Anda di halaman 1dari 2

3.

Akuntansi perspektif islam


Akuntansi dalam perspektif islam membahas sistem akuntansi daris segi kegunaan keputusan,
penatalayanan, akuntanbilitas, pengukuran keuangan dan pengungkapan yang berlandaskan pada
al quran dan sunnah.
Dalam sejarahnya, akuntansi mendahului ekonomi moneter dari era ekonomi bartee. Melalui
perdagangan barter, transaksi ditentukan dengan nilai tukar.
berdampak pada proses pengambilan keputusan terhadap pembangunan sosial-ekonomi dan
politik, khususnya dalam hal pencatatan, persiapan, interpretasi, audit dan manajemen dan
investasi. juga punya memberikan dampak terhadap merger dan akuisisi, perencanaan,
pengendalian, dan penyimpanan operasi bisnis.
Oleh karena itu, dalam banyak kasus, sistem akuntansi memungkinkan pemilik ekuitas memiliki
kepercayaan terhadap laporan para penatalayan.
Dilain sisi walaupun akuntansi konvensional adalah bidang yang mapan namun terdapat kritikan
dari sarjana (Parker, 2014; Lev, 2001) mengenai hubungannya dengan akuntansi perspektif
Islam. Kritik terhadapakuntansi konvensional meliputi:
a. eksternalitas tidak termasuk dalam laporan keuangan;
b. aset tidak berwujud tidak dapat diukur secara memadai;
c. kepentingan sumber daya manusia dan pelaporan karyawan tidak termasuk;
d. kepentingan sosial diabaikan;
e. mereka mempromosikan eksploitasi kapitalisme kerja dan masyarakat; dan
f. mereka mempromosikan konsentrasi kekayaan dan kekuasaan di tangan orang kaya.
Dalam kritik ini, Ahmed (2012) menyoroti bahwa akuntansi dari perspektif Islam semua tentang
mempraktikkan norma-norma positif dan membawa nilai-nilai transenden diri ke dalam
kehidupan sehari-hari, dan mencari kehendak Allah serta mengikuti perintah Nabi Muhammad
SAW.

Perdebatan antara praktik terbaik dalam hal akuntansi dari perspektif Islam atau akuntansi
konvensional dalam jalur akuntansi yang sama masih berlanjut. Hal ini disebabkan oleh
perkembangan PT IFI dan keyakinan yang berkembang bahwa asumsi yang mendasari sistem
akuntansi keuangan Barat adalah tidak sesuai dengan kepercayaan dan nilai-nilai Islam (Haniffa
dan Hudaib, 2007).

Akuntansi konvensional berbeda dari akuntansi dari perspektif Islam dalam hal tujuannya.
Tujuan akuntansi konvensional difokuskan pada identifikasi ekonomi peristiwa dan transaksi,
sedangkan akuntansi dari perspektif Islam harus mengidentifikasi sosial-ekonomi dan acara dan
transaksi keagamaan. Itu harus memenuhi akuntabilitas tertinggi kepada Allah dan untuk
memastikan transaksi keuangan yang adil antara manusia. Hall ini bertujuan agar akuntansi dan
manajemen dari perspektif Islam tidak hanya bersifat duniawi dan berorientasi pada uang.
Oleh karena itu, Organisasi Akuntansi dan Audit untuk Lembaga Keuangan Islam (AAOIFI)
didirikan di Jakarta 1990 untuk memenuhi persyaratan standar akuntansi dari perspektif Islam.
Itu sudah terdaftar di Bahrain pada tahun 1991.

Kesimpulan :

Pelaporan keuangan dalam masyarakat Islam harus lebih rinci dan memperhatikan nilai moral
dibandingkan dengan bentuk pelaporan keuangan yang umumnya terjadi dimasyarakat Barat.
Sistem pelaporan akuntansi oleh masyarakat barat pada umumnya lebih menekanan pada
transparansi, sementara manipulasi nilai-nilai aset harus dihindari.Serta penekanan pada laporan
laba rugi, neraca dan laporan arus kas, sejumlah besar informasi lebih lanjut harus disediakan.
Hal Ini bisa bisa menjadi nilai tambah Pernyataan dan pengungkapan tentang perusahaan.
kegiatan kinerja sosial s. Laporannya juga cenderung
termasuk informasi tentang zakat, qard, dan distribusi amal.
Perbedaan pendapat tentang bagaimana menghitung transaksi keuangan Islam telah
menyebabkan perlakuan berbeda dari berbagai transaksi di berbagai yurisdiksi. Dengan
demikian, perlu adanha peningkatan komparabilitas lintas batas dengan standarisasi pelaporan
transaksi syariah dengan menggunakan IFRS, yang dapat menghasilkan pelaporan substansi
transaksi ekonomi dan efeknya pada pembiayaannya. Oleh karena itu, Tantangan bagi para
penentu standar dan pemangku kepentingan adalah meningkatkan komparabilitas lintas-batas
Islam transaksi keuangan, disamping itu juga harus memperhatikan kepekaan agama. Meskipun
IFRS dapat diterima secara internasional, namun terdapat beberapa penolakan oleh mereka yang
percaya bahwa beberapa prinsip IFRS tidak bisa diterima dengan interpretasi mereka tentang
Syariah. Akibatnya, kerangka pelaporan keuangan terpisahuntuk transaksi keuangan syariah
dijamin. Namun, regulator Malaysia telah mengeluarkan arahan kepada IFI untuk mematuhi
standar MASB karena prinsip-prinsip akuntansi utama telah dipenuhi persyaratan Syariah.

Anda mungkin juga menyukai