Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL

IMPLEMENTASI PELAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
(Studi Kasus pada RSUD Tugurejo Tahun 2018)
Penulis : Nurulita Irmaya Adelina, Tri Jatmiko Wahyu Prabowo

Disusun Oleh:
1. Farah Difa (4317029)
2. Putri Maysari (4317031)
3. Zulecha Ariskia (4317040)
4. Alsya Ika Ameilia (4317048)

Kelompok 7

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN 2020
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam artikel ini adalah bagaimana implementasi akuntansi
berbasis akrual pada laporan keuangan RSUD yang berfokus pada faktor yang timbul saat
proses implementasi akuntansi basis akrual pada laporan keuangan RSUD.
B. Kajian Teori
Rumah sakit merupakan institusi yang kompleks, dinamis, kompetitif, padat
modal dan padat karya, yang multi disiplin serta dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu
berubah. Namun rumah sakit harus tetap konsisten untuk menjalankan misinya sebagai
institusi pelayanan sosial, dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat dengan
selalu memperhatikan etika pelayanan. Rumah sakit pemerintah sebagai lembaga layanan
publik yang menjalankan fungsi kesehatan, selain perlu memahami peran, fungsi, dan
manajemen rumah sakit, juga perlu melakukan perubahan paradigma lembaga dari
bersifat sosial-birokratik menjadi lembaga sosial-ekonomi yang harus menerapkan
konsep-konsep manajemen modern dengan tetap mempertahankan visi, misi, dan fungsi
sosial rumah sakit. Arah pembenahan layanan publik pada rumah sakit mensyaratkan
adanya peningkatan kualitas pelayanan masyarakat sesuai arti dan perannya yang pada
hakikatnya adalah untuk pembangunan manusia Indonesia. Dengan memperhatikan
pentingnya peran layanan publik rumah sakit, maka diperlukan upaya yang sungguh-
sungguh dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal.
Perubahan paradigma pengelolaan rumah sakit pemerintah yang bersifat sosial-
birokratik ke arah business-like terbuka dengan adanya Undang-Undang nomor 1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara yang memberikan peluang bagi instansi pemerintah
yang tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk dapat
menerapkan PPK-BLU. PPK-BLU memberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan
karena masyarakat dan dunia bisnis bergerak dinamis, sehingga instansi pemerintah yang
melakukan public services perlu mengikuti kedinamisan tersebut. Fleksibilitas
pengelolaan keuangan tersebut menuntut adanya tata kelola yang baik (good governance)
agar dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, pemerintah, investor, pimpinan
dan pegawai BLU sendiri, serta stakeholder lainnya. Pola tata kelola BLU, sesuai dengan
ketentuan dalam PP nomor 23 tahun 2005, harus mempunyai dan menerapkan :
1) Organisasi dan Tata Laksana Organisasi dan tata laksana harus memperhatikan hal-
hal antara lain :
a. Kebutuhan organisasi, Struktur organisasi menggambarkan posisi jabatan yang
ada pada satuan kerja yang menerapkan PPK-BLU dan hubungan wewenang
dan tanggung jawab antar jabatan dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Perkembangan misi dan strategi, Jika misi dan strategi yang akan diterapkan
berubah karena mengikuti perkembangan jaman, maka organisasi dirancang
agar dapat mengadaptasi perubahan tersebut.
c. Pengelompokkan fungsi yang logis. Disesuaikan dengan prinsip pengendalian
intern serta sesuai dengan kebutuhan organisasi.
d. Efektivitas pembiayaan, Struktur organisasi dan tata laksana harus dirancang
agar mampu meminimalkan biaya yang dikeluarkan serta dapat menjalankan
misi dan strategi secara tepat.
e. Pendayagunaan sumber daya manusia, Organisasi dan tata laksana harus
dirancang agar semua sumber daya manusia yang ada dapat dimanfaatkan
secara efektif dalam mencapai tujuan. Rumah sakit BLU harus mempunyai
sumber daya manusia yang memadai untuk dapat menjalankan kegiatan dalam
rangka mencapai tujuannya. Ketersediaan sumber daya manusia mencakup
kuantitas, standar kompetensi, pola rekruitmen, dan rencana pengembangan
sumber daya manusia.
2) Transparansi, yaitu mengikuti asas keterbukaan yang dibangun atas dasar
kebebasan arus informasi secara langsung dapat diterima bagi yang membutuhkan.
3) Akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.

Dalam beberapa tahun belakangan, adopsi sistem akuntansi berbasis akrual


semakin tersebar luas pada beberapa organisasi sektor publik di negara berkembang
(Agasisti, et al., 2015). Penerapan akuntansi basis akrual di Indonesia disahkan dengan
diterbitkannya PP 71 Tahun 2010 oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP)
yang mewajibkan instansi pemerintah pusat maupun daerah untuk menerapkan basis
akrual. Penggunaan basis akrual pada Badan Layanan Umum (BLU) pemerintah daerah
diawali dengan diterbitkannya Permendagri 61 Tahun 2007 menyatakan BLUD sebagai
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau unit kerja pada SKPD di lingkungan
pemerintah daerah menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan menggunakan
basis akrual.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai unit BLUD layanan kesehatan di
Indonesia juga menerapkan akuntansi basis akrual dalam pelaporan keuangan. Halim dan
Kusufi (2012) mengungkapkan bahwa pada dasarnya, basis akuntansi hanya ada dua,
yaitu basis kas dan basis akrual, sedangkan modifikasi di antara kedua basis tersebut
hanya merupakan transisi. Sebelum akuntansi basis akrual, Indonesia telah mengalami
berbagai perubahan pola pengelolaan keuangan. Periode tahun 1974 sampai dengan 1999
disebut juga dengan periode prareformasi yang dikenal sebagai masa akuntansi
tradisional dimana sistem pencatatan yang dilakukan menggunakan sistem tata buku
tunggal berbasis kas, yang lebih berbentuk kegiatan pembukuan bukan kegiatan
akuntansi. Periode reformasi awal antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2005
merupakan tahap reformasi akuntansi tahap pertama pada era otonomi daerah
menunjukkan adanya pergeseran dari sistem pencatatan single entry dan berbasis kas
menjadi double entry dan berbasis kas modifikasian.
Langkah awal pemerintah dalam implementasi penyusunan sistem akuntansi
akrual pada tahun 2003 dengan disahkannya UU Keuangan 17 Tahun 2003 yang
seharusnya implementasi pelaporan keuangan berbasis akrual diterapkan pada tahun
2008. Kemudian tahap reformasi akuntansi tahap lanjutan dimulai tahun 2005 sampai
dengan tahun 2010 ditandai dengan ditetapkannya PP Nomor 24 Tahun 2005 oleh KSAP
pada tanggal 13 Juni 2005 sebagai hasil dari UU Nomor 17 Tahun 2003 yang
mengamanatkan untuk membuat SAP. PP Nomor 24 Tahun 2005 digunakan untuk
menjembatani penyesuaian penerapan akuntansi berbasis kas menuju akuntansi berbasis
akrual (cash toward accruals). Tahap perkembangan akuntansi pemerintah selanjutnya
disebut tahap baru dengan penerbitan SAP berbasis akrual oleh KSAP pada tanggal 22
Oktober 2010 melalui PP Nomor 71 Tahun 2010. Akuntansi basis akrual dipandang lebih
baik karena menyajikan pengukuran kinerja secara periodik yang disebut laba bersih.
Pengukuran ini menunjukkan selisih antara pendapatan dengan biaya sehingga diketahui
arus kas yang akan datang dengan melihat arus kas saat ini. Fokus akuntansi akrual tidak
hanya pada arus kas, melainkan juga sumber lain yang berpengaruh terhadap
keberlangsungan sektor publik.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk mengetahui
implementasi akuntansi berbasis akrual pada pelaporan keuangan di rumah sakit umum
daerah sebagai organisasi sektor publik. (Creswell, 2010) Berpendapat bahwa proses
penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para
partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-
tema yang umum, dan menafsirkan makna data. pengumpulan data dilakukan dengan
cara: penelitian kepustakaan untuk memperoleh pemahaman topik penelitian, wawancara
yang mendalam terhadap informan, observasi yang dilakukan dengan ikut serta dalam
diskusi yang membahas akuntansi akrual dan pelaporan keuangan, dan melakukan
analisis data.
Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo dengan fokus
narasumber adalah pihak-pihak yang terlibat dalam proses pelaporan keuangan rumah
sakit dan terlibat dalam implementasi akuntansi basis akrual yaitu pegawai Sub Bagian
Akuntansi Direktorat Umum dan Keuangan RSUD Tugurejo.
D. Pembahasan
1. Kesiapan Penerapan Basis Akrual pada Pelaporan Keuangan RSUD
Tugurejo
RSUD Tugurejo sudah menyajikan dua laporan keuangan yang
berdasarkan SAK dan SAP. Lapora yang berdasarkan SAK ialah laporan yang
berbasis Akrual untuk pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca atau
laporan posisi keuangan. Sedangkan laporan keuangan versi SAP menggunakan
basis kas untuk pengakuan pendapatan dan belanja dalam Laporan Realisasi
Anggaran. Oleh karena itu, RSUD Tugurejo dinyatakan siap menerapkan basis
akrual dalam menyajikan laporan keuangan.
2. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Implementasi Basis Akrual di RSUD
Tugurejo:
Implementasi basis accrual belum optimal karena beberapa factor :
a. Sistem Akuntansi dan IT Based System
RSUD Tugurejo menerapkan dua sistem yaitu Hospital System dan
Sistem Akuntansi. Hospital system berkaitan dengan bagian front office
yaitu bagian pelayanan yang terdiri dari pendaftaran pasien, kasir, dan
farmasi. Sedangkan sistem akuntansi berkaitan dengan back office yang
merupakan fungsi administratif, seperti bagian keuangan dan sub bagian
akuntansi. Hospital system di RSUD Tugurejo sudah terintegrasi dengan
sistem provinsi, berbeda dengan sistem akuntansinya. Hal ini terbukti dari
operasional front office yang belum terhubung dengan back office,
sehingga diperlukan pengolahan data secara manual oleh bagian Sistem
Akuntansi. Oleh karena itu berdampak pada belum optimalnya
implementasi pelaporan keuangan berbasis akrual di RSUD Tugurejo.
b. Komitmen dari Pimpinan
Komitmen dari pimpinan merupakan hal yang penting untuk
mencapai tujuan. Penerapan laporan keuangan basis akrual harus dipahami
oleh seluruh pegawai sub bagian akuntansi. Komitmen pimpinan untuk
keberhasilan praktik laporan keuangan basis akrual diwujudkan dengan
keikutsertaan pegawai dalam pelatihan, namun pelatihan tersebut belum
dirasakan secara merata oleh semua pegawai, hanya pegawai bagian sub
akuntansi yang kompeten dibuktikan dengan terselesaikannya tugas yang
diberikan sehingga RSUD dapat menyajikan laporan keuangan basis
akrual.
c. Tersedianya SDM yang Kompeten
pegawai yang berada di sub bagian akuntansi sudah memiliki
kompetensi yang cukup dalam penyajian laporan keuangan berbasis
akrual, dibuktikan dengan adanya kinerja yang baik dan dilatarbelakangi
pengalaman kerja serta pendidikan yang mendukung pekerjaan.
d. Penerimaan terhadap akuntansi basis akrual
RSUD Tugurejo tidak mengalami resistensi, yang berarti bahwa
RSUD dapat menerima perubahan pola pengelolaan keuangan pada
penerapan akuntansi basis akrual sesuai PP 71 Tahun 2010. Basis akrual
ini dianggap sebagai perubahan yang baik. Hal ini didukung dengan
adanya pelatihan untuk pegawai, peraturan pemerintah, peraturan daerah
dan undang-undang serta sosialisasi yang terus dilakukan.

E. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. RSUD
Tugurejo siap menerapkan akuntansi basis akrual. RSUD Tugurejo tidak mengalami
resistensi, Hal ini dibuktikan dengan beberapa faktor, yaitu:
1. RSUD Tugurejo telah menerapkan basis akrual berdasarkan apa yang telah
diamanatkan oleh pemerintah.
2. Komitmen pimpinan untuk keberhasilan praktik laporan keuangan basis akrual
diwujudkan dengan keikutsertaan pegawai dalam pelatihan. Namun hal ini
memunculkan masalah baru karena pelatihan yang dilakukan belum dirasakan
secara merata oleh para pegawai rumah sakit.
3. Pegawai sub bagian akuntansi merupakan SDM yang kompeten dibuktikan
dengan terselesaikannya tugas yang diberikan sehingga RSUD dapat menyajikan
laporan keuangan basis akrual.

Anda mungkin juga menyukai