Anda di halaman 1dari 28

Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui

Program Senyum Sehat

PENDAHULUAN
Islam mempunyai satu konsep yang dinamik tentang kesehatan,
yaitu shihhah dan Aafiyah. “Shihah” yaitu keadaan jasmani yang
memungkinkan seluruh anggota tubuh berfungsi dengan baik. Sementara
“Aafiyah” ialah suatu keadaan yang lebih afdhol yang dampaknya
menjangkau kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu
manusia mendapatkan tugas oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi
untuk menjaga lingkungan agar terciptanya kebahagiaan tersebut.
Pengetahuan tentang lingkungan serta dampak pencemaran
lingkungan bagi kesehatan merupakan suatu hal yang wajib kita ketahui.
Tanpa kesehatan manusia tidak dapat melakukan kegiatan yang menjadi
tugas serta kewajibannya yang menyangkut kepentingan diri sendiri,
keluarga, masyarakat dan kewajibannya dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah SWT. Dapat di lihat dari penjelasan di atas, bahwa dampak
kesehatan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, diantaranya
dalam melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi kehidupannya.
Karena bagaimana seseorang bisa sejahtera jika jasmani dan rohaninya
sakit. Hal tersebut tentu saja akan berdampak kepada kesejahteraan.
Kesejahteraan masyarakat menurut Unitted Nations
Development Program (UNDP) di ukur dengan indeks
pembangunan manusia (IPM). IPM merupakan indikator komposit
dari tiga indikator sektor pembangunan: pendidikan, kesehatan
dan ekonomi. IPM Indonesia tahun
2010 berada pada peringkat 108, sementara tahun 2011 turun ke peringkat
124. Dilihat dari fakta tersebut menunjukan bahwa makin merosotnya
kualitas hidup manusia Indonesia. Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Millenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sepakat
untuk mengadopsi

Deklarasi Milenium. Tujuan deklarasi tersebut adalah tujuan


pembangunan milenium (Millenium Development Goals-MDGs)
menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan.
Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pembangunan kesehatan
adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya
seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah. Sampai saat ini pemerintah terus berusaha untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Seperti halnya pemberdayaan
yang merupakan salahsatu dari upaya pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat sendiri memiliki banyak
pengertian yang di jelaskan oleh para pakar sosial, karena pada
dasarnya pemberdayaan masyarakat tidak lepas dari ilmu sosial.
Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidupnya, upaya itu hanya bisa di lakukan dengan
membangkitkan keberdayaan mereka, untuk memperbaiki kehidupan di
atas kekuatan sendiri (Engking Soewarman Hasan, 2002: 56-
57).
Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat hal tersebut tentu
membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, salahsatunya dalam
pengelolaan dana zakat. Oleh karena itu, peran lembaga zakat sangat
penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya umat
islam. Salahsatu lembaga zakat yang ada di indonesia adalah rumah
zakat. Rumah zakat adalah lembaga filantrofi yang mengelola zakat,
infaq, sedekah, serta dana sosial lainnya melalui program-program
pemberdayaan masyarakat. Program pemberdayaan direalisasikan
melalui empat rumpun utama yaitu senyum juara (pendidikan), senyum
sehat (kesehatan), senyum mandiri (pemberdayaan ekonomi), senyum
lestari (inisiatif kelestarian lingungan). Rumah zakat di dirikan oleh
Abu Syauqi salah satu tokoh da’I muda Bandung bersama beberapa
rekan pengajian majlis taklim Ummul Quro membentuk lembaga
sosial yang concern pada
bantuan kemanusiaan. 2 juli 1998, terbentuklah dompet sosial
ummul quro (DSUQ). Sekretariat bertempat di Jl. Turangga 33
Bandung sekaligus sebagai tempat kajian.
Senyum Sehat adalah program Rumah Zakat yang melayani
hingga ke pelosok negeri agar masyarakat kurang mampu dapat
mengakses kesehatan secara gratis. Senyum Sehat merupakan
program perbaikan kualitas kesehatan masyarakat yang berbasis
individual, komunal, swadaya masyarakat. Adapun realisasi
program tersebut berupa Khitanan Massal, Ambulance Gratis,
Siaga Sehat, Bantuan Kesehatan, Kebun Gizi, Klinik Gratis, dan
Posyandu. Program ini juga aktif menggandeng berbagai instansi
untuk bekerja sama, seperti korporasi-korporasi juga lembaga
terkait lainnya. Salah satu contoh pemberdayaan masyarakat
adalah dengan adanya kegiatan Kebun Gizi yang bertempat di
Kp. Banen RT 02
RW 11 Desa Limbangan Timur Kecamatan Limbangan
Kabupaten Garut. Masyarakat Kp. Banen yang mengikuti kegiatan
Kebun Gizi terdapat 21 Orang yang dipimpin oleh Ibu Maryam
selaku Ibu RW di Kampung Banen. Rumah Zakat melalui
fasilitator Desa Berdaya dalam Program Senyum Sehat
mendirikan kebun gizi masyarakat di Kp. Banen pada bulan
November 2015. Masyarakat diberdayakan dengan memanfaatkan
lingkungan pekarangan untuk menanam tanaman obat- obatan,
sayuran dan buah-buahan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti “Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui Program
Senyum Sehat”.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka fokus
penelitian ini adalah: “Bagaimana Pemberdayaan Kesehatan
Masyarakat melalui Program Senyum Sehat Rumah Zakat?”.
Dari rumusan masalah diatas, diajukan pertanyaan penelitian, 1)
Bagaimana perencanaan rumah zakat melalui program senyum
sehat dalam pemberdayaan masyarakat? 2) Bagaimana
pelaksanaan program senyum sehat dalam memberdayakan
masyarakat? 3) Bagaimana hasil program senyum sehat dalam
pemberdayaan masyarakat?
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang di
lakukan untuk mengetahui nilai variabel independen, baik satu
variabel maupun lebih tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan antar variabel (Dadang Kuswana, 2012: 42).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena peneliti
menganggap dengan metode ini dapat menjelaskan program
senyum sehat di Rumah Zakat Bandung dalam

LANDASAN TEORITIS
Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti
kemampuan untuk melakukan sesuatu ( W.J.S Poerwadaminta,
1996:
233). Imbuhan pada kata pemberdayaan mempunyai arti
berusaha
meningkatkan dengan melakukan sesuatu. sedangkan di dalam istilah
bahasa inggris di sebut dengan kata "empowerment". menurut William,
Webster, empowerment memiliki dua arti, pertama, to give power
or authority, yaitu memberikan kekuasaan atau kekuatan pada pihak
lain. dan pengertian ke dua adalah to give ability or enable yaitu upaya
untuk memberi kemampuan atau keberdayaan ( Onny S. Prijono, 1996:
3). Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil
yang dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri,
mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005: 59-60).
Esrom Aritonang menambahkan pemberdayaan sebagai usaha
untuk mengembangkan kekuatan atau kemampuan (daya), potensi
sumberdaya masyarakat agar membela dirinya (Esrom Aritonang
dkk,
2001: 9) masyarakat adalah sekumpulan atau sejumlah besar orang
yang menyatu menempati wilayah tertentu dan merupakan kelompok
manusia yang saling terkait oleh sistem-sistem, adat-istiadat, ritus-
ritus, serta hukum-hukum khas, dalam hidup bersama (A.R Tillar,
1999: 9). Definisi lain pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau
proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan,
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Pemberdayaan masyarakat adalah tatanan yang menghimpun berbagai
upaya perorangan, kelompok dan masyarakat umum di bidang
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tinggi nya (Dedi
Alamsyah, 2011: 25).
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan mengemuka sejak
114 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui Program Senyum Sehat

dideklarasikannya piagam Ottawa. Piagam Ottawa menegaskan bahwa


partisipasi masyarakat merupakan elemen utama dalam pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan. Selanjutnya, konferensi Internasional
promosi kesehatan ke-7 di Nairobi, Kenya menegaskan
kembali pentingnya pemberdayaan bidang kesehatan dengan
menyepakati perlunya membangun kapasitas promosi kesehatan,
penguatan sistem kesehatan, kemitraan dan kerjasama lintas sektor,
pemberdayaan masyarakat, serta sadar sehat dan perilaku sehat.
Mardikanto menyebutkan bahwa ada sepuluh model pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan yang diformulasikan sebagai berikut: 1)
Model pengembangan lokal yaitu pemberdayaan masyarakat
sejalan dengan model pengembangan lokal sebagai upaya pemecahan
masalah masyarakat melalui partisipasi masyarakat dengan
pengembangan potensi dan sumber daya lokal. 2) Model promosi
kesehatan dilakukan melalui empat pendekatan, yaitu persuasi
(bujukan/kepercayaan) kesehatan, konseling personal dalam kesehatan,
aksi legislatif, dan pemberdayaan masyarakat. Model promosi
kesehatan perspektif multidisiplin mempertimbangkan lima
pendekatan meliputi medis, perilaku, pendidikan, pemberdayaan, dan
perubahan sosial. 3) Model pelayanan kesehatan primer berbasis
layanan masyarakat menurut Ife, masyarakat harus bertanggung jawab
dalam mengidentifikasi kebutuhan dan menetapkan prioritas,
merencanakan dan memberikan layanan kesehatan, serta memantau
dan mengevaluasi layanan kesehatan. 4) Model pemberdayaan
masyarakat meliputi partisipasi, kepemimpinan, keterampilan, sumber
daya, nilai-nilai, sejarah, jaringan, dan pengetahuan masyarakat. 5)
Model pengorganisasian masyarakat yaitu hubungan antara
pemberdayaan, kemitraan, partisipasi, responsitas budaya, dan
kompetensi komunitas. 6) Model determinan sosial ekonomi terhadap
kesehatan meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan modal
atau kekayaan yang berhubungan satu sama lain dengan kesehatan. 7)
Model kesehatan dan ekosistem masyarakat interaksi antara
masyarakat, lingkungan, dan ekonomi dengan kesehatan. 8) Model
determinan lingkungan kesehatan individual dan masyarakat
determinan lingkungan kesehatan individual meliputi lingkungan
psikososial, lingkungan mikrofisik, lingkungan ras/kelas/gender,
lingkungan perilaku, dan lingkungan kerja. Sementara itu,
determinan lingkungan kesehatan masyarakat meliputi lingkungan
politik/ekonomi, lingkungan makrofisik, tingkat keadilan sosial dan
keadilan dalam masyarakat, serta perluasan kontrol dan
keeratan

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130 115
Hani Roviati Sa’adah, Dang Eif Saiful Amin,
Nase

masyarakat. 9) Model penanggulangan penyakit berbasis keluarga yaitu


pemeliharaan kesehatan dilakukan secara swadaya dan mandiri oleh
keluarga melalui penumbuhan kesadaran, peningkatan pengetahuan,
dan keterampilan memelihara kesehatan. 10) Model pembangunan
kesehatan masyarakat desa (PKMD).
Kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk
mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan.
Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah
merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat
adalah kombinasi antara icon (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan
untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan
kesehatan penduduk (masyarakat) (Koes Irianto, 2014: 10). Dari
definisi kesehatan masyarakat, dapat di mengerti bahwa pada
prinsipnya, pencegahan dan pemberantasan penyakit perlu
dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat secara penuh. Jadi
masyarakat sendirilah yang dapat memberantas penyakit ataupun
meningkatkan kesehatannya. Para ahli dan pejabat kesehatan hanya
dapat membantu agar masyarakat dapat terlindung dari penyakit,
masyarakat harus mampu berperilaku sehat. Kemampuan-
kemampuan serta partisipasi masyarakat dalam memberantas penyakit
di harapkan dapat ditimbulkan oleh usaha-usaha kesehatan masyarakat
(Koes Irianto, 2014:
13).
Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa perubahan akan
terjadi apabila terdapat motivasi untuk berubah. Salahsatu cara untuk
menimbulkan motivasi pada seseorang ialah dengan melibatkannya
kedalam suatu aktivitas. Aktivitas demikian di sebut dengan anteseden.
Keadaan ini dapat memberi stimulasi, sehingga terjadi partisipasi.
Partisipasi selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota
masyarakat sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan pada dirinya dan
timbul kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut atau terjadi realisasi.
Kesadaran dan realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan
atau dorongan untuk berubah, yakni merubah keadaannya yang jelek
menjadi baik. Keadaan ini yang menunjukan motif pada diri seseorang
telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan terjadi perubahan perilaku.
Dalam proses perubahan perilaku ada suatu gagasan baru atau ide baru
yang diperkenalkan individu dan yang di harapkan untuk diterima atau
dipakai oleh individu tersebut. Hal yang terpenting didalam kesehatan
adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Pada Teori
Perubahan

116 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui Program Senyum Sehat

Perilaku terdapat Teori Stimulus Organisme bahwa penyebab


terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang
(stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme berupa perhatian,
pengertian, dan penerimaan yang nantinya akan menimbulkan reaksi
atau perubahan sikap dari masyarakat untuk mengolah stimulus
sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang
diterimanya selanjutnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari
lingkungan maka stimulus mempunyai efek reaksi (perubahan
praktek) dari individu (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 128).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Abu Syauqi, salah satu tokoh Da’i muda Bandung, bersama
beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis Taklim Ummul Quro
sepakat membentuk lembaga sosial yang concern pada bantuan
Kemanusiaan. 2 juli
1998, terbentuklah organisasi bernama Dompet Sosial Ummul Quro
(DSUQ). Sekretariat bertempat di Jl. Turangga 33 Bandung sekaligus
sebagai tempat kajian, Jamaah pengajian semakin berkembang.
Dipergunakan Masjid Al-Manar Jl. Puter Bandung sebagai tempat
kajian rutin. Pada tahun 2006 regenerasi puncak pimpinan diestafetkan
dari Ustadz Abu Syauqi beralih ke Virda Dimas Ekaputra. Babak
sejarah baru Transformation From Traditional Corporate to
Professional Corporate dimulai. Kesadaran berzakat terus didorong
dengan merilis kampanye “When Zakat Being Lifestyle”
Diluncurkanlah program Gelar Budaya Zakat (GBZ) Menuju Indonesia
Sadar Zakat 2008 pertama kali di 6 kota. Donasi berhasil terkumpul
sebanyak Rp 29,52 Milyar. Pengembangan progam semakin
disempurnakan termasuk dengan mengganti istilah Departemen
Empowering menjadi Direktorat Program. Implementasi program
mulai difokuskan hingga mengerucut pada empat induk yaitu EduCare,
HealthCare, YouthCare, dan EcoCare. Pengelolaan program
dilakukan dengan konsep terintergrasi dan berkelanjutan berbasis
komunitas.
Di bidang kesehatan, Rumah Zakat bersama mitra telah mendirikan
7 Rumah Bersalin Sehat Keluarga dan 1 Klinik Sehat. Rumah Zakat
pun
bekerjasama dengan 38 mitra Layanan Bersalin, dan kini memiliki
58
Armada Kesehatan dan Mobil Jenazah Gratis. Sementara itu di
bidang
ekonomi, Rumah Zakat telah memiliki 33 Balai Bina Mandiri
yang didirikan di wilayah binaan dan didampingi seorang Member
Relationship Officer (MRO) yang memiliki tugas sebagai pendamping,
pemberdaya, surveyor pemberdayaan, penggerak lingkungan, dan
advokat masyarakat. Di
Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130 117
Hani Roviati Sa’adah, Dang Eif Saiful Amin,
Nase

wilayah ICD program pemberdayaan ekonomi seperti Kelompok Usaha


Kecil Mandiri, Sarana Usaha Mandiri, Pelatihan Skill Produktif, hingga
Budidaya Agro dilaksanakan. Rumah Zakat memiliki visi
“menjadi lembaga filantropi internasional berbasis pemberdayaan
yang professional” dan Misi 1) Berperan aktif dalam membangun
jaringan filantropi internasional. 2) Memfasilitasi keandirian
masyarakat. 3) Mengoptimalkan seluruh aspek sumberdaya melalui
keunggulan insani.
Tujuan ICD adalah menciptakan perbaikan secara terukur
berdasarkan permasalahan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah,
pendekatan inilah yang menjadi konsep Rumah Zakat sehingga selaras
dengan tujuan di era Millenium Development Goals (MDGs). Periode
waktu pada masing-masing program pemberdayaan di bagi menjadi
dua tahapan, yaitu tahap implementasi dan tahap evaluasi. Sasaran
wilayah ditentukan setingkat desa yang memiliki permasalahan
ekonomi, kesehatan, pendidikan dan sanitasi dengan menerapkan
program tertentu menuju pada perbaikan dan kesejahteraan.
Empat rumpun program pemberdayaan diantaranya sebagai berikut:
1) Senyum Sehat, Program pemberdayaan didalamnya mencakup
Klinik RBG, Khitanan Masal, Ambulan grtais, Kebun Gizi, mobil
klinik keliling, layanan bersalin gratis, siaga sehat dan oprasi katarak
gratis. Saat ini, jaringan sarana akses kesehatan meliputi antara lain 7
klinik RBG yang tersebar di Bandung, Jakarta, Semarang,
Yogyakarta, Medan, Surabaya, dan Pekanbaru. 1 Klinik Sehat JICT
berada di Jakarta Utara di Jl. Cipeucang IV No 2A, Kelurahan Koja,
Kecamatan Koja. 13 Kebun Gizi yang tersebar di wilayah binaan
Rumah Zakat. Selain itu terdapat Mitra Layanan Bersalin Gratis yang
bekerjasama dengan pihak lain yang tersebar di 43 wilayah serta
memiliki jumlah ambulans gratis sebanyak 59 unit. 2) Senyum
Mandiri, adapun misi dan progranya yaitu bertransformasi menjadi
mandiri untuk kembali memandirikan sebuah rangkaian proses dari
pemberdayaan masyarakat menjadi bagian dari pembangunan
peradaban yang lebih baik. 3) Senyum Lestari, misi senyum lestari
adalah berkontribusi dalam melestarikan lingkungan hidup sebagi
salahsatu warisan untuk masa depan, serta meringankan beban
sesama umat manusia dalam kesukaran. Tujuannya dapat menurunkan
separuhnya proposi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum
yang berkelanjutan serta fasilitasi sanitasi desa. 4) Senyum Juara,
Mengiringi generasi penerus bangsa menggapai cita dan mimpinya
melalui pendidikan berkualitas di Indonesia. Tujuannya membantu
anak yang kurang mampu

118 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui Program Senyum Sehat

untuk mengenya bangku sekolah, menyediakan akses dan fasilitas


tepadu gratis dan berkualitas, mampu bersaing dengan sekolah
unggulan lain dan memberikan motivasi kepada penerima bantuan
sehingga dapat menyelesaikan wajib belajar.
Perencanaan Rumah Zakat dalam Memberdayakan Masyarakat
melalui Program Senyum Sehat
Dalam setiap kegiatan pemberdayaan harus ada perencanaan atau
konsep
untuk dapat menjalankan program. Hal tersebut dilakukan oleh RZ
dalam menjalankan program pemberdayaannya. Seperti yang di
paparkan dalam penjelasan dari hasil wawancara yang sudah dilakukan
oleh peneliti.
“Sebetulnya, di RZ pola pemberdayaan sudah dirumpun dalam
4
senyum, pertama senyum juara, senyum sehat, senyum mandiri,
dan senyum lestari. Nah senyum sehat itu sendiri salahsatu ranah
pemberdayaan yang penyalurannya di bidang kesehatan, jadi
yang pertama mekanisme penyalurannya berdasarkan kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan program yang sudah berjalan”
(wawancara dengan Bapak Erif selaku Kepala Bidang Program
Senyum Sehat pada tanggal 31 juli 2018).
Dalam wawancara tersebut dapat dibuktikan bahwa
dalam
melakukan perencanaan program Pemberdayaan Rumah Zakat dimulai
dengan melakukan identifikasi terhadap kebutuhan masyarakat yang
disesuaikan dengan program senyum sehat yang sudah berjalan di
Rumah Zakat. Dalam setiap kegiatannya Rumah Zakat lebih
mengutamakan pada kebutuhan individu yang mengacu kepada
kesehatan, penerapan teknologi tepat guna dan kemandirian. Karena
pada dasarnya strategi yang dilakukan oleh Rumah Zakat
menggunakan pendekatan bottom up. Dalam perencanaannya Rumah
Zakat melakukan tahapan-tahapan pemberdayaan diantaranya seperti:
1) Tahapan persiapan dan assesment, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah yang dirasakan oleh masyarakat selaku
sasaran pemberdayaan. 2) Tahapan perencanaan, tahapan ini bertujuan
untuk memberikan alternatif program atau kegiatan yang diajukan atau
diberikan kepada masyarakat. 3) Tahap pelaksanaan, tahap ini
merupakan tahapan pengimplementasian program yang telah
dirumuskan bersama- sama yang dilakukan oleh Rumah Zakat
maupun oleh masyarakat. 4) Tahapan evaluasi, tahap ini merupakan
sebuah proses pengawasan yang dilakukan oleh rumah zakat terhadap
masyarakat selaku objek pemberdayaan.
Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130 119
Hani Roviati Sa’adah, Dang Eif Saiful Amin,
Nase

Dalam melaksanakan perencanaan pemberdayaan, Rumah Zakat


sebelumnya melakukan assesment atau pengidentifikasian masalah dan
kebutuhan objek pemberdayaan. Hal tersebut dilihat dari strategi
Rumah Zakat dalam melakukan pendekatan bottom up dalam
pelaksanaan programnya yang berdasarkan atas kebutuhan
masyarakat, namun disisi lain Rumah Zakat juga melakukan
pendekatan pemberdayaan melalui top down dimana dalam
perencanaannya Rumah Zakat tidak melibatkan masyarakat. Dari dua
pendekatan tersebut, diharapkan mampu mengembangkan gerakan
masyarakat dengan melalui perorganisasian, identifikasi masalah, dan
kebutuhan lokal yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam
pemberdayaan.
“Di senyum sehat itu ada program yang kuratif dan non
kuratif, kalau yang kuratif itu yang pengobatan seperti halnya
yang dilakukan temen-temen di klinik, yang non kuratif misalkan
kaya penyuluhan, edukasi kesehatan yang dilakukan langsung ke
masyarakat, gambaran besarnya seperti siaga sehat, siaga
posyandu, kebun gizi, dan ramah lansia yang ada di beberapa
cabang, cuman ramah lansia ini belum merata di semua cabang
ada (wawancara dengan Bapak Erif selaku Kepala Bidang
Program Senyum Sehat pada tanggal 31 juli 2018).
Menurut penjelasan dari Bapak Erif selaku Kepala Bidang
Program
Senyum Sehat menyatakan bahwa dalam program senyum sehat
terdapat dua bentuk pelayanan, yaitu pelayanan kuratif dan non kuratif.
Adapun bentuk pelayanan kuratif itu berupa pengobatan yang
dilakukan di Klinik RBG. Sedangkan bentuk layanan non kuratif yaitu
layanan yang dilakukan langsung ke masyarakat seperti mengadakan
penyuluhan dan edukasi kesehatan ke masyarakat, realisasinya seperti
program siaga sehat, siaga posyandu, gizi balita, kebun gizi dan ramah
lansia. Adapun dalam melakukan pelayanan program non kuratif itu,
pihak Rumah Zakat mendatangi wilayah yang memang membutuhkan
pemberdayaan atau menjadi kategori yang sesuai dengan program
senyum sehat. Dalam bentuk pelaksanaan pelayanan non kuratif pihak
Rumah Zakat juga dapat mendatangi lokasi yang terjadi insiden
bencana seperti ada gempa bumi banjir atau tsunami. Pihak
Rumah Zakat memberikan bantuan pengobatan kepada korban
bencana di lokasi tersebut. Pelayanannya itu seperti melakukan
pengecekan kesehatan, mengobati luka-luka, memberi bantuan
sembako dan lain sebagainya.
“Pembinaan intervensi yang dilakukan oleh fasilitator kita yang
ada
120 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui Program Senyum Sehat

di wilayah itu biasanya yang pertama, edukasi ke


masyarakat, misalkan diadakan penyediaan TOGA (tanaman obat
keluarga) yang bisa di budidayakan disana (wawancara dengan
Bapak Erif selaku Kepala Bidang Program Senyum Sehat pada
tanggal 31 juli 2018). Dalam pembinaannya Rumah Zakat
melalui fasilitator yang ada di
setiap wilayah binaan itu, pertama melakukan edukasi ke masyarakat.
Edukasi itu merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
masyarakat dengan bimbingan dari fasilitator yang bertujuan untuk
meningkatkan daya fikir. Dalam hal ini, masyarakat diberikan
pembelajaran berupa penyediaan TOGA (tanaman obat keluarga),
dengan adanya program ini masyarakat bisa diberdayakan melalui
pelatihan atau penyuluhan berupa tanaman obat di mana
masyarakat diberitahu cara penanamannya, cara perawatannya,
manfaat tanamannya, cara mengolahnya, bagaimana cara
mengkonsumsinya dan lain sebagainya. Alasan diadakannya program
pemberdayaan senyum sehat berupa kebun gizi ini karena melihat
wilayah disana jauh dari akses kesehatan, sehingga wilayah ini cocok
untuk dijadikan tempat pemberdayaan program senyum sehat. Ketika
program ini berjalan dengan masyarakat yang sudah mampu menanam
pohon obat-obat herbal seperti tanaman jahe merah, kunyit, lidah
buaya, sereh, kemudian ketika pembudidayaan berjalan maka
tanaman tersebut dapat digunakan atau di manfaatkan sebagai alternatif
pengobatan masyarakat yang membutuhkan, melihat dari wilayah yang
memang jauh dari akses kesehatan. Dalam proses dan hasil dari
pemberdayaan ini mampu meningkatkan kesehatan masyarakat, hal
tersebut berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh (Suharto,
2017:
58-60) mengenai pemberdayaan yaitu pemberdayaan sebagai suatu
proses dan tujuan. Dimana serangkaian proses dan kegiatan ini
untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah
dalam masyarakat. Sedangkan tujuan pemberdayaan ialah
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial, yaitu masarakat yang berdaya memiliki kekuasaan
atau pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial.
Pelaksanaan Program Senyum Sehat Dalam
Memberdayakan
Masyarakat melalui Program Senyum
Sehat
Untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima manfaat,
Rumah
Zakat memiliki standar sendiri. Selain mereka yang fakir dan
miskin
Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130 121
Hani Roviati Sa’adah, Dang Eif Saiful Amin,
Nase

melihat daerahnya terlebih dahulu, seperti lokasi yang memang


aksesnya jauh dari pusat kota dan memang masyrakatnya mayoritas
tidak mampu. Dalam pelaksanaannya setiap program itu berbeda-beda.
Program yang sifatnya kuratif seperti halnya yang di lakukan
disalahsatu Klinik RBG binaan rumah zakat, pelaksaannya itu
masyarakat mendatangi Klinik kemudian melakukan pengecekan lalu
diberi obat, selain itu masyarakat juga diberikan penyuluhan oleh
petugas kesehatan agar masyarakat bisa menjaga kesehatnnya, adapun
bentuk penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yaitu
dengan di adakannya Penyuluhan tentang PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat) seperti mencuci tangan dengan baik dan benar,
gosok gigi setiap hari, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan ke
pelayanan kesehatan terdekat. Dengan di adakannya penyuluhan
berupa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, diharapkan masyarakat
dapat: 1) Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat. 2) Masyarakat
dapat mengertahui bagaimana cara untuk melakukan PHBS. 3)
Meningkatnya cakupan rumahtangga berperilaku hidup bersih dan
sehat.
4) Semua kalangan masyarakat khususnya masyarakat kurang
mampu dapat melakukan PHBS.
“Untuk diluar klinik yang sifatnya non kuratif misalkan kalau
siaga sehat dia langsung mendatangi masyarakat melihat
bagaimana kondisinya, kemudian untuk kebun gizi khususnya di
bagian lingkungan melihat kondisi dan lahan lingkungannya
seperti apa, terus untuk siaga posyandu lebih ke balita bagaimana
kita menurunkan angka kekurangan gizi, atau bahkan lebih buruk
lagi misalkan ada gizi buruk di wilayah itu, nah bagaimana nanti
informasunya seperti apa, apakah misalnya melalui kunjungan
posyandu (wawancara dengan Bapak Erif selaku Kepala Bidang
Program Senyum Sehat pada tanggal 31 juli 2018).
Disebutkan lagi dalam wawancara berikutnya untuk yang
sifatnya non kuratif itu pihak Rumah Zakat mendatangi lokasi yang
membutuhkan bantuan, misalkan untuk program siaga sehat fasilitator
Rumah Zakat melihat kondisi kesehatannya seperti apa lalu
menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan
begitu Rumah Zakat dapat memberikan bantuan terhadap masyarakat
di wilayah tersebut. Untuk kebun gizi, yang menarik untuk diteliti dan
berkaitan dengan kegiatan pemberdayaan. Kebun gizi merupakan
salahsatu program pemberdayaan dan pendidikan di bawah naungan
Murni Alit Baginda selaku Chief Program

122 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui Program Senyum Sehat

Officer (CPO) dan Bapak Erif selaku Kepala Bidang atau


penanggung jawab Program Senyum Sehat dan Senyum Juara.
Kebun gizi adalah Program berbasis masyarakat sebagai upaya
dalam memenuhi kebutuhan makan buah dan sayur di masyarakat
dengan cara pemanfaatan lahan pekarangan maupun media lain.
Rumah Zakat menginisiasi program Kebun Gizi di Kampung Banen
Desa Limbangan Timur Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kebun
Gizi merupakan program pemanfaatan lahan sebagai akses
pemenuhan kebutuhan gizi keluarga yang terjangkau. Dalam
pelaksanaannya fasilitator Rumah Zakat mengobservasi dan melihat
bagaimana keadaan/ kondisi dan lahan pekarangan wilayahnya seperti
apa. Jika memungkinkan untuk di adakan kebun gizi pihak Rumah
Zakat akan memberikan bantuan berupa benih dan pupuk untuk
tanaman obat-obatan, buah-buahan dan sayuran. Dengan di
adakannya tanaman tersebut bisa membantu masyarakat dalam
meningkatkan kebutuhan gizinya. Kemudian sebelum menanam
masyarakat di bina terlebih dahulu, adapun bentuk pembinaannya
seperti diberitahu tentang: 1) Memlih media tanam yang tepat,
karena fasilitas yang digunakan itu lahan pekarangan warga jadi
lahannya tidak terlalu luas, maka warga di ajarkan untuk bisa
menanam dengan menggunakan polybag. 2) Menentukan jenis
sayuran dan buah yang mudah di tanam di lahan pekarangan warga
seperti cabe, tomat, bawang, seledri, jahe, kunyit, lidah buaya dan
terong. Ada juga jenis sayuran seperti sawi putih, sawi hijau, dan kol,
namun jenis sayuran seperti itu di tanamnya ketika musim hujan saja.
Karena melihat di wilayah tersebut jauh dari saluran air dan sebagian
besar masyarakatnya belum mempunyai sumur pribadi. Adapun jenis
buah-buahan yang di tanamnya yaitu delima, strawberry, anggur, sawo,
jeruk bali, rambutan, jambu, dan jeruk nipis. Dari semua jenis tanaman
itu mempunyai manfaatnya masing-masing. 3) Menjaga
kesegaran tanaman, seprti melakukan penyiraman minimalnya sehari
sekali dan memberi pupuk agar tanaman tetap subur.
Tabel I Daftar Penerima Manfaat Kebun Gizi di Kp. Banen
No Penerima Manfaat Alamat
1 Maryam Kp. Banen RT/RW 02/11 Ds. Limbangan
Timur
2 Wawat Kp. Banen RT/RW 02/11 Ds. Limbangan
Timur
3 Yayu Kp. Banen RT/RW 03/11 Ds. Limbangan
Timur
4 Momo Kp. Banen RT/RW 02/11 Ds. Limbangan

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130 123
Hani Roviati Sa’adah, Dang Eif Saiful Amin, Nase

Timur
4 Nining Kp. Banen RT/RW 03/11 Ds. Limbangan
Timur
5 Oting Kp. Banen RT/RW 05/11 Ds. Limbangan
Timur
6 Siti Kp. Banen RT/RW 05/11 Ds. Limbangan
Timur
7 Dede Kp. Banen RT/RW 02/11 Ds. Limbangan
Timur
8 Dewi Kp. Banen RT/RW 02/11 Ds. Limbangan
Timur
9 Eting Kp. Banen RT/RW 03/11 Ds. Limbangan
Timur
10 Nanah Kp. Banen RT/RW 04/11 Ds. Limbangan
Timur
11 Dewi Kp. Banen RT/RW 04/11 Ds. Limbangan
Timur
12 Ipong Kp. Banen RT/RW 04/11 Ds. Limbangan
Timur
13 Sinta Kp. Banen RT/RW 02/11 Ds. Limbangan
Timur
14 Pipit Kp. Banen RT/RW 02/11 Ds. Limbangan
Timur
15 Entik Kp. Banen RT/RW 03/11 Ds. Limbangan
Timur
16 Popon Kp. Banen RT/RW 05/11 Ds. Limbangan
Timur
17 Euis Kp. Banen RT/RW 02/11 Ds. Limbangan
Timur
18 Rita Kp. Banen RT/RW 03/11 Ds. Limbangan
Timur
19 Neni Kp. Banen RT/RW 03/11 Ds. Limbangan
Timur
20 Erna Kp. Banen RT/RW 02/11 Ds. Limbangan
Timur
21 Ilis Kp. Banen RT/RW 03/11 Ds. Limbangan
Timur
Sumber dari hasil wawancara bersama Ibu Maryam pada tanggal 28 Juli 2018
Dalam setiap pelaksaan program pemberdayaan tentunya ada
beberapa kendala yang dialami, seperti halnya yang dipaparkan oleh
kepala bidang program senyum sehat dalam wawancara.
“Kendalanya misalkan dari masayarakatnya itu sendiri
kemudian
dari perangkat desanya, misalkan ada penolakan karena
sebagian wilayah itu tidak kita mulus merekomendasikan
wilayah untuk di

124 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui Program Senyum Sehat

bina kemudian si wilayah itu bisa nerima, tentunya ada


penolakan padahal kita tuh ingin mencoba menggali potensi
masyarakat disana itu seperti apa. Nah untuk kendala di
penerima manfaatnya itu sendiri keengganan berkembang,
misalnya di edukasi kesehatn dia tidak mau merubah pola
hidupnya, ada juga mislakan kita menginervensi satu
keluarga ternyata ada anggota keluarga keluarga yang memang
dia resisten terhadap kita nah itu mungkin kendala- kendala di
masyarakat” (wawancara dengan Bapak Erif selaku Kepala
Bidang Program Senyum Sehat pada tanggal 31 juli 2018).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwasannya
dalam
menjalankan program senyum sehat terdapat kendala-kendala yang
dihadapi oleh Rumah Zakat. Adapun kendala-kendala yang
dihadapi seperti adanya penolakan dari masyarakat itu sendiri,
kurangnya partisipasi masyarakat dalam menerima pemanfaatan dari
program senyum sehat. Adanya penolakan dari masyarakat mengenai
program senyum sehat disebabkan oleh adanya penolakan dari
perangkat desa dan keengganan masyarakat untuk berkembang. Hal ini
menjadi suatu tantangan untuk rumah zakat dalam membedayakan
masyarakat agar lebih meningkatkan kualitas program senyum sehat
sehingga diharapkan ke depannya masyarakat dapat lebih terbuka,
berpartisipasi dalam program senyum sehat tersebut. Dampak tidak
selalu dengan keadaan yang baik atau positif dan juga tidak selalu
denganyang tidak baik atau negatif, keduanya saling bersandingan
ketika melihat suatu realisasi program yang di canangkan atau
dikerjakan menurut Budi (2007: 23) dampak kebijakan (policy
outcomes) lebih merujuk kepad akibat-akibatnya bagi masyarakat, baik
yang diinginkan atau tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atau
tidak adanya tindakan pemerintah. Dari pengertian tersebut jelas
bahwsanya dampak suatu hal itu akan menjadi baik atau buruk karena
hal itu diluar dugaan suatu kegiatan yang dilaksanakan.
Hasil Program Senyum Sehat dalam Pemberdayaan Masyarakat
Keberadaan program senyum sehat merupakan suatu yang penting
di kehidupan masyarakat. Adanya program senyum sehat yang
dilakukan oleh Rumah Zakat memberikan sumbangan yang positif
bagi masyarakat khususnya masyarakat penerima manfaat program
senyum sehat. Rumah Zakat akan terus mengembangkan program
Senyum Sehat khususnya Kebun Gizi yang awalnya hanya di satu
wilayah binaan namun terus tersebar di wilayah binaan lainnya
seperti di di Kampung Banen Desa

Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130 125
Hani Roviati Sa’adah, Dang Eif Saiful Amin,
Nase

Limbangan Timur Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hal ini sebagai


bentuk kontribusi Rumah Zakat untuk Indonesia lebih baik. Dengan
diadakan program senyum sehat di Kp. Banen masyarakat sangat
terbantu khususnya dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat yang
kurang mampu kini dapat merasakan fasilitas kesehatan yang lebih
baik. Hal ini menunjukkan keberhasilan Rumah Zakat dalam
memberdayakan masyarakat melalui program senyum sehat. Aktivitas
program senyum sehat yang dilakukan Rumah Zakat telah membawa
perubahan bagi masyarakat wilayah binaan program tersebut. Hal ini
dapat dilihat dengan berkurangnya angka kematian, meningkatnya gizi
masyarakat, dan akses kesehatan menjadi mudah. Dengan
berkembangnya program senyum sehat ini telah memberikan
harapan-harapan mereka yang mengacu kepada kebutuhan kesehatan.
Ketika peneliti melakukan wawancara bersama masyarakat
penerima manfaat diketahui bahwa dengan keberadaan program
senyum sehat oleh Rumah Zakat merasa senang dan menerimanya
dengan baik serta parisipasi masyarakat juga tinggi. Berkembangnya
program senyum sehat dari hari ke hari telah membawa perubahan
terhadap masyarakat wilayah binaan. Khususnya masyarakat yang
menerima manfaat berbentuk kebun gizi. Sejauh informasi yang telah
peneliti kumpulkan, berkembangnya program kebun gizi yang ada di
Kp. Banen Desa Limbangan Timur kecamatan Limbangan Kabupaten
Garut bahwasannya masyarakat kampung Banen sangat terbantu
dengan adanya program kebun gizi. adanya program tersebut
memberikan dampak positif untuk masyarakat kampung banen, seperti
kebutuhan makan sayur terpenuhi, meningkatnya gizi masyarakat, dan
kebutuhan obat-obatan herbal terpenuhi. Dengan demikian masyarakat
Kp. Banen Desa Limbangan Timur Kecamatan Limbangan Kabupaten
Garut memandang kegiatan kebun gizi dengan positif. Adanya kebun
gizi ini memberi sumbangan yang sangat positif untuk masyarakat Kp.
Banen Desa Limbangan Timur, yang mulanya ibu- ibu rumah tangga
tidak mempunyai aktivitas dalam berkebun kini mereka bisa
mempunyai aktivitas berkebun, ibu-ibu rumah tangga kini dapat
secara mandiri mengolah hasil panen dari perkebunan tersebut. Hal ini
dapat membantu masyarakat Kp. Banen Desa Limbangan Timur dalam
memenui kebutuhannnya sehari-hari.
“Kalo tingkat keberhasilannya sebenarnya harus di ukur
secara ilmiah teh, alhamdulilah kalau misalkan di senyum sehat
ini sudah beberapa kali mendapatkan (kalau berdasarkan
pengakuan dari

126 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui Program Senyum Sehat

masyarakat) di kita sudah beberapa kali mendapatkan


penghargaan MDG dari pemerintah. Dan juga di beberapa
wilayah binaan juga kita di akui oleh masyarakat sekitar untuk
menjadi wilayah percontohan, misalkan di wilayah A untuk bisa
di jadikan percontohan di wilayah B dan sebagainya. Garis
besarnya seperti itu teh.” (wawancara bersama Bapak Erif
selaku Kepala Bidang Program Senyum Sehat pada tanggal 31
Juli 2018).
Dalam hasil wawancara dapat dilihat bahwa keberadaan program
senyum sehat ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Rumah Zakat
sudah beberapa kali menerima penghargaan dari Indonesia MDG
Award (IMA). Dengan adanya penghargaan dari pemerintah itu
sudah menunjukan bahwa Rumah Zakat telah berhasil
memberdayakan masyarakat. Pemerintah dan masyarakat sudah
mengakui bahwa keberadaan Rumah Zakat sangat bermanfaat. Sudah
banyak wilayah binaan yang diberikan bantuan oleh Rumah Zakat,
salahsatunya di Kp. Banen Desa Limbangan Timur Kec. Limbangan
Kab. Garut Jawa Barat. Hal ini dapat dibutikan dengan adanya
pengakuan penerima manfaat di Kp. Banen Ibu Oting selaku penerima
manfaat program kebun gizi beliau mengatakan bahwa:
“muhun neng, nya alhamdulilah we ayeuna mah ari
kangge
sadidinteun mah teu kedah meser ka warung da aya di kebon gizi
oge, teras murangkalih ge alhamdulillah kabantos pami hoyong
bubuahan teh, sok kadang mah metik langsung ku nyalira pami
hoyong mah, ah alhamdulillah neng kabantos pisan ayana
kebun gizi teh”. (iya neng, alhamdulilah kalau untuk kebutuhan
sehari-hari tidak harus beli ke warung karena di kebun gizi juga
ada, terus anak- anak juga alhamdulilah terbantu kalau mau buha-
buahan, terkadang suka memetik sendiri. Pokonya alhamdulilah
neng sangat terbantu dengan adanya kebun gizi ini) (wawancara
dengan Ibu Oting selaku penerima manfaat kebun gizi pada
tanggal 28 Juli 2018).
Dari penjelasan Ibu Oting adanya program Kebun Gizi ini sangat
membantu masyarakat Kp. Banen Desa Limbangan Timur
terutama dalam hal kesehatan masyarakat dan kebutuhan sehari-
harinya. Melalui program Kebun Gizi ini mereka dapat memanfaatkan
potensi pada diri mereka, yang tadinya tidak mengerti tentang masalah
berkebun menjadi tahu dan dapat mengaplikasikannya dengan
maksimal. Dari adanya program kebun gizi juga lahan kosong dapat
diberdayakan dan kebutuhan gizi anak terpenuhi. Dengan adanya
program senyum sehat hal tersebut dapat memperbaiki lingkungan
hidup dimana lahan kosong yang tidak
Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130 127
Hani Roviati Sa’adah, Dang Eif Saiful Amin,
Nase

terpakai akan diberdayakan agar menjadi sesuatu yang produktif dan


mampu menunjang kehidupan masyarakat sekitar. Hal tersebut sesuai
dengan teori pemberdayaan yang dipaparkan oleh (Mardikanto, 2015:
109-
110) bahwa dalam mencapai terwujudnya perbaikan kehidupan
masyarakat harus dilihat dari tiga aspek yaitu perbaikan kemitraan
dengan pemerintah, perbaikan kehidupan masyarakat, dan perbaikan
lingkungan hidup.

Sumber: hasil survei penelitian


Gambar 1. Hasil Tanam Kebun Gizi Kp. Banen

PENUTUP
Untuk memberikan gambaran pokok-pokok yang ada dalam skripsi ini
maka diuraikan sebagi berikut: 1) Perencanaan Rumah Zakat dalam
memberdayakan masyarakat melalui program senyum sehat yaitu
dalam melakukan perencanaan program Pemberdayaan Rumah Zakat
dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap kebutuhan masyarakat
yang disesuaikan dengan program senyum sehat yang sudah berjalan di
Rumah Zakat. Adapun program pemberdayaan tersebut yaitu Klinik
RBG, Khitanan Massal, Ambulance Gratis, Kebun Gizi, Mobil Klinik
Gratis, Layanan Bersalin Gratis, Bantuan Kesehatan, dan Operasi
Katarak Gratis. Dalam program senyum sehat terdapat dua bentuk
pelayanan, yaitu pelayanan kuratif dan non kuratif. Bentuk pelayanan
kuratif itu berupa pengobatan di suatu lembaga. Adapun bentuk
pelayanan non kuratif yaitu layanan yang dilakukan langsung ke
masyarakat seperti mengadakan
128 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130
Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Melalui Program Senyum Sehat

penyuluhan dan edukasi kesehatan ke masyarakat yang memang


membutuhkan pemberdayaan atau menjadi kategori yang sesuai
dengan program senyum sehat. 2) Dalam pelaksanaan program
senyum sehat dalam memberdayakan masyarakat tahapan
pelaksanaannya itu berbeda- beda, sesuai dengan masing-masing
programnya. Untuk Kebun Gizi dalam pelaksanaannya fasilitator
Rumah Zakat mengobservasi dan melihat bagaimana keadaan/
kondisi dan lahan pekarangan wilayahnya seperti apa. Jika
memungkinkan untuk di adakan kebun gizi pihak Rumah Zakat akan
memberikan bantuan berupa benih dan pupuk untuk tanaman obat-
obatan, buah-buahan dan sayuran. Selain itu fasilitator juga
memberikan binaan khusus kepada masyarakat tentang bertani yang
baik dan benar seperti memlih media tanam yang tepat, menentukan
jenis sayuran dan buah yang mudah untuk ditanam, dan menjaga
kesegaran tanaman. 3) Dalam tingkat keberhasilannya keberadaan
program senyum sehat ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Rumah Zakat sudah beberapa kali menerima penghargaan dari
Indonesia MDG Award (IMA). Dengan adanya penghargaan dari
pemerintah itu sudah menunjukan bahwa Rumah Zakat telah berhasil
memberdayakan masyarakat. Pemerintah dan masyarakat sudah
mengakui bahwa keberadaan Rumah Zakat sangat bermanfaat.
Program Senyum Sehat khususnya dalam bentuk Kebun Gizi sangat
membantu masyarakat Kp. Banen Desa Limbangan Timur terutama
dalam hal kesehatan masyarakat dan kebutuhan sehari-harinya. Dari
adanya program kebun gizi juga lahan kosong dapat diberdayakan dan
kebutuhan gizi anak terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, D. (2011). memberdayakan ummat . yogyakarta : Nuha
Medika. Aliyudin, M.(2009).Pengembangan Masyarakat Islam
dalam Sistem
Dakwah Islamiah. dalam Ilmu Dakwah: Academic Journal for
Homiletic
Studies, 4(14), 789.
Irianto, K. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : Alfabeta.
Kuswana, D. (2011). Metode Penelitian Sosial. Bandung : CV Pustaka
Setia. Mardikanto, T. (2015). Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan
Publik. Bandung : Alfabeta.
Poerwadaminta, W. (1996). kamus umum bahasa. Jakarta: balai
Pustaka. Prijono, O. (1996). Pemberdayaan: Konsep,
Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: CSSI.
Soewarman, E. (2002). Strategi menciptakan manusia yang bersumberdaya
unggul,
Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130 129
Hani Roviati Sa’adah, Dang Eif Saiful Amin, Nase

Bandung: Pustaka Rosda Karya.


Suharto, E. (2010). Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat.
Bandung : PT Rafika Aditama.
Supardan, D. (2013). Iman, pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
Bandung: PT. Bumi Aksara.
Tillar, A. (1999). Pendidikan Kebudayaan Dan Masyarakat Madani
Indonesia.
Bandung: Rosda Karya.

130 Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 110-130

Anda mungkin juga menyukai