masyarakat untuk
dan dibandingkan dengan modal sosial dan kapasitas membangun kemandirian dalam pemecahan masalah ke-
masyarakat sebagai strategi untuk memperkuat faktor sehatan. Peran petugas kesehatan adalah sebagai fasilita-
perlindungan sosial. tor berperan untuk memberikan kemudahan bagi
Penelitian Lopez,18 menemukan hubungan antara pe- masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan,
ningkatan inovasi dan tingkat modal sosial yang berbeda. memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan sarana dan pera-
Penelitian ini menjelaskan hubungan antara pember- latan untuk mendukung kelancaran kegiatan Desa Siaga,
dayaan dan tujuan inovasi dalam peningkatan kondisi ke- sebagai konsultan dengan memberikan nasihat dan
hidupan berdasarkan perbedaan tingkatan modal sosial. petunjuk kepada masyarakat agar pelaksanaan kegiatan
Promosi kesehatan dalam modal sosial dan pember- program Desa Siaga dapat berjalan sesuai dengan tu-
dayaan dapat menyumbangkan pengaruh pada pem- juan.20
bangunan melalui aksi perorangan ataupun masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes),21 menegaskan
yang didukung oleh kebijakan dan program. Terdapat bahwa keberhasilan program kesehatan ditentukan oleh
hubungan antara pemberdayaan modal sosial (struktur peran petugas kesehatan di antaranya pertama adalah
dan nilai) dan inovasi dalam organisasi masyarakat pada kinerja profesional, yaitu upaya sistematis yang di-
daerah pedesaan di Peru. lakukan dalam aktivitas kerja yang diwujudkan dalam
penampilan kinerja. Kedua adalah persepsi terhadap pe-
Peran Akses Informasi dalam Pemberdayaan Masyarakat rilaku kepemimpinan, yaitu perilaku positif dari
Bidang Kesehatan pemimpin yang merupaka panutan yang memengaruhi
Hasil studi kasus menunjukkan bahwa akses infor- peran pegawai. Ketiga adalah kompetensi, yaitu kemam-
masi kesehatan berperan dalam pemberdayaan puan pegawai untuk mendemonstrasikan pengetahuan
masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dan keterampilannya untuk menghasilkan jasa layanan
Rothman,19 bahwa peran akses informasi kesehatan kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan
meliputi pengetahuan tentang kesehatan dan perawatan kemampuan untuk mengalihkan pengetahuan dan
kesehatan, kemampuan untuk menemukan, memahami, keterampilan. Keempat adalah kompensasi, yaitu faktor
menginterpretasikan dan mengkomunikasikan informasi eksternal yang secara langsung memengaruhi peran pe-
kesehatan, kemampuan untuk meminta perawatan kese- gawai dalam proses penggerakan dan pemberdayaan,
hatan yang tepat dan membuat keputusan kesehatan se- seperti gaji, penghargaan, dan fasilitas. Kelima adalah
cara kritis. Pelbagai jenis informasi berperan dalam pe- sikap pegawai terhadap pekerjaan, yaitu sikap positif ter-
ningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan hadap pekerjaan yang akan mendorong kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Masyarakat menerjemahkan lingkungan untuk diwujudkan dalam
memahami cara-cara melakukan identifikasi dan kinerja pegawai. Keenam adalah motivasi kerja, yaitu
pemecahan masalah kesehatan. Akses informasi akan daya dorong sebagai hasil proses interaksi dengan
mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pem- lingkungan. Ketujuh adalah kecerdasan emosi, yaitu ke-
bangunan kesehatan, baik pada tingkat individu maupun sadaran, pengendalian diri dan kemampuan atau keku-
pada kelompok masyarakat. atan pribadi, sosial, politik, ekonomi yang diwujudkan
dalam bentuk kinerja sebagai hasil interaksi dengan
Peran Petugas Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat lingkungan.
Bidang Kesehatan
Terungkap melalui studi kasus bahwa petugas kese- Peran Fasilitator dalam Pemberdayaan Masyarakat Bidang
hatan berperan dalam pemberdayaan masyarakat bidang Kesehatan
kesehatan. Menurut Sulaeman,7 petugas kesehatan Fasilitator menciptakan suasana dialogis dengan
berperan dalam melakukan pendekatan kepada pe- masyarakat dan mampu menumbuhkembangkan, meng-

359
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015

gerakkan, serta memelihara partisipasi masyarakat dalam berikan petunjuk, melatih, membina, memfasilitasi,
program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, menumbuh-kembangkan partisipasi serta memantau dan
mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi hasil mengevaluasi program pemberdayaan masyarakat. Selain
kegiatan. itu, disarankan untuk memperkuat peran fasilitator de-
Peran fasilitator menurut Mardikanto, 22 adalah ngan melakukan sosialisasi, pendampingan, motivator,
memengaruhi proses pengambilan keputusan yang di- mediator antara masyarakat dan pemerintah, meme-
lakukan oleh masyarakat untuk mengadopsi inovasi, ngaruhi pengambilan keputusan, dan menumbuhkem-
meningkatkan kapasitas individu, entitas, dan jejaring bangkan partisipasi.
yang terhimpun dalam satu kata “edfikasi” sebagai akro-
nim dari edukasi, diseminasi informasi/inovasi, fasilitasi, Daftar Pustaka
konsultasi, supervisi, pemantauan, dan evaluasi. 1. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan
Sementara itu, peran fasilitator menurut Yoo et al,3 Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Laporan pencapaian tujuan
adalah untuk memberikan bantuan dan bimbingan serta pembangunan milenium Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian
tetap menjaga hubungan yang erat dengan masyarakat, Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan Pembangunan
namun tidak mengarahkan atau memengaruhi keputusan Nasional; 2010.
masyarakat. 2. Sulaeman ES, Karsid R, Murti B, Kartono DT, Waryana, Hartanto R.
Model pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, studi program de-
Kesimpulan sa siaga. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2012; 7 (4):
Peran kepemimpinan dalam pemberdayaan 186-92.
masyarakat bidang kesehatan pada program Desa Siaga 3. Yoo S, Weed NE, Lempa ML, Mbondo M, Shada RE, Goodman RM.
adalah menyebarluaskan informasi, memberikan contoh, Collaborative community empowerment: an illustration of a six-step
penyadaran, memotivasi, membimbing, menggerakkan process. Health Promotion Practice. 2004; 5 (3): 256-65.
sasaran dan masyarakat, memfasilitasi dan menga- 4. Rehn NS, Ovretveit J, Laamanen R, Suominen S, Sundell J, Brommels
lokasikan sumber daya. Sementara itu, peran modal M. Determinants of health promotion action: comparative analysis of lo-
sosial adalah saling percaya, kekerabatan, pertetanggaan cal voluntary associations in four municipalities in Finland. Health
dan pertemanan, norma sosial, kerjasama, tolong-meno- Promotion International. 2006; 21 (4): 274-83.
long, dan adanya jaringan masyarakat. Peran akses in- 5. Sulaeman ES, Karsid R, Murti B, Kartono DT, Waryana, Hartanto R.
formasi kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan Leadership, social capital, access to information and community em-
dan keterampilan kesehatan, mengambil keputusan ke- powerment to address health issues. International Journal of Scientific
sehatan, dan meminta pelayanan kesehatan. Peran petu- Research and Education (IJSRE). 2013; 1 (5): 90-107.|
gas kesehatan adalah melakukan sosialisasi, memberikan 6. Ashwell HES, Barclay L. A retrospective analysis of a community-based
petunjuk, melatih, membina, memfasilitasi, menumbuh- health program in Papua New Guinea. Health Promotion International.
kembangkan partisipasi, serta memantau dan mengeva- 2009; 24 (2): 140-8
luasi program pemberdayaan masyarakat. Kemudian, 7. Sulaeman ES, Karsid R, Murti B, Kartono DT, Waryana, Hartanto R.
peran fasilitator kesehatan adalah melakukan sosialisasi, Model Pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi
pendampingan, motivator, mediator antara masyarakat masalah kesehatan: studi pada program desa siaga. Jurnal Kedokteran
dan pemerintah, memengaruhi pengambilan keputusan, YARSI. 2012; 20 (3): 118 – 27.
dan menumbuhkembangkan partisipasi. 8. Macinko J, Startfiiel B. The utility of social capital in research on health
determinants. The Johns Hopkins Medical Institutions. 2001; 79 (3):
Saran 387-427.
Berdasarkan temuan penelitian, disarankan untuk 9. Keleher H, Mac DC. Understanding health a determinants approach.
memperkuat peran kepemimpinan dalam pemberdayaan 2nd Edition. Australia and New Zealand: Oxford University Press; 2009.
masyarakat bidang kesehatan, yaitu peran penyebarluas- 10. Fineberg H. Health literacy, Institute of Medicine. The National
an informasi, pemberian contoh, penyadaran, pemberian Academics Press; 2004
motivasi, pembimbingan, penggerakkan sasaran dan 11. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pengembangan desa siaga.
masyarakat, fasilitasi dan pengalokasian sumber daya. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 564/Menkes/VI-
Selain itu, memperkuat peran modal sosial, yaitu saling II/2006. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2006.
percaya, kekerabatan, pertetanggaan dan pertemanan 12. Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung. Profil kesehatan Kabupaten
norma sosial, kerja sama, tolong-menolong, serta adanya Tulungagung. Tulungagung: Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung;
jaringan masyarakat. Memperkuat peran akses informasi 2012.
kesehatan, yaitu peningkatan pengetahuan dan kete- 13. Adrian M. The community leadership and place-shaping roles of english
rampilan kesehatan, pengambilan keputusan kesehatan, local government synergy or tension? Public Policy and Administration.
dan meminta pelayanan kesehatan. Memperkuat peran 2010; 25 (5): 175-87.
petugas kesehatan, yaitu melakukan sosialisasi, mem- 14. Ferguson KM, Kim MA, McCoy S. Enhancing empowerment and lead-

360
Sulaeman, Murti, Waryana, Peran Kepemimpinan, Modal Sosial , Akses Informasi serta Petugas dan Fasilitator Kesehatan

ership among homeless youth in agency and community settings: a [accessed on Thursday March 2014]. A vailable from:
grounded theory approach. Child Adolescence Social Worker Journal. http://is.muni.cz/el/1423/podzim2010/SPP815/um/15.rothman.pdf.
2011; 28 (4):1–22. 20. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia kerjasama dengan
15. Pitts DW. Leadership, empowerment, and public organizations. Review Kementerian Dalam Negeri RI. Keputusan menteri kesehatan Republik
of Public Personnel Administration. 2005; 25 (3): 5-17. Indonesia No.1529/Menkes/SK/X/2010. Pedoman umum pengemban-
16. Lynch J, Due P, Muntaner C, Smith GD. Social capital - is it a good in- gan desa dan kelurahan siaga aktif. Jakarta: Kementerian Kesehatan
vestment strategy for public health? Journal of Epidemiol Community Republik Indonesia; 2010.
Health. 2000; 54 (5): 404-8. 21. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jalan setapak menuju
17. Nina W. Empowerment to reduce health disparities. Scandinavian Indonesia sehat melalui pemberdayaan sumberdaya manusia kesehatan.
Journal of Public Health. 2002; 30: 72-7. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2004
18. Lopez LH. Assering rural community empowerment what it takes to 22. Mardikanto T. Konsep-konsep pemberdayaan masyarakat acuan bagi
think innovatively a doctoral research proposal. Journal of Centrum aparat birokrasi, akademisi, praktisi, dan peminat/pemerhati pember-
Cathedra. 2009; 12 (4): 145-63. dayaan masyarakat. Cetakan ke-1. Surakarta: Kerjasama Fakultas
19. Rothman J, Tropman JE. Models of community organization and macro Pertanian UNS dengan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS
practice: their mixing and phasing in strategies of community organiza- Press); 2010.
tion [online]. 4th ed. FM. Cox et al. Eds: Itasca; Peacocok Publ: 1987

361

Anda mungkin juga menyukai