Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/282606397

ANALISIS PERMASALAHAN PADA IMPLEMENTASI POLA PENGELOLAAN


KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Article · December 2014

CITATIONS READS
5 23,853
1 author:

Budi Waluyo
University of Leicester
8 PUBLICATIONS 10 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Performance Measurement in Higher Education Institutions View project

All content following this page was uploaded by Budi Waluyo on 06 October 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS PERMASALAHAN PADA IMPLEMENTASI
POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Budi Waluyo
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
budiwaluyo@stan.ac.id

ABSTRAK
Pemerintah telah menciptakan model baru dalam pengelolaan instansi pelayanan publik (public
service agency) dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) Badan Layanan Umum
(BLU). Model ini diharapkan menjadi contoh konkrit yang menonjol dari penerapan manajemen
keuangan berbasis pada hasil. Instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi
pelayan an kepada masyarakat, didorong untuk menerapkan pola pengelolaan keuangan yang
fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Namun demikian, PPK BLU
tidak dapat diimplementasikan dengan mudah. Berbagai kendala dan permasalahan muncul, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan keuangan pada BLU.
Tujuan kajian ini adalah untuk menelusuri secara mendalam mengenai implementasi PPK BLU
untuk memberikan pemaparan secara menyeluruh dan mendalam mengenai implementasi PPK BLU,
permasalahan yang muncul dan beberapa usulan solusinya. Kajian ini menggunakan pendekatan
kualitatif untuk mendapatkan pemahaman atas fenomena empirik yang utuh terkait implementasi
PPK BLU. Data dan informasi diperoleh melalui pengamatan terlibat (participant observation), dan
studi dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif berdasarkan telaah teoritik yang
diolah dari konsep-konsep manajemen keuangan pemerintah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa implementasi PPK BLU belum berjalan secara efektif
dikarenakan tarik menarik kepentingan antar pelaku kebijakan yaitu Kementerian Keuangan,
Kementerian Teknis, dan Satuan Kerja (Satker) BLU; konten PPK BLU yang kurang memperhatikan
prinsip fleksibilitas dan kemudahan bagi BLU; serta lingkungan kepemerintahan yang menunjukkan
kuatnya kultur birokrasi dalam pengelolaan keuangan dan secara konsisten melaksanakan prosedur
keuangan dengan rujukan pada peraturan yang berlaku umum bagi satuan kerja
instansi pemerintah; sehingga temuan pada ketiga elemen tersebut mengakibatkan implementasi
PPK BLU belum memberikan manfaat yang optimal bagi BLU dan masyarakat.

Kata kunci : Pengelolaan Keuangan, Badan Layanan Umum.

LATAR BELAKANG pemerintah sebagai regulator, sekaligus


BLU merupakan instansi pemerintah yang sebagai upaya mengembangkan aktivitas
diberikan mandat oleh Kementerian/Lembaga pengagenan (agencification). Pelayanan
untuk menyelenggarakan layanan publik, publik tidak harus diselenggarakan oleh
seperti layanan kesehatan, pendidikan, lembaga birokrasi murni, tetapi
pengelolaan kawasan dan pengelolaan dana. diselenggarakan oleh instansi yang dikelola
Menurut Thynne (2003) dalam Egeberg dan ala bisnis (bussiness like) dengan menerapkan
Trondal (2010) pemberian mandat tersebut prinsip-prinsip kewirausahaan, dan
dimaksudkan untuk membedakan fungsi manajemen sektor swasta (Box, 1999).
Dalam pelaksanaannya, upaya ini masih belum maksimal dan terdapat
peningkatan layanan kepada masyarakat saat beberapa permasalahan yang terkait dengan
1
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
administrasi pengelolaan keuangan BLU. terjadi berdasarkan hasil pengamatan,
Sebagai upaya meminimalisir permasalahan terutama pengalaman penulis selama menjadi
yang terjadi, pada tahun 2013 Kementerian salah satu pelaku dalam implementasi PPK
Keuangan memberlakukan moratorium BLU pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
penetapan BLU baru. Dalam periode tersebut, Berdasarkan data dan informasi yang
tidak ada satuan kerja instansi pemerintah diperoleh, penulis melakukan interprestasi
yang ditetapkan untuk menerapkan PPK BLU. untuk melihat dan memahami makna dari
Kementerian Keuangan melakukan beberapa implementasi PPK BLU.
perbaikan kebijakan yang terkait PPK BLU, Objek kajian ini adalah Badan Layanan
antara lain penataan regulasi, monitoring dan Umum di lingkungan pemerintah Pusat, tidak
evaluasi terhadap satker BLU, dan termasuk Badan Layanan Umum Daerah
penyusunan road map bagi satker BLU. (BLUD). Ruang lingkup pembahasan terbatas
pada PPK BLU yang mencakup aspek
penganggaran, perbendaharaan, pelaporan,
METODE KAJIAN dan pengendalian.
Kajian ini bertujuan menelusuri secara Kajian ini menggunakan pendekatan
mendalam mengenai implementasi PPK BLU kualitatif, sehingga penulis menjadi ujung
menggunakan pendekatan kualitatif tombak sebagai pengumpul data (instrument)
(qualitative approach) untuk memberikan dengan terlibat secara langsung di lapangan
pemaparan secara menyeluruh dan untuk mengumpulkan data dan informasi
mendalam mengenai implementasi PPK BLU, yang dibutuhkan. Data-data dalam kajian ini
permasalahan yang muncul dan usulan bersumber dari data primer dan data
solusinya. Pemaparan dan penjelasan sekunder. Data primer diperoleh dari
tersebut menggunakan deskripsi yang disusun menggunakan teknik pengamatan terlibat
untuk mengungkap apa yang tampak maupun (participant observation) dengan melakukan
yang terdapat di balik implementasi PPK BLU pengamatan langsung terhadap objek kajian
dengan maksud mencari pemahaman yang di mana sehari-hari mereka berada dan biasa
terkandung di dalamnya. Temuan kajian ini melakukan aktivitasnya. Dalam hal ini, penulis
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau berinteraksi secara langsung dengan para
bentuk perhitungan lainnya, tetapi diperoleh pengelola keuangan BLU dalam berbagai
dari data-data yang dikumpulkan dengan kesempatan, seperti rapat koordinasi dan
menggunakan beragam sarana. kunjungan studi banding. Peneliti melibatkan
Melalui kajian ini, penulis hendak diri sebagai pelaku atas implementasi PPK
memahami peristiwa yang terjadi atas BLU.
implementasi PPK BLU secara konstruktif- Data sekunder dalam kajian ini penulis
interpretatif. Kajian ini tidak bermaksud dapatkan dengan teknik studi dokumentasi
membuktikan atau menguji hubungan atau dengan cara menganalisis dokumen berupa
adanya hubungan antar variabel, menguji perundang-undangan, buku, hasil kajian,
teori, atau mencari generalisasi. Pada kajian jurnal ilmiah, makalah, dan data yang terkait
ini, penulis melakukan konstruksi untuk dengan implementasi PPK BLU. Dokumen
memahami peristiwa atau fenomena yang diperoleh dari Kementerian Keuangan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan,
dan Kementerian Teknis Lainnya, serta
beberapa situs internet yang menyediakan
hasil kajian, jurnal ilmiah, dan makalah secara online.
2
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
TINJAUAN TEORI pelayanan kepada masyarakat.
Konsep New Public Management yang Suatu satker pemerintah dapat
telah diimplementasikan di berbagai negara menerapkan pengelolaan keuangan BLU,
maju, terutama di Eropa dan Amerika, terlebih dahulu harus memenuhi tiga
memberi dampak yang luas terhadap tata kelompok persyaratan. Pertama, persyaratan
kelola pemerintahan di berbagai negara. Hal substantif bahwa Instansi pemerintah
ini menjadi salah satu faktor pendorong tersebut menyelenggarakan layanan umum
dilakukannya transformasi manajemen berupa penyediaan barang dan/atau jasa,
pemerintahan di Indonesia, yang mencakup pengelola dana khusus, atau pengelola
penataan kelembagaan, kepegawaian, dan kawasan atau wilayah. Kedua, persyaratan
pengelolaan keuangan negara (Mahmudi, teknis bahwa kinerja pelayanan di bidang
2003 dalam Waluyo, 2011). Dalam konsep ini, tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah
pemerintah diarahkan untuk meninggalkan tersebut layak dikelola dan ditingkatkan
paradigma lama seperti administrasi pencapaiannya melalui BLU. Penilaian ini
tradisional yang cenderung mengedepankan dilakukan oleh menteri
sistem dan prosedur, birokratis, pemberian teknis; dan Kinerja keuangan instansi
layanan yang tidak efektif dan efisien, agar pemerintah tersebut harus sehat. Ketiga,
digantikan dengan paradigma baru yang lebih persyaratan administratif. Apabila
berorientasi pada kinerja dan hasil. persyaratan pertama dan kedua telah
Pemerintah dianjurkan untuk melepaskan diri dipenuhi, maka menteri teknis mengusulkan
dari birokrasi klasik, dengan mendorong instansi/satker berkenaan kepada Menteri
organisasi dan pegawai agar lebih fleksibel, Keuangan untuk dilakukan penilaian melalui
dan menetapkan tujuan, serta target dokumen persyaratan administratif yaitu: (1)
organisasi secara lebih jelas sehingga Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan
memungkinkan pengukuran hasil kinerja; (2) Pola Tata Kelola; (3) Rencana
(Meidyawati, 2011 dalam Waluyo, 2011). Strategis Bisnis; (4) Laporan Keuangan Pokok;
Hal ini yang mendasari dibentuknya BLU (5) Standar Pelayanan Minimum (SPM); dan
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) (6) Laporan audit terakhir atau pernyataan
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan bersedia untuk diaudit. Berdasarkan hasil
Keuangan Badan Layanan Umum penilaian atas dokumen administratif
sebagaimana diperbaharui dengan PP Nomor tersebut, Menteri Keuangan menerbitkan
74 Tahun 2012. BLU adalah instansi di ketetapan suatu instansi pemerintah layak
lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk atau tidak layak ditetapkan sebagai satker
memberikan pelayanan kepada masyarakat BLU.
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang BLU merupakan format baru dalam
dijual tanpa mengutamakan mencari pengelolaan keuangan negara, sekaligus
keuntungan dan dalam melakukan sebagai wadah baru bagi modernisasi
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi manajemen keuangan sektor publik.
dan produktivitas. Pola Pengelolaan Keuangan Perubahan tersebut juga telah mengubah
BLU merupakan pola pengelolaan keuangan peran pemerintah terutama dalam hal
yang memberikan fleksibilitas berupa hubungan antara pemerintah dengan
keleluasaan untuk menerapkan praktek- masyarakat (Hughes, 1998 dalam Prakoso,
2014). Sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Perbendaharaan Negara, BLU

3
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
memiliki tugas yang sangat mulia, yakni turut 11. Pengaturan organisasi dan nomenklatur
berperan dalam memajukan kesejahteraan diserahkan kepada Kementerian/Lembaga
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. dan BLU yang bersangkutan dengan seijin
Tugas dan fungsi BLU adalah memberikan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
pelayanan kepada masyarakat dengan (Direktorat PPK BLU, 2014).
menerapkan pengelolaan keuangan yang
fleksibel, menonjolkan produktivitas, efisiensi Pemberian fleksibilitas tersebut
dan efektivitas. Tujuan dibentuknya BLU dimaksudkan untuk mendorong satker BLU
adalah untuk lebih memberikan keleluasaan agar dapat menerapkan praktik bisnis yang
kepada satuan kerja yang memperoleh sehat. Penerapan praktik bisnis yang sehat
pendapatan dari layanan untuk mengelola merupakan suatu upaya untuk mengadopsi
sumber daya yang ada sehingga pemberian prinsip dan kaidah manajemen yang baik
layanan kepada masyarakat menjadi lebih dalam pengelolaan keuangan negara. Fungsi-
efisien dan efektif. fungsi manajemen diadaptasi dengan tujuan
Untuk mencapai tujuan tersebut, BLU agar tercipta tata kelola organisasi yang baik,
diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan akuntabel dan transparan.
berupa pengecualian atas asas universalitas Konsep manajerial yang diterapkan dalam
dan fleksibilitas lainnya, yaitu: pengelolaan BLU yaitu “let the managers
1. Pendapatan dapat digunakan langsung, manage and make the managers manage”.
tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Kas Konsep “let the managers manage”
Negara; mengandung makna memberi kesempatan
2. Belanja menggunakan pola anggaran kepada manager (pimpinan satuan kerja)
fleksibel dengan ambang batas tertentu; mengelola layanan pemerintah seperti
3. Dapat mengelola kas BLU untuk pendidikan dan kesehatan dengan
memanfaatkan idle cash BLU yang menggunakan anggaran secara efisien dan
hasilnya menjadi pendapatan BLU; efektif. Sedangkan konsep “make the
4. Dapat memberikan piutang usaha managers manage” bermakna memastikan
maupun menghapus piutang sampai batas bahwa pimpinan satuan kerja tersebut telah
tertentu; melakukan pengelolaan dengan efisien dan
5. Dapat melakukan utang sesuai jenjang efektif sehingga menghasilkan output yang
dengan tanggung jawab pelunasan berada optimal (Waluyo, 2011).
pada BLU; Konsep BLU sebenarnya muncul dari
6. Dapat melakukan investasi jangka panjang reformasi sektor publik di Inggris pada tahun
dengan seijin Menteri Keuangan; 1980-an semasa Perdana Menteri Margareth
7. Dapat dikecualikan dari aturan umum Thatcher. Institusi publik dikelola secara lebih
pengadaan barang/jasa dan dapat otonom dengan tata kelola seperti swasta
mengalihkan barang inventaris; (private-like manner). Institusi publik yang
8. Dapat diberikan remunerasi sesuai tingkat semi otonom dan dikelola dengan mekanisme
tanggung jawab dan profesionalisme; layaknya entitas bisnis itu disebut dengan “
9. Surplus dapat digunakan untuk tahun the next step agencies”. Negara-negara lain
berikutnya dan defisit dapat dimintakan juga melakukan hal yang sama seperti
dari APBN untuk Public Service Obligation Agentschappen di Belanda, Special Operating
(PSO); Units (SOAs) di Kanada, dan Independent
10. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Administrative Institutions (IAIs) di Jepang.
profesional non PNS; (Direktorat PPK BLU, 2014).

4
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
Menurut Lane, Stiglitz, dan Walsh, pada HASIL KAJIAN DAN ANALISIS
teori principal-agent, agent berusaha Hasil kajian dan analisis akan diuraikan
memenuhi keinginan dari principal, karena dalam tiga bagian. Masing-masing bagian
principal pada dasarnya adalah merupakan didahului dengan paragraf yang tercetak
representasi kepentingan publik. Dengan kata dengan huruf tebal.
lain, principal disini dapat juga berperan
sebagai “controller” agent. Hal ini dikarenakan Bagian Pertama, bahwa dalam
dalam kondisi politik yang demokratis, implementasi PPK BLU sering terjadi tarik
pemegang kekuasaan tertinggi adalah warga menarik kepentingan antar pelaku kebijakan
masyarakat (citizen) atau konsumen dari yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian
pelayanan publik (Batley, 2004 dalam Teknis, dan Satker BLU. Permasalahan ini
Prakoso, 2014). Pendekatan principal-agent terjadi pada masa transisi, pemanfaatan idle
ini menjadi dasar untuk menempatkan cash, remunerasi, dan pengukuran kinerja.
birokrat sebagai pelayan masyarakat yang Berikut penjelasan masing-masing
sebenarnya. Penerapan pendekatan ini permasalahan.
diharapkan mampu menyadarkan birokrat
sebagai agent yang bertanggung jawab Masa Transisi
kepada masyarakat (principal) dan bukan Ketika suatu Satker ditetapkan menjadi
sebaliknya. (Prakoso, 2014). BLU, harus melakukan langkah-langkah
Dalam konteks BLU, implementasi konsep transisi keuangan yaitu menyetorkan PNBP,
principal-agent diwujudkan dengan posisi menyusun RBA dan merevisi DIPA. Untuk
pemerintah sebagai principal melalui menteri Satker yang sebelumnya berstatus sebagai
atau pimpinan lembaga dan yang menjadi Pengguna PNBP, harus menyetorkan seluruh
agen adalah BLU. Menteri/pimpinan lembaga PNBP yang diterimanya sebelum ditetapkan
sebagai policy maker dan BLU sebagai sebagai Satker BLU ke rekening Kas Negara
pelaksananya. BLU bertanggungjawab untuk yang dikelola oleh Kementerian Keuangan
menyajikan layanan yang diminta kepada untuk kemudian ditarik kembali menggunakan
menteri sebagai principal. Dalam mekanisme penggunaan PNBP. Namun
melaksanakan misi pelayanan publik, BLU demikian, perlu diperhatikan bahwa
memiliki tantangan yang cukup besar permohonan pengembalian sisa PNBP yang
mengingat pemerintah sebagai principal, dapat ditarik kembali adalah hanya PNBP yang
meminta kepada BLU sebagai agent untuk disetor pada tahun Satker ditetapkan menjadi
menjalankan misi tersebut dengan Satker BLU, dengan syarat dana PNBP yang
berpedoman kepada prinsip bisnis. Prinsip ini telah disetor tersebut belum dipergunakan
menekankan efisiensi dan produktivitas atau belum diterbitkan SP2D-nya.
sebagaimana layaknya diterapkan pada dunia Selanjutnya adalah menyusun RBA
usaha, namun dengan tetap mengutamakan sebagai dokumen perencanaan kegiatan dan
pada peningkatan kualitas pelayanan. BLU keuangan. BLU mengajukan RBA kepada
harus memiliki banyak inovasi agar bisa Menteri/Pimpinan Lembaga untuk dibahas
melakukan kegiatan yang kreatif dalam sebagai bagian dari RKA-KL satker BLU.
menciptakan metode pelayanan terbaik dan Namun demikian, dalam praktiknya Satker
juga cara terbaik dalam menjalankan prinsip- BLU umumnya akan menunggu selesainya
prinsip bisnis. pembahasan RKA-KL di Kementerian Teknis,
baru kemudian menyusun dan mengajukan
RBA.

5
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
Langkah berikutnya adalah merevisi DIPA. Perubahan organisasi sering mengalami
Ketika masih sebagai Pengguna PNBP maka kendala karena berhubungan dengan tugas
DIPA yang dimilki adalah “DIPA biasa”, pokok dan fungsi Kementerian Teknis. Di
sebagaimana Satker lainnya. Namun ketika samping itu, harus berpedoman pada
sudah menjadi Satker BLU maka DIPA yang ketentuan Kementerian Negara
ada harus direvisi menjadi “DIPA BLU”. Pendayagunaan Aparatur Negara terkait
Perbedaan mendasar antara “DIPA biasa” dan organisasi dan tata kerja yaitu:
“DIPA BLU” selain munculnya akun BLU juga 1. Perubahan organisasi dan tata kerja bagi
pada halaman pengesahan terdapat saldo Satker PPK BLU di lingkungan Pemerintah
awal dan saldo akhir. Pada masa transisi tentu Pusat dapat dilakukan berdasarkan
belum ada saldo kas karena seluruh PNBP analisis organisasi sesuai dengan
telah disetor ke kas negara. Pada periode perkembangan dan kebutuhan;
berikutnya jika memang pendapatan BLU 2. Perubahan tersebut dapat meliputi
tidak seluruhnya dibelanjakan, maka akan ada penyempurnaan tugas, fungsi, struktur
saldo awal yang dapat digunakan pada tahun organisasi dan tata kerja, dan atau eselon
anggaran berikutnya. jabatan;
Di samping itu, pada awal masa transisi, 3. Usulan perubahan harus dilengkapi
beberapa Satker melakukan penyesuaian dengan naskah akademik;
kelembagaan setelah menjadi Satker BLU. 4. Perubahan organisasi dan tata kerja
Perubahan kelembagaan bukan merupakan Satker PPK BLU di lingkungan Pemerintah
suatu keharusan, dalam arti kelembagaan Pusat ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan
Satker tersebut dapat tetap seperti sebelum Lembaga setelah mendapat persetujuan
menjadi BLU. tertulis dari Menteri Negara
Seringkali ada anggapan bahwa Pendayagunaan Aparatur Negara.
kelembagaan BLU menjadi berbentuk
komersial, padahal tidak demikian. PPK BLU
dapat diterapkan oleh setiap instansi Pemanfaatan Idle Cash
Pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan BLU dapat melalukan optimalisasi
yang bersifat operasional yang dapat berasal pengelolaan kas dalam bentuk investasi
dan berkedudukan pada berbagai jenjang jangka pendek atas saldo kas yang ada di BLU.
eselon (struktural) atau non eselon (non Investasi jangka pendek dilakukan dalam
struktural). Sebagian besar Satker PPK BLU kerangka pengelolaan kas melalui
berbentuk struktural, misalnya: Universitas pemanfaatan surplus kas BLU, pada instrumen
Negeri Jakarta (Eselon I), dan Rumah Sakit keuangan dengan risiko rendah seperti
Umum Pusat Dr Cipto Mangunkusumo (Eselon deposito ataupun surat berharga jangka
II). Namun demikian terdapat juga Satker PPK pendek lainnya.
BLU berbentuk nonstruktural, misalnya: Namun demikian dalam praktiknya
Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dan muncul beberapa permasalahan, antara lain
Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan yang terkait dengan hak BLU atas saldo kas
Usaha Kecil dan Menengah (LLP KUKM) tersebut. Misalnya saldo kas yang bersumber
dibawah Kementerian Koperasi dan UKM, dari dana Jamkesmas dan uang muka pasien
Pusat Pengelola Kawasan Gelanggang pada BLU rumah sakit, serta saldo dana
Olahraga Bung Karno (PPK GBK) dan Pusat beasiswa pada BLU universitas. Apakah BLU
Pengelola Kawasan Kemayoran (PPKK) di boleh menempatkan saldo dana tersebut
bawah Sekretariat Negara.

6
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
pada investasi jangka pendek seperti prestasi, pesangon dan atau pensiun. Pegawai
deposito? BLU (Khususnya PNS) hanya dapat diberikan
Atas permasalahan ini, Kementerian tunjangan tetap, bonus atas prestasi dan atau
Keuangan kemudian menerbitkan pengaturan pesangon. Sedangkan untuk pegawai BLU
bahwa BLU hanya diperbolehkan melalukan (Non PNS) dapat diberikan tunjangan tetap,
optimalisasi pengelolaan kas dalam bentuk insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan
investasi jangka pendek atas saldo kas yang atau pensiun.
telah menjadi haknya, dalam arti telah dimiliki Besaran remunerasi dihitung berdasarkan
dan atau dikuasainya. Dengan demikian, saldo kemampuan keuangan (jumlah omset dan
dana Jamkesmas dan uang muka pasien pada aset BLU), prestasi kerja, lokasi kerja, tingkat
BLU rumah sakit, serta saldo dana beasiswa kesulitan pekerjaan, kelangkaan profesi, dan
pada BLU universitas tidak dapat ditempatkan unsur pertimbangan rasional lainnya. Satker
dalam instrumen investasi jangka pendek. BLU terlebih dahulu harus mengajukan pola
Saldo kas yang telah menjadi hak BLU remunerasi kepada Menteri Keuangan melalui
bersumber dari: kementeriannya untuk mendapat penetapan.
1. pendapatan BLU sebagai hasil Komponen remunerasi terdiri dari:
penyelenggaraan layanan, kerjasama, dan 1. Gaji, adalah imbalan finansial bersih yang
usaha lainnya yang sah, misalnya: diterima setiap bulan oleh pejabat
pendapatan jasa layanan rumah sakit, jasa pengelola dan pegawai BLU;
layanan pendidikan, jasa kajian, imbal 2. Honorarium, adalah imbalan finansial
hasil/bunga atas investasi / dana bergulir; bersih yang diterima setiap bulan oleh
2. Pengeluaran pembiayaan anggaran yang Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan
bersumber dari BA BUN, misalnya dana Pengawas;
kelolaan BLU untuk investasi, dana 3. Tunjangan (tetap), adalah tambahan
bergulir untuk KUKM/pengadaan tanah; pendapatan di luar gaji yang diterima oleh
3. Dana lainnya yang secara sah dikuasasi pejabat pengelola dan pegawai BLU, yang
oleh BLU, misalnya BLU Universitas diberikan berdasarkan prestasi kerja,
menguasai dana abadi yang diperoleh dari lokasi kerja, tingkat kesulitan pekerjaan,
para alumninya untuk dikelola dan kelangkaan profesi, dan unsur
hasilnya diperbolehkan untuk digunakan pertimbangan rasional lainnya;
oleh BLU dimaksud (Direktorat PPK BLU, 4. Bonus atas prestasi, adalah pemberian
2014). pendapatan tambahan bagi pejabat
Di samping itu, pendapatan jasa perbankan pengelola, pegawai, Dewan pengawas dan
sebagai hasil dari pemanfaatan iddle cash sekretaris dewan pengawas BLU yang
merupakan pendapatan PNBP Satker BLU, hanya diberikan setahun sekali bila syarat-
yang harus diajukan pengesahannya ke KPPN. syarat tertentu dipenuhi (Direktorat PPK
BLU, 2014).

Remunerasi Besaran remunerasi ditetapkan dengan


Dalam pengelolaan BLU, kepada pejabat mempertimbangkan aspek proporsionalitas,
pengelola, dewan pengawas, dan pegawai kesetaraan, kepatutan, dan kinerja
BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan operasional. Proporsionalitas yaitu
tingkat tanggung jawab dan tuntutan pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah
profesionalisme yang diperlukan. Remunerasi aset yang dikelola oleh BLU serta tingkat
dapat berupa tunjangan tetap, bonus atas pelayanan. Pertimbangan ini sejalan dengan

7
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
compensable factor, meliputi segala jenis pendapatan yang digunakan untuk
faktor yang dipilih untuk menentukan remunerasi juga menjadi salah satu
seberapa besarnya nilai suatu jabatan. pertimbangan yang digunakan untuk
Pertimbangan yang dapat digunakan untuk memberikan justifikasi atas usulan remunerasi
mengukur proporsionalitas atas besaran yang diajukan.
remunerasi adalah: Sedangkan aspek kinerja operasional yaitu
1. Posisi Jabatan. Posisi jabatan yang sama, kinerja operasional BLU yang ditetapkan oleh
untuk jenis layanan yang berbeda Menteri/Pimpinan Lembaga, yang sekurang-
ataupun berdasarkan besar kecilnya unit
kurangnya mempertimbangkan indikator
yang dikelola tentunya tidak dapat
keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat dari
disamakan besaran remunerasinya.
Contoh: Rektor Universitas Diponegoro masyarakat. Kinerja operasional ini bisa
tidak dapat disamakan besaran dijadikan pertimbangan dalam penentuan
remunerasinya dengan Direktur Sekolah remunerasi ataupun dasar pemberian bonus
Tinggi Ilmu Pelayaran; atas prestasi kerja.
2. Kualitas individu yang bersangkutan. Agar diperoleh remunerasi yang dapat
Pegawai dengan reputasi atau
dikaitkan dengan kinerja pegawai, tahapan
pengalaman tertentu tidak dapat
dalam pengelolaan remunerasi dapat
disamakan dengan orang yang belum
punya reputasi atau pengalaman. Contoh: dilaksanakan sebagai berikut:
pegawai baru dan pegawai lama tidak 1. Analisa dan Uraian Jabatan (Job
dapat disamakan karena meskipun Description and Analysis)
menangani pekerjaan yang sama, orang Analisa jabatan adalah proses secara
yang memiliki pengalaman biasanya akan sistematis untuk mendapatkan informasi-
menghasilkan hasil kerja yang lebih baik; informasi yang penting dan relevan
3. Kinerja. Pegawai yang mempunyai kinerja mengenai suatu Jabatan. Sedangkan
lebih baik tentu tidak dapat disamakan uraian jabatan adalah menjelaskan
remunerasinya dengan pegawai dengan mengenai apa yang harus dikerjakan,
kinerja yang biasa-biasa saja (Direktorat mengapa dikerjakan, di mana dikerjakan,
PPK BLU, 2014). dan secara ringkas bagaimana
mengerjakannya;
Aspek kesetaraan memiliki pengertian 2. Penilaian Jabatan (Job Evaluation)
Adalah proses secara sistematis untuk
memperhatikan industri sejenis, yang bidang
menilai besar-kecilnya atau bobot (secara
usahanya sama atau pada wilayah yang sama. relatif) jabatan-jabatan yang terdapat
Untuk posisi tertentu, contoh: akuntan, tidak dalam suatu organisasi. Berdasarkan
bergantung pada bidang usaha karena penilaian jabatan akan diperoleh
akuntan bisa bekerja pada berbagai pemeringkatan jabatan (Job Grading).
perusahaan yang berbeda-beda bidang Yang dibutuhkan untuk menilai suatu
usahanya. Selanjutnya juga yang perlu jabatan adalah Compensable Factor, yaitu
segala jenis faktor yang dipilih untuk
dibandingkan adalah gaji dasar (basic salary)
menentukan besarnya nilai jabatan.
dan total penghasilan (take home pay). Compensable factor memiliki beberapa
Masing-masing satker BLU kemungkinan derajat/tingkatan pengukuran, yang
menerapkan remunerasi yang bervariasi umumnya meliputi:
sesuai dengan desain remunerasi yang a. Kemampuan (Skill) yang meliputi:
mereka susun. pengetahuan (formal maupun non-
Aspek kepatutan dimaksudkan untuk formal), kemampuan analitik,
menyesuaikan dengan kemampuan kemampuan fisik/visual, kreativitas,
pendapatan BLU yang bersangkutan. Proporsi dan kemampuan berkomunikasi;

8
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
b. Aktivitas (effort) yang meliputi sementara yang lain adalah cost center dan
aktivitas fisik dan aktivitas mental; kegiatannya sama sekali tidak ada
c. Tanggung jawab (responsibility) yang hubungannya dengan kegiatan BLU.
meliputi: akibat terhadap organisasi, Permasalahan lain, remunerasi
pengambilan keputusan, hubungan menghendaki agar pegawai diberikan single
internal atau eksternal organisasi, dan salary payment, namun dalam praktiknya
akuntabilitas; masih berpeluang menimbulkan double
d. Kondisi kerja (working condition) yang payment, misalnya pembayaran honorarium
meliputi: tingkat resiko lingkungan yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi
kerja dan tingkat kenyamanan tingkat satker BLU. Ketentuan APBN menggariskan,
kerja. bahwa dalam pengelolaan keuangan, honor
3. Struktur Remunerasi yang dapat dibayarkan adalah honor yang
Pembuatan struktur remunerasi
termasuk dalam belanja barang operasional
bertujuan untuk mendapatkan
dan belanja barang non-operasional. Honor
perimbangan/interaksi dari keadilan
internal, kesetaraan eksternal, dan yang termasuk dalam belanja barang
kemampuan BLU. Struktur remunerasi operasional adalah honor yang terkait dengan
ditentukan dengan skala remunerasi operasional satker, misalnya honorarium
tertinggi dan skala remunerasi terendah pejabat pembuat komitmen. Sedangkan
berdasarkan pemeringkatan jabatan; honor yang termasuk dalam belanja barang
4. Penilaian Kinerja
non-operasional adalah honor yang terkait
Untuk kepentingan penghargaan atas
pekerjaan, maka setiap peringkat dengan output kegiatan, yaitu honor untuk
pekerjaan dapat ditetapkan indeks berupa tim pelaksana kegiatan, namun
nilai atau angka. Indeks kinerja ini pembayarannya harus selektif dengan
ditetapkan indeks kinerja individu dan ketentuan:
indeks kinerja unit. Indeks kinerja individu 1. Pelaksanaannya memerlukan
berupa perbandingan antara pencapaian pembentukan panitia/tim/kelompok
total target individu dengan Satuan Kerja kerja;
Individu pada faktor-faktor yang 2. Mempunyai output jelas dan terukur;
ditentukan targetnya. Total target wajib 3. Sifatnya koordinatif dengan
dideskripsikan secara spesifik, terukur, mengikutsertakan satker/organisasi lain;
realistis, dapat dicapai, menantang dan
4. Sifatnya temporer sehingga
jelas waktu pencapaiannya. Sedangkan
indeks kinerja unit, pencapaian total pelaksanaannya perlu diprioritaskan atau
target unit kerja sesuai struktur di luar jam kerja;
organisasi. Tujuannya adalah agar setiap 5. Merupakan perangkapan fungsi atau
individu memberikan perhatian tinggi tugas tertentu kepada PNS disamping
pada pencapaian kinerja unit kerjanya. tugas pokoknya sehari-hari;
Penilaian kinerja ini dapat dijadikan acuan 6. Bukan operasional yang dapat
untuk memberikan reward (misalnya:
diselesaikan secara internal satker.
bonus) dan punishment (Direktorat PPK
BLU, 2014).
Pengukuran Kinerja
Permasalahan yang muncul adalah
Pengukuran kinerja BLU dilakukan dengan
ketentuan bahwa BLU harus membayar
mempertimbangkan dua aspek yaitu aspek
remunerasi kepada seluruh pegawai di semua
keuangan dan aspek kepatuhan. Aspek
Unit. Padahal di beberapa BLU, hanya Unit
keuangan meliputi penilaian terhadap rasio
tertentu yang bersifat revenue center,
keuangan yang terdirif dari rasio vertikal dan

9
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
rasio horizontal. Rasio Vertikal meliputi antara Bagian Kedua, hasil kajian terkait dengan
lain Rasio Kas (cash ratio), Rasio Lancar konten PPK BLU yang kurang memperhatikan
(current ratio), Periode Penagihan Piutang prinsip fleksibilitas dan kemudahan bagi BLU.
(collection period), Perputaran Aset Tetap Permasalahan ini terkait dengan tarif
(fixed asset turnover), Imbalan atas Aktiva layanan dan pencatatan Saldo Kas BLU di
Tetap (return on asset), dan Imbalan Ekuitas KPPN. Berikut penjelasan masing-masing
(return on equity). Rasio Horisontal meliputi permasalahan.
antara lain Peningkatan Pendapatan (PNBP),
Peningkatan Pendapatan Usaha Jasa Layanan, Tarif Layanan
Peningkatan Pendapatan Usaha Lainnya, Setiap BLU harus menyusun tarif layanan
Peningkatan Nilai Aset, dan Peningkatan Nilai atas jasa yang telah diberikan kepada
Aset Tetap. Sedangkan aspek kepatuhan masyarakat. Tarif layanan BLU disusun atas
meliputi antara lain penilaian terhadap dasar perhitungan biaya per unit layanan,
pelaporan keuangan, pentarifan, dan yang merupakan salah satu komponen di
Standard Operating Procedure (SOP) dalam RBA satker BLU. Tarif layanan diusulkan
pengelolaan keuangan. oleh BLU berkenaan kepada Menteri Teknis
Atas capaian indikator-indikator di atas yang selanjutnya akan diajukan kepada
kemudian dilakukan scoring/penilaian dan Menteri Keuangan untuk ditetapkan.
pembobotan dengan nilai tertentu. Skor/nilai Perhitungan tarif layanan harus
total kemudian diberi kriteria kurang baik, memperhatikan empat aspek, yaitu: (1)
cukup, atau baik, yang menunjukkan nilai kontinuitas dan pengembangan layanan; (2)
kinerja satker BLU dari aspek keuangan. daya beli masyarakat; (3) asas keadilan dan
Terdapat banyak faktor yang dijadikan kepatutan; dan (4) kompetisi yang sehat.
dasar dalam penilaian BLU. Mengingat tujuan Keempat aspek tersebut akan digunakan oleh
pembentukan BLU adalah pelayanan kepada Tim Penilai Usulan Tarif dan Remunerasi BLU
masyarakat dan tidak berorientasi mencari di lingkungan Kementerian Keuangan untuk
keuntungan, maka penilaian atas aspek menyetujui atau menolak usulan dimaksud.
keuangan saja tidak akan mampu Namun demikian, penetapan Tarif
menggambarkan kinerja pelayanan yang Layanan oleh Menteri Keuangan mengalami
dilakukan oleh BLU. Demikian juga apabila kendala waktu dan proses yang tidak
penilaian didasarkan atas aspek kepatuhan sebentar. Demikian pula perubahan tarif
pengelolaan keuangan BLU saja, maka layanan untuk menyesuaikan dengan
penilaian tersebut tidak akan mampu perkembangan lingkungan dan masyarakat.
menggambarkan kinerja keuangan yang telah Oleh karena itu, untuk memperlancar
dilaksanakan. penerapan PPK BLU, Menteri Keuangan dapat
Dalam hal penilaian, tujuan dilakukan mendelegasikan Penetapan tarif layanan BLU
penilaian terhadap aspek keuangan adalah kepada menteri/ pimpinan lembaga dan/atau
untuk mengetahui seberapa jauh pengelolaan pemimpin BLU dengan memperhatikan
keuangan BLU telah diselenggarakan karakteristik layanan BLU serta pengaruhnya
berdasarkan praktek-praktek bisnis yang terhadap masyarakat umum. Hal tersebut
sehat (best practice) yang tercermin dari dimaksudkan memberikan keleluasaan bagi
laporan keuangannya. Namun demikian, BLU dalam menghadapi tantangan dan
beragamnya core business dan size tiap BLU, perubahan pemberian jasa layanannya.
mengakibatkan pengukuran kinerja antar-BLU
menjadi sulit dibandingkan.

10
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
Di samping itu, dalam praktiknya ada BLU BLU” dalam Neraca SAI harus sama dengan
yang tarif untuk semua layanannya adalah saldo kas BLU pada Laporan Daftar Rincian
“nol” atau gratis. Seperti BLU Lembaga Kas BLU di KPPN.
Pengelola Dana Pendidikan “LPDP”. BLU LPDP
bertugas mengelola dana abadi pendidikan
yang dialokasikan setiap tahun dari APBN. Bagian Ketiga, hasil kajian terkait dengan
Dana tersebut disalurkan dalam bentuk lingkungan kepemerintahan yang
program beasiswa pendidikan, pendanaan menunjukkan kuatnya kultur birokrasi dalam
kajian dan rehabilitasi sarana pendidikan yang pengelolaan keuangan dan secara konsisten
rusak akibat bencana. Semua layanan melaksanakan prosedur keuangan dengan
tersebut diberikan secara Cuma-Cuma. rujukan pada peraturan yang berlaku umum
Sehingga, LPDP tidak memiliki pendapatan bagi satuan kerja instansi pemerintah.
yang terkait dengan layanan utamanya. Permasalahan ini terkait dengan Standar
Dampaknya, LPDP tidak memiliki tarif layanan. Biaya dan Pencatatan Pendapatan Dalam
Bantuk Barang. Penjelasan masing-masing
Pencatatan Saldo Kas BLU di KPPN permasalahan adalah sebagai berikut.
Standar Akuntansi Pemerintahan
memungkinkan saldo kas pada BLU disajikan Standar Biaya
pada akun “Kas pada BLU” dan “Investasi Setiap BLU wajib menyusun RBA yang
Jangka Pendek BLU” di Neraca BLU. Deposito memuat antara lain kondisi kinerja BLU tahun
berjangka waktu 1-3 bulan, masih berjalan, asumsi makro dan mikro, target
diklasifikasikan sebagai akun ”Kas pada BLU”, kinerja (output yang terukur), analisis dan
sedangkan deposito berjangka waktu lebih perkiraan biaya per output dan agregat,
dari 3-12 bulan diklasifikasikan sebagai akun perkiraan harga, anggaran, serta prognosa
”Investasi Jangka Pendek BLU”. laporan keuangan. RBA juga memuat
Secara periodik, KPPN melakukan prakiraan maju (forward estimate) sesuai
rekonsiliasi dan analisis kas BLU dengan dengan ketentuan peraturan perundang-
didukung rekening koran satker BLU. undangan. RBA disusun dengan menganut
Permasalahan yang mungkin terjadi adalah pola anggaran fleksibel (flexible budget)
pencatatan ganda (double counting) atas dengan suatu persentase ambang batas
saldo Kas BLU di KPPN. Akun “Investasi Jangka tertentu. RBA dimaksud merupakan refleksi
Pendek BLU” berfungsi untuk menampung program dan kegiatan dari kementerian
saldo kas yang ada di Rekening Pengelolaan negara/lembaga.
Kas BLU dalam bentuk deposito berjangka Satker BLU merupakan bagian dari
lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 Kementerian Negara/Lembaga sehingga RBA
(duabelas) bulan, namun tidak termasuk dana Satker BLU adalah bagian yang tak
kelolaan yang bersumber dari BA BUN. terpisahkan dari RKA K/L. Konsekuensinya,
Sehingga, dengan munculnya akun “Investasi pada saat pelaksanaan anggaran, Satker BLU
Jangka Pendek BLU” tersebut, KPPN tidak pada dasarnya tetap terikat dengan aturan
perlu melakukan perubahan terhadap akun Standar Biaya dalam melakukan pembayaran
“Kas pada BLU” yang telah tercatat di KPPN. baik yang bersumber dari rupiah murni
KPPN perlu memastikan bahwa akun “Kas maupun penerimaan BLU. Namun demikian,
pada BLU” ditambah dengan akun “Investasi satker BLU dapat mempergunakan standar
Jangka Pendek BLU” sama dengan akun “Dana biaya lain melalui penetapan Standar Biaya
Lancar BLU”. Kemudian, akun “Dana Lancar Khusus oleh Menteri Keuangan, atau

11
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
penggunaan standar biaya berdasarkan kendaraan tersebut dengan pertimbangan
perhitungan akuntansi biaya sebagai bagian mekanisme ini menguntungkan bagi BLU yaitu
dari biaya satuan (unit cost) pada saat tidak perlu melakukan kontrak pengadaan
penetapan tarif oleh Menteri Keuangan. kendaraan. Di sisi lain, BLU diwajibkan untuk
Mulai tahun 2011 apabila satker BLU telah melakukan pencatatan atas pendapatan
mempunyai perhitungan akuntansi biaya tersebut melalui mekanisme pengesahan ke
maka penyusunan RBA-nya menggunakan KPPN. Di sini muncul permasalahan
standar biaya tersebut, sedangkan untuk pencatatan pendapatan tersebut.
satker BLU yang belum mampu menyusun Pengesahan pendapatan BLU ke KPPN,
standar biaya, RBA disusun berdasarkan akan berdampak bertambahnya Saldo Kas
Standar Biaya Umum (SBU). PP Nomor 74 BLU. Hal ini terjadi karena aplikasi SPM akan
Tahun 2012 memberi peluang baru yaitu “membaca” setiap penambahan pendapatan
Pemimpin BLU dapat menetapkan standar sebagai penambahan kas, kecuali pendapatan
biaya sendiri, sepanjang tidak menambah hibah barang. Aplikasi SPM tidak mengenal
penghasilan dan fasilitas bagi pendapatan bunga deposito non-kas. Akun
pejabat/pegawai. pendapatan non-kas hanya dapat mencatat
Di samping itu, pengalokasian anggaran hibah dalam bentuk barang. Padahal,
BLU pada RKA-K/L dirinci hanya pada satu kendaraan yang diperoleh BLU tadi bukan
program, satu kegiatan, dan satu output, merupakan hibah. Kendaraan tersebut
sedangkan rincian pagu anggaran BLU diperoleh dengan menempatkan deposito,
dituangkan dalam RBA. Hal tersebut artinya bukan merupakan pemberian secara
dimaksudkan untuk lebih memberikan cuma-cuma (hibah) dari bank. Sehingga harus
keleluasaan bagi BLU dalam pemberian jasa dicatat sebagai pendapatan bunga deposito.
layanannya dengan meminimalkan Solusinya, BLU melakukan pengesahan
kemungkinan untuk melakukan “Pendapatan” sekaligus “Belanja” dengan
revisi/perubahan anggaran. Namun demikian, nominal yang sama dalam satu dokumen
konsep tersebut sampai saat ini belum dapat SP3B. Hal ini dapat dikatakan sebagai
diimplemetasikan karena Aplikasi RKA-K/L pencatatan “in-out”, sehingga saldo kas BLU
belum dapat mengakomodir penyajiannya. tidak mengalami perubahan (ditambah
sebesar “pendapatan” dan dikurangi sebesar
“belanja”, dengan nominal yang sama).
Pencatatan Pendapatan Dalam Bantuk Kemudian, kendaraan tersebut dicantumkan
Barang dalam Neraca sebagai Asset. Namun
Sebagai instansi pemerintah yang dikelola demikian, hal ini harus diungkapkan dalam
dengan model business like, BLU memiliki Catatan atas Laporan Keuangan untuk
fleksibilitas dalam pengelolaan pendapatan. memberikan penjelasan bahwa ada
Sebagaimana umumnya transaksi bisnis, BLU Pendapatan Non-kas berupa kendaraan, dan
dapat saja menerima imbalan dalam bentuk ada Belanja yang sebenarnya tidak terjadi
barang atas layanan yang diberikan. Misalnya, (tidak ada dokumen pengadaan belanja
BLU menempatkan deposito di suatu bank, di kendaraan).
samping mendapat bunga juga mendapat
imbalan berupa kendaraan. Di saat yang SIMPULAN DAN SARAN
bersamaan, BLU telah menganggarkan Implementasi PPK BLU belum berjalan
pembelian kendaraan untuk keperluan secara efektif dikarenakan tiga kategori
operasional. BLU menerima imbalan berupa penyebab. Pertama, tarik menarik

12
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
kepentingan antar pelaku kebijakan yaitu Direktorat PPK BLU. (2014). Arsip Konsultasi.
Kementerian Keuangan, Kementerian Teknis, http://www.ppkblu.depkeu.go.id/index.p
dan Satker BLU. Faktor ini antara lain dapat hp/baca/ berita/44/arsip-konsultasi.
ditunjukkan dengan permasalahan yang (diakses 21 Agustus 2014)
terjadi pada masa transisi, pemanfaatan idle Egeberg, Morten dan Jarle Trondal. (2010)
cash, remunerasi, dan pengukuran kinerja. Agencification and Location: Does
Kedua, konten PPK BLU yang kurang Agency Site Matter?. Working Paper
memperhatikan prinsip fleksibilitas dan No. 3, March 2010. ARENA Working
kemudahan bagi BLU. Faktor ini dapat Paper.
dijelaskan dengan contoh kasus pada Hughes, O. E. (1998) Public Management
penetapan tarif layanan dan pencatatan saldo and Administration, 2nd Ed., London:
kas BLU di KPPN. Ketiga, lingkungan MacMillan Press Ltd.
kepemerintahan yang menunjukkan kuatnya Meidyawati. (2011). Analisis Implementasi
kultur birokrasi dalam pengelolaan keuangan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
dan secara konsisten melaksanakan prosedur Layanan Umum (PPK-BLU) Pada Rumah
keuangan dengan rujukan pada peraturan Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi.
yang berlaku umum bagi satuan kerja instansi Diakses 10 Desember 2011.
pemerintah. Faktor ini dapat dijelaskan Prakoso, Cathas Teguh. (2014). Eksistensi
dengan permasalahan yang terkait dengan Badan Layanan Umum Ditinjau Dalam
standar biaya dan pencatatan pendapatan Perspektif New Institutional Dan
dalam bentuk barang. Principal-Agent Theory. eJournal
Hasil kajian pada ketiga elemen tersebut Administrative Reform, 2014, 2 (4):
mengakibatkan implementasi PPK BLU belum 2422-2432.
memberikan manfaat yang optimal bagi BLU Thynne, I. (2003). Making Sense of
dan masyarakat. Sehingga, untuk Organizations in Public Management: A
menyesuaikan dengan perkembangan yang Back-to-Basics Approach. Public
terjadi di masyarakat dan memperlancar Organization Review, Vol. 3: 317-332.
penerapan penerapan PPK BLU, pemerintah Waluyo, Indarto. (2011). Badan Layanan
perlu melakukan perubahan pengaturan BLU Umum Sebuah Pola Baru Dalam
secara berkala. Namun perubahan tersebut Pengelolaan Keuangan Di Satuan Kerja
harus tetap memperhatikan akuntabilitas Pemerintah. Jurnal Pendidikan Akuntansi
kinerja dan keuangan sebagai penyeimbang Indonesia, Vol. IX. No. 2 – Tahun 2011,
terhadap fleksibilitas yang telah diberikan. Hlm. 1 – 15.
http://www.tbs-sct.gc.ca (diakses pada
tanggal 21 Agustus 2014)
Referensi: Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
Batley, Richard. 2004. Development and tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Change. 35 (1): 31-56. Blackwell Layanan Umum (BLU), sebagaimana
Publishing, Oxford, UK. diubah dengan Peraturan Pemerintah
Box, Richard C. (1999). Running Government Nomor 74 Tahun 2012.
Like a BusinessImplications for Public Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Administration Theory and Practice. The Perbendaharaan Negara
American Review of Public
Administration (Impact Factor: 1). 13
Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII/2014 (27-38)
01/1999; 29(1):19-43.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai