Anda di halaman 1dari 18

KARYA TULIS ILMIAH

PENGEMBANGAN METODE PIECES FRAME WORK


TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN PSC 119 DI DINAS KESEHATAN
PROVINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK II

AMSAL 1811071045
ASTRIN 2011071031
HARDIANTO 1811071078

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU

1
TAHUN 2020KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas berkat dan RahmatNya lah
kami dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Pengembangan
Metode Pieces Framework terhadap penggunaan Sistem Informasi Kesehatan PSC 119 di Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah” sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknologi Informasi
Kesehatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penyusunan kami berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan agar dapat menambah wawasan pengetahuan serta
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Palu, 23 Desember 2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………… 1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... 2
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah …………………………………….. 4
C. Tujuan ………………………………………………… 4
D. Manfaat ………………………………………………… 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan……………… 6
B. Public Safety Center (PSC 119) di Dinas Kesehatan
ProvinsiSulawesi Tengah………………………………. 6
C. Metode Analisis Pieces ………………………………… 8
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Performance…………………………………………… 11
B. Information/Data……………………………………… 12
C. Ekonomic… …………………………………………… 12
D. Control/Security………………………………………… 13
E. Eficiency………………………………………………. 13
F. Service…………………………………………………… 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………… 15
B. Saran………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dari Sistem Kesehatan di suatu negara. Kemajuan dan kemunduran Sistem
Informasi Kesehatan selalu berkorelasi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) bahkan mempengaruhi Sistem Pemerintahan yang berlaku
disuatu negara. Suatu sistem yang berkonsep dan terstruktur dengan baik akan mengasilkan
output yang baik juga. Sistem informasi Kesehatan merupakan salah satu bentuk pokok
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam
penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan
Kesehatan serta pembangunan berwawasan Kesehatan.
Menurut Wahyudi (2011), kebijakan pemerintah dalam pengembangan sistem
informasi telah ada, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-kendala dan
hambatan yang dihadapi, pengembangan sistem informasi kesehatan baik di tingkat pusat
maupun daerah belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya karena keterbatasan sistem yang
dikembangkan, kemampuan daerah, dan sumber daya manusia.
Dinas Kesehatan sebagai salah satu organisasi pemerintah yang mempunyai tugas
pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas tugas pembantuan di
bidang kesehatan dan juga fungsi merumuskan kebijakan teknis di bidang kesehatan. Kinerja
pelayanan kesehatan dapat meningkat melalui dua fungsi di atas dipengaruhi oleh aspek
sumber daya kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan menajemen kesehatan (Depkes,
2004). Salah satu aspek yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten
seperti yang disebutkan di atas adalah aspek manajemen kesehatan, dimana Dinas Kesehatan
Kota atau Kabupaten mempunyai tugas mengelola data dan informasi yang diperoleh baik
dari puskesmas, rumah sakit, maupun sarana pelayanan kesehatan yang lain. Sehubungan hal
tersebut maka Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten membutuhkan pengelolaan sistem
informasi kesehatan yang baik agar dalam pengambilan keputusan kebijakan pemerintah
bisa lebih tepat sesuai kebutuhan daerahnya.
Di Indonesia, penyelenggaraan pelayanan publik menjadi kebijakan yang semakin
strategis dan menarik untuk dikaji karena perbaikan pelayanan publik di negara ini
cenderung statis,
3
sedangkan implikasinya sebagaimana diketahui sangat luas karena mencakup seluruh
ruang-ruang publik baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain.
Karakteristik dari sistem pelayanan di sektor publik yang statis dan kaku tersebut harus
mampu dicairkan melalui dogma budaya inovasi. Budaya inovasi ini harus dapat
dikembangkan dan dipertahankan keberlangsungannya agar dapat memberikan pelayanan
yang maksimal dari pemerintah kepada masyarakatnya.
Dengan meningkatnya kasus kegawatdaruratan penyakit-penyakit serta faktor
geografis yang di miliki Indonesia tersebut, mendorong Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia untuk meningkatkan layanan kesehatan dan kegawatdaruratan, salah satunya yaitu
layanan Public Safety Center 119 yang dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia.
Kondisi dan fenomena tersebut mengharuskan adanya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan melalui perbaikan sarana dan prasarana kesehatan serta peningkatan akses layanan
kesehatan kepada masyarakat. Sehingga melalui inovasi layanan kesehatan dan kegawat
daruratan Public Safety Center (PSC) 119 yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sistem Informasi Kesehatan?
2. Bagaimana pelayanan keselamatan terpadu/Public Safety Center (PSC119) di Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Bagaimana Metode Penggunaan Pieces Framework terhadap kepuasan sistem informasi
kesehatan Public Safety Center (PSC) 119 di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Sistem Informasi Kesehatan
2. Untuk mengetahui Bagaimana Pelayanan Kesehatan Public Safety Center (PSC119) di
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Untuk mengetahui Metode Pieces Framework terhadap kepuasan sistem informasi
kesehatan Public Safety Center (PSC) 119 di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah?

D. Manfaat

4
1. Sebagai sumbangan masukan dan pemikiran bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah dalam kinerjanya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Sebagai acuan dalam melakukan penelitian lanjutan dari mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat FKM Unismuh Palu
3. Menambah wawasan serta pengetahuan terkait pelaksanaan Public Safety Center (PSC)
119

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh
seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan
kepada masyarakat. Parturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi
kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya
memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak
memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem
informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu.

B. Public Safety Center (PSC 119) di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

Public Safety Center (PSC) yang lebih dikenal pada Dinas Kesehatan lebih spesifik
dengan istilah Emergency Medical Services (EMS) merupakan salah satu sistem pelayanan
kesehatan yang bersifat tindakan darurat dan berorientasi pada sistem tindakan dan
penanganan kegawatdaruratan diluar rumah sakit. Penyelenggaraan system pelayanan
gawatdarurat pra rumah sakit merupakan sistem pelayanan gawatdarurat terpadu, oleh sebab
itu penanganan penderita yang cepat dan tepat yang dimulai dari tempat kejadian akan
mempertinggi harapan hidup bagi penderita yang tertimpa petaka atau musibah. Untuk
mewujudkan agar PSC dapat berjalan dengan maksimal, diperlukan dukungan sistem, sarana
prasarana serta sumber daya pendukung (Kemenkes,2016).
Public Safety Center (PSC) merupakan pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan
masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan yang berada di
kabupaten/kota yang merupakan ujung tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat.
PSC ini berada dibawah komando NCC. PSC dapat berupa unit kerja sebagai wadah
koordinasi untuk memberikan pelayanan gawat darurat secara cepat, tepat dan cermat bagi
masyarakat. Dalam prosesnya, PSC melayani masyarakat selama 24 jam sehari secara terus
menerus. Penyelenggaraan PSC dapat dilaksanakan secara bersama-sama dengan unit teknis

6
lainnya di luar bidang kesehatan seperti kepolisian atau pemadam kebakaran tergantung
kekhususan dan kebutuhan daerah. PSC bagian utama dari rangkaian kegiatan SPGDT
prafasilitas pelayanan kesehatan yang berfungsi melakukan pelayanan kegawatdaruratan
dengan menggunakan algoritme kegawatdaruratan yang ada dalam sistem aplikasi Call
Center 119. PSC berlokasi di tempat-tempat seperti dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah
sakit atau lokasi lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Kemenkes,2016).
Public Safety Center (PSC) 119 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dibentuk
sesuai dengan instruksi Presiden nomor 4 tahun 2013, yang mengamanahkan setiap
Kabupaten/Kota harus membentuk 1 (satu) PSC yang berfungsi sebagai pusat koordinasi
layanan kegawatdaruratan di suatu daerah. PSC 119 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah sudah mulai beroperasi pada tahun 2013 tapi pada saat itu namanya bukanlah PSC
119 tetapi SES (Sulteng Emergency Service) baru diresmikan menjadi PSC119 tahun 2019
oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Public Safety Center (PSC) 119
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah memiliki total 21 personil. Terdiri dari 10
petugas keperawatan, 5 petugas yang membawa ambulance dan 5 petugas tenaga informasi
dan teknologi.
Public Safety Center (PSC) 119 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,
menerapkan Respone Time. Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik
penderita gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada
penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.
Keberhasilan waktu tanggap atau response time sangat tergantung kepada kecepatan yang
tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah
cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit (Haryatun
dan Sudaryanto, 2008 dalam Apriana, 2017).
Response time didefinisikan sebagai internal waktu dari munculnya kejadian sampai
dengan kedatangan ambulance ke lokasi kejadian tersebut. Semenjak dahulu, kualitas
pelayanan kegawatdaruratan pra RS sering sekali dipusatkan pada cepat tanggap (Hosseini,
et al, 2017). Menurut Prince Edward Island (2018) response time pada setting ambulance
didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan ambulance dan paramedis untuk sampai
semenjak panggilan call center diterima.
Sistem informasi kesehatan dalam mencapai response time yang sesuai dengan

7
standar bukanlah hal mudah. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
response time yang lebih lama. Lokasi kejadian yang jauh dari pusat layanan turut
menyumbangkan faktor penghambat tercapainya waktu respon yang ideal (Lam, et, al,
2015).
Pelaksanaan layanan PSC 119 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah masih
memiliki beberapa kendala. Salah satu diantaranya adalah masih ada beberapa oknum
masyarakat yang menyalahgunakan kemudahan akses menggunakan WA dan telepon.
Oknum iseng menggunakan telepon untuk melaporkan kejadian yang tidak sesuai. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan Prawira et al. (2014) bahwa faktor penghambat inovasi
layanan call center SPGDT 119 antara lain integrasi antar rumah sakit dengan SPGDT yang
membutuhkan waktu, penelepon iseng, penelepon bukan sesuai objek layanan, penelepon
dari luar daerah atau dari daerah lain, jumlah SDM/operator telepon yang belum ideal. Hal
yang juga dialami oleh PSC 119 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah yang menerima
prank call atau penelpon iseng dari masyarakat yang penasaran atau sekedar bertanya
mengenai fungsi layanan (Yanuar, 2019).
Adapun kendala dalam pelaksanaan layanan PSC 119 Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah adalah masyarakat kurang baik dalam respon untuk memberikan akses
jalan ambulans saat proses menuju titik lokasi evakuasi. Hal ini dapat terjadi karena ada
pengalaman di masyarakat kadangkala ambulans yang lewat adalah ambulans- ambulans
dari pihak swasta yang hanya lewat tanpa ada kepentingan kedaruratan. Hal yang sama juga
dialami oleh Ambulans Hebat dimana banyak masyarakat yang masih awam terhadap
layanan ambulans hebat dan kondisi kegawatdaruratan (Novitaria, Wigati, & Sriatmi, 2017).
Untuk itu, perlu dilakukan penyebaran informasi ke masyarakat untuk memberikan
kesadaran adanya tugas dan fungsi dari PSC 119 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah. Menurut Setianto (2016), penyebaran informasi dapat dilakukan melalui tiga jalur
yaitu media massa, jalur birokrasi dan melalui edukasi kepada masyarakat.

C. Metode Analisis framework Pieces


Framework PIECES Whitten dan Bentley (2007, h.78) James Wetherbe mengembangkan
suatu kerangka kerja yang berguna untuk mengklasifikasikan permasalahan yang disebut
PIECES (Performance, Information, Economics, Efficiency, Service). Kerangka kerja
PIECES dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Performance

8
Produksi – jumlah kerja selama periode waktu tertentu.
Waktu respon – penundaan rata-rata antara transaksi atau permintaan dengan respons ke
transaksi atau permintaan tersebut
2. Information
Input : (1) Data tidak diambil
(2) Data tidakdiambil tepat waktu untuk berguna;
(3) Data tidak diambil secara akurat – terdapat error
(4) Data sulit diambil
(5) Data diambil secara berlebihan– data yang sama diambil lebih dari sekali;
(6) Terlalu banyak data diambil
Output: (1) Kurangnya informasi
(2) Kurangnya informasi yang diperlukan
(3) Kurangnya informasi yang relevan
(4) Terlalu banyak informasi – “kelebihan informasi”
(5) Infomasi yang tidak akurat
(6) Infomasi yang tidak tepat waktunya untuk penggunaan selanjutnya.
Penyimpanan data disimpan secara berlebihan dalam banyak file
dan/atau database Item-item data sama memiliki nilai-nilai berbeda dalam
file-file berbeda (integrasi data yang jelek) Data tersimpan tidak akurat Data
tidak diorganisasikan dengan baik. Data tidak fleksibel tidak mudah untuk
memenuhi kebutuhan informasi baru dari data tersimpan. Data tidak dapat
diakses.
3. Economy
Biaya tidak dapat dilacak ke sumber Biaya terlalu tinggi Keuntungan Pasar-pasar baru
dapat dieksplorasi Pemasaran saat ini dapat diperbaiki.
4. Control dan security
Keamanan/control terlalu lemah Input data tidak diedit dengan cukup Kejahatan
(misalnya, penggelapan atau pencurian) terhadap data.
5. Efficiency
Orang, mesin, atau komputer membuang waktu, Data secara berlebihan di-input atau
disalin. Data secara berlebihan diproses Informasi secara berlebihan dihasilkan Orang,
mesin, atau komputer membuang material dan persediaan

9
6. Service
Sistem menghasilkan produk yang tidak akurat Sistem menghasilkan produk yang
tidak konsisten. Sistem menghasilkan produk yang tidak dapat dipercaya, Sistem tidak
mudah dipelajari.
Analisis PIECES (Performance, Information, Economy, Control, Eficiency, dan
Service) merupakan teknik untuk mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan yang
terjadi pada kualitas pelayanan. Dari analisis ini akan menghasilkan identifikasi masalah
utama dari suatu kinerja serta memberikan solusi dari permasalahan tersebut.

10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah responden sebanyak 3 orang responden untuk mengetahui tingkat kepuasan


pengguna aplikasi di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.adapun rumus yang dipakai
sebagai berikut:
RK = JSK
JK
RK = Rata-rata kepuasan
JSK = Jumlah Skor Kuesioner
JK = Jumlah Kuesioner
Sedangkan untuk menentukan tingkat kepuasan menggunakan model yang di
defenisikan oleh Kaplan dan Norton dengan tingkat sebagai berikut;
1 – 1,79 = Sangat tidak puas
1,8 – 2,59 = Tidak Puas
2,6 – 3,39 = Ragu-Ragu
3,4 – 4,91 = Puas
4,92 – 5 = Sangat Puas

Dengan Penentuan tingkat kepuasan seperti di atas untuk tingkat kepuasan pengguna
terhadap sistem analisa dalam mengukur kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen.adapun langkah-langkah dalam melihat tingkat kepuasan adalah sebagai berikut;

A. Performance

Tabel 3.1 Tabulasi Kuisioner Domain performance

No Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Jumlah
1 Nn.S 5 4 5 3 5 4 3 29
2 Tn.C 5 4 5 5 3 4 3 29
3 Tn.S 4 4 5 4 4 4 3 28

1
RK = ) +( ) +( ) = 12,28

= 4,09
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah rata-rata tingkat kepuasan di peroleh nilai 4,09
bila dilihat berdasarkan tingkat kepuasan menurut Kaplan dan Norton,maka dapat di
simpulkan bahwa tingkat kepuasan pengguna terhadap system rujukan terintegrasi
termasuk dalam kategori PUAS.

B. Information

Tabel 3.2 Tabulasi Kuesioner Domain Information

No Responden I1 I2 I3 I4 Jumlah
1 Nn.S 3 4 5 3 15
2 Tn.C 3 3 5 4 15
3 Tn.S 3 5 5 4 17

RK = + + = 11,75

=
= 3,91
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah rata-rata tingkat kepuasan di peroleh nilai 3,91
bila dilihat berdasarkan tingkat kepuasan menurut Kaplan dan Norton,maka dapat di
simpulkan bahwa tingkat kepuasan pengguna terhadap system rujukan terintegrasi
termasuk dalam kategori PUAS.

C. Economic

Tabel 3.3 Tabulasi Kuisioner Domain Economic

No Responden E1 E2 Jumlah
1 Nn.S 5 3 8
2 Tn.C 3 2 5
3 Tn.S 5 3 8

2
RK = ( )+ ( ) +( ) = 10,5

=
= 3,5
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah rata-rata tingkat kepuasan di peroleh nilai 3,5
bila dilihat berdasarkan tingkat kepuasan menurut Kaplan dan Norton,maka dapat di
simpulkan bahwa tingkat kepuasan pengguna terhadap system rujukan terintegrasi
termasuk dalam kategori PUAS.

D. Control And Security

Tabel 3.4 Tabulasi Kuisioner Domain Control dan security

No Responden C1 C2 Jumlah
1 Nn.S 4 4 8
2 Tn.C 5 4 9
3 Tn.S 3 4 7

RK = + + = 12

= 4
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah rata-rata tingkat kepuasan di peroleh nilai 4
bila dilihat berdasarkan tingkat kepuasan menurut Kaplan dan Norton,maka dapat di
simpulkan bahwa tingkat kepuasan pengguna terhadap system rujukan terintegrasi
termasuk dalam kategori PUAS.

E. Eficiency

Tabel 3.5 Tabulasi Kuisioner Domain Effiency

No Responden E1 E2 Jumlah
1 Nn.S 5 4 9
2 Tn.C 3 5 8
3 Tn.S 4 3 7
3
RK = + + = 12

=
= 4
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah rata-rata tingkat kepuasan di peroleh nilai 4
bila dilihat berdasarkan tingkat kepuasan menurut Kaplan dan Norton,maka dapat di
simpulkan bahwa tingkat kepuasan pengguna terhadap system rujukan terintegrasi
termasuk dalam kategori PUAS.

F. Service

Tabel 3.1 Tabulasi Kuisioner Domain Service

No Responden S1 S2 S3 S4 Jumlah
1 Nn.S 3 3 5 5 16
2 Tn.C 3 5 3 4 15
3 Tn.S 4 3 4 4 15

RK = + +( = 11,5

=
= 3,83
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah rata-rata tingkat kepuasan di peroleh nilai 3,83
bila dilihat berdasarkan tingkat kepuasan menurut Kaplan dan Norton,maka dapat di
simpulkan bahwa tingkat kepuasan pengguna terhadap system rujukan terintegrasi
termasuk dalam kategori PUAS.

4
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dengan adanya analisis metode PIECES dalam mengukur kualitas pelayanan


terhadap tingkat kepuasan dapat memberikan gambaran layanan kesehatan dan
kegawatdaruratan pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi tengah dengan melihat
nilai kinerja setiap operator call center PSC 119 dalam memberikan pelayanan
berdasarkan indikator performance, information, economic, control dan security,
efficiency dan service.

2. Dengan di gunakannya Metode PIECES terhadap tingkat kepuasan dalam


pelayanan kesehatan dan kegawatdaruratan oleh operator call center PSC 119 di
peroleh hasil dari enam indikator tersebut dengan hasil yang sama yakni “PUAS”.

B. Saran

1. Melalui analisa Metode PIECES dalam mengukur kualitas dan tingkat kepuasan
pelayanan oleh setiap operator call center PSC 119, sebaiknya dapat terus di
lakukan ke depannya untuk bahan evaluasi kinerja dalam pelayanan kesehatan di
Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan gawatdarurat merupakan salah satu hal yang
harus diperhatikan. Pelatihan Public Safety Center dengan metode simulasi sangat
efektif untuk meningkatkan self efficary bagi petugas kesehatan dalam melakukan
koordinasi system pelayanan gawat darurat terpadu. Dengan meningkatnya self
efficiacy ini harapannya akan merubah prilaku petugas dalam memberikan

5
pelayanan gawat darurat kepada pasien sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang maksimal dan sesuai dengan harapan.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Bentley, Lonnie D dan Whitten, Jeffrey L. (2007). Systems Analysis and Design for the
Global Enterprise. (7thedition). New York : McGrawHill.

2. Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
Jakarta.
3. Hosseini, V. Schindler, C. Hassan, H. Yunesian, M. Sarah, B.H. Kunzli. N. 2017.
Spatiotemporal Description of BTEX Volatile Organic Compounds in A Middle
Eastern Megacity: Tehran Study of Exposure Prediction for Environmental Health
Research (Tehran SEPEHR). Environmental Pollution 226 (2017) 219 – 229.
4. Kementerian Kesehatan, R. I. (2016). Layanan 119, Terobosan Baru Layanan
Kegawatdaruratan Medik di Indonesia .

5. Novitaria, W., Wigati, P. A., & Sriatmi, A. (2017). Analisis Kesiapan Pelaksanaan
Sosialisasi Program Ambulance Hebat dalam Rangka Dukungan Terhadap Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(4), 164–171

6. Prawira, M. A., Noor, I., & Nurani, F. (2014). Inovasi Layanan (Studi Kasus Call
Center SPGDT 119 sebagai Layanan Gawat Darurat pada Dinas Kesehatan

7. Setianto, W. A. (2016). Inovasi e-Health Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 14(3), 151–164.

8. Wahyudi.A, 2011.Analisa Sistem Informasi Kesehatan dan system Informasi


Manajen Puskesmas (Simpus). Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.

9. Yoon, P., & Steiner, I. Reinhardt, 2003. Analysis of factors influencing length of
stay in the emergency department. Division of Emergency Medicine and Department
of Family Medicine, University of Alberta : Chicago.

10. Yanuar, R. M. (2019). Inovasi Pelayanan Publik (Studi Kasus: Public Safety Center
(PSC) 119 Kabupaten Bantul Sebagai Layanan Kesehatan dan Kegawatdaruratan).
Kemudi: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 04(01), 1–20.

Anda mungkin juga menyukai