Anda di halaman 1dari 22

CONTOH KASUS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DIBIDANG KESEHATAN DI INDONESIA


Eni Purwaningsih SKM

Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan membuat
berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak yang berupa akal,
ikhtiar atau upaya ( Husaini & Marlinae L, 2016).
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Saidi,
Zaim dkk. 2003 dalam Husaini & Marlinae L, 2016). Dalam beberapa kajian mengenai
pembangunan komunitas, pemberdayaan masyarakat sering dimaknai sebagai upaya untuk
memberikan kekuasaan agar suara mereka didengar guna memberikan kontribusi kepada
perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Dahlsrud, Alexander 2008 dalam
Husaini & Marlinae L, 2016). Pemberdayaan adalah proses transisi dari keadaan ketidakberdayaan
ke keadaan kontrol relatif atas kehidupan seseorang, takdir, dan lingkungan (Nursahid, Fajar. 2006
dalam Husaini & Marlinae L,2016).
Menurut Mubarak, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk
memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu berbuat sesuai dengan
harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawabnya selaku anggota
masyarakat (Nasdian, Fredian Tonny. 2006 dalam Husaini & Marlinae L, 2016). Pada
pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang
memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan masyarakat dalam pembangunan lebih
mengarah kepada bentuk partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat dalam
perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai konsumen
program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan
perumusannya, sehingga masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai
tanggung jawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada
tahap- tahap berikutnya (Uphoff, NT., Cohen, JM., dan Goldsmith, AA. Dalam Husaini &Marlinae
L, 2016).
Menurut pemerintah RI dan United Nations International Children’s Emergency Funds,
pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat noninstruktif untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan
fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektor maupun LSM dan tokoh masyarakat (Pemerintah
Republik Indonesia, United Nations International Children’s Emergency Fund. ,1999 dalam
(Sulaeman, Murti, & Kunci, 2015).
Empowerment is “a process by which people, organizations and health communities gain
mastery over their affairs.”(Woodall, South, & Warwick-booth, 2010).

Sebagian besar definisi menerima bahwa pemberdayaan adalah proses yang kompleks
dan dapat terjadi pada tingkat individu, organisasi atau komunitas. Ini menyiratkan bahwa
pemberdayaan tidak hanya tentang perubahan orang, tetapi juga tentang perubahan
lingkungan, organisasi, dan sistem. Ini selaras dengan model pemberdayaan yang sama sekali
lebih baik, yang menggabungkan perubahan individu serta sistem yang menantang yang
menghambat pilihan kesehatan untuk dibuat (lihat Gambar 1).
Meskipun demikian, dalam meninjau definisi yang tersedia, jelas bahwa literatur
kesehatan terutama berfokus pada mengukur aspek individu pemberdayaan dengan konsep
individu seperti kemanjuran diri (yaitu kepercayaan orang tentang melakukan kegiatan yang
diberikan) dan harga diri yang ditampilkan secara menonjol ( Wallerstein. N dalam Woodall
et al., 2010). Sementara perbedaan dibuat antara pemberdayaan individu dan masyarakat
kedua konsep ini sangat saling terkait karena pemberdayaan masyarakat dibangun dari
tindakan individu.

Pemberdayaan masyarakat: proses atau hasil?


Pemberdayaan masyarakat telah digambarkan sebagai proses dan hasil; namun,
paling konsisten dilihat sebagai proses dalam bentuk kontinum. Sebagai proses,
pemberdayaan masyarakat dapat dianggap sebagai serangkaian tindakan yang secara
progresif berkontribusi pada komunitas dan aksi sosial yang lebih terorganisir (Laverack
G dalam Woodall et al., 2010). Dimulai dengan kekhawatiran seseorang tentang masalah
tertentu, proses pemberdayaan masyarakat dimulai dengan pengembangan kelompok
kecil, kemudian organisasi masyarakat, kemitraan dan pada akhirnya kepada kelompok
orang yang mengambil tindakan politik dan sosial untuk menciptakan perubahan sosial
melalui redistribusi sumber daya dan kekuasaan (Laverack G,2005 & Wallerstein N,2006
dalam Woodall et al., 2010). Setiap poin di sepanjang kontinum mewakili kemajuan
menuju tujuan pemberdayaan masyarakat. Sementara ini adalah bagaimana diwakili
dalam Gambar 3, penting untuk menyadari bahwa proses ini sering jauh dari langsung
atau linier.

Partisipasi adalah fitur penting pemberdayaan masyarakat. Individu memiliki


peluang yang lebih baik untuk mencapai tujuan kesehatan mereka jika mereka dapat
berbagi hal-hal ini dengan orang lain yang dihadapkan dengan masalah serupa. Melalui
partisipasi, individu cenderung mengalami beberapa tingkat kontrol karena mereka lebih
mampu mendefinisikan dan menganalisis kekhawatiran mereka dan bersama-sama
mereka mampu menemukan solusi bersama untuk bertindak atas masalah mereka
(Laverack G. dalam Woodall et al., 2010). Namun, sementara partisipasi membentuk
"tulang punggung strategi pemberdayaan " (Wallerstein N. dalam Woodall et al., 2010)
partisipasi saja tidak menjamin pemberdayaan karena seringkali dapat manipulatif dan
pasif, daripada benar-benar menarik dan memberdayakan.

Hasil pemberdayaan, di sisi lain, mengacu pada hasil proses. Hasil pemberdayaan
dapat, misalnya, menjadi redistribusi sumber daya untuk mengurangi ketidaksetaraan
kesehatan atau perubahan kebijakan yang mendukung kelompok masyarakat yang telah
bersatu untuk menciptakan perubahan. Yang penting, pemberdayaan tidak dapat
diberikan kepada orang-orang tetapi berasal dari individu dan masyarakat yang
memberdayakan diri mereka sendiri. Praktisi dan profesional kesehatan dapat
menciptakan situasi di mana pemberdayaan dapat lebih mungkin, melalui fasilitasi dan
dukungan, tetapi hanya ketika kelompok orang mendapatkan momentum mereka sendiri,
memperoleh keterampilan dan mengadvokasi perubahan mereka sendiri akan membuat
pemberdayaan masyarakat sepenuhnya telah direalisasikan (Wallerstein N.,2006 dalam
Woodall et al., 2010)
Walau mungkin tidak mudah untuk dilaksanakan, masuknya konsep
pemberdayaan untuk menggantikan pendekatan top-down yang cenderung mewarnai
upaya pembangunan, ternyata mempunyai daya tarik tersendiri bagi para aktivis,
akademisi dan para birokrat. Pendekatan ini dinilai akan mempercepat tercapainya tujuan
program- program pembangunan.
Dalam studi yang dilakukan oleh Pranata, Setia Pratiwi, Niniek Pratiwi ,& Sugeng
Rahanto tahun 2012 dengan topik “Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Kesehatan,
Gambaran Peran Kader Posyandu Dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Bayi
Di Kota Manado Dan Palangkaraya” . Subjek penelitian yang utama dalam studi ini adalah
kader posyandu, yang berperan melakukan pemberdayaan kesehatan ibu dan anak.
Disamping itu ada 3 jenis subjek penelitian lain sesuai dengan sasaran kegiatan
pemberdayaan. Pertama adalah subjek yang menjadi sasaran primer pemberdayaan yakni
para ibu hamil atau ibu yang mempunyai bayi, kedua adalah subjek yang menjadi sasaran
skunder yakni para suami atau orang tua dari ibu tersebut dan ketiga adalah ketua Rukun
Tetangga atau tokoh masyarakat sebagai sasaran tersier. Kepada ketiga jenis subjek
penelitian tersebut dilakukan wawancara terstruktur untuk memperoleh gambaran secara
umum dari permasalahan yang akan diteliti dan wawancara secara mendalam untuk
memperoleh informasi yang lebih lengkap (Pranata, Pratiwi, & Rahanto, 2012)

Dalam melihat prinsip-prinsip pemberdayaan terkait dengan upaya penurunan AKI


dan AKB, studi ini mengacu pada buku Panduan Umum Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan Ibu dan Anak (Republik Indonesia dan Unicef, 1999). Pada dasarnya
terdapat 7 prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pemberdayaan. Ketujuh
prinsip tersebut antara lain: prinsip menumbuh kembangkan potensi masyarakat,
meningkatkan kontribusi masyarakat, mengembangkan budaya gotong royong, bekerja
bersama masyarakat, pendidikan berbasis masyarakat, kemitraan dan desentralisasi.

Untuk mengetahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi posyandu
merupakan pemberdayaan, tidak harus mengandung semua prinsip sebagaimana
tersebut di atas. Walaupun posyandu hanya menumbuhkembangkan salah satu prinsip
saja, kondisi ini sudah dapat dikatakan bahwa posyandu sudah melakukan kegiatan
pemberdayaan. Studi ini tidak mengungkap apakah posyandu telah melakukan kegiatan
pemberdayaan, tetapi lebih kepada upaya untuk mengungkap prinsip-prinsip apa saja
yang sudah diterapkan dan dikembangkan oleh posyandu. Keadaan di lapangan
menunjukkan bahwa banyak potensi masyarakat setempat yang dapat dimanfaatkan
untuk kesehatan. Potensi tersebut antara lain dapat berupa pimpinan masyarakatnya,
organisasi sosial kemasyarakatan, dana dan sarana masyarakat, pengetahuan dan
teknologi tepat guna yang dikuasai oleh masyarakat serta potensi yang berupa
kemampuan masyarakat untuk mengambil keputusan. Banyak kesamaan kondisi antara
daerah Manado dan Palangkaraya. Mereka tidak sadar bahwa banyak potensi yang dapat
dikembangkan oleh posyandu.

Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa banyak potensi masyarakat setempat


yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Potensi tersebut antara lain dapat berupa
pimpinan masyarakatnya, organisasi sosial kemasyarakatan, dana dan sarana masyarakat,
pengetahuan dan teknologi tepat guna yang dikuasai oleh masyarakat serta potensi yang
berupa kemampuan masyarakat untuk mengambil keputusan. Banyak kesamaan kondisi
antara daerah Manado dan Palangkaraya. Mereka tidak sadar bahwa banyak potensi yang
dapat dikembangkan. Ketidak sadaran ini membuat mereka tidak pernah melakukan
identifikasi sumberdaya potensi yang ada di lingkungan sekitarnya. Walau demikian,
secara langsung ataupun tidak, dalam kenyataan sehari-hari mereka sudah
memanfaatkan keberadaan beberapa potensi yang ada.

Posyandu sudah memanfaatkan keperdulian tokoh masyarakat setempat untuk


terlibat dalam kegiatannya. Keberadaan tokoh masyarakat ditempat pelaksanaan
kegiatan posyandu, dinilai para kader posyandu sebagai hal yang sangat menunjang
kegiatan posyandu. Selain itu, yang banyak perduli dengan posyandu adalah PKK. PKK
organisasi sosial yang mensupport posyandu. Bagaimana bentuk kontribusi masyarakat
Kota Manado dan Palangkaraya berdasarkan penilaian yang mereka lakukan sendiri
berdasarkan skala nilai 1 (tidak bagus) dan nilai 10 (bagus), secara garis
besar menunjukkan adanya kontribusi cukup baik, terutama dalam hal penyediaan tenaga
untuk kondisi di kota Manado karena mereka secara rerata memberikan skor 7,40 dan
dalam penyediaan dana di Palangkaraya yang mempunyai rerata skor 6,25. Di kota
Palangkaraya, karena alasan kesibukan dengan pekerjaan, mereka lebih berkontribusi
uang daripada tenaga dan ide.

Selama ini budaya gotong royong di masyarakat masih bagus. Demikian juga
dengan gotong royong dalam rangka mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi. Prinsip
memperkuat dan mengembangkan budaya gotong royong antara lain dilakukan dengan
memfasilitasi pelaksanaan kegiatan. Budaya gotong royong tersebut diwujudkan dalam
bentuk bersama- sama mengingatkan para ibu untuk menghadiri kegiatan
Posyandu. Dalam melaksanakan kegiatannya, posyandu sudah melakukan kemitraan
dengan PKK dan Puskesmas. Dalam menjalankan kemitraan ini, setiap pihak sudah
memahami kedudukan dan kemampuan masing-masing. Contohnya dalam melakukan
penyuluhan kesehatan. Sadar akan keterbatasan di bidang pengetahuan, kalau ada
kegiatan penyuluhan maka kader posyandu akan menyerahkan tugas itu kepada petugas
kesehatan. Di antara mereka sudah ada upaya untuk saling menghubungi, mendekati,
membantu dan saling menghargai. Bila kita melihat prinsip desentralisasi, di mana
setiap posyandu diharap mampu mengembangkan otonomi dirinya untuk
melaksanakan kegiatan dan otonomi kelompok sasarannya untuk mampu mengambil
keputusan, kondisi di Manado maupun di Palangkaraya menunjukkan bahwa organisasi
ini belum mandiri dalam menjalankan kegiatannya termasuk dalam mengembangkan
inisiatif mereka sendiri. Mengenai kemampuan mengambil keputusan, karena peran
orang tua dan adat begitu kuat, seorang ibu jarang sekali mampu mengambil
keputusan.untuk memeriksakan dan melakukan pertolongan persalinan secara cepat
kepada tenaga kesehatan terlatih.

Hal lain yang membedakan antara Manado dan Palangkaraya terlihat pada kondisi
berikut. Untuk daerah Manado, organisasi keagamaan setempat sering dimanfaatkan dan
banyak terlibat dalam setiap pelaksanaan kegiatan posyandu, terutama dalam
melaksanakan penyuluhan kalau ada masalah kesehatan. Prinsip pendidikan berbasis
masyarakat sudah dijalankan. Dalam melakukan penyuluhan masyarakat, beberapa
individu yang pernah mengalami kasus terkait dengan masalah kesehatan diminta
melakukan testimoni untuk menyampaikan dan menceritakan pengalaman yang
dihadapinya. Kondisi ini tidak ditemukan di Palangkaraya.

Dalam melihat pemberdayaan, studi ini memfokuskan diri pada berbagai kegiatan
yang dikenakan pada sasaran Posyandu. Sebagai lembaga kesehatan yang berbasis
masyarakat (UKBM), Posyandu mempunyai sasaran primer yakni ibu hamil, sasaran
sekunder yang terdiri dari kepala keluarga dan orang tua ibu hamil dan sasaran tersier
yakni para tokoh masyarakat baik yang formal maupun yang informal. Ada beberapa
kegiatan yang dilihat terkait dengan upaya pemberdayaan yang dilakukan posyandu.
Kegiatan tersebut antara lain melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan untuk cepat mengambil keputusan dan memudahkan akses
terhadap pelayanan kesehatan.

Pada kegiatan meningkatkan pengetahuan ibu, studi ini memperhatikan


bagaimana para kader posyandu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan
anak, meningkatkan pengetahuan tentang konsep ”4 terlalu” dan ”3 terlambat”,
meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, meningkatkan
pengetahuan tentang tanda- tanda persalinan dan meningkatkan pengetahuan tentang
bahaya upaya-upaya tradisional yang tidak mendukung kesehatan ibu dan bayinya.

Dari kegiatan pengumpulan data, diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan ibu tentang hal tersebut di atas dilakukan melalui media
penyuluhan. Setiap ibu hamil dan baru melahirkan sudah punya buku ”kesehatan ibu dan
anak” yang diberi oleh Puskesmas saat pertama kali memeriksakan kehamilannya. Karena
buku ini memuat berbagai informasi tentang kehamilan dan persalinan, diharapkan setiap
ibu dan suami serta orang tuanya berkenan membaca buku tersebut. Untuk
meningkatkan pengetahuan ibu, kader posyandu idealnya mampu memberikan
penyuluhan kepada setiap sasaran kegiatannya. Dalam pelaksanaannya, para kader
mengakui bahwa tidak pernah mengalokasikan waktu khusus untuk memberikan dan
meningkatkan pengetahuan kepada sasaran primer. Upaya yang dilakukan adalah
memberikan penyuluhan pada saat dilaksanakannya kegiatan organisasi posyandu.
Mengingat kegiatan posyandu dilakukan secara rutin setiap bulan, ini diartikan oleh para
kader bahwa penyuluhan dilakukan sekali dalam satu bulan. Dari hasil wawancara dengan
ibu hamil, diakubahwa mereka mendapat informasi tentang banyak hal terkait dengan
kehamilan dan persalinan, tetapi informasi yang diperoleh sangat terbatas. Penyuluhan
itupun dilakukan secara perorangan dan kebanyakan dilakukan oleh petugas kesehatan
yang datang di posyandu, bukan oleh kader. Agar tahu lebih banyak terkait dengan
kondisi yang dialami, ibu diminta untuk membaca sendiri buku ibu dan anak karena
semua itu sudah terdapat dan diuraikan secara panjang lebar dalam buku yang memang
dibagikan kepada para ibu hamil.

Di samping kepada sasaran primer, kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan


hendaknya juga diberikan kepada suami dan orang tua ibu hamil sebagai sasaran
sekunder. Pengelola posyandu mengaku ada yang sudah melakukan dan ada yang belum
melakukan. Wawancara yang dilakukan dengan suami dan orang tua menunjukkan bahwa
mereka belum pernah mendapat penyuluhan. Kalaupun mereka tahu, itu tidak lain karena
mereka turut membaca buku ibu dan anak yang dibagikan tersebut. Kepada sasaran
tersier yang berupa tokoh masyarakat, hendaknya pada pengelola posyandu mampu
mengadvokasi mereka untuk terlibat dalam upaya mencegah adanya kasus kematian ibu
dan bayi. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tokoh masyarakat memang diminta
membantu kesuksesan pelaksanaan posyandu, tetapi mereka tidak pernah dimintai untuk
melakukan pemasaran sosial tentang persalinan yang aman, tentang penghindaran dari
tradisi yang tidak mendukung kesehatan ibu dan bayinya dan juga tidak pernah diajak
bicara tentang perlunya dukungan sosial yang berupa penyiapan dana dan transportasi
untuk membantu upaya persalinan yang aman. Hasil-hasil kegiatan tersebut oleh
posyandu .dilaporkan ke puskesmas, dan kemudian puskesmas melaporkan ke dinas
kesehatan. Selain itu posyandu juga melapor ke instansi terkait, termasuk ke kecamatan.
Terkadang ada pemantauan kegiatan dari lembaga di tingkat kabupaten/kota, namun
tidak rutin. Kegiatan diseminasi hasil/laporan kegiatan pernah dilakukan di tingkat
kecamatan/kabupaten/kota, dan hasil kegiatan tersebut pernah dimanfaatkan untuk
pelaksanaan program pembangunan kesehatan. Fasilitasi pernah dilakukan oleh
puskesmas setempat untuk operasional posyandu.

Untuk mampu mencegah adanya kondisi yang tidak diinginkan seperti resiko
persalinan dan mampu menjalankan kegiatan sebagaimana tersebut di atas, setiap
organisasi seperti posyandu dalam melaksanakan kegiatannya hendaknya menggalang
kemitraan dengan berbagai lembaga dan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
dengan segenap jajarannya.

Faktor pendukung dan penghambat upaya pemberdayaan:

Dari kegiatan pengumpulan data ditemukan beberapa faktor pendukung dan


penghambat upaya peningkatan peran serta masyarakat di kota Manado dan
Palangkaraya. Secara garis besar gambaran faktor pendukung dan penghambat adalah
sebagai berikut.

Pendukung:

a. Pimpinan pemerintah setempat seperti Camat dan Lurah/Kepala Desa


mempunyai keperdulian yang cukup tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan
khususnya kesehatan ibu dan anak.

b. Tokoh agama dan masyarakat setempat sudah mau terlibat secara langsung
dalam kegiatan kesehatan.

c. Dinas Kesehatan (Puskesmas) sudah melakukan pembinaan secara rutin

d. Masyarakat tidak segan berkontribusi dalam hal tenaga dan dana.

e. Di setiap daerah banyak terdapat sumbardaya organisasi yang potensial seperti


PKK, BPD, LSM, Karang Taruna, Lembaga Keagamaan dan Lembaga Adat.

f. Setiap ibu hamil sudah mempunyai buku kesehatan ibu dan anak

Penghambat:

a. Organisasi potensial yang ada belum banyak dilibatkan untuk membantu


mensukseskan kegiatan dan program yang sedang dikerjakannya.

b. (dalam dua tahun terakhir) Tidak ada pembekalan untuk meningkatkan


pengetahuan dan ketrampilan kepada kader

c. Kader tidak percaya diri dengan kemampuannya untuk member ikan penyuluhan
kepada masyarakat.

d. Kesulitan untuk mengumpulkan masyarakat karena kesibukan masing-masing


orang, terutama terhalang dengan pekerjaan.
e. Suami dan orang tua masih belum dijadikan sebagai sasaran yang perlu
ditingkatkan pengetahuan dan kesadarannya tentang masalah yang terkait dengan
kesehatan ibu dan anak.

f. Kesadaran ibu untuk membaca buku kesehatan ibu dan anak masih rendah

KESIMPULAN

Sesuai dengan butir-butir tujuan pengkajian, studi ini menyimpulkan:

x Dengan mengacu pada 7 prinsip yang harus diperhatikan oleh kader posyandu
dalam melakukan pemberdayaan, di kota Manado dan Palangkaraya, tidak ada kader
posyandu yang menggunakan ketujuh prinsip pemberdayaan sebagai upaya untuk
melakukan pemberdayaan. Prinsip yang dilakukan lebih banyak berupa meningkatkan
kontribusi masyarakat dan mengembangkan budaya gotong-royong yang sudah ada di
masyarakat. Prinsip pemberdayaan yang lainnya seperti menumbuh kembangkan potensi
masyarakat, bekerja bersama masyarakat, pendidikan berbasis masyarakat, kemitraan dan
desentralisasi belum banyak disentuh oleh kader posyandu.

x Kegiatanyang terkait denganupayapemberdayaan yang dilakukan posyandu,


antara lain melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan

melalui media penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang datang di
posyandu, bukan oleh kader. Kemampuan untuk cepat mengambil keputusan dan
memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan masih sebatas berupa pengetahuan,
kader belum punya kemampuan menjadikan sebagai gerakan.

x Sumber daya potensial masyarakat untuk pemberdayaan masyarakat sudah ada,


hanya belum bayak dimanfaatkan.

Rekomendasi Untuk percepatan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya


penurunan angka kematian ibu dan bayi, maka:

x Dinas Kesehatan dan jajarannya perlu melakukan fasilitasi agar 7 prinsip


pemberdayaan dilakukan sebagai satu kesatuan secara bertahap.

X Memberikan tanggung jawab kepada tokoh masyarakat untuk melakukan


pemasaran 9eriod tentang persalinan yang aman, penghindaran dari tradisi yang tidak
mendukung kesehatan ibu dan bayinya dan juga dukungan 9eriod yang berupa
penyiapan dana dan transportasi untuk membantu upaya persalinan yang aman.
X Khusus kepada kader posyandu, perlu dilakukan peningkatan keterampilan
advokasi dan negosiasi secara periodic sehingga lebih percaya diri dalam melaksanakan
kegiatan pemberdayaan.

TUJUAN

Sebagai panduan bagi para penggiat pemberdayaan masyarakat di desa dalam


melakukan tahap pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.

Upaya percepatan penurunan stunting merupakan prioritas nasional pemerintah


Indonesia. Pada tahun 2019, ditetapkan 160 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi
sebagai lokasi prioritas penurunan stunting. Meskipun telah menjadi masalah nasional,
namun sebagian besar masyarakat belum menyadarinya. Hal ini disebabkan masih
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyebab, dampak, dan pencega- hannya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pembelajaran partisipatif kepada masyarakat
untuk dapat mengenali permasalahan kesehatan yang mereka hadapi sekaligus potensi
yang mereka miliki dan melakukan peren- canaan penyelesaian permasalahan kesehatan
tersebut secara mandiri.
Upaya pencegahan stunting meliputi intervensi spesifik dan sensitif, untuk itu
diperlukan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Posyandu merupakan suatu
bentuk kegiatan di tingkat Desa/Kelurahan yang dapat melakukan pelayanan sosial dasar
bagi masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 18 Tahun 2018
tentang Lembaga Kemasyarakat Desa (LKD) dan Lembaga Adat Desa (LAD), posyandu
sebagai salah satu LKD memiliki fungsi, antara lain: meningkatkan kesejahteraan keluarga
yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, posyandu memegang
peranan penting dalam upaya percepatan penurunan stunting (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2019).
\

1. Hasil perencanaan partisipatif diarahkan pada kegiatan yang termasuk


kewenangan lokal berskala desa dan bersifat kearifan lokal. Kegiatan
perencanaan partisipatif menjadi pedoman bagi pemerintah desa/ kelurahan
untuk Menyusun rancangan rencana kerja pemerintah desa/kelurahan dan
daftar usulan rencana kerja pemerin- tah desa/kelurahan.
2. Hasil perencanaan partisipatif yang memerlukan dukungan puskesmas dapat
Menjadi pedoman bagi puskesmas dalam menyusun rencana usulan kegiatan
puskesmas.

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

Sejak tahun 2006, Departemen Kesehatan meluncurkan kebijakan program Desa


Siaga (Sulaeman et al., 2015)

Adapun proses pemberdayaan dalam program desa siaga meliputi proses pemberdayaan
dan pemanfaatan sumber daya di dalam masyarakat yang dilakukan terhadap faktor
internal ko- munitas, dan proses fasilitasi dan dukungan sumber daya dari luar masyarakat
yang dilakukan terhadap faktor eks- ternal komunitas. Keluaran pemberdayaan adalah
keberdayaan masyarakat bidang kesehatan pada program Desa Siaga meliputi
kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan lokal dan kemampuan pemecahan
masalah kesehatan lokal pada program Desa Siaga.

masyarakat adalah melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan


masyarakat merupakan upaya fasilitasi, agar masyarakat tahu, mau dan mampu untuk
hidup sehat, berdasar potensi yang dimilikinya Salah satu wujud pemberdayaan
masyarakat adalah tumbuh dan berkembangnya Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM)
15. Wujud Pemberdayaan Masyarakat Sumber Daya Manusia UKBM (Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat) Pendanaan Masyarakat

16. Sumber Daya Manusia Pemimpin (formal dan non-formal), Tokoh masyarakat dll.
Kader Posyandu Kader Poskesdes Kader Posyandu Lansia Kader Kesehatan
Lingkungan Saka Bhakti Husada Santri Husada Dokter Kecil dll.

17. PENDANAAN MASYARAKAT Dana Sehat Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin)


Tabungan Masyarakat (Tabumas) Jimpitan Zakat, Infak dan Sodaqoh (ZIS) Kolekte
dll

18. WUJUD UKBM Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Kelompok Pemakai Air (Pokmair) Pos Obat Desa (POD) Pos Upaya Kesehatan Kerja
(Pos UKK) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) SBH (Saka Bhakti Husada) Posyandu
Usila Bina Keluarga Balita (BKB) Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) dll

19. DESA SIAGA (GMDS) ADALAH DESA YG MEMILIKI KESIAPAN SUMBER DAYA DAN
KEMAMPUAN UNTUK MENCEGAH DAN MENGATASI MASALAH2 KESEHATAN (BENCANA
& KEGAWATDARURATAN KESEHATAN) SECARA MANDIRI, DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN DESA SEHAT Catatan: DESA SIAGA DI = KELURAHAN = = GERAKAN
KAMPUNG) SEHAT (GMDS) (DESA PROVINSI LAMPUNG PEKON = MENUJU DESA

20. TUJUAN DESA SIAGA TUJUAN UMUM: TERWUJUDNYA DESA DG MASYARAKAT YG


SEHAT, PEDULI & TANGGAP THD MASALAH2 KES (BENCANA & KEGAWATDARURATAN
KES) DI DESANYA TUJUAN KHUSUS: • MENINGKATNYA PENGETAHUAN & KESADARAN
MASY DESA TTG PENTINGNYA KES & MELAKSANAKAN PHBS • MENINGKATNYA
KEMAMPUAN & KEMAUAN MASY DESA UTK MENOLONG DIRINYA SENDIRI DI BIDANG
KES • MENINGKATNYA KEWASPADAAN & KESIAPSIAGAAN MASY DESA THD RISIKO &
BAHAYA YG DPT MENIMBULKAN GANGGUAN KES (BENCANA, WABAH PENYAKIT, DSB)
• MENINGKATNYA KESEHATAN LINGKUNGAN DI DESA • MENINGKATNYA DUKUNGAN
& PERAN-AKTIF STAKEHOLDERS DLM MEWUJUDKAN KES MASY DESA

21. PENDEKATAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA (GMDS) UPAYA PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT ATAU PENGGERAKAN PERAN-AKTIF MASYARAKAT MELALUI PROSES
PEMBELAJARAN YG TERORGANISASI DG BAIK (PENGORGANISASIAN MASY – FASILITASI
MENGIDENTIFIKASI MASALAH, PENYEBAB & SB DAYA (SURVEI MAWAS DIRI)
MEMANTAU & EVALUASI UTK BINA KELESTARIAN FASILITASI PKMD) PROSES
PEMBELAJARAN MASY DESA (SPIRAL PEMECAHAN MASALAH) FASILITASI DIAGNOSIS &
RUMUS KAN ALTERNATIF2 PEMECAHAN MENETAPKAN & MELAKSANAKAN
PEMECAHAN FASILITASI

22. AWAL SIKLUS Pertemua n Desa (Pembent ukan FKMD Dukungan pemantauan
bimbinga SMD SIKLUS PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN DESA Pelaks keg gerakan
masy MMD

23. SIKLUS SELANJUTNYA Eva pemecahan masalah yg sdh dilakukan Dukungan


pemantauan bimbingan SIKLUS PEMECAHAN MASALAH DLM FKMD Pelaks keg gerakan
masy Analisis & prioritas masalah (masalah lama/baru) Alternatif & penetapan cara
pemecahan masalah

24. Pertemuan Tingkat Desa (PTD) Merupakan langkah awal dr keg pembinaan di Tk Desa
1. 2. 3. Tujuan: - Dikenalnya konsep Desa Siaga (GMDS) & Poskesdes - Dukungan Pamong
& Toma dlm pelaksanaan Desa Siaga - Disadari pentingnya SMD - Tersusunnya kelompok
kerja SMD & jadwal survei Tempat dan waktu : di Desa, waktu menyesuaikan Peserta : a.
Peserta Tk Kec : Camat/stafnya; Ka. Pusk. & staf; Depag, Deptan dll b. Peserta Tk Desa :
Kades/Lurah, Bidan Desa, Kader, Pimp LSM, Tokoh Masy
25. 4. Pokok bahasan Pertemuan: - Pembukaan pertemuan oleh Kades - Sambutan Camat
- Penjelasan masalah kesehatan & pentingnya GMDS oleh Bidan Desa - Persiapan SMD
(rincian keg & peralatan) & rencana jadwal MMD

26. SURVEI MAWAS DIRI (SMD) Pengertian : Keg. Pengenalan, pengumpulan dan
pengkajian masalah kes. oleh sekelompok masy setempat. Tujuan : 1. Masy mengenal,
mengumpulkan data, mengkaji masalah kes yg ada 2. Menumbuhkan minat & kesadaran
masy untuk mengetahui masalah kes & pentingnya Desa Siaga (GMDS)

27. Siapa pelaksananya? Kader yg telah dilatih tentang apa SMD,cara pengumpulan
data (menyusun daftar pertanyaan sederhana), cara pengamatan, cara
pengolahan/analisa data sederhana & cara penyajian Tokoh masyarakat di desa
Bagaimana melaksanakan SMD? a. Pengamatan langsung: - observasi partisipatif -
Berjalan bersama masy mengkaji lapangan (Transection walk) b. Wawancara dgn
kunjungan rumah atau c. Wawancara mendalam (DKT/FGD) secara kelompok

28. Langkah-langkah SMD 1. Persiapan a) Menyusun daftar pertanyaan


Berdasarkan prioritas masalah yg ditemui di Puskesmas dan Desa (data sekunder)
Dipergunakan utk memandu pengumpulan data Pertanyaan harus jelas, singkat, padat
dan tdk bersifat mempengaruhi responden Kombinasi pertanyaan terbuka, tertutup dan
menjaring Menampung juga harapan masyarakat b) Menyusun lembar observasi
(pengamatan) Utk mengobservasi rumah, halaman rumah, lingkungan sekitarnya. c)
Menentukan Kriteria responden, termasuk cakupan wilayah dan jumlah KK

29. 2. 3. Pelaksanaan: Pelaksanaan interview/wawancara terhadap Responden


Pengamatan terhadap rumah-tangga dan lingkungan Tindak lanjut Meninjau kembali
pelaksanaan SMD Merangkum, mengolah & menganalisis data yg telah dikumpulkan
Menyusun laporan SMD, sbg bahan utk MMD

30. 4. Pengolahan data Setelah data diolah, sebaiknya disepakati: Masalah yang
dirasakan oleh masy. Prioritas masalah Kesediaan masy utk ikut berperan serta aktif dalam
pemecahan masalah Ada 3 macam cara penyajian data: • • • Secara Tekstular
(mempergunakan kalimat) Secara Tabular (menggunakan tabel) Secara Grafikal
(menggunakan grafik)

31. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 1. Pengertian Musyawarah yg dihadiri oleh


perwakilan masyarakat (FKMD) utk membahas masalah-masalah (terutama yg erat
kaitannya dgn kemungkinan KLB, Kegawatdaruratan & Bencana) yg ada di desa &
merencanakan penanggulanggannya. Topik yg dibahas fokus kepada hasil SMD yg
telah diperoleh.

32. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 2. Tujuan : Agar masy. mengenal masalah Kes.
yg dihadapi dan dirasakan diwilayahnya Agar masy. sepakat untuk bersama-sama
menanggulangi Tersusunnya rencana kerja utk Penanggulangan masalaha yg
disepakati bersama

33. 3. Peserta: Para kader pelaksana SMD Kepala Desa & perangkat
Desa Tokoh Masy setempat formal & non-formal PKK Karang Taruna, Saka Bhakti Husada
PMR Beberapa KK yg di SMD Pimpinan Puskesmas & staf Lintas Sektor Kecamatan
(Bangdes, BKKBN, Agama, dll) Ketua Organisasi Masy (NU, Muhammadiyah, Perempuan,
Pemuda, Partai) 4. Tempat : Kantor Kelurahan

34. 5. Pola penyelenggaraan a) Susunan tempat duduk: Sebaiknya berbentuk lingkaran


(round table), tdk ada peserta membelakangi peserta yg lainnya, komposisi jangan seperti
diruangan kelas! Pimpinan pertemuan duduk sederetan, setara dan berada diantara
para peserta, tidak memisah atau duduk dikursi istimewa Duduk tidak harus selalu
dikursi, boleh juga dilantai diatas tikar/permadani/matras

35. b) Suasana MMD: Ciptakan suasana kekeluargaan yg akrab Jangan ciptakan


suasana formal dengan meja yg ditata seperti dimeja persidangan. c) Waktu: Mulailah
tepat waktu, sesuai dgn rencana & jadwal, jangan sampai peserta menunggu Yg
mengundang hadir terlebih dahulu, jangan terlambat!
36. d) Peran Ketua MMD: Mengarahkan pembicaraan agar jangan menyimpang dari
arah yg ditetapkan. Menjadi penengah jika terjadi perselisihan pendapat dlm
pembicaraan. Mengatur lalu-lintas pembicaraan diantara sesama peserta Ketua harus
selalu berusaha memotivasi setiap peserta Ketua jangan terlalu banyak berbicara, ketua
sebaiknya lebih banyak memandu, Ketua harus sabar, tidak emosional bila ada hal-hal
yg menjengkelkan

37. Ketua harus jeli, cerdik & segera bisa menangkap apa yg dimaksud oleh peserta,
Setiap pendapat harus dihargai, jangan memaksakan kehendak utk disetujui, semua
keputusan berdasarkan musyawarah, bukan paksaan, harus Ketua harus selalu
memantau kepada bahasa tubuh, ekspresi, gerak-gerik peserta, apakah mereka kelihatan
bosan/jengkel mendengarkan, bila perlu diselingi dgn gurauan utk mencairkan, Bila ada
hal-hal teknis yg kurang jelas, terutama ttg masalah/info yg berkaitan dgn kesehatan, dpt
meminta kejelasan & penjelasan dari dokter Puskesmas/stafnya.

38. PENGEMBANGAN DESA SIAGA Setiap desa: memiliki potensi untuk


mengembangkan Desa Siaga Setiap desa, umumnya memiliki UKBM UKBM yang
mandiri, entry point pengembangan Desa Siaga UKBM Mandiri (contoh: Posyandu): -
Jumlah kader = minimal 5 orang - Frekwensi buka Posyandu = > 8 kali - Cakupan program
= > 50% - D/S = >50% - Memiliki program tambahan - Memiliki dana sehat

39. UKBM APA SAJA YANG SELAYAKNYA ADA DI DESA SIAGA? 1. UKBM dalam
Pemeliharaan Kesehatan: Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Pos UKK Pos Kesehatan
Pesantren Dana Sehat Tabulin, Jambulin, Dasolin Ambulan Desa, Suami Siaga
Kelompok Donor Darah Kader Dokter Kecil

40. UKBM APA SAJA YANG SELAYAKNYA ADA DI DESA SIAGA? 2. UKBM di bidang
Kesehatan Ibu & Anak BKB (Bina Kesehatan Balita) KP-KIA (Kelompok Peminat
Kesehatan Ibu dan Anak) PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) GSI (Gerakan Sayang Ibu)
41. UKBM APA SAJA YANG SELAYAKNYA ADA DI DESA SIAGA? 3. UKBM di Bidang
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan: Pokmair (Kelompok
Pemakai Air) DPKL (Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan) Jumantik Kader Kesehatan
Lingkungan Kelompok Siaga Bencana Kelompok Pengelola Sampah dan Limbah
Kelompok Pengamat (Surveilans) dan Pelaporan dll

42. UKBM APA SAJA YANG SELAYAKNYA ADA DI DESA SIAGA? 4. UKBM di Bidang Gizi
dan Farmasi: Posyandu Posyandu Usila Warung Sekolah POD/WOD Taman
Obat Keluarga (TOGA) Kader: Posyandu, Usila, POD

43. POS KESEHATAN DESA SUATU UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT


(UKBM) YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN2 MINIMAL PENGAMATAN EPIDEMIOLOGIS
PENYAKIT MENULAR & YG BERPOTENSI MENJADI KLB SERTA FAKTOR2 RISIKONYA
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR & YG BERPOTENSI MENJADI KLB SERTA
KEKURANGAN GIZI KESIAPSIAGAAN & PENANGGULANGAN BENCANA &
KEGAWATDARURATAN KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR, SESUAI DENGAN
KOMPETENSINYA

44. POSKESDES SBG PELAKSANA PENGEMBANGAN/REVITALISASI UKBM2 SEKALIGUS


SBG KOORDINATOR UKBM-UKBM PUSKESMAS POS KESDES POS KESDES POS YANDU
WAR OBAT DESA DLL POS YANDU WAR OBAT DESA DLL

45. SUMBERDAYA POSKESDES MINIMAL 1 (SATU) ORANG BIDAN & 2 (DUA) ORANG
KADER FISIK BANGUNAN, PERLENGKAPAN & PERALATAN ALAT KOMUNIKASI KE
MASYARAKAT & KE PUSKESMAS

46. INDONESIA SEHAT PROVINSI SEHAT KAB SEHAT KOTA SEHAT KEC SEHAT PROVINSI
SEHAT KAB SEHAT KEC SEHAT KOTA SEHAT KAB SEHAT KAB SEHAT KEC SEHAT KEC
SEHAT DESA SEHAT DESA SEHAT DESA SEHAT DESA SEHAT DESA SIAGA DESA SIAGA
DESA SIAGA DESA SIAGA Catatan: DESA SIAGA DI PROVINSI LAMPUNG = GERAKAN
MENUJU DESA SEHAT (GMDS)
47. INDIKATOR KEBERHASILAN POSKESDES KELUARAN (OUTPUT) MASUKAN (INPUT)
Jumlah kader aktif Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia Tersedianya sarana (alat dan
obat) Tersedianya tempat pelayanan masyarakat Tersedianya dana operasional Poskesdes
Tersedianya data/catatan (jumlah bayi di imunisasi, jumlah kematian, dll) Cakupan ibu
hamil (K4) Cakupan persalinan (Linakes) Cakupan kunjungan rumah (KN2) Cakupan BBLR
yang dirujuk Jumlah bayi & anak Balita BB tidak naik (T) ditangani Jumlah Balita Gakin
umur 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI Cakupan imunisasi Cakupan pelayanan gawat
darurat dan KLB dalam tempo 24 jam Cakupan keluarga punya jamban Cakupan keluarga
yang dibina sadar gizi Cakupan keluarga menggunakan garam beryodium Tersedianya
data kes. lingkungan (jumlah jamban, air bersih dan SPAL) Jumlah kasus kesakitan dan
kematian akibat penyakit menular Peningkatan perkembangan UKBM yang dibina

48. INDIKATOR KEBERHASILAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA (GMDS) • INDIKATOR


MASUKAN (INPUT): - ADA/TIDAKNYA FORUM KES. MASYARAKAT DESA ADA/TIDAKNYA
POSKESDES & SARANANYA ADA/TIDAKNYA TENAGA KESEHATAN (MINIMAL BIDAN)
ADA/TIDAKNYA UKBM LAIN • INDIKATOR PROSES (PROCESS): - FREKUENSI PERTEMUAN
FORUM KES. MASYARAKAT DESA BERFUNGSI/TIDAKNYA POSKESDES
BERFUNGSI/TIDAKNYA UKBM YG ADA BERFUNGSI/TIDAKNYA SISTEM KESIAPSIAGAAN
& PENANGGULANGAN KEGAWATDARURATAN & BENCANA - BERFUNGSI/TIDAKNYA
SISTEM SURVEILANS (PENGAMATAN & PELAPORAN) - ADA/TIDAKNYA KUNJUNGAN
RUMAH UTK KADARZI & PHBS (OLEH NAKES & KADER)

49. INDIKATOR KEBERHASILAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA (GMDS) • INDIKATOR


KELUARAN (OUTPUT): - CAKUPAN YANKES POSKESDES - CAKUPAN PELAYANAN UKBM2
YANG ADA - JML KASUS KEGAWATDARURATAN & KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) YG
DILAPORKAN/DIATASI - CAKUPAN RUMAH TANGGA YG MENDPT KUNJUNGAN RUMAH
UTK KADARZI & PHBS • INDIKATOR DAMPAK (OUTCOME): - JML JML JML JML JML YG
MENDERITA SAKIT (KESAKITAN KASAR) YG MENDERITA GANGGUAN JIWA IBU
MELAHIRKAN YG MENINGGAL DUNIA BAYI & BALITA YG MENINGGAL DUNIA BALITA
DENGAN GIZI BURUK

50. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT •


MENGEMBANGKAN ALAT FORMAT EVALUASI DIRI, SEJAUHMANA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MAMPU MEMANDIRIKAN MEREKA. CONTOH: PADA POSYANDU, PHBS
DSBNYA ADA STRATIFIKASI. • STUDI BANDING KE DAERAH YANG LEBIH MAJU, AKAN
MEMACU SEMANGAT UNTUK LEBIH MAJU. • MENELAAH “KISAH SUKSES” ANTAR
DAERAH, TUKAR MENUKAR PENGALAMAN. • FASILITASI DAN BIMBINGAN TEKNIS DARI
TINGKAT ADMINISTRASI DIATAS.

51. PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT : Getting to know the lokal community


Mengetahui kakteristik masyarakat setempat (lokal) yang akan diberdayakan termasuk
perbedaan karakteristik yang membedakan masy desa yang satu dengan yang lainnya

52. Gathering knowledge about the lokal community Mengumpulkan pengetahuan yang
menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. Pengetahuan tsb merupakan
informasi faktual tentang distribusi penduduk menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, status sosial ekonomi termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan
kebiasaan serta faktor kepemimpinan baik formal/informal

53. Identifying the lokal leader Mengindentifikasi pimpinan/tokoh-tokoh masyarakat


setempat. Untuk faktor ini keterlibatan tokoh masyarakat harus selalu diperhitungkan
karena mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat

54. Stimulating the community to realize that it has problems Didalam masyarakat yang
terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka tidak merasakan bahwa
mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu perlu pendekatatan persuasif
agar mereka sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan dan kebutuhan
yang perlu dipenuhi

55. Helping people to discuss their problem Memberdayakan masyarakat bermakna


merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya serta merumuskan
pemecahannya dalam suasana kebersamaan
56. Helping people to identifying their most pressing problems Masyarakat perlu
diberdayakan agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling menekan. Dan
masalah yang paling menekan inilah yang harus diutamakan pemecahannya

57. Fostering self confidence Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah


membangun rasa percaya diri masyarakat. Rasa percaya ini merupakan modal utama
masyarakat untuk berswadaya

58. Deciding on a program action Masyarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan


suatu program yang akan dilakukan dengan menetapkan skala prioritas, prioritas tertinggi
perlu didahulukan

59. Recognition of strengtht and resources Memberdayakan masyarakat berarti membuat


masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatankekuatan dan sumber-
sumber yang dapat dimobilisasi untuk memcahkan permasalahan dan memenuhi
kebutuhannya

60. Helping people to countinue to work on solving their problems Pemberdayaan


masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan. Karena itu masyarakat perlu
diberdayakan agar mampu bekerja memecahkan masalahnya secara kontinyu

61. Increasing peoples ability for self help Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat
adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat mandiri adalah masyarakat yang
mampu menolong diri sendiri, untuk itu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat
untuk berswadaya
Reference

Husaini & Marlinae L. (n.d.). Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. Banjarbaru.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Buku Saku Tahapan Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan Bagi Kader. Direktorat Promkes Dan Pemberdayaan
Masyarakat Kemenkes.
Pranata, S., Pratiwi, N., & Rahanto, S. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang
Kesehatan, Gambaran Peran Kader Posyandu Dalam Upaya Penurunan Angka
Kematian Ibu Dan Bayi Di Kota Manado Dan Palangkaraya. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 14(2 Apr). https://doi.org/10.22435/bpsk.v14i2Apr.2321
Sulaeman, E. S., Murti, B., & Kunci, K. (2015). Aplikasi Model Pada Perencanaan Program
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Berbasis Penilaian Kebutuhan
Kesehatan Masyarakat The Application of PRECEDE-PROCEED Model in Community
Empowerment Planning in Health Sector Based on the Need Assessment of. Jurnal
Kedokteran Yarsi, 23(3), 149–164. Retrieved from
http://academicjournal.yarsi.ac.id/ojs-2.4.6/index.php/jurnal-fk-
yarsi/article/view/230/166
Woodall, J., South, J., & Warwick-booth, L. (2010). Empowerment and health and
wellbeing. Evidence review. Centre for Health Promotion Research, Leeds
Metropolitan University, 2(September), 24–56.

Anda mungkin juga menyukai