Anda di halaman 1dari 2

Menurut UU Nomor 19 Tahun 2003, Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang

sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung dan berasal
dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Maksud dan tujuan BUMN, yaitu :
1. Memberi sumbangan bagi perkembangan perkeonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan Negara pada khususnya;
2. Mengejar keuntungan;
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa yang
bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi;
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi dan masyarakat.
Menurut Panji Anoraga (1995 : 6) BUMN diharapkan dapat melakukan berbagai peran, sebagai
berikut :
1. Sumber penerimaan negara dalam bentuk berbagai pajak serta balas jasa kepada negara
sebagai pemilik;
2. Memproduksi berbagai barang dan atau jasa kebutuhan masyarakat, misalnya listrik, jasa
telekomunikasi dan perhubungan serta perumahan rakyat;
3. Sumber pendapatan devisa negara, misalkan perusahaan perkebunan dan pertambangan;
4. Pembukaan lapangan kerja terutama pada sektor padat karya, misalnya perusahaan
perkebunan dan industri;
5. Usaha membantu golongan ekonomi lemah dan koperasi, misalnya program kemitraan
BUMN – Koperasi;
6. Pengembangan wilayah di luar Jawa dengan berbagai proyek pembangunan, misalnya
bidang perkebunan dan industri;
7. Hal – hal lain seperti alih teknologi.
Dalam BUMN, terdapat dua karakter yang berbeda yaitu bisnis yang tercermin pada kata Badan
Usaha, dimana hak dan kewajiban BUMN sebagai subjek hukum disesuaikan dengan badan
hukum perdata lainnya, kemudian birokrasi yang tercermin pada kata Milik Negara, dimana hak
dan kewajiban BUMN berkedudukan sebagai aparatur perekonomian negara yang tunduk pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya berkaitan dengan penatausahaan
kekayaan negara.
Dua karakter diatas melahirkan 2 budaya yang berbeda yaitu budaya korporasi dan birokrasi.
Seiring dengan perkembangan ekonomi dunia terutama liberalisasi dan globalisasi perdagangan
yang telah disepakati dunia internasional, idealnya budaya korporasi lebih dominan ditumbuh
kembangkan daripada budaya birokrasi. Menurut Bin Nahadi (2007) budaya birokrasi telah
mengakar kuat dalam budaya korporasi sehingga membawa beberapa masalah, yaitu :
1. BUMN sering diidentikan sebagai tempat basah yang mengundang minat banyak pihak
baik secara personal maupun institusional;
2. Budaya birokrasi menyebabkan kurang mandirinya BUMN, statusnya sebagai unit usaha
milik negara mengakibatkan lemahnya inisiatif, kreativitas dan daya hidup BUMN;
3. Budaya “Milik Negara” sering menggoda pemerintah untuk memperlakukan BUMN
sebagai hak milik dan alat politik secara tidak proporsional.
Menurut mantan Menteri Negara BUMN bahwa secara umum BUMN masih menghadapi
berbagai permasalahan strategis baik yang berkaitan dengan BUMN itu sendiri maupun yang
berkaitan dengan pemerintah selaku pemegang saham maupun regulator.
Data yang dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 2005 menunjukkan bahwa dari 139 BUMN
yang terdaftar hanya 22 BUMN yang mampu menghasilkan laba bersih sehingga pemerintah
melalui Kementerian BUMN menetapkan program jangka panjang Rightsizing (penyederhanaan
BUMN) yang mana menargetkan tahun 2015 hanya terdapat 25 BUMN.
Lahirnya BUMN sejatinya diperuntukkan untuk memberikan sumbangsih kepada negara dan
dimanfaatkan untuk kepentingan umum, akan tetapi banyaknya persoalan terkait BUMN
menyebabkan banyaknya BUMN yang tidak sehat sehingga justru berbalik memberatkan
pemerintah sebagai sumber modal. BUMN yang tidak sehat secara tidak langsung akan
mengharapkan adanya bantuan modal dari pemerintah untuk mempertahankan eksistensi BUMN
tersebut.
Menyikapi persoalan tersebut, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan ….

Anda mungkin juga menyukai