Anda di halaman 1dari 5

NAMA : EKO SATRIYO WICAKSONO

NIM : 041291121
MATERI : ADPU 4430

Menurut Hasibuan (2003:118) kompensasi sebagai semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
langsung atau tidak langsung yang diterima pegawai sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
organisasi. Hariandja (2002:244) mendefinisikan kompensasi sebagai keseluruhan balas jasa yang
diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau
lainnya, yang berupa gaji, kompensasi, bonus, insentif dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan,
tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti, dan lain-lain.
pada dasarnya kompensasi ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :
1. Harga/nilai pekerjaan;
Penilaian harga suatu jenis pekerjaan merupakan tindakan pertama yang dilakukan dalam
menentukan besarnya kompensasi yang akan diberikan kepada pegawai.
2. Sistem kompensasi yang diterapkan;
Beberapa sistem kompensasi yang biasa digunakan adalah sistem prestasi, sistem waktu, sistem
kontrak/borongan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi.
a. Faktor intern organisasi
Contoh faktor intern organisasi yang mempengaruhi besarnya kompensasi adalah dana
organisasi, dan serikat pekerja.; dan faktor ekstern pegawai organisasi.
b. Faktor pribadi pegawai
Contoh faktor intern organisasi yang mempengaruhi besarnya kompensasi adalah dana
organisasi, dan serikat pekerja.; dan faktor ekstern pegawai organisasi.
c. Faktor Ekstern
Contoh faktor ekstern pegawai dan organisasi yang mempengaruhi besarnya kompensasi
adalah penawaran dan permintaan kerja, biaya hidup, kebijakan pemerintah dan kondisi
perekonomian nasional
Dari pendapat para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa banyak faktor mendukung dan
mempegaruhi ketentuan kompensasi, kemudian pemerintah sendiri juga telah mengeluarkan UU
Ketenagakerjaan dan Ketentuan mengenai kompensasi tersebut sebagai rambu yang harus dipatuhi.
Munculnya perbedaan sistem kompensasi dapat saja berbeda antara derah satu dengan lainnya
karena adanya perbedaan penerapan aturan dan sistem kompensasi yang diberlakukan, pendapat
saya pribadi yang terjadi saat ini sistem kompensasi yang berbeda harus dilihat terlebih dahulu dari
lingkungan yang ada dan selama tidak keluar dari regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah
seharusnya tidak menjadikan masalah/persoalan karena kemampuan masing-masing daerah pun
berbeda-beda, termasuk dari pendapatan yang masuk.

Sumber referensi :
- Modul ADPU 4430
- M.W. Purwaningdyah. 2011. Menyusun Kompensasi PNS berbasis kinerja. Jurnal Kebijakan dan
Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011
NAMA : EKO SATRIYO WICAKSONO
NIM : 041291121
MATERI : ADPU 4338

Mata Kuliah Manajemen Proyek merupakan pokok bahasan mengenai pengelolaan proyek pada sektor
publik, meliputi konsep manajemen proyek dan manajemen proyek sektor publik, kemitraan antara sektor
publik dan sektor privat, ruang lingkup strategis manajemen proyek sektor publik, integrasi proyek,
perencanaan proyek, seleksi proyek, organisasi dan sumber daya manusia dalam proyek, manajemen
waktu dan biaya proyek sektor publik, manajemen mutu dan manajemen risiko, evaluasi dan
pengendalian proyek, dan dampak proyek sektor publik. Mata kuliah ini saya pikir cukup penting karena
saat ini pemerintah juga dalam posisi membangun sarana prasarana guna mendukung peningkatan
ekonomi masyarakat dan proyek sendiri tidak akan pernah berhenti selama kehidupan masyarakat
bergerak secara dinamis.

Dengan mempelajari mata kuliah Manajemen Proyek, kita dapat mengetahui tenntang tata cara
manajerial sebuah proyek, khususnya menyangkut sektor publik, kemitraan, perencanaan dan
pengorganisasian serta manajemen resiko dan pembiayaan sebuah proyek sehingga dapat dirasakan
maksimal oleh masyarakat dengan tetap memperhatikan rambu atau ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

Sumber referensi :
- Modul ADPU 4338
NAMA : EKO SATRIYO WICAKSONO
NIM : 041291121
MATERI : ADPU 4534

1. Perbedaan siklus pengelolaan aset pada KB1 dan PP 27 Tahun 2014


Siklus pengelolaan aset KB1 terdapat 10 poin, yaitu :
a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
b. Pengadaan
c. Penggunaan
d. Pemanfataan
e. Pengamanan dan pemeliharaan
f. Penilaian
g. Penghapusan
h. Pemindahtanganan
i. Penatausahaan
j. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Siklus pengelolaan aset PP 27/2014 terdapat 11 poin, yaitu :


a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
b. Pengadaan
c. Penggunaan
d. Pemanfataan
e. Pengamanan dan pemeliharaan
f. Penilaian
g. Pemindahtanganan
h. Pemusnahan
i. Penghapusan
j. Penatausahaan
k. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Dari siklus diatas, dapat kita ketahui terdapat perbedaan yaitu pada siklus pengelolaan aset sesuai
PP 27 Tahun 2014 muncul poin pemusnahan yang sebelumnya tidak ada. Munculnya kegiatan
pemusnahan mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi pengelolaan BMN/D sekaligus
meningkatkan akuntabilitas pengelola maupun pengguna BMN/D. Dengan adanya kegiatan
pemusnahan maka kegiatan penghapusan otomoatis menjadi akhir (ending point) dari siklus
pengelolan BMN/D.

2. Manajemen logistik sangat berhubungan erat dengan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di


daerah baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya manajemen logistik,
aktifitasnya adalah menyangkut kehidupan masyarakat sehari-hari dan berhubungan dengan
pelaksanaan tugas pemerintah yang bersifat eksternal, seperti pelayanan publik, sehingga
diperlukan suatu rantai aliran barang agar pelayanan ini dapat berjalan optimal dari pemerintah
kepada masyarakat.

3. Manajemen aset merupakan sebuah proses pengelolaan suatu aset baik milik perseorangan maupun
kelompok (perusahaan, organisasi, lembaga). Pengelolaan aset tersebut dilakukan secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan pada sebelumnya. Kegiatan pada
manajemen aset, yaitu perencanaan, mendapatkan, menilai, mengoperasikan, memelihara,
membaharukan dan menghapuskan, selain itu juga berupa pengalihan aset secara efektif dan
efisien, termasuk inventarisasi maupun legal audit.

Manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain yang berfungsi untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan keefektifan penyimpanan dan
aliran barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan (point of origin) hingga titik
konsumsi (point of consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan.

Manajemen rantai pasokan merupakan upaya untuk mengembangkan dan menerapkan rantai
pasokan yang efisien dan ekonomis. Rantai pasokan mencakup segala sesuatu mulai dari produksi
hingga pengembangan produk dan juga sistem informasi yang diperlukan untuk mengarahkan
usaha ini.

Dari ketiga pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen logistik merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari manajemen rantai pasokan sehingga harus berjalan seiringan untuk
mendapatkan sebuah proses yang efisien dan ekonomis. Sedangkan perbedaannya lebih kepada
manajemen aset yang menurut saya pribadi merupakan sebuah proses atau kegiatan yang
didalamnya juga terdapat manajemen logistik dan rantai pasokan, selain itu pada manajemen rantai
pasokan hanya menitikberatkan kepada pengembangan dan aplikasi rantai pasokan tetapi tidak
mengatur tentang perencanaan dan sebagainya.

Sumber referensi :
- Modul ADPU 4534
- https://smesta.kemenkopukm.go.id/mengenal-apa-itu-supply-chain-management/

NAMA : EKO SATRIYO WICAKSONO


NIM : 041291121
MATERI : ADPU 4510

Eksistensi praktek administrasi publik sudah ada sejak dahulu, sebagaimana dikemukaan oleh Heady
(1991,2007) bahwa Public Administration as an aspect of governmental activity has existed as long as
political systems has been functioning and trying to achieve program objectives set by the political
decision makers, hal ini dapat kita lihat pada buku Machiavelli dan Aristoteles.
Keberadaan dan eksistensi administrasi publik di Indonesia sudah sejak lama ada bahkan sejak era
Kerajaan Pajajaran/Pasundan dengan bukti peninggalannya berupa Prasasti Kwali. Administrasi publik
bukan hanya ilmu pengetahuan yang ada saat ini tetapi secara praktek sudah di aplikasikan pada
kegiatan-kegiatan kita.

Secara keilmuan, Administrasi Publik lahir sejak Woodrow Wilson (1887) dengan bukunya yang
menyangkut administrasi publik, setelahnya kemudian bermunculan ahli-ahli lain yang membahas
adminstrasi public, termasuk Willoughby (1918) dengan teori anggaran, Max Webber (1922) dengan
teori organisasi dan Follet (1926) dengan perilaku dalam administrasi publik.

Konsep administrasi publik sangat erat kaitannya dengan praktek administrasi publik. Beberapa
pendekatan dalam administrasi publik dan hubungannya dengan studi perbandingannya, yaitu
institutional descripsion studies dengan menganalisis stuktur dan fungsi aparatur administrasi untuk
menginvestigasi lembaga yang diteliti, Analytical Study yaitu kajian yang menggunakan data kuantitatif
untuk digunakan dalam menganalisis proses dan perilaku administrasi serta Case Study yang biasa
digunakan dalam studi kepemimpinan.

Dalam diskusi dengan konteks konsep perbandingan administrasi publik terdapat 2 hal diantaranya yaitu
manajemen mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi tetapi pada sektor dan kebijakan publik.
Terdapat 3 alasan utama studi perbandingan administrasi publik dilakukan, yaitu :
Sebagian besar negara dunia ketiga masih mendesain birokrasi atas warisan negara kolonial;
Meningkatnya arus informasi global mempermudah para ahli membandingkan sistem administrasi di
negara berbeda;
Efek domino dari pembangunan manusia, diantaranya upaya berbagai lembaga internasional untuk
mendukung pembangunan dengan cara mengadopsi model kelembagaan dan administrasi yang telah
terbukti meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Ontenyo dan Lind 2006, Hal xxi)

Pada esensinya Perbandingan administrasi publik merupakan teori administrasi publik yang diterapkan
didalam konteks budaya dan nasionalisme yang berbeda, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
perbadingan administrasi publik adalah sebuah konsep yang relatif sama namun ketika dipraktekkan,
setiap insitusi mengalami perbedaan (judgement of values dan cultural bias).

Sebagai sebuah ilmu, administrasi publik memiliki landasan ontologis (obyek yang jelas dan keterkaitan
dengan ilmu lain), landasan epistimologis (mampu membuktikan proses, prosedur dan memiliki metode)
dan landasan aksiologis (manfaat praktis oleh pengambil keputusan).

Sumber referensi :
- Video tutorial oleh Tutor Ida Widianingsih, S.IP., M.A., Ph.D. pada
https://www.youtube.com/watch?v=xxzznzJQ90c&t=1174s

Anda mungkin juga menyukai