Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan membuat
berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak yang berupa akal,
ikhtiar atau upaya ( Husaini & Marlinae L, 2016).
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Saidi,
Zaim dkk. 2003 dalam Husaini & Marlinae L, 2016). Dalam beberapa kajian mengenai
pembangunan komunitas, pemberdayaan masyarakat sering dimaknai sebagai upaya untuk
memberikan kekuasaan agar suara mereka didengar guna memberikan kontribusi kepada
perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Dahlsrud, Alexander 2008 dalam
Husaini & Marlinae L, 2016). Pemberdayaan adalah proses transisi dari keadaan ketidakberdayaan
ke keadaan kontrol relatif atas kehidupan seseorang, takdir, dan lingkungan (Nursahid, Fajar. 2006
dalam Husaini & Marlinae L,2016).
Menurut Mubarak, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk
memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu berbuat sesuai dengan
harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawabnya selaku anggota
masyarakat (Nasdian, Fredian Tonny. 2006 dalam Husaini & Marlinae L, 2016). Pada
pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang
memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan masyarakat dalam pembangunan lebih
mengarah kepada bentuk partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat dalam
perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai konsumen
program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan
perumusannya, sehingga masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai
tanggung jawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada
tahap- tahap berikutnya (Uphoff, NT., Cohen, JM., dan Goldsmith, AA. Dalam Husaini &Marlinae
L, 2016).
Menurut pemerintah RI dan United Nations International Children’s Emergency Funds,
pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat noninstruktif untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan
fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektor maupun LSM dan tokoh masyarakat (Pemerintah
Republik Indonesia, United Nations International Children’s Emergency Fund. ,1999 dalam
(Sulaeman, Murti, & Kunci, 2015).
Empowerment is “a process by which people, organizations and health communities gain
mastery over their affairs.”(Woodall, South, & Warwick-booth, 2010).
Sebagian besar definisi menerima bahwa pemberdayaan adalah proses yang kompleks
dan dapat terjadi pada tingkat individu, organisasi atau komunitas. Ini menyiratkan bahwa
pemberdayaan tidak hanya tentang perubahan orang, tetapi juga tentang perubahan
lingkungan, organisasi, dan sistem. Ini selaras dengan model pemberdayaan yang sama sekali
lebih baik, yang menggabungkan perubahan individu serta sistem yang menantang yang
menghambat pilihan kesehatan untuk dibuat (lihat Gambar 1).
Meskipun demikian, dalam meninjau definisi yang tersedia, jelas bahwa literatur
kesehatan terutama berfokus pada mengukur aspek individu pemberdayaan dengan konsep
individu seperti kemanjuran diri (yaitu kepercayaan orang tentang melakukan kegiatan yang
diberikan) dan harga diri yang ditampilkan secara menonjol ( Wallerstein. N dalam Woodall
et al., 2010). Sementara perbedaan dibuat antara pemberdayaan individu dan masyarakat
kedua konsep ini sangat saling terkait karena pemberdayaan masyarakat dibangun dari
tindakan individu.
Hasil pemberdayaan, di sisi lain, mengacu pada hasil proses. Hasil pemberdayaan
dapat, misalnya, menjadi redistribusi sumber daya untuk mengurangi ketidaksetaraan
kesehatan atau perubahan kebijakan yang mendukung kelompok masyarakat yang telah
bersatu untuk menciptakan perubahan. Yang penting, pemberdayaan tidak dapat
diberikan kepada orang-orang tetapi berasal dari individu dan masyarakat yang
memberdayakan diri mereka sendiri. Praktisi dan profesional kesehatan dapat
menciptakan situasi di mana pemberdayaan dapat lebih mungkin, melalui fasilitasi dan
dukungan, tetapi hanya ketika kelompok orang mendapatkan momentum mereka sendiri,
memperoleh keterampilan dan mengadvokasi perubahan mereka sendiri akan membuat
pemberdayaan masyarakat sepenuhnya telah direalisasikan (Wallerstein N.,2006 dalam
Woodall et al., 2010)
Walau mungkin tidak mudah untuk dilaksanakan, masuknya konsep
pemberdayaan untuk menggantikan pendekatan top-down yang cenderung mewarnai
upaya pembangunan, ternyata mempunyai daya tarik tersendiri bagi para aktivis,
akademisi dan para birokrat. Pendekatan ini dinilai akan mempercepat tercapainya tujuan
program- program pembangunan.
Dalam studi yang dilakukan oleh Pranata, Setia Pratiwi, Niniek Pratiwi ,& Sugeng
Rahanto tahun 2012 dengan topik “Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Kesehatan,
Gambaran Peran Kader Posyandu Dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Bayi
Di Kota Manado Dan Palangkaraya” . Subjek penelitian yang utama dalam studi ini adalah
kader posyandu, yang berperan melakukan pemberdayaan kesehatan ibu dan anak.
Disamping itu ada 3 jenis subjek penelitian lain sesuai dengan sasaran kegiatan
pemberdayaan. Pertama adalah subjek yang menjadi sasaran primer pemberdayaan yakni
para ibu hamil atau ibu yang mempunyai bayi, kedua adalah subjek yang menjadi sasaran
skunder yakni para suami atau orang tua dari ibu tersebut dan ketiga adalah ketua Rukun
Tetangga atau tokoh masyarakat sebagai sasaran tersier. Kepada ketiga jenis subjek
penelitian tersebut dilakukan wawancara terstruktur untuk memperoleh gambaran secara
umum dari permasalahan yang akan diteliti dan wawancara secara mendalam untuk
memperoleh informasi yang lebih lengkap (Pranata, Pratiwi, & Rahanto, 2012)
Untuk mengetahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi posyandu
merupakan pemberdayaan, tidak harus mengandung semua prinsip sebagaimana
tersebut di atas. Walaupun posyandu hanya menumbuhkembangkan salah satu prinsip
saja, kondisi ini sudah dapat dikatakan bahwa posyandu sudah melakukan kegiatan
pemberdayaan. Studi ini tidak mengungkap apakah posyandu telah melakukan kegiatan
pemberdayaan, tetapi lebih kepada upaya untuk mengungkap prinsip-prinsip apa saja
yang sudah diterapkan dan dikembangkan oleh posyandu. Keadaan di lapangan
menunjukkan bahwa banyak potensi masyarakat setempat yang dapat dimanfaatkan
untuk kesehatan. Potensi tersebut antara lain dapat berupa pimpinan masyarakatnya,
organisasi sosial kemasyarakatan, dana dan sarana masyarakat, pengetahuan dan
teknologi tepat guna yang dikuasai oleh masyarakat serta potensi yang berupa
kemampuan masyarakat untuk mengambil keputusan. Banyak kesamaan kondisi antara
daerah Manado dan Palangkaraya. Mereka tidak sadar bahwa banyak potensi yang dapat
dikembangkan oleh posyandu.
Selama ini budaya gotong royong di masyarakat masih bagus. Demikian juga
dengan gotong royong dalam rangka mengatasi masalah kesehatan ibu dan bayi. Prinsip
memperkuat dan mengembangkan budaya gotong royong antara lain dilakukan dengan
memfasilitasi pelaksanaan kegiatan. Budaya gotong royong tersebut diwujudkan dalam
bentuk bersama- sama mengingatkan para ibu untuk menghadiri kegiatan
Posyandu. Dalam melaksanakan kegiatannya, posyandu sudah melakukan kemitraan
dengan PKK dan Puskesmas. Dalam menjalankan kemitraan ini, setiap pihak sudah
memahami kedudukan dan kemampuan masing-masing. Contohnya dalam melakukan
penyuluhan kesehatan. Sadar akan keterbatasan di bidang pengetahuan, kalau ada
kegiatan penyuluhan maka kader posyandu akan menyerahkan tugas itu kepada petugas
kesehatan. Di antara mereka sudah ada upaya untuk saling menghubungi, mendekati,
membantu dan saling menghargai. Bila kita melihat prinsip desentralisasi, di mana
setiap posyandu diharap mampu mengembangkan otonomi dirinya untuk
melaksanakan kegiatan dan otonomi kelompok sasarannya untuk mampu mengambil
keputusan, kondisi di Manado maupun di Palangkaraya menunjukkan bahwa organisasi
ini belum mandiri dalam menjalankan kegiatannya termasuk dalam mengembangkan
inisiatif mereka sendiri. Mengenai kemampuan mengambil keputusan, karena peran
orang tua dan adat begitu kuat, seorang ibu jarang sekali mampu mengambil
keputusan.untuk memeriksakan dan melakukan pertolongan persalinan secara cepat
kepada tenaga kesehatan terlatih.
Hal lain yang membedakan antara Manado dan Palangkaraya terlihat pada kondisi
berikut. Untuk daerah Manado, organisasi keagamaan setempat sering dimanfaatkan dan
banyak terlibat dalam setiap pelaksanaan kegiatan posyandu, terutama dalam
melaksanakan penyuluhan kalau ada masalah kesehatan. Prinsip pendidikan berbasis
masyarakat sudah dijalankan. Dalam melakukan penyuluhan masyarakat, beberapa
individu yang pernah mengalami kasus terkait dengan masalah kesehatan diminta
melakukan testimoni untuk menyampaikan dan menceritakan pengalaman yang
dihadapinya. Kondisi ini tidak ditemukan di Palangkaraya.
Dalam melihat pemberdayaan, studi ini memfokuskan diri pada berbagai kegiatan
yang dikenakan pada sasaran Posyandu. Sebagai lembaga kesehatan yang berbasis
masyarakat (UKBM), Posyandu mempunyai sasaran primer yakni ibu hamil, sasaran
sekunder yang terdiri dari kepala keluarga dan orang tua ibu hamil dan sasaran tersier
yakni para tokoh masyarakat baik yang formal maupun yang informal. Ada beberapa
kegiatan yang dilihat terkait dengan upaya pemberdayaan yang dilakukan posyandu.
Kegiatan tersebut antara lain melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan untuk cepat mengambil keputusan dan memudahkan akses
terhadap pelayanan kesehatan.
Dari kegiatan pengumpulan data, diketahui bahwa kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan ibu tentang hal tersebut di atas dilakukan melalui media
penyuluhan. Setiap ibu hamil dan baru melahirkan sudah punya buku ”kesehatan ibu dan
anak” yang diberi oleh Puskesmas saat pertama kali memeriksakan kehamilannya. Karena
buku ini memuat berbagai informasi tentang kehamilan dan persalinan, diharapkan setiap
ibu dan suami serta orang tuanya berkenan membaca buku tersebut. Untuk
meningkatkan pengetahuan ibu, kader posyandu idealnya mampu memberikan
penyuluhan kepada setiap sasaran kegiatannya. Dalam pelaksanaannya, para kader
mengakui bahwa tidak pernah mengalokasikan waktu khusus untuk memberikan dan
meningkatkan pengetahuan kepada sasaran primer. Upaya yang dilakukan adalah
memberikan penyuluhan pada saat dilaksanakannya kegiatan organisasi posyandu.
Mengingat kegiatan posyandu dilakukan secara rutin setiap bulan, ini diartikan oleh para
kader bahwa penyuluhan dilakukan sekali dalam satu bulan. Dari hasil wawancara dengan
ibu hamil, diakubahwa mereka mendapat informasi tentang banyak hal terkait dengan
kehamilan dan persalinan, tetapi informasi yang diperoleh sangat terbatas. Penyuluhan
itupun dilakukan secara perorangan dan kebanyakan dilakukan oleh petugas kesehatan
yang datang di posyandu, bukan oleh kader. Agar tahu lebih banyak terkait dengan
kondisi yang dialami, ibu diminta untuk membaca sendiri buku ibu dan anak karena
semua itu sudah terdapat dan diuraikan secara panjang lebar dalam buku yang memang
dibagikan kepada para ibu hamil.
Untuk mampu mencegah adanya kondisi yang tidak diinginkan seperti resiko
persalinan dan mampu menjalankan kegiatan sebagaimana tersebut di atas, setiap
organisasi seperti posyandu dalam melaksanakan kegiatannya hendaknya menggalang
kemitraan dengan berbagai lembaga dan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
dengan segenap jajarannya.
Pendukung:
b. Tokoh agama dan masyarakat setempat sudah mau terlibat secara langsung
dalam kegiatan kesehatan.
f. Setiap ibu hamil sudah mempunyai buku kesehatan ibu dan anak
Penghambat:
c. Kader tidak percaya diri dengan kemampuannya untuk member ikan penyuluhan
kepada masyarakat.
f. Kesadaran ibu untuk membaca buku kesehatan ibu dan anak masih rendah
KESIMPULAN
x Dengan mengacu pada 7 prinsip yang harus diperhatikan oleh kader posyandu
dalam melakukan pemberdayaan, di kota Manado dan Palangkaraya, tidak ada kader
posyandu yang menggunakan ketujuh prinsip pemberdayaan sebagai upaya untuk
melakukan pemberdayaan. Prinsip yang dilakukan lebih banyak berupa meningkatkan
kontribusi masyarakat dan mengembangkan budaya gotong-royong yang sudah ada di
masyarakat. Prinsip pemberdayaan yang lainnya seperti menumbuh kembangkan potensi
masyarakat, bekerja bersama masyarakat, pendidikan berbasis masyarakat, kemitraan dan
desentralisasi belum banyak disentuh oleh kader posyandu.
melalui media penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang datang di
posyandu, bukan oleh kader. Kemampuan untuk cepat mengambil keputusan dan
memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan masih sebatas berupa pengetahuan,
kader belum punya kemampuan menjadikan sebagai gerakan.
TUJUAN
Adapun proses pemberdayaan dalam program desa siaga meliputi proses pemberdayaan
dan pemanfaatan sumber daya di dalam masyarakat yang dilakukan terhadap faktor
internal ko- munitas, dan proses fasilitasi dan dukungan sumber daya dari luar masyarakat
yang dilakukan terhadap faktor eks- ternal komunitas. Keluaran pemberdayaan adalah
keberdayaan masyarakat bidang kesehatan pada program Desa Siaga meliputi
kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan lokal dan kemampuan pemecahan
masalah kesehatan lokal pada program Desa Siaga.
16. Sumber Daya Manusia Pemimpin (formal dan non-formal), Tokoh masyarakat dll.
Kader Posyandu Kader Poskesdes Kader Posyandu Lansia Kader Kesehatan
Lingkungan Saka Bhakti Husada Santri Husada Dokter Kecil dll.
18. WUJUD UKBM Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Kelompok Pemakai Air (Pokmair) Pos Obat Desa (POD) Pos Upaya Kesehatan Kerja
(Pos UKK) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) SBH (Saka Bhakti Husada) Posyandu
Usila Bina Keluarga Balita (BKB) Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) dll
19. DESA SIAGA (GMDS) ADALAH DESA YG MEMILIKI KESIAPAN SUMBER DAYA DAN
KEMAMPUAN UNTUK MENCEGAH DAN MENGATASI MASALAH2 KESEHATAN (BENCANA
& KEGAWATDARURATAN KESEHATAN) SECARA MANDIRI, DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN DESA SEHAT Catatan: DESA SIAGA DI = KELURAHAN = = GERAKAN
KAMPUNG) SEHAT (GMDS) (DESA PROVINSI LAMPUNG PEKON = MENUJU DESA
22. AWAL SIKLUS Pertemua n Desa (Pembent ukan FKMD Dukungan pemantauan
bimbinga SMD SIKLUS PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN DESA Pelaks keg gerakan
masy MMD
24. Pertemuan Tingkat Desa (PTD) Merupakan langkah awal dr keg pembinaan di Tk Desa
1. 2. 3. Tujuan: - Dikenalnya konsep Desa Siaga (GMDS) & Poskesdes - Dukungan Pamong
& Toma dlm pelaksanaan Desa Siaga - Disadari pentingnya SMD - Tersusunnya kelompok
kerja SMD & jadwal survei Tempat dan waktu : di Desa, waktu menyesuaikan Peserta : a.
Peserta Tk Kec : Camat/stafnya; Ka. Pusk. & staf; Depag, Deptan dll b. Peserta Tk Desa :
Kades/Lurah, Bidan Desa, Kader, Pimp LSM, Tokoh Masy
25. 4. Pokok bahasan Pertemuan: - Pembukaan pertemuan oleh Kades - Sambutan Camat
- Penjelasan masalah kesehatan & pentingnya GMDS oleh Bidan Desa - Persiapan SMD
(rincian keg & peralatan) & rencana jadwal MMD
26. SURVEI MAWAS DIRI (SMD) Pengertian : Keg. Pengenalan, pengumpulan dan
pengkajian masalah kes. oleh sekelompok masy setempat. Tujuan : 1. Masy mengenal,
mengumpulkan data, mengkaji masalah kes yg ada 2. Menumbuhkan minat & kesadaran
masy untuk mengetahui masalah kes & pentingnya Desa Siaga (GMDS)
27. Siapa pelaksananya? Kader yg telah dilatih tentang apa SMD,cara pengumpulan
data (menyusun daftar pertanyaan sederhana), cara pengamatan, cara
pengolahan/analisa data sederhana & cara penyajian Tokoh masyarakat di desa
Bagaimana melaksanakan SMD? a. Pengamatan langsung: - observasi partisipatif -
Berjalan bersama masy mengkaji lapangan (Transection walk) b. Wawancara dgn
kunjungan rumah atau c. Wawancara mendalam (DKT/FGD) secara kelompok
30. 4. Pengolahan data Setelah data diolah, sebaiknya disepakati: Masalah yang
dirasakan oleh masy. Prioritas masalah Kesediaan masy utk ikut berperan serta aktif dalam
pemecahan masalah Ada 3 macam cara penyajian data: • • • Secara Tekstular
(mempergunakan kalimat) Secara Tabular (menggunakan tabel) Secara Grafikal
(menggunakan grafik)
32. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 2. Tujuan : Agar masy. mengenal masalah Kes.
yg dihadapi dan dirasakan diwilayahnya Agar masy. sepakat untuk bersama-sama
menanggulangi Tersusunnya rencana kerja utk Penanggulangan masalaha yg
disepakati bersama
33. 3. Peserta: Para kader pelaksana SMD Kepala Desa & perangkat
Desa Tokoh Masy setempat formal & non-formal PKK Karang Taruna, Saka Bhakti Husada
PMR Beberapa KK yg di SMD Pimpinan Puskesmas & staf Lintas Sektor Kecamatan
(Bangdes, BKKBN, Agama, dll) Ketua Organisasi Masy (NU, Muhammadiyah, Perempuan,
Pemuda, Partai) 4. Tempat : Kantor Kelurahan
37. Ketua harus jeli, cerdik & segera bisa menangkap apa yg dimaksud oleh peserta,
Setiap pendapat harus dihargai, jangan memaksakan kehendak utk disetujui, semua
keputusan berdasarkan musyawarah, bukan paksaan, harus Ketua harus selalu
memantau kepada bahasa tubuh, ekspresi, gerak-gerik peserta, apakah mereka kelihatan
bosan/jengkel mendengarkan, bila perlu diselingi dgn gurauan utk mencairkan, Bila ada
hal-hal teknis yg kurang jelas, terutama ttg masalah/info yg berkaitan dgn kesehatan, dpt
meminta kejelasan & penjelasan dari dokter Puskesmas/stafnya.
39. UKBM APA SAJA YANG SELAYAKNYA ADA DI DESA SIAGA? 1. UKBM dalam
Pemeliharaan Kesehatan: Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Pos UKK Pos Kesehatan
Pesantren Dana Sehat Tabulin, Jambulin, Dasolin Ambulan Desa, Suami Siaga
Kelompok Donor Darah Kader Dokter Kecil
40. UKBM APA SAJA YANG SELAYAKNYA ADA DI DESA SIAGA? 2. UKBM di bidang
Kesehatan Ibu & Anak BKB (Bina Kesehatan Balita) KP-KIA (Kelompok Peminat
Kesehatan Ibu dan Anak) PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) GSI (Gerakan Sayang Ibu)
41. UKBM APA SAJA YANG SELAYAKNYA ADA DI DESA SIAGA? 3. UKBM di Bidang
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan: Pokmair (Kelompok
Pemakai Air) DPKL (Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan) Jumantik Kader Kesehatan
Lingkungan Kelompok Siaga Bencana Kelompok Pengelola Sampah dan Limbah
Kelompok Pengamat (Surveilans) dan Pelaporan dll
42. UKBM APA SAJA YANG SELAYAKNYA ADA DI DESA SIAGA? 4. UKBM di Bidang Gizi
dan Farmasi: Posyandu Posyandu Usila Warung Sekolah POD/WOD Taman
Obat Keluarga (TOGA) Kader: Posyandu, Usila, POD
45. SUMBERDAYA POSKESDES MINIMAL 1 (SATU) ORANG BIDAN & 2 (DUA) ORANG
KADER FISIK BANGUNAN, PERLENGKAPAN & PERALATAN ALAT KOMUNIKASI KE
MASYARAKAT & KE PUSKESMAS
46. INDONESIA SEHAT PROVINSI SEHAT KAB SEHAT KOTA SEHAT KEC SEHAT PROVINSI
SEHAT KAB SEHAT KEC SEHAT KOTA SEHAT KAB SEHAT KAB SEHAT KEC SEHAT KEC
SEHAT DESA SEHAT DESA SEHAT DESA SEHAT DESA SEHAT DESA SIAGA DESA SIAGA
DESA SIAGA DESA SIAGA Catatan: DESA SIAGA DI PROVINSI LAMPUNG = GERAKAN
MENUJU DESA SEHAT (GMDS)
47. INDIKATOR KEBERHASILAN POSKESDES KELUARAN (OUTPUT) MASUKAN (INPUT)
Jumlah kader aktif Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia Tersedianya sarana (alat dan
obat) Tersedianya tempat pelayanan masyarakat Tersedianya dana operasional Poskesdes
Tersedianya data/catatan (jumlah bayi di imunisasi, jumlah kematian, dll) Cakupan ibu
hamil (K4) Cakupan persalinan (Linakes) Cakupan kunjungan rumah (KN2) Cakupan BBLR
yang dirujuk Jumlah bayi & anak Balita BB tidak naik (T) ditangani Jumlah Balita Gakin
umur 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI Cakupan imunisasi Cakupan pelayanan gawat
darurat dan KLB dalam tempo 24 jam Cakupan keluarga punya jamban Cakupan keluarga
yang dibina sadar gizi Cakupan keluarga menggunakan garam beryodium Tersedianya
data kes. lingkungan (jumlah jamban, air bersih dan SPAL) Jumlah kasus kesakitan dan
kematian akibat penyakit menular Peningkatan perkembangan UKBM yang dibina
52. Gathering knowledge about the lokal community Mengumpulkan pengetahuan yang
menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. Pengetahuan tsb merupakan
informasi faktual tentang distribusi penduduk menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, status sosial ekonomi termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan
kebiasaan serta faktor kepemimpinan baik formal/informal
54. Stimulating the community to realize that it has problems Didalam masyarakat yang
terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka tidak merasakan bahwa
mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu perlu pendekatatan persuasif
agar mereka sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan dan kebutuhan
yang perlu dipenuhi
61. Increasing peoples ability for self help Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat
adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat mandiri adalah masyarakat yang
mampu menolong diri sendiri, untuk itu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat
untuk berswadaya
Reference